Alard Smith Raimond, Pria berdarah campuran, berusia tiga puluh tahun, seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan barang dan jasa, juga sebagai pemilik tiga cabang rumah sakit yang tersebar di dua negara Asia, satu di Indonesia.
Dia memiliki kelemahan, yaitu memiliki penyakit Mysophobia, penyakit yang membuat dirinya takut kotor dan terobsesi dengan kebersihan.
Hingga di malam yang dingin karena hujan turun seharian itu, dia tidak lagi memikirkan keberhasilan, karena nyawanya lebih penting.
Dia diracuni oleh rival bisnisnya yang menaruh dendam padanya karena selalu dikalahkan dalam tender Mega proyek yang sama-sama mereka ikuti.
Racun yang tidak sengaja terminum olehnya akan merusak semua orang gerak tubuhnya jika dibiarkan sampai tiga jam, dan bila belum mendapat pertolongan, makan racun akan berjalan sampai ke jantung lalu ke otaknya lewat aliran darah, jadi untuk menghindari agar racun tidak sampai ke jantung, detak jantungnya harus lebih kencang dari detak normal pada umumnya, atau dia akan mati secara perlahan dengan sangat menyakitkan.
Orang kepercayaannya, Kay, berinisiatif untuk mencarikan seorang gadis yang masih suci untuk membuat kerja jantungnya berpacu cepat agar racun yang mulai menjalari setiap aliran darahnya tidak sampai naik ke jantung, sembari menunggu upaya penyelamatan secara sembunyi sembunyi dari dokter pribadinya.
Jadi jangan sampai keracunan yang dialami oleh Alard terdengar oleh saudara sepupunya Alek, karena jika sampai diketahui oleh Alek dan orang orang terdekatnya, maka Alek akan memanfaatkan situasi untuk mengambil alih perusahaan Star Sirius Company milik Kakek mereka, tuan besar Visco.
Kasandra, tepat berada di cafe ketika Kay menatap gadis cantik itu minum sendirian dan menawarkan padanya untuk menemani Bos-nya malam ini, dan Kay akan membayar mahal untuk Kasandra, tapi syaratnya dia benar-benar masih perawan.
Kasandra menatap Kay dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Dan Kasandra berpikir, pasti Bosnya berbadan gendut, pendek dan botak.
Membayangkan Kasandra menemani pria seperti itu, Kasandra tergidik geli dan jijik.
Kasandra memiliki ide.
" Sebentar, kau menginginkan gadis yang muda dan masih suci bukan ? "
" Benar dan secepatnya, hanya setengah jam waktunya, gadis itu harus sudah berada disini "
" Kau berani bayar berapa ? "
" Satu M, asalkan dia benar-benar masih orisinil "
" Gampang, katakan di mana kami harus menemui bos-mu ! "
" Tidak perlu, aku akan menunggumu di dalam mobil, biar kami yang akan membawanya "
Kasandra menelpon ibunya, Rosa, agar membawa Bella ke cafe tempat dirinya sekarang berada, tapi terlebih dahulu, beri dia obat perangsang agar memudahkan aksinya.
Kasandra menjelaskan semua, tentu saja Rosa yang hobinya berkumpul dengan gank sosialitanya, tergiur dengan rupiah yang dijanjikan.
Bella, adik Kasandra yang kerap mendapatkan perlakuan yang berbeda dari ibunya, malam itu menjadi korban keserakahan ibu dan kakaknya.
Setelah di paksa minum air jeruk yang sudah di berikan oleh obat perangsang, Bella di bawa pergi oleh Rosa ke alamat yang sudah di berikan Oleh Kasandra.
Beberapa saat setelahnya, Bella merasa ada yang aneh pada tubuhnya, badannya terasa panas, padahal cuaca sangat dingin, saat ini justru sedang gerimis.
Bella membuka kancing kemeja atasnya satu, Rosa yang sedang menyetir mobil menyeringai.
Sebentar lagi mobil ini akan ku ganti, lalu aku akan membeli banyak perhiasan, biar jeng Rita yang suka pamer itu tau rasa.
Ponsel di dalam tasnya berdering.
Pasti Kasandra, hmm, itu anak tidak sabaran sekali.
Hanya berselang lima menit, mobil yang Rosa kendarai berhenti tepat di sebelah Kasandra yang sudah melambai.
