NovelToon NovelToon

Aku Bukan Wanita Penggoda

Di labrak

“Mana ****** itu? Tunjukkan ruangannya padaku, akan aku jambak rambutnya, aku cakar wajahnya.” Teriak seorang wanita cantik dengan pakaian yang serba branded melekat di tubuhnya.

Matanya berapi-api, ingin rasanya ia mengobrak ngabrik seluruh penjuru gedung ini. Dia adalah Kiara Aditama, adik dari pria sukses yang bernama Kenan Aditama, yang memiliki perusahaan terbesar di bidang properti dan tambak udang terbesar yang di eksport ke beberapa negara besar.

Kiara terus berteriak, hingga menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada di gedung itu. Gedung yang cukup besar dan mewah yang berada di daerah kuningan. Kebetulan wanita yang Kiara cari bekerja di salah satu perusahaan yang menyewa di salah satu lantai gedung ini.

“Ibu cari siapa?” Tanya resepsionis itu dengan ramah, walau Kiara terus berteriak dan menyebutnya bodoh.

“Wanita itu telah merebut suamiku. Mana dia?” Kiara malah balik bertanya pada gadis resepsionis itu. Namun gadis resepsionis itu tidak mengerti siapa wanita yang di maksud Kiara karena di gedung ini ada ribuan karyawan dari perusahaan yang berbeda.

Tring

Tiba-tiba lift terbuka tepat di lobby. Semua orang berhamburan keluar, karena saat ini waktunya untuk istirahat dan makan siang. Seorang wanita berjalan santai menuju keluar dan hendak melewati meja resepesionis. Kiara mengedarkan pandangannya dan menemukan sosok wanita yang ia cari.

“Nah, itu dia. Iya itu dia orangnya. Dasar ******!” Dengan langkah cepat, Kiara menghampiri seorang gadis yang sedang berjalan santai sambil memainkan ponsel.

“Dasar ******!” Kiara langsung menjambak rambut wanita itu, hingga wanita itu terkejut dan belum siap menerima aterjangan itu. ponsel yang sedang di pegang wanita itu pun langsung melayang ke udara dan terbanting.

“Aaa.. tolong.” Teriak wanita itu.

Wanita itu adalah Hanin, seorang karyawan dari perusahaan yang bergerak di bidang digital media advertising bagian staf keuangan. Hanin tida menyangka pacarnya yang bernama Gunawan adalah pria beristri. Satu tahun Hanin berpacaran dengan Gunawan, tapi tak ada tanda-tanda bahwa pria itu adalah pria beristri. Hanin dan Gunawan bertemu di Bandara. Kala itu, Gunawan hendak berangkat ke Singapura untuk bertemu investor, sedangkan Hanin bersama kedua temannya memang sengaja hendak ke negara itu untuk menonton konser Maroon 5. Tak di sengaja, di konser itu pun Hanin bertemu lagi dengan Gunawan, hingga akhirnya mereka bertukar nomor telepon dan menjalin kasih hingga kini.

Banyak orang yang menolong Hanin, karena di gedung itu Hanin cukup populer, mengingat Hanin adalah gadis periang dan mudah bergaul.

“Stop, Bu. Jangan seperti ini!” Ucap kedua pria berseragam keamanan memegangi kedua lengan Kiara.

“Lepaskan! Lepas!” Kiara terus memberontak, agar ia bisa menjambak dan mencakar Hanin lagi.

Hanin pun di pegangi oleh beberapa orang yang membantunya. Ia tampak berantakan, di tambah air mata yang terus mengalir, membuat wajahnya semakin berantakan.

“Aku tidak tahu, kalau dia suamimu.” Teriak Hanin.

“Cih, Dasar memang kau wanita penggoda, pelakor. Mendekati pria kaya agar bisa kau poroti uangnya.”

“Diam, aku tidak seperti itu.”

Lama Kiara dan Hanin beradu mulut.

“Han. Lu ngga apa-apa?” Tanya Lani dan Tio bersamaan. Mereka adalah teman satu kantor Hanin.

Hanin mengangguk dan mengusap lutut juga siku tangannya yang kotor karena ia sempat tersungkur di lantai akibat kebrutalan Kiara yang langsung menerjangnya tadi.

