Wajah yang berseri-seri bahkan senyuman yang tak lepas dari wajahnya yang cantik. Aurel, perempuan pintar dan cerdas yang baru kembali dari Luar Negeri, kembali dari penyelesaian pendidikannya.
Ia tidak mengabari siapapun. Kedua sahabatnya dan kekasihnya, Aurel ingin memberikan kejutan untuk keduanya. Berupa kalung berlian seharga 450 juta dan sebuah jam tangan senilai 1 Milliar. Ia sengaja mengumpulkan begitu banyak uang dari Australia hanya untuk memberikan hadiah untuk kedua sahabatnya dan kekasihnya.
Amanda, adalah sahabat yang paling dekat dengan Aurel. Aurel sengaja memberikan sebuah mobil untuknya, tanpa di ketahui Tasya dan Kevin, sahabat dan kekasihnya. Bukan bermaksud membeda-bedakan tetapi ia lebih mempercayai Amanda, karena mereka sudah berteman dari dini.
'Apa Kevin bakalan suka?' batin Aurel, menatap gembira jam tangannya.
"Pak, berhenti!"
Aurel menghentikan taksi online itu disebuah apartemen mewah, dimana tempat sang kekasihnya tinggal. Dengan berlari kecil dan senyuman yang indah, Aurel menekan sandi apartemen milik Kevin.
'Kok kosong? bukannya kalo jam segini, Kevin pasti ada di sini?' batin Aurel bertanya-tanya.
Kevin merupakan orang yang miskin, tetapi ia mendapatkan perkerjaan yang layak dan di berikan sebuah apartemen untuk ia tinggali. Perlahan, Aurel mencari Kevin terdengar suara Kevin di dalam kamar.
"Ternyata di kamar," gumam Aurel, berjalan mendekati kamar.
Deg!
Langkahnya tiba-tiba terhenti, kala mendengar suara yang sangat ia kenali.
'Tasya! Kevin!' batin Aurel.
Ia mencoba mendekati lagi, mendengar apa yang mereka bicarakan. Jantungnya tak henti-hentinya berdetak, ia sangat takut walau belum mendengar apa yang mereka ucapkan. Karena, perkataan salah seorang sahabatnya di Australia, "Hati-hati sahabat bisa saja menikung kita, apa lagi kalo udah di tinggal begitu" Kira-kira seperti itu dalam bahasa indonesia.
"Sayang! Sampai kapan kita seperti ini. Aku lelah, Aku mau jujur aja sama tuh Cewek bodoh!" pekik seorang perempuan, yang pastinya adalah, Tasya.
Deg!
Jantungnya berdetak kencang, matanya sudah berkaca-kaca, menahan gejolak untuk menangis.
'Ternyata, sepicik ini kalian di belakangku!'
Aurel, mengepalkan tangannya.
"Sudahlah Tasya, kita harus bersabar. Kita masih butuh Aurel, untuk kita manfaatkan! Sabar yah, sayang," rayu Kevin, lalu mengecup bibir Tasya.
Kemudian, mereka saling beradu mulut. Membuat hati Aurel, memanas. Untungnya, selama ini ia tidak membiarkan lelaki br*ngsek itu menyentuhnya.
Brak!
Aurel, membuka pintu dengan paksa. Matanya menatap tajam kedua insan yang sedang bercumbu itu. Mereka tampak terkejut, berdiri dengan tergesa-gesa dan mencoba menjelaskan.
"Au-Aurel! Sa-sayang, kok Kamu disini?" tanya Kevin gugup, keringat dingin bercucuran di wajahnya.
"Jangan sebut panggilan menjijikan itu! Jadi, kalo Aku enggak disini. Aku enggak tau perselingkuhan kalian!" bentak Aurel, wajahnya merah padam.
"Bukan begitu sayang," ujar Kevin, mencoba menjelaskan. Matanya, seketika menoleh pada Tasya.
"Tasya yang menggodaku! Aku mohon kamu percaya Aku yah?" pinta Kevin, memelas.
