NovelToon NovelToon

Anna&Justin- Cinta Di Musim Panas

Anna

"oh tidak lagi" Anna menjerit kecil ketika membuka lokernya. Betapa tidak, loker kecilnya penuh dengan sampah, mulai dari sobekan kertas,permen karet,dan adapula bungkusan sisa makanan dan minuman. Sampah sampah itu bahkan berhamburan keluar saat Anna membuka lokernya.

" hadiah dari penggemarmu lagi ya? " seseorang mengejeknya. Anna mendengus kesal. Tanpa menolehpun ia tahu pasti siapa pemilik suara itu. Suara itu milik Justin Wilderman, cowok populer di sekolahnya yang sepertinya ketiban sial karena lokernya bersebelahan dengan loker Anna.

"bukan urusanmu" sahut Anna ketus.

" seharusnya memang begitu kalau saja lokermu tidak disebelahku. kau lupa tragedi telur busuk tempo hari ? " kata Justin tak kalah ketus.

Anna terdiam. Beberapa hari lalu memang ada yang sengaja menaruh pecahan telur busuk di loker Anna,dan bisa dibayangkan betapa baunya. Anna sampai harus bolak balik mengelap lokernya termasuk mengepel muntahan Justin yang langsung mual saat ia hendak mengambil buku di lokernya. Dan akibat kejadian itu,gadis-gadis pemuja Justin menyalahkannya,bahkan diantara mereka ada yang mengumpatnya serta menjambaknya di depan umum,sampai-sampai satpam sekolah harus memisahkan mereka.

" kalau boleh aku sarankan,sebaiknya kamu minta pindah loker saja,atau akan lebih baik kalau kamu pindah dari sekolah ini " kata Justin dingin.

" kenapa harus aku? aku tidak masalah dengan ulah penggemarku. Kalau kamu merasa terganggu,kenapa bukan kamu yang pindah? "

" Dasar wanita g***! " Justin membanting pintu lokernya dengan keras seraya mengumpat. Ia lalu meninggalkan Anna.

Anna memunguti sampah yang ada di lokernya lalu memasukkannya kedalam kantong plastik besar. Anna memang selalu membawa beberapa peralatan "tempur" yang ia simpan di tas sekolahnya. Kantong plastik,lap pel,bahkan cairan pembersih lantai pun ia bawa di dalam tas ranselnya yang besar. Semua peralatan itu selalu menolongnya dalam menghadapi masalah seperti ini.

" mereka berulah lagi ya? " tiba tiba Drew sudah berada di sampingnya. Anna tersenyum. Drew membantunya memunguti sampah-sampah itu.

" sebaiknya,kamu lapor guru,sebelum tindakan mereka semakin parah "

" tidak perlu,aku tidak masalah dengan ini. Lama-lama mereka juga akan bosan sendiri "

" kamu terlalu lemah,Ann. sampai kapan kamu akan bertahan? "

" sampai lulus" jawab Anna singkat. Ia tersenyum manis pada Drew dan kemudian tangannya dengan cekatan menyemprotkan cairan pembersih ke lokernya dan mengelapnya sampai bersih.

......

" sepulang sekolah besok,kita jalan ke salon yuk " ajak Drew. Saat itu mereka berdua sedang berjalan keluar sekolah.

" aku harus bekerja" tolak Anna.

" ayolah, kamu masih muda Ann, kalau terlalu banyak bekerja,kamu akan kehilangan masa mudamu. dan saat bertemu denganmu,aku akan susah mengenalimu. kulitmu berkeriput, kepalamu botak.. "

" heii.. tidak seperti itu juga.. " Anna protes mendengar ucapan sahabatnya itu.

" karena itulah, jangan terlalu banyak bekerja. kamu harusnya merawat diri sepertiku, mana tahu tiba-tiba besok kita bertemu cowok tampan dan kayaraya kemudian saling jatuh cinta,menikah dan akhirnya kita hidup mewah diistana"

"mimpiii " potong Anna.

" hei, hidup itu berawal dari mimpi,tahu " Drew membela diri. Anna tersenyum mendengar gurauan sahabatnya. Ia cukup tahu siapa dirinya. Anna Rose hanyalah seorang upik abu, mengharapkan seorang pangeran datang untuknya sama halnya dengan mimpi yang akan hilang ketika terbangun dari tidur.

"sampai kapan kamu akan terus bekerja Ann? " tiba-tiba Drew bertanya padanya

" sampai aku kaya" jawab Anna singkat

"oh,no, aku tidak akan membiarkan itu terjadi "

" kenapa? kamu tidak suka,melihat sahabatmu ini kayaraya? "

" tidak! kalau kamu jadi orang kaya,kamu pasti pindah dari sekolah ini, pindah rumah,dan aku akan kehilangan satu-satunya sahabatku"

Anna tertawa. Apa yang dikatakan Drew tadi bertolak belakang dengan keadaannya sekarang. Karena, Drew adalah satu-satunya sahabat Anna. Dan sebaliknya,Drew yang baik hati tentunya memiliki teman-teman lain selain Anna.

