My Indigo Brother
Perkenalan Tokoh
Sandra
Pertama. Aku mau perkenalan diriku dulu. Namaku Sandra. Aku Anak tertua dari 3 bersaudara. Aku ada ditahun kedua Akademi Keperawatan. Aku suka cerita romantis dan paling ga suka cerita horor. Tapi, kadang penasaran juga sama ceritanya yang serem-serem gituh.
Sandra
Aku punya sodara kembar. Namanya sintia. Walaupun kembar, dia beda banget sama aku. Dia ambil jurusan pendidikan Olahraga. Karena Dia suka banget sama olahraga sedangkan Aku ga bisa banget sama pelajaran itu.
Sandra
Aku Punya Adik Laki-laki. Namanya Sean. Dia baru masuk SMA. Hmm.. Ada yang kami rahasiakan bertiga dari orangtua kami. Sean itu bisa melihat yang ga bisa dilihat manusia pada umumnya. "Hantu". Itu yang kami sebutkan saat pertama kali Sean melihatnya waktu masih SD.
Sandra
Yah cerita ini hanya coretan-coretan aja. Kalau ada kesamaan nama, bahasa, karakter, latar tempat, dan peristiwa, Itu hanya kebetulan saja.
Sandra
Dan karena cerita ini hasil dari karya Otak dan Imajinasi ku yang kelewat batas fakta dan Maya, InsyaAllah ga ada yang bakal jiplak sama persis yah dengan ceritaku.
Sandra
Oke, Akhir kata, Salam kenal semua para pembaca Budiman, Budayakan memberi like, koment, tips kalau ada supaya Aku lebih semangat upload cerita ku. Happy Reading! Salam Sehat!!
Eps. 1 (Prolog)
Putih bersih. Masih aja Aku dibuat terkagum dengan tampilan kamar adik laki-lakiku, Sean. Tapi Kamarnya itu hanya Ada 1 kasur dan kipas angin aja.
Sandra
Dek, ini hari pertama mu di SMA kan? Mau tidur sampai kapan?
Tubuh Sean hanya bergerak sedikit dan masih memejamkan matanya.
Sintia
Woyy. Bangun. Kalau lu ga bangun, kita yang repot. tau kan Kalau mami marah bisa panjang omelannya!
Sintia berada disampingku dan Menendang Sean sampai melompat ke lantai dari kasur nya yang hanya berukuran 1 orang.
Sean
Jirr lah berisik banget pagi-pagi!
Sintia
Lah lu bilang apa barusan?? bukannya makasih dibangunin! Mami yang masuk bisa disiram lu pake Air segayung!"
Sandra
Udah dong udah! Masih pagi udah ribut aja! Ayo cepet kita turun kebawah buat sarapan.
Sean dengan Bete langsung turun sambil menguap
Diruang makan, Mami sudah selesai menyiapkan sarapan Kami. Aku salut dengan Mami yang bisa membuatkan sarapan untuk kami setiap hari.
Mami
San. Sin. udah bangun adeknya?
Sintia hanya mengangguk dan langsung mengambil posisi duduknya.
Kadang Aku mikir. Sintia sangat mirip dengan Papi.
Mereka hanya duduk berseberangan dalam diam.
Papi hanya menyeruput kopinya tanpa memberi komentar apapun.
Sementara Sintia dan sean hanya mulai memakan makanan yang dihidangkan didepan mereka.
Yah. seperti inilah keseharian pagi yang kami lewati. Terlalu monoton dan membosankan.
Eps. 2
Pada dasarnya, Aku ini orang yang penakut.
Ga suka banget cerita yang seram-seram. Apalagi melihatnya, Aku ga kuat.
Tapi, ada cerita waktu Kami masih kecil, yang sulit kulupakan.
Kami sedang ke rumah nenek kala libur sekolah saat itu, kira-kira umur ku dan sintia masih 8 tahun. Kami membawa Sean Kecil bermain bersama.
Sandra
Tia... mau kemana?? kan udah janji ga jauh-jauh mainnya??
Sintia
sebentar aja. lagian dirumah nenek ga seru, udah ga ada mainan, ga ada sinyal, tv-nya juga renyek. Aku boseen..
Sandra
Tapi, kita kan lagi bawa Sean, kalo dia tiba-tiba nangis minta pulang gimana?
Sintia berjongkok, memegang tangan Sean.
Sintia
Sean.. Sean kan anak laki-laki yah. Daripada dirumah aja, ga seru. mending kita nge-bolang kan? jarang-jarang kita bisa ngeliat pemandangan alam kayak gini kan?
Sean Kecil memandangi sekitarnya.
Sintia
Katanya kalo kita nyari ke dalam kebun-kebun, kita nemu banyak hewan langka lho, Sean suka londok yang kemarin Kak Tia bawa dari sekolah kan?
Mata Sean kecil mulai berbinar. Terlihat Ia antusias memegang tangan Sintia.
