NovelToon NovelToon

My Handsome Police

Nasib mahasiswa beasiswa

...Hai....jumpa lagi para kakak kakak reader'ku.......

...Author kembali lagi nih dengan cerita yang baru.....

...Apa kabar semua kakak-kakak? Semoga selalu sehat dan dalam lindungan-Nya....

...Semoga cerita author yang baru ini lebih bisa menghibur ya......

...Kalau ada kesalahan, tolong kasih komen kalian. Biar author bisa menulis dengan lebih baik lagi......

...Happy reading ya kak......

...Jangan lupa tinggalin jejak kalian di sini Yach....Vote, like, komen....jangan lupa klik " favorit " Yach.......

__________________________________________________

Siang hari yang terik. Seorang mahasiswi cantik yang berpakaian atasan kemeja dan bawahan celana jeans berjalan dengan sebuah buku di atas kepala untuk menutupi kepalanya dari teriknya sang surya. Berjalan untuk kembali ke rumah kostnya setelah kuliah.

' Panasnya...hari ini. Tidak seperti biasanya. ' gumam si cantik sambil sedikit mengintip langit dari balik bukunya dan menyeka keringat yang ada di pelipisnya.

Armell Lusinda Umma, biasa teman-teman memanggilnya Armell, mahasiswi semester 6 akhir jurusan manajemen akuntansi di suatu universitas terkenal di ibukota.

Armell berasal dari keluarga sederhana yang berada di sebuah pelosok kampung. Dengan berbekal otak yang cerdas dan keberuntungan, dia berhasil mendapatkan beasiswa di universitas tersebut. Kuliah gratis, di tambah lagi dia juga mendapatkan uang untuk kehidupan sehari-hari selama menjadi mahasiswa di universitas itu.

Di karenakan uang yang pas-pasan, Amell hanya mampu menyewa sebuah kamar kost yang sempit dan jauh dari kampus. Dia juga tidak mempunyai kendaraan. Jadi dia harus jalan kaki tiap berangkat dan pulang kuliah.

" Udah pulang Mell? " tanya teman kostnya saat melihat Armell memasuki pekarangan kost.

" Huh....iya kak. Capek banget. " jawab Armell sambil mendudukkan tubuhnya di teras depan kamar kost temannya itu. Armell mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya.

Gerah dan panas, itulah yang di rasakan Armell saat ini.

" Tumben udah pulang jam segini? Biasanya sorean. Nggak ke perpustakaan dulu? " tanya teman kostnya sambil memberikan segelas air putih ke Armell.

Armell menerima minuman itu dengan senyum manisnya. " Makasih kak. " Kemudian ia menenggak air putih itu sampai tak bersisa.

" Hari ini Armell lagi males ke perpustakaan. Mau sekali-sekali tidur siang. Bosen jadi anak rajin melulu. " jawab Armell sambil cengengesan.

Bugh

Teman kost Armell menimpuk pundak Armell dengan buku yang tadi di buat Armell menutup kepalanya dan sekarang sedang tergeletak di samping Armell duduk. " Sok lu....."

He...he...he...Armell malah tambah cengengesan.

" Ya kan sekali sekali aja gitu kak. Aku kadang iri aja sama temanku. Biarpun mereka juga punya tugas dan tanggung jawab yang sama kayak aku, tapi mereka santainya bukan main. " jawab Armell.

" Ya beda lah Mell sama mahasiswa kayak kita. Mereka mah nggak terlalu mikirin nilai. Tapi kalau kita yang mahasiswa karena beasiswa harus menjaga nilai kita tetep bagus biar beasiswa kita nggak di cabut. " jelas teman kost Armell yang bernama Ikke tersebut.

Hampir semua mahasiswa yang tinggal di tempat kost tersebut adalah mahasiswa beasiswa. Jadi mereka mempunyai tanggung jawab yang sama. Meskipun tidak semua dari mereka memiliki kehidupan yang sama seperti Armell. Dari keluarga yang pas-pasan.