Anna menghentikan langkah Drew,

" dengar,kalau aku kaya,aku akan mengajakmu pindah rumah bersamaku "

Pelayan

Anna mengelap meja di restoran kecil tempat ia bekerja sampingan sebagai pelayan. Sesekali ia menyemprotkan cairan pembersih.

" selamat datang " Anna berseru ramah tatkala lonceng pintu berbunyi,tanda ada pengunjung yang mampir ke restoran kecilnya. Tapi keramahan Anna seakan menghilang setelah ia melihat siapa yang datang. Ternyata Justin dan teman-temannya.

Justin melewatinya, sekilas Anna bisa melihat senyuman sinis Justin padanya. Benar-benar memuakkan. Anna mengingat-ingat teman justin yang melewatinya,tak satupun yang ia kenali. Dibelakang Justin,tentu saja ada tim pemandu soraknya. Ya,Anna menjuluki gadis-gadis di sekitar Justin seperti itu. Sejujurnya,ia merasa heran, kenapa gadis-gadis itu selalu menempel padanya. Padahal menurutnya Justin itu tipe pria yang sombong. Harusnya mereka mencari panutan yang lebih baik.

Anna mengamati para pemandu sorak yang melewatinya. Ada Claire dan Novela dari kelas yang sama dengannya. Mereka berdua adalah perpaduan yang sempurna dengan segala kecantikan dan kekayaan yang mereka miliki. Hanya saja,keduanya tak pernah berhenti membully-nya. Karena itu Anna tidak menyukai keduanya.

Dibelakang Claire dan Novela, ada tiga gadis lain yang tidak ia kenali,kemungkinan mereka dari kelas sebelah.

Anna tercekat melihat gadis terakhir yang masuk di restoran kecilnya. Drew!! Sejak kapan sahabatnya itu bergaul dengan para pemandu sorak itu? Drew tampak menunduk. Sepertinya ia enggan menyapa Anna. Anna memakluminya, sahabatnya itu pasti punya alasan tersendiri.

" hai kamu" seseorang memanggilnya. Anna bergegas pergi kearah suara. Ternyata teman Justin yang memanggilnya.

" mau pesan apa Kak? "

" siapa yang mau pesan? lihat nih,mejanya,masih kotor, kamu kerjanya nggak bener" kata orang itu sambil menunjuk mejanya yang jelas-jelas sudah bersih dari kotoran. Anna menghela nafas.

" maaf,Kak, saya bersihkan lagi mejanya "

Dengan cekatan, Anna mengelap ulang meja Justin dan gengnya.

" padahal di sekolah,kamu setiap hari membersihkan loker. Harusnya kamu terbiasa dengan hal semacam ini "

Anna melirik kesal pada Justin yang mengejeknya. Justin tersenyum sinis.

" ada lagi yang bisa saya bantu,Kak ?" Anna berusaha tetap melayani mereka dengan ramah.

" tunggu sebentar,aku pastikan dulu meja ini benar benar bersih,kata dokter aku tidak boleh bersentuhan dengan sesuatu yang kotor" seorang teman Justin dengan gaya rambut mohawk mengeluarkan sebuah kaca pembesar dan pura-pura meneliti setiap sisi meja itu. Justin dan temannya yang lain tampak menahan tawa. Anna mendengus kesal. Ia sadar kalau sedang dikerjai tapi tak bisa berbuat banyak.

Sekitar sepuluh menit Anna berdiri di situ.

" oke,good job" kata si mohawk

" ada yang ingin dipesan,Kak? "

" nanti, kami akan menikmati suasana tempat ini dulu. setelah selesai,baru akan pesan makanan " lagi- lagi si mohawk yang menjawabnya. Anna membalikkan badannya bermaksud meninggalkan meja mereka. Baru lima langkah, si mohawk itu memanggilnya lagi.

"pelayan!!"

Rasanya Anna ingin menyemprotkan cairan pembersih yang masih ditangannya pada si mohawk. Tapi begitu balik badan, sebuah senyuman manis yang ia perlihatkan.

" ya Kak, ada yang bisa saya bantu? " tanyanya ramah ketika sampai di meja Justin cs.

" aku berubah pikiran, sepertinya kami pesan saja sekarang. Apa menu andalan ditempat ini? "

Anna menjawab dengan menyebutkan menu andalan ditempatnya bekerja. Dan lagi-lagi si mohawk menyahut dengan menanyakan cara memasaknya, bumbu-bumbunya,dan lain sebagainya. Anna menjawabnya dengan ramah,meski dihatinya,ia benar-benar kesal pada kelakuan si mohawk.