"Heh! Ternyata Aku memang tidak cukup pintar selama ini? Karena Aku masih bisa di bodohi oleh omongan busuk kalian!" bentak Aurel.
Aurel mengeluarkan jam dan kalung yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya di Australia, hingga ia sendiri lupa hadiah apa yang ia bawa kembali untuknya. Ia hanya memikirkan kedua sahabat dan kekasihnya, ternyata sahabatnya dan kekasihnya malah memberikan dirinya kejutan yang sangat amat tidak ia duga selama ini.
"Liat! Kalung dan jam ini, awalnya untuk kalian," jelas Aurel, memperlihatkan kalung dan jam mewah itu, membuat Kevin dan Tasya melongo bahkan kaget.
'Sial, kenapa harus ketahuan disaat seperti ini!' batin Kevin, ia sangat menyesali kebodohan dirinya.
'Br*ngsek! Kenapa harus sekarang! Jam dan kalung mewah itu bisa kami dapatkan! Sial*n!' maki Tasya dalam hatinya.
"Au-Aurel, kamu jangan salah paham! Ini semua karena Kevin! Kevin yang menggodaku!" pekik Tasya, ia tidak mau kehilangan benda mahal itu.
'Heh, saling menyalahkan! Ternyata hubungan kalian hanya segitu,' batin Aurel.
"Sayangnya, Aku tidak sebodoh itu. Untuk percaya sekali lagi dengan perkataan kalian."
Aurel pergi, dengan air yang terus mengalir di pipinya. Apa yang ia tahan akhirnya tumpah. 4 tahun menjalin kasih, ternyata hanya sia-sia.
...****************...
Bar.
Aurel masuk dengan cepat, dan memesan bir. Tentunya, dengan kecantikan yang luar biasa, ia menjadi pusat perhatian semua orang. Tanpa ia sadari, ia sudah terlalu banyak meminum Bir.
Tepat disaat itu, seorang Pria tampan dengan setelan jas rapi datang. Dengan disambut oleh pemilik Bar. Pria itu bernama Argantara Alvarendra, pria kaya raya yang menjadi incaran semua perempuan di Indonesia. Tentunya sekarang ia jadi sumber perhatian dari para perempuan-perempuan yang ada di Bar ini.
"Tuan Muda Argantara, silakan lewat sini," ujar kepala Bar.
Arga datang karena ada pertemuan yang di adakan di sebuah Bar. Tentunya ia tanggapi, semua perusahaan di dalam bahkan luar negeri banyak yang ingin berkerja sama dengan perusahaannya. Hanya saja ia terkenal dingin dan kejam.
"Tuan, kenapa anda mau kemari? bukannya, anda bilang anda tidak mau lagi menginjakan kaki anda kemari?" tanya Reno, adalah pengawal pribadi sekaligus sahabat Arga.
"Entahlah, rasanya ada sesuatu yang menarikku untuk kemari? Tapi, kita ladeni saja jebakan ini." Arga tersenyum sinis, ia cerdik bahkan bisa lebih licik di bandingkan orang licik.
Arga sudah mengetahui bahwa orang yang akan bekerja sama dengannya adalah seorang yang ingin menjebaknya, bahkan membunuhnya. Karena, ia sudah pernah menghancurkan perusahaan miliknya. Bukan, Arga jika tidak mendapatkan informasi lebih dulu dari orang lainnya.
"Baik Tuan!"
Bruk!
Tiba-tiba saja Aurel terjatuh tepat di hadapan Arga. Tentunya, Arga dan beberapa pengawalnya kaget, kejatuhan wanita secara tiba-tiba.
"Siapa dia? Cepat singkirkan!" bentak Arga, karena dirinya selama ini menak untuk dekat dengan siapapun manusia berwujud perempuan.
"Maaf Tuan Muda, kami akan membawanya," ujar pemilik Bar dengan gugup, ia benar-benar takut.