“Sudah, bu, mari kita selesaikan masalah ini baik-baik di ruangan. Dari pada menjadi pusat perhatian.” Ucap salah satu petugas keamanan yang berada di sisi kiri Kiara.

“Iya, Bu. Malu di sini jadi bahan tontonan.” Ucap salah satu petugas ke amanan yang berada di sisi kanan Kiara.

Kiara menoleh ke arah kedua petugas keamanan itu.

“Tidak sudi, saya bicara baik-baik dengan wanita ****** ini. Dia bukan levelku.” Kiara menunjuk ke arah Hanin.

Hanin menunduk, hari ini benar-benar hari tersial dalam hidupnya. Ia sungguh malu, malu dengan predikat pelakor dan ****** yang sering disebut Kiara tadi. Padahal hal ini tidak sepenuhnya salah Hanin, karena ia tidak tahu dengan status pacarnya yang sudah memiliki istri. Ia juga bodoh karena terlalu percaya dengan Gunawan, mengingat ini adalah kali pertama ia menjalin kasih dengan lawan jenis, membuatnya tidak bisa membedakan mana pria beristri dan mana yang bukan.

“Kamu tidak tahu siapa saya? Hah! Awas kalian!” Kiara meunjuk ke arah semua orang di sana, karena semua orang di sana seolah-olah membeli Hanin.

Ia pun langsung membalikkan tubuhnya dan keluar dari gedung itu dengan perasaan yang masih membara. Walau ia cukup puas memaki Hanin, menjambak, dan mecakar lengan juga wajahnya.

“Aku akan memisahkan kalian, dasar ******. Gunawan itu suamiku dan aku adalah satu-satunya wanita yang dia cintai.” Guman Kiara saat berada di dalam mobil. Lalu, supir Kiara membawa majikannya ke kantor sang kakak untuk meminta bantuan.

Di gedung tadi, kedua petugas keamanan itu membubarkan orang-orang yang menonton live kisah rumah tangga yang sering ada di serial tivi ikan terbang. Namun, bedanya biasanya di serial tivi itu si istri yang di tindas oleh pelakor, tapi di sini si pelakorlah yang tidak berdaya.

“Han, kok bisa sih lu ngga tau kalo Gunawan iu punya istri?” Tanya Lani, teman dekat Hanin di kantor ini.

Lani dan Tio menarik Hanin ke pantry dan mengobati luka-luka yang di akibatkan cakaran kuku panjang Kiara pada Hanin.

“Aku ngga tau, Lan. Kalo tau juga ngga bakal aku mau jadi pacarnya. Aww.. sss..” Hanin meringis saat Lani memberikan alkohol pada lukanya.

“Gila itu si ibu, kukunya sepanjang apa coba, badan lu pada besot-besot gini.” Sahut Tio, lelaki tapi gemulai seperti wanita.

“Eh dia kayanya belom ibu-ibu deh, masih cantik kok.” Kata Lani.

“Iya, sih tapi tetep cantikan lu dong, Han.” Sahut Tio.

“Aww.. udah Lan.” Hanin masih meringis merasakan perih akibat cakaran kuku Kiara.

“Ini satu lagi belum, tahan Han. Lu cemen amat. Kalo kukunya itu ibu rabies gimana?”

“Emang di kata gug gug. Aaauuuuu...” Sahut Tio meregakan anj*ng yang tengah melolong.

“Awww.. Ngggrrr..” Lani menirukan gaya kucing liar, membuat Tio tertawa dan Hanin pun tidak menahan untuk tidak tersenyum.

Dret.. Dret.. Dret..

Tiba-tiba ponsel Hanin bergetar dan menampilkan nama Gunawan.

Lani dan Tio melirik dan Hanin hanya melihat ponsenya yang retak pada layar depan, tapi masih bisa berfungsi.

“Angkat, Han!” Kata Lani dengan menunjuk ke layar ponsel Hanin yang bergetar.

Hanin hanya menggeleng.

Sudah dua kali Kiara melabrak Hanin. Yang pertama di sebuah restoran, tapi saat itu Kiara tidak sebrutal ini melabraknya.

Hampir setiap jam, setiap hari, Gunawan menelepon Hanin. Namun, Hanin enggan menanggapi, padahal mereka belum putus secara resmi, tapi Hanin malas untuk bertemu pria itu lagi.

