NovelToon NovelToon

Ketika Takdir Kembali Memilih

Prolog

...Jangan lupa follow ig baru aku kalau kalian suka ceritanya @arosee23...

...❤❤...

...****************...

Seorang gadis kecil berusia 6 tahun duduk di sudut ruangan sebuah restoran. Didepannya tersaji segelas susu hangat dan sandwich isi daging kesukaannya. Ia duduk dengan kaki tertekuk di atas kursi yang menyerupai sofa empuk itu.

Bibirnya selalu melengkungkan senyuman seraya matanya terus mengamati sesosok tampan pria dewasa di salah satu meja pengunjung. Tangannya senantiasa bergerak bebas memegang pensil dan sebuah buku, menggambar sosok yang akan selalu diingat di dalam hatinya.

Saat pria itu mulai berdiri dan pergi, gadis itu segera meraih susu dan meneguknya hingga habis. Tidak lupa sandwich yang langsung dimasukkannya ke dalam tas karena belum sempat dimakan. Ia berlari mengejar pria itu hingga keluar. Nyaris, ia hampir kehilangan lagi.

"Tuan!" Suara kecilnya yang manis menghentikan langkah kaki dewasa itu. Ia menoleh dan melihat gadis kecil menyerahkan sesuatu padanya.

"Dompet anda tertinggal," ucapnya tersenyum, lalu segera berlari sebelum pria itu berterima kasih.

Gadis manis, gumamnya dalam hati.

"Tuan, semua baik-baik saja?" Pria dewasa lainnya mendekat. Ia terkejut melihat tuannya tersenyum meski sangat tipis.

"Tidak, ayo pergi."

-

-

"Jangan macam-macam, Lily." Bocah laki-laki menegur saudarinya yang nakal itu ketika sudah masuk ke dalam mobil yang membawa mereka.

"Aku hanya mengembalikan dompetnya saja, Kak." Gadis yang dipanggil Lily itu membela diri.

"Alasan!"

Lily cemberut, ia kesal dengan sang kakak yang sering memperingatinya. "Mama bilang tidak apa-apa, kok. Aku hanya ingin melihat papa dari dekat." Menatap kembali lukisan wajah papanya dengan wajah sendu.

"Papa tidak menginginkan kita dan kita hanya memiliki mama!" sentak bocah laki-laki itu.

"Aku tahu," jawab Lily pelan.

Sejak awal, keduanya hanya tumbuh bersama sang mama. Wanita yang mereka anggap sebagai wanita tercantik dan paling baik sejagat raya.

Mobil berhenti dipekarangan sebuah rumah di komplek perumahan elit. Terlihat seorang wanita muda berusia sekitar 25 tahun sedang mengobrol sambil tertawa di dekat pagar rumah dengan seorang wanita beranak satu yang menjadi tetangganya.

"Mama!" Lily berlari keluar seraya berlari kearah ibunya. Sang kakak hanya santai mengikuti dari belakang.

"Emily! Emilio!" Sang ibu merentangkan tangan memeluk kedua anak kesayangannya.

"Bagaimana sekolah kalian hari ini?" Menggandeng keduanya masuk ke rumah setelah berpamitan dengan tetangganya.

"Seperti biasa."

"Hem."

"Baiklah, mama siapkan makan siang dulu. Kalian bersihkan diri dulu, oke?'

"Tadi aku bertemu papa. Tidak apa-apa, kan Ma?" Ucapan Lily membuat pergerakan tangan sang ibu terhenti, namun tak lama ia tersenyum. "Tak apa, tapi Lily tidak boleh mengganggu papa ya." Lembutnya menasehati.

"Yey! Benarkan? Mama bilang tidak apa-apa." Lily menjulurkan lidahnya pada Emilio, lalu berlari ke kamar sebelum kakaknya membalas.

"Lily!" desis Emi kesal.

"Sudahlah, Sayang. Lily kan masih kecil, tidak seperti Emi, sudah besar. Benarkan?" Menggoda putranya itu.

"Tentu saja!"

"Kalau begitu masuklah, setelah itu turun untuk makan siang." Emilio mengangguk, ia mengecup pipi ibunya lebih dulu kemudian pergi.

Setelah kepergian dua anaknya, wanita itu menjatuhkan tubuhnya sofa. Ia menyentuh dadanya yang sesak, merasa kasihan dengan kehidupan anaknya yang mendambakan seorang ayah, namun tak bisa mereka genggam.