Saat tangan Aurel hendak ditarik, ia lebih dulu sadar dan menatap Arga dengan teliti. Mengira Arga adalah Kevin, mantannya yang breng*ek. Aurel mendekati Arga lalu memakinya, sontak mereka semua kaget bukan main bahkan Arga sekalipun.
"Hei! Breng*ek, Kau sungguh kurang ajar! Berani-beraninya selingkuh di belakangku! Bahkan dengan sahabatku... hiks...." pekik Aurel, lalu terjatuh di kedalam pelukan Arga. Dengan setetes air mata yang jatuh.
'Tamatlah riwayatku,' batin Reno.
Deg!
Perasaan aneh mengalir di tubuh Arga, ia merasa tidak jijik untuk pertama kalinya dengan seorang perempuan. Apa lagi wangi perempuan ini sangat lembut, bahkan aroma alkohol sekalipun tidak bisa menandingi kelembutannya.
"Bawa dia cepat!" bentak Reno, ia sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Terakhir kali seorang perempuan yang menyentuh Arga di seret keluar.
"Diam!" Arga menghentikan kedua pengawal yang hendak mengangkat tubuh perempuan itu, tentunya dengan refleks Arga menghentikannya.
...****************...
"Ugh!"
Aurel terbangun dari tidurnya, matanya masih mencerna suasana sekitar. Hingga akhirnya melotot sempurna.
"Di-dimana ini?" gumam Aurel, memerhatikan sekelilingnya.
Alangkah kagetnya ia melihat seorang pria yang berada di sampingnya dengan tanpa pakaian bahkan dirinya dalam keadaan telanjang. Aurel kaget, bahkan hatinya hancur mengetahui dirinya sudah tidak suci akibat kesalahan dan kebodohannya.
👑Queen~
Perasaan yang hancur berkeping-keping membuatnya tak kuat lagi untuk sekedar berbicara. Aurel memutuskan untuk menemui Amanda, dan menceritakan semuanya. Di tengah perjalan Aurel menatap lesu jalan, hingga ia sampai di sebuah perumahan tempat Amanda tinggal.
Tok! Tok!
Mendengar suara ketukan Amanda berjalan membuka pintu.
"Au-Aurel!" pekik Manda, melihat keadaan sang sahabat yang kacau, pakaian pria dan mata bengkak karena tak henti-hentinya menangis.
"Hiks ... ba-bagaimana ini?" lirih Aurel, mulai tak tahan ingin mengeluarkan air matanya lagi.
"Aurel, ada apa? Kenapa, ayo masuk."
Setelah di dalam, Amanda mengambil minum dan memberikannya pada Aurel. Aurel memeluk erat Amanda mencoba menenangkan dirinya. Rasa ini, yang selama ini ia rindukan. Persahabatan yang sudah sangat lama, mereka berdua selalu tinggal bersama karena mereka ada seorang yatim piatu.
Ayah Aurel meninggal karena sakit, sedangkan ibunya meninggal karena terlalu depresi memikirkan keadaan Aurel dan dirinya, hidup serba kekurangan. Hingga akhirnya, meninggalkan Aurel sendirian. Berbeda dengan Amanda, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ia masih berusia 12 tahun.
"Hiks ... me-mereka selingkuh ... hiks kenapa? Kenapa mereka tega, gini sama Aku, Man?" tanya Aurel, menangis sambil menepuk-nepuk dadanya.
Sakit, bahkan sangat sakit. Karena kebodohannya sendiri ia membawa dirinya terjerumus dalam dosa yang besar. Hanya karena masalah sepele ini, hanya karena ia di bodohi.
"A-aku tidak suci, Man!" pekik Aurel, membuat Amanda terdiam bahkan menangis.
"Si bajing*an itu yang memperkosa Lo!?" pekik Amanda, ia sangat tidak rela sahabat yang selama ini ia anggap saudara di buat hingga begini.
"Bukan, Ka---karena kecewa, A-aku ke Bar. Ti---tiba-tiba udah di hotel, hiks .... A-aku harus gimana Man?" tanya Aurel, dengan air mata yang terus mengalir deras.