Kasandra dan Rosa dengan sedikit paksa memapah Bella yang terlihat gelisah masuk ke dalam mobil Kay.
" Dia... Kalian memberinya obat perangsang ? "
" Tentu saja, kami tidak mungkin dengan mudah membawanya ke mari dan menyerahkan pada anda.
Sekarang mana cek-nya ? "
Kasandra sudah sangat tidak sabar.
Kay menyerahkan cek senilai satu Milyar pada Kasandra, sebelum Kasandra merebutnya, Kay menariknya kembali.
" Dia benar masih virgin ? "
" Iya, dia adikku, tentu saja dia benar-benar masih virgin, aku bisa memastikannya "
Kay segera menyerahkan cek tersebut lalu, membawa pergi Bella yang mulai bertingkah aneh.
...*****...
Sampai di tempat persembunyian Alard, Bella sudah hampir melepas seluruh pengait kancing kemejanya.
Dengan susah payah Kay mencegah, jika tidak, Alard pasti akan murka.
Alard paling tidak suka jika sesuatu yang akan menjadi miliknya, jangankan di sentuh, dilihat pun tidak boleh.
Alard segera menarik tangan Bella lalu mengunci pintu kamar, membiarkan Kay sendirian diluar menunggu, sampai dokter pribadi Alard datang.
...*****...
Matahari menerobos masuk ke sela sela gorden ketika Bella membuka matanya karena silau.
" Aaarrggghh "
Bella menggeram, saat merasakan sakit di area sensitifnya, badannya juga terasa remuk semua.
Bella meraba raba, jantungnya berdetak kencang saat merasakan keganjilan.
Tubuhnya dalam keadaan polos di dalam selimut. dadanya semakin berdebar, ketika menyibak selimut yang menutupi tubuhnya.
Kedua mata Bella melotot melihat alas kasur yang berwarna putih terlihat noda merah, seluruh tubuhnya juga terdapat banyak lebam lebam, terutama di leher, dada dan perutnya.
Bella tidak bodoh, lebam yang ada di tubuhnya karena apa.
Siapa yang melakukannya, siapa dia ?
Bella mencoba mengumpulkan kepingan-kepingan puzzle peristiwa kenapa dia sampai berada di tempat ini.
Mama, Kak Sandra.
Setelah membersihkan dirinya, dikamar mandi hotel, Bella menyetop taksi yang kebetulan parkir di tepi jalan dekat hotel.
...******...
" Lihat Ma, perempuan rendahan itu sudah pulang dalam keadaan letih "
Kasandra mengejek.
" Dia memang sama seperti ibunya, murahan "
Rosa, perempuan yang Bella kira adalah ibunya, ikut mencemooh dirinya.
" Maksud Mama dan Kak Sandra apa ? "
" Hei, perempuan rendah, kau bukan adikku, dan Mamaku juga bukan Mama-mu, kau hanyalah anak haram selingkuhan Papa "
Ujar Kasandra lantang.
Bella tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya dari mulut Kakaknya, memang selama ini, Mamanya sangat sayang pada Kasandra, tidak dengan dirinya. Bella menganggap itu karena Kasandra yang manja, tapi ternyata....
" Ma, Kak Sandra bohong kan ? "
Bella beralih menatap wajah Rosa.
" Tentu saja benar, makanya, mulai sekarang, kau turuti semua apa yang aku katakan, jangan membantah, atau kau mau aku usir dari rumah ini ? Lalu kau akan tinggal di jalanan ? "
Bella menggeleng gelengkan kepalanya, Bella tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Kasandra yang sudah dianggapnya kakak, dan Rosa yang dikiranya Mamanya selama ini.
" Jadi, apakah karena itu aku kalian jual tadi malam ? "
Suara Bella bergetar menahan tangis dan kesedihan.
Bukan hanya hatinya yang hancur menerima kenyataan pahit siapa dirinya sebenarnya, tetapi tubuhnya juga tidak lagi berharga.
" Hahahaha, akhirnya kau sadar juga apa yang terjadi malam tadi, bagaimana ? Menyenangkan bukan ?
Bagaimana rupa pria itu, gendut, botak dan pendek ? Atau sudah tua dan bau tanah ? Aku kau sangat menikmatinya "
Ejekan yang Kasandra lontarkan tidak bisa Bella dengar secara jelas, karena Bella sendiri tidak tahu siapa dan bagaimana rupa pria yang bersamanya tadi malam, karena keadaan kamar yang gelap, lagi pula Bella hanya terfokus pada desakan dalam dirinya untuk meminta sesuatu yang membuatnya terpuaskan.