Bahkan jika aku memberitahu keberadaan mereka, kalian tetap tak akan menerimanya.

Diandra Selena, wanita yang rela mengorbankan masa depannya demi melahirkan dan merawat kedua bayi kembarnya yang tak diinginkan. Lika-liku perjalanan hidup tak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan.

Awal pertemuannya dengan seorang pria menjadi awal munculnya konflik dalam hidup Diandra. Nicolas Abraham, pria yang berhasil merenggut hati sekaligus kesuciannya. Namun sayangnya, kisah mereka tidak berlanjut hingga titik bahagia.

•••

Malam itu aku tahu jika akhirnya akan seperti ini. Kita sama-sama korban dari keegoisan orang-orang sekitar. Takdir merangkai kisah kita, tapi tidak membiarkan kisah kita berlanjut.

Kau yakinkan diriku bahwa semua akan baik-baik saja. Pernikahan yang ditandatangani di atas kertas takkan mengubah masa depan kita. Tapi, kau lupa. Kecerobohan terbesar kita adalah meninggalkan jejak bernyawa.

Namun ....

Aku tidak menyesal. Pernah mencintaimu menjadi pengalaman tersendiri untukku. Tanpamu, aku takkan memiliki dua malaikat kecil yang menemani kesendirianku.

Ku ajarkan pada mereka, bahwa cinta tak harus memiliki. Cinta yang sebenarnya adalah ketika kau bahagia melihat orang yang kau cintai bahagia. Sama seperti saat Emily dan Emilio melihatmu bahagia dari jauh. Itulah cinta, meski jauh di mata, namun dekat dihati.

Aku berjanji akan membesarkan anak-anak kita dengan baik. Semoga kau selalu bahagia dengan keluarga kecilmu sendiri. Aku, kau dan kita. Semua memiliki takdir masing-masing.

~ Diandra Selena

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Selamat membaca episode selanjutnya^^...

...NOVEL INI BELUM MELALUI TAHAP REVISI. MOHOM DIMAKLUMI JIKA ADA KESALAHAN KATA ATAU CERITA YANG BELUM SESUAI....

...Jika tidak suka atau tidak sesuai dengan ekspetasi kalian, silahkan tinggalkan!...

...Komentar kalian sangat berpengaruh pada mental penulis, jadi harap bijak dalam berkomentar!!...

Flashback : Awal Mula

Langkah kaki yang berlarian terdengar memenuhi lorong kamar di sebuah hotel berbintang. Terlihat sekelompok orang berbaju hitam sedang berusaha mengejar gadis remaja berambut sebahu. Gadis itu terus berlari tanpa tahu arah, hingga seseorang menarik tangannya dan membekap mulutnya yang memekik terkejut.

Pria itu membawanya masuk ke salah satu kamar. Mendengar sekelompok orang itu kehilangan jejak, ia melepas bekapan tangannya. Gadis itu menghela nafas lega.

"Terima kasih," ucapnya bersungguh-sungguh. Pria itu tidak menjawab, tapi terlihat seperti sedang menahan sesuatu.

"Tu– tuan?" Dian terkejut saat pria itu tiba-tiba jatuh, segera ia menangkap tubuhnya.

"Tuan, anda baik-baik saja?" Diandra ikut panik terhadap penolongnya.

Pria itu menatap gadis berwajah manis dengan pandangan tak terbaca. Dengan pandangan memohon ia berkata, "Maafkan aku." Diandara tidak dapat memahami maksud pria itu, namun tiba-tiba saja tubuhnya sudah dibawa dan dihempaskan di atas ranjang.

Diandra memberontak, tapi pria itu mencekal tangannya di atas kepala sehingga bibirnya bebas menjalar di tubuhnya. Tanpa aba-aba, pria itu mencium bibir Dian dengan rakus, seolah itu adalah makanan yang tak boleh di sia-siakan.

"Hentikan ..." Air mata Dian mengalir begitu saja, ia tak memiliki kekuatan untuk melawan. Pria ini tak memberi kesempatan untuk bergerak atau membela diri.

"Aku akan memberikan apa saja setelah ini," bisiknya di telinga Dian.

Hingga Dian merasakan sesuatu merobek bagian dirinya. Ia memejamkan mata menahan sakit disertai air mata yang terus mengalir. Takdir macam apa yang sedang dihadapinya.