" Iya sih mbak. Makanya selama ini aku selalu berusaha memberikan yang terbaik. Kalau sampai beasiswaku di cabut, bisa bisa aku tidak meneruskan kuliahku sampai lulus. Kasihan juga bapak sama ibu di kampung. Hah..." tambah Armell.

" Beginilah nasib kita sebagai orang biasa Mell. Tapi semoga perjuangan dan pengorbanan kita selama ini akan memberikan hasil yang terbaik. " jawab Ikke.

" Amin, kak... " jawab Armell.

" Oh iya, kamu jadi pulang besok lusa? " tanya Ikke kembali.

" Sepertinya jadi kak. Sudah empat bulan aku tidak bertemu ibu dan adik. Kangen. Mumpung belum mulai magang juga. " jawab Armell.

" Oooo.... "

" Ya udah ah, aku mau istirahat di kamar. Mau tidur siang bentar. Mumpung hari ini tidak ada tugas sama sekali. " ucap Armell sambil berdiri dari duduknya dan memungut buku yang tadi di pegangnya.

" Hem...Eh, ntar sore kita cari makan barengan ya. " jawab Ikke.

" Oke kak. "

Armell berjalan menuju ke kamarnya meninggalkan Ikke yang berada di kamarnya. Sesampainya di kamar, Armell menggantung tasnya di gantungan, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur yang hanya berukuran single bed itu.

Tak butuh waktu lama, Armell sudah pergi ke alam mimpi. Tubuhnya benar-benar lelah. Karena sudah berhari-hari dia kurang tidur dan kurang istirahat. Tugas yang menumpuk yang harus segera di selesaikan sebelum dia mulai magang.

💫💫💫

Siang berganti malam, dan malam berganti pagi. Seperti biasa, Armell bangun paling awal di banding dengan teman teman kostnya yang lain. Keluar dari kamar, Armell menuju ke kamar mandi. Mencuci muka, menggosok gigi, kemudian mengambil air wudhu.

Setelah mengambil wudhu, Armell segera melaksanakan sholat Subuh karena jam sudah menunjukkan pukul lima kurang seperempat. Sehabis sholat, seperti biasa, Armell melakukan tadarus Al-Qur'an sebentar.

Selesai tadarus, Armell mulai membersihkan dan membereskan tempat tidur juga kamarnya. Meskipun kamar kostnya sempit dan tidak mewah sama sekali, tapi kamar Armell selalu bersih dan rapi.

Ketika di rasa kamarnya sudah bersih dan rapi, Armell membuat teh panas. Setelah teh hangat jadi, Armell keluar dari kamar kembali, menghirup udara pagi yang masih terasa segar. Armell menarik nafas dalam-dalam untuk mengambil udara sebanyak-banyaknya.

" Hah.... segarnya..coba udara di sini selalu seperti ini. Pasti penduduk sini akan selalu hidup sehat. " gumam Armell.

Melihat halaman tempat kost agak kotor, Armell mengambil sapu dan mulai menyapunya. Saat kegiatan menyapunya sampai di depan gerbang, Armell melihat sebuah keranjang.

Armell segera meletakkan sapunya sembarangan dan membuka pintu gerbang. Pelan-pelan dan dengan rasa takut, Armell mendekati keranjang yang terbungkus itu.

Jantung Armell berdetak kencang saat berada di dekat keranjang itu. Tangannya terulur untuk membuka penutup keranjang tersebut. Tapi tak lama, di tariknya lagi tangan yang telah terulur tersebut.

" Bagaimana kalau di dalam keranjang ini berisi bom? Seperti yang di beritakan di TV TV itu? Bagaimana kalau aku membukanya, bomnya langsung meledak. Ya Allah emaaak....Armell takut... Armell belum lulus kuliah...Armell belum bekerja dan nyenengin ibu..Armell juga belum nikah.. Boro-boro nikah, punya pacar aja belum pernah Ya Allah... Bagaimana ini??? Apa aku panggil temen-temen aja ya? " ucap Armell sendiri.