********

Hai, readers yang baik ... salam kenal. saya mau memperkenalkan karya saya yang baru. Mampir ya, insyaAllah ngga kalah seru. Terima kasih 😘

Kenan Aditama

Kiara memasuki gedung Aditama Karya dengan angkuh. Gedung yang menjulang tinggi besar dan mewah itu adalah milik kelurganya, lebih tepatnya setelah di kelola oleh sang kakak yang mengabdikan hidupnya sejak remaja hanya untuk menjadikan perusahaan sang ayah besar.

“Kakak.” Rengek Kiara ke arah Kenan yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

“Apa? Gunawan bikin ulah lagi?” Tanya Kenan santai tanpa menoleh ke arah sang adik. Kenan tetap berfokus pada berkas-berkas dan laptopnya.

“Aku sudah melabrak wanita itu.” Ucap Kiara.

“Apa? Sudah ku bilang jangan lakukan itu? karena dengan seperti itu sama saja menjatuhkan harga dirimu.” Ucap Kenan dengan sedikit bernada tinggi, sambil menutup berkas yang sedang ia baca. Matanya membulat ke arah sang adik, pasalnya setelah menikah dengan Gunawam, Kiara seperti wanita yang tidak tahu malu.

“Aku sangat kesal dengan wanita itu, Kak.” Rengek Kiara yang sudah mendudukkan dirinya persisi di hadapan sang kakak.

“Kau ini, sudah menikah tapi sikapnya masih saja seperti anak kecil.” Kenan mendengus kesal, sambil menyandarkan dirinya di kursi itu.

“Kak, beri pelajaran pada wanita itu.” Kiara masih merengek.

Kenan menarik nafasnya, seperti inilah sang adik, selalu merengek dan menjadikan dirinya sebagai tameng sejak kecil. Walaupun Kenan tidak merasa keberatan karena sejak ayahnya meninggal, Kenan berjanji akan selalu membahagiakan ibu dan adik satu-satunya itu. Ayahnya meninggal karena jantung koroner tepat di saat Kiara berusia dua belas tahun dan Kenan berusia delapan belas tahun. Setelah lulus SMA, Kenan langsung terjun ke dunia bisnis untuk meneruskan usaha ayahnya yang hampir bangkrut.

Kenan Aditama menjadi sosok yang gila kerja. Masa mudanya habis hanya untuk memajukan perusahaan sang ayah, hingga saat ini di usianya yang memasuki tiga puluh dua tahun ia masih belum bisa memikirkan dirinya sendiri, walau ia telah memiliki tambatan hati. Vanesa adalah nama kekasih Kenan sejak lima tahun yang lalu. Vanesa selalu mendesak Kenan untuk menikahinya, tapi kenan selalu sibuk dengan bisnis dan keluarganya. Ia adalah tipe pria yang serius, jarang tertawa, dan angkuh. Keluarga Aditama memang terkenal angkuh-angkuh, begitu pun dengan Vanesa. Kenan juga termasuk pria yang ambisuis, tidak heran jika dalam kurun empat belas tahun, ia mampu melebarkan sayap bisnisnya hingga ke manca negara.

“Kamu yakin suamimu itu berpacaran dengan wanita itu, atau jangan-jangan wanita itu hanya mainannya sesaat, sama seperti sebelumnya.”

Gunawan memang di kenal pria yang memiliki banyak wanita sebelum menikahi Kiara. Saat kiara memutuskan untuk menikah dengan Gunawan, Kenan adalah satu-satunya orang yang menolak pernikahan itu, hanya saja ia tak bisa berbuat apa-apa saat Kiara tengah hamil delapan minggu oleh pria itu. Awalnya, Gunawan menyangkal jika bayi yang tengah di kandung sang adik adalah anaknya, karena Gunawan melakukan itu pada Kiara yang memang sudah tidak lagi virgin. Namun, Kenan menawarkan uang yang sangat besar untuk perusahaan Gunawan yang saat itu sedang dalam keadaan tidak baik. Alhasil, Gunawan menuruti kemauan Kenan.