Maafkan aku Tuhan, aku tidak dapat menjaga kesucianku.

-

-

-

"Nico!" Suara menggelegar pria dewasa membangunkan sepasang manusia yang masih terlelap.

Dian menggenggam erat selimut yang menutupi tubuh polosnya saat melihat banyak pasang mata menatap kearah dirinya dan pria disampingnya dengan marah.

"Kakek ..."

Tuan besar keluarga Abraham, pemilik perusahaan terbesar di Indonesia itu menatap murka pada cucu pertamanya, Nicolas Abraham.

"Malam ini aku ingin melihat surat nikah sudah ada di mejaku! Kau dan gadis itu," putusnya, membuat Dian dan Nico membulatkan mata.

Semua orang menatap terkejut, terutama wanita paruh baya yang menatapnya tidak suka. Dian yakini jika wanita itu merupakan Nyonya keluarga Abraham dan disebelah wanita itu ada pria paruh baya lainnya yang tidak lain adalah Tuan kedua setelah tuan besar.

Dian hanya memilih diam, menundukkan kepalanya tanpa menatap semua mata itu. Tidak ada ekspresi sedih atau tertekan di wajahnya, ia menerima semua takdirnya dengan ikhlas.

Malam itu, buku nikah keduanya benar-benar ada di meja Tuan besar. Nico dan Dian resmi menjadi suami istri pada malam itu.

Keduanya ditempatkan di kamar yang sama. Malam yang seharusnya menjadi malam pertama bagi pengantin baru berganti menjadi malam dimana semua penyesalan bermula.

"Jangan terlalu berharap dengan pernikahan ini. Aku memiliki kekasih dan akan menikahinya setelah dia kembali."

Nico menyerahkan sebuah map berisi aset dan beberapa kekayaan keluarga Abraham sebagai jaminan serta bayaran atas perbuatannya pada Diandra.

Ia masih memiliki perasaan, setelah apa yang ia lakukan pada gadis muda ini, tidak mungkin membiarkannya begitu saja. Terlebih sang kakek adalah orang yang dermawan, sudah jelas ia akan menerima Diandra dengan tangan terbuka.

"Aku tidak akan menceraikan mu. Tapi maaf, aku akan tetap menikahi kekasihku."

Kakeknya tidak akan suka dengan keputusannya jika sampai ia menceraikan Diandra. Satu-satunya cara yang ia pikirkan hanyalah berupa poligami. Namun, ia tidak tahu jika kebanyakan wanita tidak menyukai hal seperti ini.

"Bagaimana jika aku ingin berpisah?" Dian menatap Nico datar.

"Itu keputusanmu, setidaknya kakek tahu bahwa kau yang menginginkannya." Nico tidak tahu apa yang ada dipikiran Diandra saat ini. Gadis ini sangat tenang, tidak ada ketakutan dimatanya.

"Kalau begitu biarkan aku melayanimu sebagai istri sampai hari itu tiba." Diandra mengambil map diatas meja itu. "Kita sepakat."

Ini akan menjadi akhir dari masa depannya. Diandra dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya perlu menunggu waktu. Satu hal yang ia pegang, ia telah menjadi istri dari seorang suami, maka ia wajib melayaninya dengan baik. Tidak peduli pernikahan ini diingankan atau tidak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Mampir juga yukk disini🥰...

Sudah Ada Mama

Setelah makan siang bersama kedua anaknya, Dian mulai membereskan isi dapur yang sedikit berantakan. Hal seperti ini seharusnya sudah menjadi kebiasaan para ibu rumah tangga, namun banyak juga yang lebih memilih mempekerjakan pembantu daripada harus repot-repot bekerja sendiri.

Berbeda dengan Dian, meski termasuk kalangan atas yang berkecukupan, ia lebih suka bekerja sendiri menyangkut masalah rumah maupun anak. Kepribadiaannya cukup tertutup sehingga tidak memiliki banyak teman atau kenalan.

Dian menyeka keringat di dahinya dan mengibas-ngibaskan pakaiannya yang terasa gerah. Ia sedikit kelelahan setelah membersihkan perkarangan rumahnya yang luas, lalu dilanjutkan dengan pekerjaan dapur.

Jujur, ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ia masih gadis remaja yang bahkan baru lulus SMA saat bertemu mantan suaminya, Nico. Ada banyak hal yang ia dapat dan pelajari selama berada di rumah besar itu.