Kemudian dia kembali masuk dan celingukan. Tampak semua pintu kamar temannya masih tertutup rapat.

" Ini tidur pada kayak kebo semua. Jam segini pada belum bangun. " gumamnya.

Armell kembali ke depan, tidak jadi membangunkan temannya. Dia mendekati keranjang itu lagi. Dan tiba-tiba, keranjang tersebut bergerak-gerak.

" Astaghfirullah haladzim...." pekiknya terkejut karena keranjang itu tiba-tiba bergerak-gerak.

" Kok gerak-gerak. Berarti bukan bom isinya. Apa ya kira-kira? " ucap Armell sambil menepuk-nepuk bibirnya dengan jari telunjuknya. Dia nampak berpikir.

" Aahhh.... jangan-jangan kucing. Atau kelinci. Makanya gerak-gerak. Wah, kalau itu kelinci atau kucing, pasti lucu sekali. " Armell nampak mendapatkan ide dan membuat ia tersenyum.

Pelan-pelan di bukanya penutup keranjang tersebut dan Armell kembali memekik.

" Astaghfirullah haladzim......" teriaknya sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

" Kenapa isinya lebih lucu daripada kucing maupun kelinci....Ya Tuhan...."

***

Kira-kira apa ya guys isi keranjangnya???

Penasaran nggak? Tetep stay tune di sini....klik favorit biar kalau author up episode, kalian pada tahu ....

Bersambung

Bayi tampan

Pelan-pelan di bukanya penutup keranjang tersebut dan Armell kembali memekik.

" Astaghfirullah haladzim......" teriaknya sambil menutup mulutnya dengan tangan kanannya.

" Kenapa isinya lebih lucu daripada kucing maupun kelinci....Ya Tuhan...." gumam Armell pelan.

Dia masih tetap termangu melihat isi keranjang itu. Sejenak dia terpaku. Kemudian terdengar rengekan kecil dari dalam keranjang yang membuatnya tersadar. Armell celingak-celinguk melihat ke sekitar rumah kostnya mencari sesuatu atau seseorang. Tapi kosong. Dia tidak melihat siapapun di sekitarnya.

Armell berjongkok di hadapan keranjang. " Ya Tuhan...siapa yang tega menaruhnya di sini? "

Armell membuka kain yang menutupi keranjang itu keseluruhan, sehingga makin jelasnya isi keranjang tersebut. " Lucu sekali bayi ini. " pujinya.

" Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kasihan sekali bayi ini. Dia pasti kedinginan. " gumam armell.

" Halo...., ganteng...." sapa Armell ke bayi tersebut yang di sambut senyum dan mata belok yang begitu bercahaya dari sang bayi. Armell mengelus pipi gembul bayi yang di duga Armell berusia hampir dua bulan itu.

Sang bayi menggeliat kegelian karena elusan lembut dari tangan Armell. Armell kembali melihat ke sekeliling, siapa tahu ada yang mencari bayi ini. Tapi tetap saja tidak ada yang terlihat. Akhirnya dia memutuskan untuk membawa bayi itu masuk ke kost. Di jinjingnya perlahan keranjang yang berisi bayi tersebut.

" Kita masuk ya. Di luar dingin. " ucap armell ke bayi lucu itu.

Armell membawa keranjang yang berisi bayi tampan itu ke dalam area kost. Dari kejauhan, seseorang meneteskan air matanya melihat keranjang bayinya di bawa masuk ke kostan oleh Armell.

" Maafkan mama nak...Mama terpaksa menitipkanmu di tempat lain. Demi keselamatanmu. Jangan pernah membenci mama. Suatu saat jika keadaan sudah kembali membaik, mama berjanji akan menjemputmu. " gumam seorang wanita dalam isak tangisnya.