Gunawan dan Kiara menikah empat tahun yang lalu. Namun, kehamilannya waktu itu tidak bertahan lama, ia keguguran setelah dua bulan menikah dan hingga kini Kiara masih belum mengandung lagi. Sebelum mengenal Hanin, kondisi rumah tangga Gunawan dan Kiara memang tidak baik-baik saja. Gunawan masih meyakini bahwa Kiara menjebaknya dan anak yang di kandungnya waktu itu bukanlah darah dagingnya. Oleh karena itu, ia tidak menjalani rumah tangga yang serius dengan Kiara dan masih bermain wanita di club walau statusnya sudah menikah. Namun, setelah menganl Hanin, kebiasaan buruk itu tidak lagi ia lakukan. Gunawan benar-benar mencintai Hanin, karena kriteria wanita idaman yang ia cari selama ini ada di diri Hanin. Ia pun bersikeras akan menceraikan Kiara demi menikahi Hanin.

Kiara menyandarkan dirinya di kursi yang ia duduki. “Tidak, Kak. Bahkan selama mengenal wanita itu, Mas Gun tidak lagi menyentuhku.”

Kenan menyipitkan matanya. Ia berpikir apa wanita itu sanagt spesial di mata Gunawan? Karena Kenan tau seperti apa Gunawan itu. Ia adalah pria yang tidak pernah bisa untuk tidak menyentuh perempuan dalam satu hari saja, karena hasratnya yang tinggi.

“Kalau begitu ceraikan suamimu, bereskan?”

“Kak, tidak bisa. Aku sangat mencintainya.” Jawab Kiara.

“Halah, bulshit. Sering di sakiti tapi masih cinta? Kamu bisa berpikir jernih tidak sih, Ra?” Tanya Kenan kesal, karena ini adalah kesekian kalinya Gunawan berulah. Walau memang biasanya Gunawan hanya betah satu atau dua bulan dengan wanita mainannya. Tapi kali ini berbeda, mereka sudah satu tahun lebih menjalin kasih.

“Kak, Mas Gun serius dengan wanita itu. dia bilang ingin menceraikanku dan menikahinya.” Ucap Kiara lagi.

“Apa? Kamu yakin?” Tanya Kenan.

Kiara mengangguk.

“Memang seperti apa wanita itu? Cantik?” Tanya kenan lagi tak percaya jika seorang Gunawan akan serius dengan satu wanita.

“Pastinya lebih cantik aku dong, Kak.” Jawab Kiara dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Kalau kamu lebih cantik dari wanita itu, kenapa Gunawan memilihnya?”

“Aku juga tidak tahu, mungkin wanita itu menggunakan pelet.”

“Pelet?”

Kiara mengangguk.

“Memang zaman digital seperti ini masih ada pelet?” Tanya Kenan dengan menggelengkan kepalanya.

“Ya udah, pokoknya Kiara ga mau tau. Kakak harus bantuin Kiara. Kakak harus lakukan apa saja untuk memisahkan mereka.” Kiara berdiri dan hendak pergi dari ruangan itu.

Kenan menghelakan nafasnya kasar. Ia memang sangat menyayangi ibu dan adiknya ini, tapi sepertinya kasih sayang yang ia berikan pada Kiara membuat wanita itu tidak pernah dewasa dan tidak pernah bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

“Aku pergi dulu. Jangan lupa ya, Kak! Buat mereka berpisah karena aku yakin Mas Gun mencintaiku, saat ini dia hanya sedang ke pelet oleh wanita itu.” Kiara bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri sang kakak. Ia mencium pipi Kenan.

“Ya.” Kenan menekan pelipisnya. Banyak sekali hal yang ia pikirkan saat ini, pekerjaan yang menunpuk, rengekan sang ibu yang menuntutnya untuk menikah dan memiliki cucu, belum lagi rengekan Vanesa yang minta di nikahi, dan sekarang rengekan sang adik yang bermasalah dengan suaminya.

Padahal Kenan hanya ingin fokus bekerja dan terus mengembangkan perusahaannya, hingga di saat usianya yang sudah memasuki kepala empat, ia tinggal menikmati hasilnya.

Aku bukan wanita penggoda

Kenan menekan sambungan telepon pada asistennya. Dalam waktu lima menit sang asisten pun datang ke ruangannya.

“Ya, Bos. Ada apa?” Tanya Vicky, asisten sekaligus sahabatnya sejak SMA.