Setelah selesai, Dian beranjak naik ke lantai atas. Ia membersihkan diri terlebih dahulu baru kemudian menemani Emily dan Emilio menyelesaikan tugas sekolahnya.

"Emi." Dian menegur putra kesayangannya yang sibuk dengan tugas sendiri. Anak ini lebih mandiri dibandingkan Emily yang terkadang manja.

"Butuh bantuan?" Duduk disampingnya seraya mengelus kepala Emi lembut.

"Tidak, aku akan mengatakan pada Mama jika ada yang tidak ku mengerti." Dian mengiyakan dengan tersenyum.

"Dimana Lily?" Baru menyadari hanya ada Emi disana.

"Ruang seni."

"Kalau begitu Mama menyusul Lily dulu." Emilio mengangguk.

Ruang seni merupakan salah satu tempat khusus yang disediakan Dian untuk Lily. Putrinya itu memiliki bakat dalam hal melukis serta bermain piano, bahkan gadis kecil itu selalu membawa buku gambarnya kemana-mana. Namun, satu hal yang selalu membuat Dian sedih. Lily begitu gemar melukis maupun menggambar sosok papanya.

Seperti sekarang, ketika ia masuk, ia sudah disuguhi pemandangan Lily yang memegang kuas dan kanvas. Gadis itu nampak serius melukis setiap detail wajah sang papa.

Dian tak pernah melarang anak-anaknya dalam mengenali papa mereka. Ia tidak ingin egois sehingga anak-anaknya tidak tahu papa mereka sendiri. Tak ingin mengganggu, Dian hanya mengitari ruang seni hingga ia berhenti di depan sebuah figura besar. Figura yang menampilkan sepasang wanita dan pria yang mengenakan pakaian pengantin.

Dian tersenyum. Sudah tujuh tahun, apa yang pria ini lakukan sekarang? Apa masih mengingat dirinya?

Aku menyimpan foto ini untuk Emily dan Emilio, agar mereka yakin jika mereka memiliki papa.

"Mama! Lihat ini." Lily dengan senang menunjukkan lukisan barunya. Dian sedikit terkejut dengan lukisan Lily kali ini.

"Lily ... apa yang kau gambar?" Pasalnya putrinya itu melukis dirinya, Nico, bahkan dirinya sendiri serta Emilio layaknya keluarga bahagia.

Melihat raut wajah ibunya yang berbeda, Lily menunduk takut. Ia hanya ingin memiliki keluarga lengkap meski hanya dalam sebuah lukisan. Ia tahu jika keinginan itu takkan terwujud, tapi tak ada salahnya bermimpi, kan?

"Maaf, Mama," cicitnya menyesal.

Dian menarik nafas pelan, mengatur emosinya agar tidak membuat Lily takut. Ia bukan lagi gadis remaja yang bisa melepaskan emosinya sembarangan, tapi ia seorang ibu yang harus sabar mendidik anak-anaknya.

"No. It's okay. Lukisan Lily sangat bagus, Mama suka!"

Lily yang menunduk langsung tersenyum cerah. "Sungguh?" Dian mengangguk.

"Ini hanya akan menjadi rahasia kita saja, Mama. Kita harus selalu bahagia dengan cara masing-masing."

Lily selalu mencoba mengingat apa yang diajarkan Dian, termasuk bahagia dengan cara masing-masing. Ia tidak akan merusak kebahagiaan sang papa hanya karena dirinya menginginkan orang tua lengkap. Lily yang manja namun pengertian.

"Mama tidak boleh sedih ya meski tidak ada papa. Kan sudah ada kakak dan Lily yang mencintai Mama." Lily tahu jika Dian sering menyembunyikan kesedihannya, berpura-pura bahagia di depan mereka.

Dian tak sanggup menahan diri. Air matanya mengalir pelan namun bibirnya tetap melengkungkan senyuman untuk sang buah hati. "Itu sebabnya Lily juga tidak boleh sedih. Bukankah ada kakak dan Mama yang mencintai Lily juga?" Lily tersenyum lebar dan memeluk Dian erat.

"Benar. Tidak apa-apa tidak ada papa. Kan sudah ada Mama." Suara bocah laki-laki menyahuti keduanya. Dian terkekeh dan membawa Emi ikut kepelukannya.

Terima kasih telah mengirimkan malaikat kecil ini padaku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!