" Saya titip anak saya. Tolong jaga anak saya dengan baik. " pinta wanita itu ketika Armell sudah tidak terlihat. Kemudian wanita tadi menaiki mobilnya pergi dari daerah kost armell karena merasa bayinya telah aman.

Di dalam kost Armell

Teman kost Armell sudah mulai pada bangun. Teman Armell yang melihat Armell membawa sebuah keranjang cukup besar ke dalam kost, bertanya-tanya.

" Mell, kamu bawa apaan itu? " tanya salah satu teman kost Armell.

" Ha? " Armell yang semenjak tadi masih sibuk menatap bayi lucu terkejut oleh pertanyaan temannya. Diapun menegakkan kepalanya.

" Apa itu yang kamu bawa? " tanya temannya lagi.

Kemudian Armell meletakkan keranjang itu di depan kamar kostnya. " Kemari, cepat. Kamu lihat sendiri. " jawab Armell sambil melambaikan tangannya ke arah temannya.

Karena temannya itu juga penasaran, akhirnya dia segera mendekati Armell. Dan betapa terkejutnya dia setelah menengok isi keranjang.

" Astaghfirullah.... Subhanallah..." ucap teman Armell yang bernama Ririn itu terkejut bukan main. " Siapa ini Mell? " tanyanya.

" Aku juga tidak tahu. " Jawab Armell sambil mengendikan bahunya. " Saat aku menyapu depan, aku menemukannya pas di depan pintu gerbang kost ini. " tambahnya.

" Ada apa ini? " tanya teman kost Armell yang lain datang. " Ha....??? Bayi siapa ini? " tanyanya terkejut.

" Armell menemukannya di depan rumah kost kita. " jawab Ririn. " Kira-kira bayi siapa ini ya Mell? " tanya Ririn kembali.

" Aku tidak tahu. Aku sudah melihat ke sekeliling tadi. Tapi tidak menemukan siapapun. Sepertinya bayi ini sengaja di tinggalkan di sana. " jelas Armell.

Mendengar sedikit keributan, teman kost Armell yang lain datang mendekat dengan wajah yang juga terkejut.

" Coba kita periksa. Siapa tahu ada petunjuk. " ucap Ikke.

Yang terus di iyakan oleh semua. Ikke dan Armell mulai membuka keranjang. Terdapat satu kaleng besar susu bayi dan sebuah dot di sana. Armell mengeluarkannya. Saat sedang berusaha mencari, tiba-tiba bayi itu menangis dengan kencang. Semua menjadi terkejut dan kebingungan karena memang mereka belum pernah ada yang merawat bayi.

Salah satu anak kost berinisiatif mengangkat tubuh gemol bayi itu dan berusaha menenangkannya. Tapi bayi itu tetap menangis.

" Susu. Mungkin dia lapar. " ucap Armell dan segera ke dapur untuk membuatkan bayi itu susu. Tak berselang lama, Armell kembali dengan membawa dot yang telah berisi susu. Di lihatnya, si bayi telah berpindah tangan, tapi tetap tidak berhenti menangis.

" Ini susunya. Coba kamu kasihkan. Semoga saja dia diam. " ucap Armell.

Teman Armell itu segera memberikan susu itu ke bayi yang di temukan Armell tadi. Tapi ternyata bayi itu tidak mau meminumnya. Bahkan dia tetap menangis.

" Bagaimana ini? Dia tidak mau meminumnya. " ucap Ririn.

" Coba sini, aku yang gendong. " pinta Armell. " Siapa tahu dia mau diam. " tambahnya. Armell kemudian mengambil si bayi yang berada dalam gendongan Ririn.

Dan ternyata benar. Ketika berada di dalam gendongan Armell, tangis bayi itu mulai mereda. Dan dia juga mau meminum susunya.

" Wuahhh, hebat Mell. Dia benar-benar diam. Sepertinya dia menyukaimu. Duh, lucunya. " ucap teman Armell yang lain sambil menoel pipi gembul sang bayi.