Bella tidak tahu berapa lama mereka melakukan dalam gelap karena Bella merasa tadi malam bukan dirinya, tetapi sosok lain yang sangat liar.
...****************...
Mungkin karena melakukannya di bawah kendali obat yang diberikan Rosa, membuat Bella tidak bisa mengingat berapa lama dan dengan siapa, apalagi suasana kamar yang gelap.
Seluruh tubuh Bella terasa tidak lagi bertenaga. Bella masuk ke dalam kamar mandi, berada di bawah pancuran air shower, Bella merasa seluruh tubuhnya benar-benar kotor.
Kedua tangan Bella menggosok kuat bercak-bercak merah yang ada di area dada dan perutnya, tetapi tidak bisa hilang, bahkan memudar pun tidak, Bella merasa putus asa. Hingga akhirnya Bella membiarkannya lalu tidur.
Entah berapa lama Bella tertidur, dia terbangun karena perutnya merasa lapar.
" Ma, lihat perhiasan yang kita beli, semuanya bagus-bagus."
Bella yang mendengar percakapan antara Kasandra dan Rosa, ibunya, memepetkan tubuhnya ke dinding agar keduanya tidak menyadari jika Bella menguping pembicaraan keduanya.
" Setelah ini, kau bisa mencari pelanggan untuk perempuan rendah itu "
" Maksud Mama ? Menjadikan Bella...."
" Ya, kita akan memiliki banyak uang, lalu bersenang-senang "
Keduanya tertawa penuh kemenangan.
" Katanya Mama mau mengganti mobil "
" Eh, iya, ayuk ! Kau simpan dulu perhiasan ini di kamar, setelahnya kita pergi ke showroom, mumpung belum terlalu sore "
Kasandra gegas menyimpan perhiasan yang baru dirinya dan Rosa beli tadi dari hasil mencairkan cek yang diberikan oleh Kay tadi malam.
Bella benar-benar merasa hidupnya hancur lebur, setelah dirinya ternoda, mereka berniat akan menjualnya dengan para pria hidung belang demi mendapatkan rupiah dengan cara instan.
Setelah memastikan Kasandra dan Rosa sudah meninggalkan rumah, Bella mengemas beberapa helai pakaiannya kedalam koper pakaian yang tidak terlalu besar.
Yang jadi permasalahan sekarang, dia tidak memiliki uang yang cukup.
Ah, Bella segera masuk ke dalam kamar perempuan yang selama ini sudah dianggapnya sebagai Mama-nya, mengambil semua perhiasan ditempat penyimpanan yang ada di dalam lemari pakaian. Bella segera pergi meninggalkan rumah yang telah di tempatinya selama dua puluh tahun ini.
...*****...
Didalam pesawat yang menuju negeri singa putih, Bella berusaha memejamkan kedua matanya, mencoba mengingat seperti apa rupa pria yang sudah mengambil kehormatan dirinya, tetapi gagal.
Yang ada justru siluet tentang dirinya sendiri yang Bella saja sangat jijik untuk mengingatnya.
Dan sekarang, Bella tidak tahu mau kemana malam ini.
Dia hanya berdiri bingung menatap lalu lalang orang-orang yang ada di bandar udara internasional Changi Singapura.
" You, Are you a servant to lord Luke Anderson "
Seorang pria paruh baya berbicara dengan bahasa Inggris kepada Bella.
Bella celingukan kesana kemari, pria itu berbicara pada siapa ? Tidak mungkin kepada dirinya kan ? Bella tidak mengenal siapapun di negara ini.
" Saya berbicara dengan Anda, Anda pasti dari Indonesia, benar ? "
Ah, ternyata dia bisa berbahasa Indonesia, kenapa tidak dari tadi sih ?
" Saya...."
" Ayo cepat ikut saya, Tuan Luke bukan orang yang suka menunda nunda waktu "
Tanpa menunggu jawaban dari Bella, pria itu menarik koper pakaian Bella untuk membawanya ke mobil yang sudah menunggu di parkiran.
" Tuan, saya...."
" Jangan panggil tuan, panggil saja saya Yose.