"oke,kalau begitu,kami pesan yang ini saja" si mohawk menunjuk gambar menu lain yang jauh berbeda dari menu yang sedari tadi ia tanyakan.

" baik Kak " Anna mencatat pesanan mereka dan segera berlalu. Sepeninggal Anna, Justin cs tertawa ngakak.

Keluarga Anna

"Aku pulang" Anna memberi salam saat masuk rumahnya. Hal yang mungkin seharusnya tidak perlu ia lakukan, rumahnya selalu sepi di jam malam seperti ini.. Selalu tidak ada orang dirumahnya saat ia pulang. Ibu Anna,Kattie, belum pulang kerja. Sebenarnya Anna juga tidak begitu tahu,ibunya bekerja dimana,karena Kattie memang sering berganti pekerjaan. Hari ini bekerja di binatu, esok hari jadi pramuniaga toko,dan berganti lagi di hari berikutnya. Tapi Anna memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu, ia tahu,ibunya bekerja keras agar mereka dapat terus bertahan hidup sepeninggal Ayahnya. Lagipula,ibunya wanita baik-baik,tidak mungkin akan melakukan pekerjaan yang tidak benar.

Selain dengan ibunya,Anna juga tinggal dengan Adam,kakak laki-lakinya. Adam jarang pulang kerumah. Ia lebih sering berada dijalanan. Maklumlah, Ia bekerja sebagai sopir truk. Meski jarang berada dirumah, Adam sangat menyayangi Anna. Ia sering menelpon Anna untuk mengetahui kabar adik tersayangnya. Terakhir kali menghubunginya, Adam bilang ia sedang berada di luar kota. Untuk urusan pekerjaan tentunya.

Sebenarnya Anna masih punya seorang kakak perempuan, Marissa namanya. Marissa berusia tiga tahun diatas Adam, dan lima tahun diatas Anna. Marissa sangat cantik. Tubuhnya tinggi dan ramping. Selain itu,ia juga pintar. Tapi saudarinya ini meninggalkan rumah lima tahun lalu karena tidak tahan dengan kemiskinan mereka.

Anna masih ingat malam itu, ia terbangun saat Marissa dengan tergesa- gesa mengemasi barang-barangnya. Ia berusaha mencegah kepergian Marissa. Tapi kakaknya itu tidak mengindahkannya, ia berkata kalau ia muak dengan keadaan keluarganya. Saat itu keluarga mereka memang tengah terpuruk. Ayah mereka,Russel, meninggal saat berusaha melawan petugas yang memergokinya merampok bersama teman-teman berandalannya. Tak berapa lama, Adampun ditangkap polisi karena terlibat sebuah perkelahian. Dan Marissa tampaknya tidak tahan dengan cibiran tetangga pada keluarga mereka. Atau mungkin ia mengalami pembullyan,seperti yang Anna rasakan saat ini. Karena itu,ia memutuskan untuk pergi dari rumah kecil mereka. Sampai sekarangpun, Anna tidak mengetahui keberadaannya.

Anna meraih pigura kecil di meja kamarnya. Dalam pigura itu terdapat foto keluarga mereka dengan pose tersenyum ceria di halaman belakang rumahnya. Foto itu diambil saat masih lengkap,masih bahagia dan masih bisa hidup dengan nyaman dan berkecukupan. Tanpa sadar, Anna menitikkan air mata. Ia benar-benar merasa rindu dengan kehadiran keluarganya, Ayah,Ibu,Adam dan juga Marissa.

Drrt.. handphone usang miliknya bergetar. Anna mengambil nya. Ternyata pesan dari Drew.

[ Maaf,Ann. Aku terpaksa. Mereka memintaku ikut ]

[it's okay, Drew. Tidak masalah kamu ingin berteman dengan siapapun, termasuk para pemandu sorak itu 😊]

[tapi aku merasa bersalah melihat kelakuan Justin dan teman-temannya terhadapmu. aku bahkan tidak punya keberanian untuk membelamu]

Ya,bahkan Drew menghindari tatapan mata Anna. Pasti Drew merasa canggung,pikir Anna.

[aku baik-baik saja Drew. Para pengganggu itu bukan masalah untukku. ]

[baiklah. senang mendengar hal itu]

[terimakasih sudah menanyakan keadaanku,Drew]

[you're welcome,Anna]

Anna meletakkan gawainya di meja. Drew sahabatnya. Ralat,satu-satunya sahabat yang ia miliki. Tubuhnya kecil dengan rambut hitam berponi. Drew berasal dari keluarga yang berkecukupan. Ia berteman dengannya sejak SMP . Saat teman-teman yang lain menjauhinya karena keadaan keluarganya, Drew tetap disampingnya, mendukungnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!