"Astafirullah! Aurel, Lo bisa-bisanya!" Amanda tak tahu harus berkata apa lagi, ia juga mengerti saat ini pasti Aurel sangat tertekan.
Amanda membawanya ke kamar dan menidurinya di ranjang. Membiarkan Aurel menenangkan dirinya, ia sedih bahkan ia sangat takut kalau sampai Aurel hamil. Pasti Aurel akan di jadikan bahan gosip tetangga mereka.
'Aurel kok bisa? Lo mikir sedangkal itu!' batin Amanda, memegang kepalanya pusing.
...----------------...
"Berani-beraninya dia pergi setelah puas," lirih Arga, menatap ranjangnya tajam bagai elang.
Tok! Tok!
"Tu-tuan Muda, ada masalah di kantor," ujar Rino, tentunya ia sangat takut untuk membangunkan Arga.
Arga menghela nafasnya panjang.
"Baiklah, ayo kita pergi!"
"Baik."
Dua Minggu sudah berlalu, kondisi tubuh Aurel semakin tidak baik. Nafsu makannya berkurang, bahkan selalu muntah-muntah. Amanda semakin khawatir pada kondisi Aurel, hingga akhirnya Aurel di bawa ke klinik.
Mereka tinggal di pinggiran kota, karena dulunya mereka hanya seorang anak kampung yang berhasil karena cerdas dan pintar.
Klinik!
"Bagaimana kondisi teman saya, dok?" tanya Amanda, sambil terus menggengam erat tangan Aurel.
"Selamat teman anda sedang mengandung, usia kandungannya dua minggu," ujar Sang Dokter.
Deg!
Jantung Amanda seakan-akan berhenti, begitu juga dengan Aurel. Air matanya lolos begitu saja, cobaan apa lagi yang menimpa dirinya. Kenapa harus hamil? Apa yang akan di katakan tetangga mereka jika seperti ini.
"Rel, Lo-lo harus kuat, Lo enggak boleh macam-macam," pinta Amanda, ia sangat tahu bagaimana Aurel selama ini. Terkadang ia tidak sadar berbuat apa? Hingga, terjadi kejadian dimana ia tidur dengan pria asing. Amanda takut Aurel melalukan hal bodoh, hingga akan menyesal kehilangan bayi itu.
Mereka kembali ke rumah, dengan meminta sang Dokter untuk merahasiakan kehamilan mereka pada siapapun itu, sehingga sang Dokter merasa tak tega dan memutuskan untuk berjanji.
"Hiks ... Man? Gimana ini? Gu-gue takut, Gue bener-bener bodoh, bodoh. Kenapa selalu melakukan sesuatu tanpa pikir panjang, Aurel!" teriak Aurel, sambil menarik-narik rambutnya, prustasi.
"Hiks ... gimana Man? Gue masih belum siap, hiks ... gue enggak mau hamil, gue enggak mau!" teriak Aurel, perasaannya benar-benar hancur, bagaimana mungkin ia hamil sebelum menikah. Bahkan, ia akan jadi gunjingan para tetangga jika terus seperti ini.
"Aurel, Cukup!" pekik Amanda, tak tahan.
"Cukup Rel, ini semua cobaan. Gue mohon, Lo harus kuat. Anak ini enggak salah apapun, kita harus pikirin ini semua dengan kepala dingin," jelas Amanda, menahan air matanya yang hendak keluar, Aurel menatapnya sendu bahkan keadaannya sudah berantakan.
Lalu, menatap perutnya yang masih datar, 'Maafin, Mama sayang,' lirih Aurel, dalam hatinya, mengelus lembut perut datarnya.
"Maafin gue, gue bingung harus apa," ujar Aurel.
"Gue ngerti, Rel. Hiks ... Hiks, gue mohon Lo sabar dan istirahat biar kita bicarain lagi setelah Lo tenang," pinta Amanda, lalu Aurel mengangguk.