Saya pernah tinggal beberapa tahun di Indonesia, tepatnya di kota Medan "
Bella cuma bisa ber 'O ' saja.
" Pak Yose...Saya..."
" Panggil Yose, jangan pakai yang lain, hanya pada tuan Luke, kamu...Siapa namanya ? "
Yose mulai mengecek ponselnya, dahinya terlihat mengkerut ketika menatap layar ponsel, lalu melihat ke arah wajah Bella.
" Kamu bukan Anita ? Art khusus untuk melayani tuan Luke yang dikirim oleh tuan Andi ? "
Bella menggelengkan kepalanya merasa bersalah, dari tadi dia ingin menjelaskan pada Yose jika pria itu salah orang, tetapi selalu tidak memiliki kesempatan.
" Sebentar, saya menghubungi tuan Andi dulu "
Terdengar jika Yose menanyakan kenapa Anita tidak jadi datang atau bagaimana, jawaban tuan Andi sungguh membuat Yose menjadi menjadi lemas, karena Anita batal berangkat, barusan orang tuanya meninggal.
" Ada apa ? "
Bella ikut prihatin.
" Maukah kamu menggantikan Anita untuk menjadi pelayan khusus Tuan Luke Anderson, dia tengah mengalami kebutaan untuk sementara, dan dia butuh pelayan yang tidak banyak bicara serta tidak akan membocorkan rahasia keadaan dirinya pada orang lain, tanpa terkecuali, setelah tuan Luke sembuh, kamu bisa keluar dari pekerjaan itu.
Dan jangan kuatir, kau akan di berikan imbalan yang tidak sedikit "
Bella terlihat berpikir sebentar.
Hemm, ternyata nasibku tidak selamanya buruk.
" Oke, aku bersedia "
...******...
Tuan Luke, ternyata orangnya sangat tampan, hanya saja tidak banyak bicara.
Bella juga tidak mau membuat masalah.
Dua bulan sudah Bella menjadi pelayan pribadi Tuan Luke, didalam rumah yang besar, yang dikelilingi oleh hutan Pinus, disalah satu pulau kecil ditengah-tengah samudera luas Bella bersama dua pelayan wanita berusia empat puluhan, Yose dan Lima orang pengawal termasuk dokter pribadi tuan Luke.
Ahli syaraf yang menangani Tuan Luke akan datang seminggu sekali untuk melihat perkembangan Indra penglihatan tuan Luke.
Dari negara singa putih ke pulau yang katanya milik tuan Luke, hanya bisa di tempuh dengan menggunakan pesawat pribadi.
Dua bulan Bella melarikan diri dari Indonesia, tanpa perlu kuatir akan tertangkap oleh polisi atas tuduhan pencurian barang berharga milik Rosa dan Kasandra.
Ketenangan Bella tidak berlangsung lama, ketika tengah mendorong troli makanan untuk tuan Luke pagi itu, Bella merasakan perutnya mendadak mual.
Segera dia berlari menuruni anak tangga dan menuju kamar mandi yang ada didalam kamarnya.
Huek,huek, huek.
Ya Tuhan, sudah dua bulan menstruasi ku tidak datang, apakah aku hamil ?
Ketukan di pintu membuat Bella buru buru keluar.
" Kau pucat, ada apa ?
Cepatlah ! Waktunya tuan Luke untuk sarapan pagi, sebentar lagi Dokter pribadi tuan Luke akan memeriksa kondisi matanya "
Tenyata Yose yang berdiri di pintu.
Bella kembali berlari menuju ke lantai atas, meraih troli yang masih berada di depan pintu kamar tuan Luke.
" Kenapa kau terlambat ? "
" Maaf, Tuan, saya...."
" Kau sakit ? Yose, suruh Daniel memeriksanya, aku tidak mau dirawat oleh orang sakit, jangan membuat aku seakan menjadi majikan yang sangat kejam "
" Baik Tuan ! "
Yose memberi isyarat pada Bella agar mengikuti dirinya keluar dari kamar tuan Luke, membiarkan tuannya sarapan sendiri.
" Kau sudah menikah ? "
Daniel, dokter pribadi tuan Luke yang juga ikut standby selama dua bulan ini di pulau pribadi milik tuan Luke.
Bella menggeleng.
" Kau sedang mengandung, Bel "
Daniel menatap lekat wajah Bella yang terkejut.