Vicky memiliki karakter yang jauh berbeda dengan Kenan. Jika Kenan adalah sosok yang pendiam, serius, ambisius, dan angkuh. Sedangkan Vicky adalah sosok yang humoris, supel, dan menyenangkan. Hal itu juga yang membuat Kenan betah menjadi sahabatnya, karena ketika SMA tidak banyak orang yang menemani Kenan. Sosoknya yang serius membuat teman-temannya pergi meninggalkannya di usia itu.

“Cari wanita yang dekat dengan Gunawan.” Jawab Kenan.

“Ada apa lagi dengan adikmu?” Tanya Vicky yang sudah duduk di hadapan Kenan.

“Tadi dia ke sini dan mengadu bahwa suaminya yang brengsek itu selingkuh lagi.”

“Bukannya memang suaminya seperti itu?” Tanya Vicky santai.

“tapi sepertinya wanita ini bebeda. Sepertinya Gunawan bersungguh-sungguh dengan wanita ini. buktinya dia ingin menceraikan adikku demi wanita itu. padahal di dalam perjanjian tertera jika dia menceraikan adikku maka semua dana yang aku investasikan pada perusahaannya akan aku tarik semua.”

Vicky mengangguk. “Jadi dia berani hidup miskin demi bersama wanita itu?”

“That’s right. Makanya aku memanggilmu untuk mencari tahu wanita itu. seberapa hebat dia, sehingga bisa memikat seorang Gunawan yang brengsek itu.”

“Oke. Asshiyap.” Vicky berdiri, sambi menjejrkan kelimat jarinya di dahi. Lalu, ia pun berjalan ke arah pintu untuk keluar.

“Vick, nanti malam temani aku ke club.” Ucap Kenan lagi sebelum Vicky benar-benar keluar dari ruangannya.

Vicky dan Kenan memang sering ke club hanya untuk merefresh dari kepenatan aktifitasnya sehari-sehari. Namun, Kenan tak melakukan apapun di sana, ia hanya minum sambil mendengarkan musik kencang dan melihat orang-orang sekitar yang sedang berjoget riang. Ia pun tak pernah meminum alkohol, bartender di sana sudah sangat mengenal Kenan yang hanya memesan air putih atau minuman bersoda. Kenan sangat mengenal dengan baik pemilik club ini. Berbeda dengan Vicky yang memang jago minum, merokok, dan sesekali bermain perempuan, walaupun ia hanya ingin perempuan yang baru menjadi pekerja **** komersil di tempat itu.

Di tempat yang berbeda, Hanin masih sesekali meringis karena luka yang di berikan Kiara siang tadi. Ia duduk di meja kerjanya, menyelesaikan laporan keuangan yang belum di audit. Ponselnya pun tak henti berdering, sehingga Hanin harus mensilent agar suaranya tidak mengganggu teman-temannya yang lain di ruangan itu.

“Han, apa kamu baik-baik saja?”

“Apa yang di lakukan Kiara padamu? Aku khawatir.”

“Tolong angkat teleponku atau balas pesanku. Please.”

“Aku minta maaf, karena aku tidak pernah cerita tentang Kiara padamu. Sungguh aku tidak bermaksud untuk menipumu Han. Tolong beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya.”

“Han, jawab aku.”

“Baiklah, Aku akan menjemputmu nanti.”

Jejeran pesan dari Gunawan yang tak satu pun di balas oleh Hanin. Hanin menghempaskan nafasnya, ia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya itu. ia bingung harus bagaimana menyikapi masalah ini. Satu sisi, ia mencintai Gunawan, tapi sisi yang lain ia tak mau di cap sebagai pelakor, wanita yang menjadi perebut laki orang, karena ia pun seorang wanita dan jika berada di posisi istri Gunawan, pasti ia tak akan terima.

Pikiran Hanin kembali mengingat saat-saat kali pertama ia bertemu dengan Gunawan. Pria dewasa dengan wajah yang cukup tampan dan bertubuh proporsional itu tengah duduk di bangku tunggu saat pesawat yang akan ia naiki akan tiba. Kebetulan Hanin pun menaiki pesawat yang akan di naiki oleh Gunawan.