Armell menimang bayi itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh bayi itu.

" Eh, ada suratnya. " pekik Ikke. Semua yang ada di situ langsung melihat ke arah Ikke.

" Baca kak isi suratnya. " pinta Armell.

" Siapapun yang menemukan bayi ini, tolong di jaga dengan baik ya. Aku mohon. Dia adalah anakku. Titip anakku. " Ikke membacakan surat itu dengan perlahan.

" Ada namanya nggak? Alamat pengirimnya mungkin. " tanya salah satu teman Armell yang bernama Niki. Sontak teman-teman yang ada di dekat Niki menjitak kepalanya.

" Ya jelas nggak ada lah. Kalau di kasih nama, terus ada alamatnya juga, berarti orang itu nggak niat buang anak. Oon...! Heran aku ...kok bisa-bisanya kami ini dapat beasiswa, Nik. " ucap Resa.

Yang di protes hanya nyengir kuda. " Ya kan siapa tahu. "

" Eh, bentar-bentar...Ada amplop lagi. " ucap Ikke. Kembali semua yang ada di situ menoleh ke arah tangan Ikke. Ikke membuka amplop tersebut. Dan ekspresi terkejut mampir di semua wajah yang ada di situ.

" Widdihhh....banyak banget duitnya. " ucap Ririn. " Sepertinya bayi ini anak orang kaya. Niat buang anak aja di bawain duit segepok gini. " tambahnya.

" Iya mungkin. Secara dia kan buang anaknya di depan kost-kostan nih. Jadi dia tahu kalau yang nemuin pasti tidak punya uang. Di bawain deh uang banyak, biar anaknya nggak kekurangan. " ucap Ikke.

Semua mata kini tertuju ke bayi tadi. Kini, bayi itu telah terlelap di gendongan Armell.

" Terus, apa rencana kita selanjutnya? " tanya Ikke. Semua mengendikkan bahunya.

" Bayi ini lucu sekali. Melihatnya pertama kali, aku langsung sayang sama dia. Sepertinya aku ingin merawatnya. " ucap Armell sambil menatap wajah pulas bayi itu.

" Iya Mell. Kasihan juga bayi itu. Dia belum tahu apa-apa. Dia juga tidak meminta untuk di lahirkan. Orang tuanya saja yang kebangetan. Mungkin dia hasil hamil di luar nikah. Makanya terus di buang. " ucap Niki.

" Tumben nih anak ngomongnya bener. " sahut Ririn . " Kita rawat dia bareng-bareng. Saling bantu kita lah. Kalau Armell ada kuliah, kita yang lagi nggak ada kuliah, jagain dia. " tambahnya.

" Tapi menurutku, kamu tetap harus melaporkan bayi ini ke pihak yang berwajib Mell. Kita tidak tahu ke depannya ada apa. Iya kalau tidak ada masalah di belakangnya. Kalau ada apa-apa, kita bisa di tuduh. Apalagi kalau sampai bayi itu hasil penculikan. Bisa di tuduh kita. " ucap Ikke.

Semua terdiam mencerna omongan Ikke. Kemudian mereka manggut-manggut.

" Besok lah kak. Besok aku akan bawa dia ke kantor polisi. " jawab Armell. " Aku tidurin dia ke kamarku dulu. Kasihan. " tambahnya.

" Iya. udah bawa ke kamar aja. " jawab temannya.

Armell masuk ke kamarnya dengan bayi yang di gendongannya.

" Ada yang mau ke supermarket nggak? " tanya Ikke. " Kita butuh Pampers untuk bayi itu. Juga beberapa baju. Sepertinya tidak ada bajunya di sini. " tambah Ikke sambil mengaduk-aduk isi keranjang.

" Aku aja kak. Ntar habis sarapan, aku aja yang belanja. " jawab Leni teman kost Armell yang lain.