" Selama kita di sini, kau tidak bisa memberitahukan tentang kehamilan dirimu pada kekasihmu, karena kita disini tidak memiliki akses memberikan atau menerima informasi ke luar.
Kau ingin menggugurkan janin itu atau tetap mempertahankan keberadaannya ? "
Bella berpikir, dia tidak lagi memiliki siapa-siapa, Papanya sudah meninggal lima bulan yang lalu, Mamanya ? Dia tidak tahu siapa, Rosa yang dianggap ibunya ternyata bukan ibunya justru wanita itu yang menjual dirinya pada pria yang entah siapa.
...******...
...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...
Berita kehamilan Bella tidak bisa ditutup-tutupi, apalagi terhadap Yose yang notabene membawa Bella untuk bekerja pada tuan Luke tanpa mengetahui siapa Bella yang sebenarnya terlebih dahulu.
" Aku bukan hendak ikut campur dengan masalah pribadimu, Bel. Hanya saja, kita berada di pulau milik tuan Luke. Jadi...."
" Aku tahu, terserah anda dan Tuan Luke mau melakukan apa padaku asal jangan suruh aku menggugurkan kandunganku, aku juga tidak mempunyai siapa-siapa lagi "
Bella saling meremas telapak tangannya sebelum menceritakan semua yang terjadi.
Yose menatap Bella dengan tatapan kasihan.
" Baiklah, Bel. Aku harus menceritakan tentang keadaanmu pada tuan Luke "
Yose berlalu dari hadapan Bella dengan wajah yang sulit diartikan.
Sudah tiga puluh menit Yose berada di dalam ruangan kerja tuan Luke, ya walaupun tuan Luke sedang mengalami kebutaan semua bisnisnya tetap berjalan seperti biasa.
Tuan Luke, memiliki asisten pribadi yang bisa diandalkan, segala surat dan perjanjian, akan di baca dan dipelajari oleh tuan Luke dengan menggunakan huruf braille.
Sampai tablet yang digunakan untuk membuat penawaran atau apapun, sudah disesuaikan dengan kondisi tuan Luke saat ini.
" Bella, bersyukurlah karena tuan Luke bisa mengerti keadaanmu, tapi maaf ! Kau tidak bisa meninggalkan pulau ini sampai Tuan Luke kembali seperti sediakala dan kau tetap menjadi pelayannya "
Yose merasa tidak enak hati, tapi mau bagaimana lagi, kecelakaan yang menyebabkan kebutaan sementara pada indera penglihatannya harus terus dirahasiakan jangan sampai ada yang tahu.
Mereka juga tidak bisa percaya Bella begitu saja,
bisa jadi Bella dikirim sebagai mata-mata atau Bella akan berkhianat.
******
Setahun Bella dan lainnya berada di pulau milik tuan Luke.
Semua kembali ke negeri berlambang singa putih.
Penglihatan tuan Luke juga sudah kembali normal.
" Bel, kau sekarang jadi manusia yang bebas serta tidak terikat apa pun pada tuan Luke.
Ini gaji-mu selama setahun ini "
Yose menyerahkan sebuah kartu, di dalam akun tersebut sudah di buat atas nama Bella, bisa Bella cairkan kapan saja.
" Hanya saja, jika kau tidak keberatan dan tidak tahu mau kemana, kau bisa menjadi pelayan toko pakaian milik istri-ku, kasihan anakmu "
Yose menatap bayi berusia tiga bulan dalam gendongan Bella.
Biru Samudra, bayi paling tampan yang pernah Yose lihat.
" Oh, Yose, terimakasih banyak. Aku justru tidak tahu mau kemana, karena kau tahu sendiri aku tidak punya siapa-siapa selain anakku "
Yose hanya tersenyum.
Bella dan Biru-putranya, dibawa oleh Yose untuk menemui istrinya.
Pasangan yang sudah menikah hampir lima belas tahun itu tidak memiliki anak, tentu saja sangat senang dengan kehadiran Bella dan bayinya.
Toko pakaian yang dikatakan oleh Yose, bukanlah toko kecil tetapi salah satu Butik terkenal yang ada di negara itu.
Butik yang menjadi hadiah dari tuan Luke tentunya, atas pengabdian setia selama dua puluh tahun Yose bekerja pada tuan Luke muda, sampai dengan sekarang.
Disela -sela rutinitas Bella yang menjadi pelayan Butik, Bella mengambil kuliah di bidang desainer pakaian.