1 Jam, Aurel mengistirahatkan tubuh dan kepalanya. Hingga terbangun dari tidurnya, melihat Amanda yang sedang sibuk memasak makanan. Aurel terdiam, tanpa sepatah katapun, ia menatap sendu Amanda yang harus mengurus dirinya yang bodoh dan selalu berbuat baru sadar dengan tindakannya.
'Maafin gue, Man.'
"Rel, udah bangun. Ayo sini, makan dulu kasihan Anak Lo belum makan," ajak Amanda. sambil tersenyum manis.
Aurel beranjak dari tidurnya ke kamar mandi, mencuci wajahnya dan ikut bergabung untuk makan.
"Man, maafin gue," lirih Aurel.
"Rel, lo enggak perlu minta maaf. Selama ini kita saudara, gue sayang banget sama Lo," ujar Amanda, memeluk erat Aurel.
"Iya!"
"Jadi, jangan ngelakuin hal bodoh lagi. Jangan buat Gue merasakan kehilangan untuk kedua kalinya," lirih Amanda, sendu. Aurel mengangguk.
Selesai makan mereka duduk bersama di ruang tamu.
"Gue udah membuat keputusan, Man," lirih Aurel, tentunya membuat Amanda sedikit takut. Takut, Aurel salah mengambil keputusan.
"Rel---."
"Gue mau ke Inggris!"
......................
Setelah keputusan yang tiba-tiba itu, akhirnya Aurel dan Amanda sepakat untuk ke Inggris bersama. Bersama-sama merawat bayi Aurel. Awalnya Aurel melarang Amanda untuk ikut, jika ia ikut bagaimana dengan perkerjaan dan rumah mereka. Tapi, Amanda tetap kekeh untuk ikut bersama dan membantu semua keperluan Aurel di Inggris.
Mereka berdua terbang ke Inggris esok hatinya. Aurel menatap sendu tempat lahirnya, ia harus melupakan semua kenangan buruk dan kembali saat semua keadaan tenang. Rumah mereka sengaja mereka jual, kepada orang yang memang sudah lama mengincar tempat mereka.
Aurel yakin, bayinya akan tumbuh sehat dan kuat. Bahkan cerdik, dalam segala hal untuk membalas semua perbuatan jahat Tasya dan Kevin.
'Selamat tinggal Negaraku. Aku akan kembali setelah rasa sakit ini menghilang sepenuhnya dariku. Aku sadar melarikan diri bukan hal yang terbaik, tapi Aku sungguh tidak sanggup jika terus berada di sini,' batin Aurel, menatap keluar jendela, dan menutup matanya mencoba melepaskan sesak didadanya.
👑Queen Flwr*~
17 Jam lebih Aurel berada di pesawat, hingga begitu sampai Aurel merasa sangat tenang, walau hatinya tertinggal jauh di Indonesia. Baginya, tidak ada Negara maupun kota yang lebih baik, dari tanah kelahiran sendiri.
"Aurel kita langsung aja ke perumahan yang sudah kita pesan," ajak Amanda.
(Note; Maaf ini hanya karang saja, Saya juga belum pernah ke Inggris. Jadi karangan aja, karena memang saya sendiri ingin Ke Inggris, hehe)
Sesampainya mereka di perumahan, tentunya Aurel merebahkan tubuhnya yang lelah. Apa lagi ia sedang mengandung, berat untuknya melakukan perjalanan panjang.
"Lo istirahat aja, biar Gue yang urus semua ini," ujar Amanda, dengan senyuman yang meremehkan.
Tentunya, Aurel merasa sangat terenyuh. Bahkan, Amanda selalu ada untuknya di saat ia susah maupun bahagia. Air matanya menetes lagi, membuat Amanda kalang kabut karena merasa bersalah.
"Rel, apaan sih kok nangis? Udah yah, kasihan anak Lo entar sedih lagi," ujar Amanda, dengan raut wajah yang lucu.
"Haha," gelak Aurel.