Ikke mengambil beberapa lembar uang dari amplop yang ia temukan di dalam keranjang. " Pakai ini buat belanja keperluan si kecil. Uangnya yang lain, bakal aku kasih ke Armell semua. Dia yang menemukan bayi itu. Dia yang berhak menyimpan uang ini. " ucap Ikke dan di sambut anggukan dari semua yang ada di situ.

***

bersambung

...Jangan lupa vote, like, komen, juga klik favorit ya kak........

...I love you pulll pokoknya ...sarang-hae.... sarang-hae.......

Dasar jelek

" Jadi kamu bawa bayi itu ke kantor polisi sekarang?" tanya Ikke.

" Jadi kak. Lebih cepat lebih baik. Kalau memang dia hasil penculikan, biar bisa segera kembali ke orang tuanya. Kasihan kak. " jawab Armell.

" Kamu bener sih. Kamu sama siapa? Kalau tidak ada kuliah pagi, aku pasti anterin kamu. " ucap Ikke.

" Sendiri aja lah kak. Kebetulan hari ini aku tidak ada kuliah. Kalau misal aku minta tolong ke yang lain buat nemenin, khawatirnya urusannya lama. Teman-teman yang lain kan juga harus kuliah. " jawab Armell.

" Ini, kamu mau mandiin dia? " tanya Ikke sambil mengelus pipi bayi.

Armell mengangguk.

" Ya udah, kamu mandiin dia, aku bantu nyiapin perlengkapan buat nanti kalau ke kantor polisi. Oh iya, kemarin udah di beliin tempat susu kan ya? Sama termos kecil? Biar nanti nggak perlu bawa susu banyak-banyak. " tawar Ikke .

" Udah kak. Malah belum sempat aku bongkar belanjanya. Cuma kemarin aku ambil popok aja. " jawab Ikke.

" Ya udah, sana kamu mandiin dia. Keburu kedinginan. Dingin ya ......" ucap Ikke menggoda bayi tersebut sambil menggelitik tubuh telanjang sang bayi dan membuat bayi itu tertawa kegelian.

Armell mengangguk kemudian meninggalkan Ikke menuju ke kamar mandi untuk memandikan si kecil sambil sesekali mencium pipi dan perut si bayi. Dan membuat si bayi tertawa dengan keras.

💫💫💫

" Makasih ya pak..." ucap Armell ke tukang ojek yang mengantarkannya ke kantor polisi.

" Sami sami atuh neng...ini tasnya. " jawab si tukang ojek.

Armell tersenyum sambil mengangguk. Kemudian si tukang ojek berlalu meninggalkan Armell yang menggendong bayi di depan pintu masuk kantor polisi.

Armell menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. " Bismillahirrahmanirrahim...." ucapnya dan kemudian masuk ke dalam kantor polisi dengan bayi di gendongan dan tas di pundaknya.

" Selamat pagi, pak..." Armell mengucap salam ke polisi yang berjaga di depan pintu.

" Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu? " tanya polisi dengan suara yang tegas.

" Astaghfirullah. " Armell sedikit terkejut mendengar suara polisi tadi. Membuat pak polisi memicingkan matanya. " Maaf, pak..kaget saya denger suara bapak..he..he..he.." ucap Armell kembali sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sang polisi masih dengan sikap tegasnya, tanpa mempedulikan ucapan Armell.

" Saya mau melaporkan sesuatu pak. " jawab Armell kembali.

" Oh, adik ini mau membuat laporan? " tanya polisi itu. Dan di jawab Armell dengan anggukan. " Mari, saya antar ke dalam. " ucap polisi itu kembali.

Pak polisi berjalan masuk ke dalam kantor dan Armell mengikuti dari belakang. Sedangkan sang bayi nampak menikmati pemandangan di dalam ruangan kantor polisi itu. Dia mengerjab-ngerjabkan mata beloknya sambil dengan mulut seperti sedang menyusu.