Sintia
Iya. mungkin Londok yang langka bakal kita liat nantinya. mau ikut ga, Sean? Tapi, jangan ngeluh yah karna perjalanan kita tuh ga gampang. harus melewati gunung dan lembah dulu.
Sean
Oke. Siapa takut?? Sean kan cowok jagoan. cuma gunung aja mah kecil.
Sandra
ga mungkin kan kita ke gunung, Tia?
Sintia
ssh.. kita pelan-pelan aja jalannya. Yang penting sebelum makan siang, kita dah pulang.
sambil bernyanyi dan bercandaan dijalan, kami pun tertawa bersama. Lalu, kami baru menyadari. bahwa ada sesuatu yang tidak biasa.
Sandra
Tia. Katanya abis ini, kita pulang kan? hari juga udah mulai sore
Sintia terdiam melihat sekeliling. Aku pun cukup menyadari. bahwa jalanan yang kami lewati terasa aneh. sepertinya kami hanya berputar-putar disatu arah.
Sintia
oke. yang pertama kita ga boleh terpisah. harus tetap gandengan yah. Sean jangan lepasin tangan dari kak sandra sama kak tia yah.
Aku sangat mengagumi Sintia. meskipun dalam keadaan seperti ini, dia tetap terlihat tenang.
beberapa lama kami berjalan menyusuri jalan yang kami lewati, haus dan lapar mulai terasa, yang membuat jalan kami semakin terasa berat.
Sean
Kak, Sean lapar. pengen minum juga. haus. emangnya kita masih lama yah jalannya?
Sandra
ga Sean. ini kak sandra sama kak Tia juga lagi mau pulang. tahan sebentar lagi yah Sean.
Sean mengangguk pelan. sementara Sintia terlihat berpikir sambil menatap ke arah jalan yang kita lewatin.
mungkin, Sintia juga menyadari. kalau kita jalan diarah yang sama. dedaunan, pohon-pohon, bahkan batu yang sekarang lagi Sean duduki untuk istirahat sangat mirip dengan yang kita lewati sebelumnya.
Bapak/Warga Desa
nak. lagi mau kemana?
kami langsung lompat dan menengok ke arah suara bapak-bapak yang tiba-tiba ada disamping kami.
Sintia
ini mau pulang pak. tapi dari tadi muter-muter aja jalannya. kayaknya kita nyasar pak.
Bapak/Warga Desa
oh. darimana nak? kayaknya bapak baru liat ini?
Sandra
iyah pak. kita cucu dari mak icah. lagi main tapi pas mau pulang, ga tau mau lewat mana.
Bapak/Warga Desa
hoho. emang kalau bukan warga sini pasti susah nyari jalan pulangnya. kebetulan bapak kenal mak icah, mari bapak antar.
Aku dan Sintia menghela nafas lega. Mengikuti bapak-bapak itu dari belakang.
Bapak/Warga Desa
sebentar yah nak. bapak naro barang-barang bapak dulu.
kami dibawa ke rumah bapak itu. setelah bapak itu memasuki rumahnya, seorang wanita cantik yang terlihat ramah tersenyum dari arah pintu rumah.
Wanita cantik
masuk aja dulu dik. mau minum dulu?
Sintia
ga usah mba. makasih. kami cuma sebentar lagi nunggu bapak-bapak tadi.
Wanita cantik
oh itu bapak saya. yah udah tunggu aja. bentar lagi bapak keluar.
Sandra
maaf mba. Ada toilet ga?
Wanita cantik
toilet? oh. kalau kamar mandi ada disamping rumah. lewat sebelah kiri yah. ga jauh ko.
Sintia
eh ngapain si?? ga bisa ditahan nanti aja?
Sandra
ga bisa. udah dari tadi ini. cuma pengen pps sebentar.
Sintia
ish yah udah. jangan lama-lama.
Sandra
oke. jagain sean yah.
sebenarnya, Aku pengen minta anterin. tapi harus ada yang menjaga Sean, dan aku merasa tak enak jika minta antar wanita yang baru pertama ku temui.
seperti yang wanita tadi katakan. toiletnya tak jauh dari rumah. Dengan agak takut, aku membuka pintu toiletnya. beberapa saat, Aku berdoa sambil menguatkan diri ku agak tak takut. Akhirnya sudah selesai. dan Aku pun menghela nafas lega.
aku terdiam dan termenung melihat seorang anak kecil seumuran dengan kami berdiri depan pintu toilet.
Aku ingin bertanya atau mempersilahkan anak itu. tapi, ada perasaan yang berat merasa Aku tidak ingin bertatapan dengannya. tubuhku pun seakan enggan untuk ku gerakkan
wajahku terus tertunduk. aku mengingat wajah nya barusan. tak ada rona ekspresi apapun yang terlihat dari wajahnya sekilas. tatapan kosong yang membuat ku terkejut tadi sampai tak mampu suara ku keluar.
wajah pucat. badan kurus. rambut hitam sebahu. ketika aku mencoba untuk mengangkat kepala ku, anak itu sudah tidak ada.
Aku terdiam dan ternganga untuk beberapa saat tanpa melakukan apapun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!