Hanin bersama kedua sahabatnya yang bernama Karmen dan Irma sedang duduk berhadapan dengan Gunawan. Lalu, sesekali Hanin mengarahkan tatapannya pada Gunawan yang saat itu sedang menatapnya. Hanin tersenyum, begitupun dengan Gunawan. Hingga akhirnya, ketika mereka berada di dalam pesawat, ternyata mereka duduk bersebelahan. Hanin yang memang ramah dan supel pun menjawab setiap Gunawan bertanya. Di saat berpisah dengan Hanin di bandara Singapura, Gunawan yang memang sudah tertarik melihat senyum Hanin ketika masih menunggu di Bandara Soekarno Hatta itu pun bertekad jika bertemu lagi dengan Hanin, maka ia akan mulai serius dengan wanita ini. Ternyata doa Gunawan di jawab Tuhan, mereka pun bertemu kembali ketika berada di Konser Maron 5, lalu dekat hingga berpacaran.

Gunawan melihat Hanin sebagai sosok wanita yang berbeda, wanita yang tidak pernah ia temui sebelumnya. Hanin yang ramah, ceria, lembut, dan tidak pernah marah ini mampu mengisi relung hati Gunawan yang kosong. Ia pun rela untuk meninggalkan semua harta yang dimilikinya demi bersama dengan Hanin, wanita sederhana yang menyenangkan.

Tepat pukul lima sore, Gunawan sudah berada di lobby gedung tempat hanin bekerja.

“Han, laki lu, udah nungguin tuh di lobby.” Kata Tio.

“Apaan sih, dia belum jadi suami gue. Jangan sebut dia laki gue!” Seru Hanin.

“Ya elah ketus amat sih, Mba. Abis makan cabe ya.” Sahut Tio.

“Bukan makan cabe, Yo tapi abis di labrak bini tua.” Kini Lani yang bersuara.

“Ah, rese lu berdua. Bikin orang makin kesel aja.” Jawab Hanin, lalu ia membalikkan tubuhnya.

“Eh, lu mau kemana?” Tanya Lani.

“Keruangan lagi aja. Gue pulang maleman.” Jawab Hanin.

“Lu mau ngehindar Mas Gun?”

“Iya.” Teriak Hanin yang sudah kembali berjalan ke lift untuk naik ke ruangannya, sebelum Gunawan menyadari bahwa ia sudah berada di lantai ini.

“Han, mending lu temuin Mas Gun. Bicara sama dia baik-baik, putus baik-baik, daripada seperti ini.” Ucap Lani saat ia dan Tio mengejar Hanin.

“Bener kata Lani, Han.” Sambung Tio.

Semua orang yang melewati Hanin, Lani, dan Tio di depan lift itu berbisik mengejek Hani yang tadi siang menjadi pusat tontonan gratis.

“Eh itu si pelakor.”

“Iya ih, emang cewek jaman sekarang maunya yang instan.”

“Paling juga lakinya udan tua dan botak.”

"Gue juga bakalan cabik cabik, wanita yang godain suami gue."

Cibir setiap orang yang melihat ke arah Hanin. Padahal mereka bukanlah teman satu kantor Hanin, hanya saja orang yang berada di dalam gedung yang sama.

Hanin langsung berlari ke dalam lift yang terbuka dan menekan ke lantai ruangannya.

“Han.” Panggil Lani dan Tio yang hendak memasuki lift itu, tapi dengan cepat Hanin menekan tombol tutup.

“Sorry, Lan, Yo, gue lagi pengen sendiri.” Ucap Hanin sebelum lift itu benar-benar tertutup.

Di bangku lobby, Gunawan sudah mondar mandir menunggu Hanin melewati resepsionis. Namun, sosok wanita yang ia cintai itu tak kunjung datang. Hingga hari semakin gelap, Hanin tak kunjung turun. Ia memilih untuk menyanggakan kepalanya di meja kerjanya itu. sungguh ia malu dengan apa yang terjadi hari ini. Tidak di dalam gedung atau di luar gedung tempatnya bekerja, ia selalu mendapat cibiran dan julukan sebagai pelakor.

“Mama, papa, apa salahku sehingga aku menjadi seperti ini? Hiks.. Hiks.. Aku bukan pelakor. Aku bukan wanita penggoda.” Gumam Hanin dengan deraian airmata. Isakannya semakin terdengar kencang karena di ruangan itu hanya ada dirinya seorang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!