" Selamat pagi komandan. " ucap pak polisi tadi ke polisi lain yang ada di dalam kantor dengan memberi hormat dengan tangannya sebentar. Sepertinya polisi itu mempunyai pangkat yang lebih tinggi.

" Selamat pagi. " jawab sang komandan.

" Adik ini mau membuat laporan, komandan. " jelas pak polisi yang dari luar tadi.

" Oh, silahkan duduk. " komandan mempersilahkan Armell duduk di kursi di depan meja seorang polisi yang lain lagi.

" Kalau begitu, saya mohon ijin kembali ke pos depan, komandan. " ucap polisi yang dari luar tadi dan kembali memberikan hormat. Setelah sang komandan memberikan ijin, polisi tadi segera berlalu dari dalam kantor.

" Sebentar ya dik. IPTU Seno sedang ada urusan di dalam. Anda tunggu saja di sini. " ucap komandan.

" Iya, siap komandan. " ucap Armell mengikuti polisi yang tadi mengantarnya dengan suara yang tegas pula.

Sang komandan menjadi terkekeh dengan sikap Armell. " Santai saja dik. " ucap komandan polisi itu dengan suara yang lebih lembut dari ketika dia menghadapi polisi bawahannya tadi.

" Maaf pak komandan. Saya mengikuti bapak polisi yang tadi. Saya hanya mencontohnya. " jawab Armell dengan tersenyum geli.

" Anda tidak perlu mengikutinya. Karena anda bukan bawahan saya. Anda kan tamu di sini. " ucap komandan polisi itu.

" Iya pak. he...he..he..." jawab Armell sambil cengengesan.

" Nah, itu yang kita tunggu tiba. " ucap komandan polisi menunjuk ke seorang polisi yang baru datang.

Armell langsung mengikuti arah petunjuk dari komandan polisi. " Buset dah...cakep bener...kayak artis sinetron. " batin Armell dengan di selingi senyuman.

" Sudah selesai urusannya IPTU Seno? " tanya komandan polisi.

" Siap! Sudah selesai komandan. " jawab polisi yang bernama Seno tadi.

" Jadi begini IPTU, ini ada yang mau membuat laporan. Tolong di bantu. " ucap komandan polisi sambil menunjuk Armell. Spontan Armell agak terkejut karena sedari tadi dia bengong melihat polisi yang tampannya bak artis yang baru datang tadi.

Armell menepuk jidatnya pelan setelah tersadar dari bengongnya.

" Anda silahkan membuat laporan sama IPTU Seno. Biar nanti kita bisa tindak lanjuti. " komandan polisi memberikan arahan.

" Siap, komandan. " jawab Armell. Dan lagi-lagi dia terbawa suasana kantor polisi sehingga dia berbicara seperti polisi. Kemudian Armell memberikan senyum manisnya. " Maaf pak... keceplosan lagi. " ucap Armell.

Komandan polisi hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya dan berlalu dari hadapannya menuju ke mejanya yang berada tidak jauh dari meja IPTU Seno.

" Ada yang bisa saya bantu mbak? Bu? " tanya IPTU Seno sepertinya kebingungan memanggil Armell.

" Mbak saja. Atau dik juga nggak apa-apa. Sepertinya saya juga lebih muda dari bapak. " jawab Armell.

Tapi Seno nampak masih berpikir sambil melihat bayi yang ada di gendongan Armell. Armell sepertinya mengerti kebingungan Seno yang sedari tadi melihat bayi di gendongannya.

" Saya belum punya anak asal bapak tahu. Jadi bapak jangan panggil saya Bu. Ini...ini bukan bayi saya. " jelas Armell sambil menunjuk bayi yang ada dalam gendongannya.

" Oh, iya ..oke.. Nama anda siapa? " tanya Seno yang sekarang nampak sedang mengetik di layar laptopnya.

" Armell...Armell Lusinda. " jawab Armell.

Nampak sang polisi tampan sedang mengetik. Mungkin mengetik nama Armell.