'Ah iya, hampir saja lupa dengan hadiahnya,' batin Aurel, lalu mengeluarkan sebuah uang yang seharga mobil.
"Nih." Aurel menyodorkan amplop besar untuk Amanda, tentunya Amanda terkejut.
"Apa ini? Ini hasil kerja keras lo. Gue enggak mau," tolak Amanda, tegas.
"Ambil! Gue tau Lo pasti butuh juga, sebenernya uangnya mau Gue beliin mobil tapi enggak jadi, hehe," kekeh Aurel.
"Aurel! Apa-apaan dih Lo? Gue, hiks...Gue ikhlas bantu Lo dan baby kita," ujar Amanda, seakan-akan dirinya adalah ayah dari sang bayi.
"Dih najis, Gue enggak belok yah," ujar Aurel, bergendik ngeri. Sedangkan Amanda terkekeh geli.
Amanda akhirnya membagi uangnya, untuk kehidupan mereka disini. Jam dan kalung itu cukup untuk hidup di London selama beberapa tahun.
...****************...
Di lain tempat.
Arga sangat sibuk dengan semua kerjaannya. Karena Cabang Perusahaan di Belanda tiba-tiba memintanya untuk ke Belanda mengurus perusahaan yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tentunya, hingga saat ini ia sangat kelelahan mengurus semuanya sendiri.
Argantara Alvarendra nama yang begitu membuat orang-orang takuti, karena sikap dingin dan kejamnya. Dari kecil hingga sekarang tentunya ia menuntut dirinya agar menjadi CEO yang baik, hingga hatinya kembali membeku karena tak mengenal namanya kasih sayang, apa lagi sejak Mamanya meninggal.
'****! Kenapa jadi kepikiran sama tuh cewek,' batin Arga.
"Rino!"
"Ya Tuan?"
"Cepat selidiki cewek yang kemarin!" titah Arga, tentunya membuat Rino kaget. Karena, selama ini Arga tentunya tidak pernah berinisiatif untuk mencari seseorang.
"O-oh baik."
...****************...
London.
5 Bulan Kemudian.
Kandungan Aurel semakin membesar, ia merasa selalu menginginkan sesuatu yang tidak masuk akal. Seperti ingin melihat seorang CEO di Inggris. Mungkin itu ikatan batin antara Aurel, anaknya dan ayahnya.
Aurel bahagia saat melihat ternyata di dalam kandungannya terdapat dua janin beberapa minggu yang lalu. Hingga di usia kehamilan ke lima bulan, Aurel bertekad tidak ingin mengetahui jenis kelamin anaknya. Karena itu akan menjadi kejutan tersendiri baginya yang hanya mengurus kedua bayinya tanpa Ayah.
"Aurel, makan dulu selagi panas," ujar Amanda, menyerahkan bubur pada Aurel.
"Man, Gue mau jalan-jalan keluar yang mumpung udara masih fresh," ujar Aurel, karena dari tadi ia merasa selalu ingin keluar rumah.
Amanda cengo, "Jangan bercanda deh, Rel. Katanya salju bakalan turun beberapa hari ini. Kalo turun sekarang gimana, kasiha baby twins," tolak Amanda, membuat raut wajah Aurel kecewa.
"Haish, susah yah. Bicara sama orang hamil." Lalu Amanda, meraih jaket tebal dan memasangkannya di tubuh Aurel.
Seketika wajahnya menjadi gembira, entah kenapa baby nya sangat ingin keluar. Apa karena Aurel selama ini tidak pernah keluar rumah, keluar juga beberapa kali saat ingin mengecek kondisi kandungannya.
"Woah, segarnya!" pekik Aurel. Mengundang perhatian para orang-orang di sekitarnya.
"Ish, malu Rel." Amanda menarik Aurel, sambil menyembunyikan kepalanya di perut Aurel yang mulai membuncit.
"Hehe," kekeh Aurel, tanpa dosa.