" Alamat? " tanyanya kembali.

" Jalan XX no 45. " jawab Armell kembali.

" Usia? "

" 20 tahun. " jawab Armell.

Tampak sang polisi tampan agak tidak percaya. Dia tidak langsung mengetik, tapi malah melihat ke arah Armell dan bayinya bergantian. Armell merasa jengah dan kesal melihat ekspresi sang polisi karena tidak mempercayainya.

" Bapak tidak percaya kalau usia saya baru 20 tahun? Emang muka saya tua ya? Perasaan muka saya imut kok. Malah sering orang bilang kalau usia saya masih 17 tahun. Soal bayi ini? Tadi saya sudah bilang, bapaaak...ini bukan bayi saya! " jelas Armell dengan nada kesal. Membuat teman Seno yang ada satu ruangan dengannya termasuk sang komandan terkekeh.

" Iya, maaf. " jawab Seno sambil kembali mengetik. " Pekerjaan? " tanyanya kembali.

" Saya masih mahasiswa. Semester enam mau tujuh. Saya belum bekerja. Baru mau magang. Besok kalau sudah lulus baru cari kerja. " jawab Armell ketus. Seno menghela nafas panjang.

" Baik. Sekarang anda mau melaporkan apa? " tanya Seno.

Kini Armell yang menghela nafas berat. Dia memandang bayi yang ada di gendongannya dengan tatapan sendu. Hal itupun tidak lepas dari pandangan Seno.

Seno memicingkan matanya. " Jangan bilang anda mau melaporkan laki-laki brengsek yang sudah menghamili anda, dan tidak mau bertanggung jawab sampai bayi anda lahir. " ucap Seno spontanitas.

Armell langsung kembali mendongak dan memberikan tatapan tajam ke arah polisi tampan itu. Panas rasanya hati Armell. Dia bergumam dalam hati, menarik kembali pujian yang tadi sempat dia berikan kepada polisi tampan di hadapannya ini. Dia benci polisi tampan di hadapannya ini. Dasar jelek ! gerutunya.

" Bisa nggak sih, bapak polisi yang terhormat ini bicaranya di saring dulu?? " protes Armell dengan suara yang lumayan keras karena saat ini dia sedang emosi. " Nyesel tahu nggak tadi saya sempat berpikir kalau bapak ini tampan ! " tambahnya.

Perkataan Armell malah membuat seisi ruangan tertawa termasuk sang komandan. Sedangkan si polisi tampan yang menjadi obyek kemarahan Armell hanya bisa menggeram karena dia juga tiba-tiba emosi mendapat kemarahan dari Armell.

" Bapak polisi yang terhormat....Oh bukan...Bapak...." omongan Armell terjeda sejenak melihat tag nama yang ada di dada polisi itu. " Bapak Adiguna yang terhormat, saya tadi sudah bilang, kalau bayi ini BUKAN bayi saya. Justru bayi ini yang membuat saya harus kesini. Berurusan dengan polisi sok ganteng seperti bapak. " ucap Armell menggebu-gebu.

Seno semakin menggertakkan giginya dan tangannya menggenggam erat pulpen yang ada di tangannya. Kalau tidak mengingat sekarang dia sedang berada di dalam kantor, sudah dia gertak dan marahi habis-habisan gadis yang ada di hadapannya ini.

Kemudian Seno menghela nafas panjang untuk menetralkan emosinya. " Baik, maaf. Sekali lagi saya minta maaf. " ucap Seno sambil masih agak menggertakkan giginya.

" Sekarang tolong anda katakan, tujuan anda datang ke kantor polisi ini. " ucap Seno dengan nada bicara di buat selembut mungkin.

" Nah, gitu kan enak. " gerutu Armell. Meskipun pelan, tetap bisa di dengar oleh Seno.

****

bersambung

...Sampai sini dulu ya guys....besok author sambung lagi....I lope yu pullll pokoknya.......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!