Tiba-tiba Aurel merasa sangat sedih. Bahkan ia menatap langit biru dengan mata yang berkaca-kaca. 'Kenapa yah, perasaan gue beberapa hari ini sensitif banget,' batin Aurel bertanya, mungkin bawaan bayi.
"Rel? Lo enggak apa-apa, kan?" tanya Amanda, melihat Aurel yang berkaca-kaca.
"Man, entah kenapa gue sedih banget. Apa sekarang kita pulang aja yah," ujar Aurel.
"Ya sudah ayo."
...----------------...
Di tempat lain.
Arga bersama anak buahnya sedang berada di London. Pagi ini pesawat pribadi nya mendarat dengan sempurna. Datang ke London, untuk memastikan anak perusahaannya.
Tapi, entah kenapa ia merasa sangat sedih melihat kota ini. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal aneh seperti ini. Apa lagi menangis, air matanya seolah-olah tidak pernah ada selama ini.
'Kenapa yah,' batin Arga.
Sebenarnya, ia tidak perlu mengecek sendiri keadaan perusahaan di Inggris, tapi entah kenapa hatinya tergerak ingin mengeceknya sendiri.
"Rino, Kamu duluan saja. Saya masih ada urusan lain," ujar Arga. Rino tampak keberatan karena mereka juga baru sampai. Emangnya, urusan apa lagi di sini selain mengurus anak cabang perusahaan.
"Ba-baik."
Arga menghentikan mobilnya di sebuah perumahan yang entah kenapa naluri hatinya membawanya kemari. Hingga tanpa ia sadari kakinya melangkah mendekati Aurel. Namun, masing-masing dari mereka tidak menyadari itu. Aurel yang sedang memeluk erat Amanda, sehingga tidak melihat bahwa ada pria yang sudah menodainya.
Kring!
Satu pesan membuat mata Arga, beralih ke ponselnya. Arga merasa sangat kenal dengan punggung wanita itu.
Rino📩
{Tuan, Anda berada dimana? Ini sudah waktunya Meeting}
Arga selalu mengutamakan waktu, ia malas berada di kota yang dingin. Karena itu ia meminta langsung Meeting setelah kedatangannya.
Arga melangkah menjauh dari Aurel, membuat Aurel lagi-lagi merasakan sedih yang tiba-tiba menyerangnya.
'Kenapa lagi? Sayang, kamu kenapa? Kenapa sedih terus, apa kalian sedih karena Daddy?' batin Aurel bertanya pada kedua bayinya, dengan mengelus perlahan perutnya yang mulai membesar.
Mungkin itu ikatan batin, dimana sang anak ingin bertemu Ayahnya. Aurel merasa sedih, ia sebenarnya tidak ingin kedua anaknya lahir tanpa kedua orang tua yang lengkap. Sebesar apapun kasih sayangnya untuk anaknya, pasti akan terasa kurang jika tak memiliki Ayah. Sama sepertinya dulu, yang di tinggalkan Ayahnya, walau Ibunya sangat menyayangi tapi tetap saja terasa kurang tanpa hadirnya seorang Ayah, kepala keluarga..
"Maafkan Mama, semoga kalian tumbuh cerdas dan pintar. Agar masa depan kalian baik. Menjadi anak yang berbeda dari anak yang lain," gumam Aurel, mengelus lembut perutnya.
Aurel, tidak mau mengingat lelaki yang sudah mengambil hal yang paling berharga dalam hidupnya. Tetapi, mungkin anaknya membutuhkan lelaki itu untuk menjadi Ayah dari anak-anaknya.
"Aku bisa menghidupkan mereka tanpa Kamu sekalipun. Aku benci Kamu! Dasar pria brengs*k!" umpat Aurel. Jadi kesal, memikirkan lelaki yang sudah merenggut kesuciannya itu.
'Kenapa kupingku tiba-tiba gatal,' batin Arga, saat sedang memasuki ruangan meeting.
(Maaf jika kurang menarik, karena baru pemula:)
👑Queen Flwrr
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!