Biru bukan hanya menjadi anak dari Bella, dia juga penyemangat hidupnya.
Istri Yose, sangat menyukai Biru, kadangkala dia ikut mengawasi Biru jika Bella sedang berada di kampus.
Siang dan malam Bella membagi waktunya dengan tidak pernah terlihat santai, di Butik, kampus dan menjadi seorang ibu.
" Bel, kuliahmu sudah selesai, hasil rancangan-mu juga sudah mulai lumayan peminatnya.
Bagaimana kalau kita membuka cabang Butik ini di negaramu ? Jadi disana kau mengelola, kau tidak ingin selamanya seperti ini bukan ? "
Mona, istri Yose menatap lekat-lekat wajah Bella yang terlihat berpikir.
" Yose yang akan mengurusnya, kebetulan dia dan tuan Luke sedang melakukan kerjasama dengan seorang pengusaha keturunan dari negara Turki di sana "
Bella dan Mona sama-sama menatap ke arah Biru yang bermain dengan gadget-nya.
Bocah yang berusia lima tahun lebih itu terlihat sedang berpikir, gayanya seperti orang dewasa.
Apalagi kalau dia sudah serius dengan gadget kesayangan-nya.
Kalau Bella atau siapapun melihat apa yang ditontonnya, Biru menampilkan permukaan layar dengan bacaan tentang pengetahuan umum, tetapi jika tidak, jari jemari tangannya yang montok dan lucu menari-nari di atas permukaan gadget.
Biru, tidak sama dengan bocah laki-laki lainnya.
Diusianya yang baru berusia lima tahun lebih, daya pikirnya sudah jauh melampaui usianya.
Bella sudah tidak bisa memasukkan putranya ke sekolah taman kanak-kanak seperti umumnya karena dia tidak bisa berbaur dengan teman-teman seusianya.
Di sekolah dia lebih senang duduk sembari membaca buku-buku tebal yang dibawanya dari rumah, sehingga gurunya mengeluh pada Bella.
Gurunya seakan bodoh di hadapan Biru.
Biru memang anak yang istimewa, di usianya yang baru empat bulan, Biru sudah bisa duduk sendiri.
Dari bayi, Biru juga tidak rewel seperti balita pada umumnya, dia tahu ibunya harus membagi waktu dengan cermat, jadi Biru tidak ingin menambah beban ibunya.
Diusia dua tahun Biru sudah mulai bisa membaca, belajar dari benda pipih persegi yang ada ditangannya.
Biru juga sangat memahami emosi ibunya seperti apa.
Saat di bawa ke Butik, Biru akan duduk diam, membaca, menggambar dan mengamati keadaan dengan sorot mata yang sulit di artikan.
Jika seseorang yang di sekitarnya berusaha mengajak dia berbicara, Biru tidak langsung menjawab, tetapi mengamati wajah dan bahasa tubuh orang tersebut, baru dia memutuskan apakah dia harus membalas keramahan orang tersebut atau menghindar dengan sopan.
Biru akan bertanya banyak hal kepada Bella jika melihat Ibunya terlihat santai.
Sampai siapa ayahnya, Biru juga bertanya.
Biru bukanlah anak laki-laki yang bisa diberikan alasan secara asal-asalan tetapi harus jelas dan sesuai fakta, karena dia bisa menyelidiki sendiri.
" Mom, siapa Daddy ku ? " Tanyanya suatu malam ketika Bella menyuruhnya untuk tidur.
Bella menatap mata Biru yang berwarna coklat dengan menggeleng.
Biru hanya diam dan tidak pernah bertanya lagi, anak itu seakan tahu jika pertanyaan itu akan sulit untuk dijawab.
" Kau tidak bisa selamanya melarikan diri, Bel. "
" Baiklah nyonya, aku akan mengikuti saran-mu ! "
Mona memukul lengan Bella pelan.
" Kau saat ini adalah rekan Bisnisku, jangan panggil aku nyonya "
Mona pura-pura galak, lalu tertawa.
Bella dan Biru mulai berkemas untuk pulang ke negara indonesia, setelah pelarian Bella selama hampir enam tahun lamanya.
Sementara Yose di Indonesia, disela-sela dirinya dan beberapa orang yang mendampingi tuan Luke, Yose mempersiapkan cabang Butik Monalisa, yang akan dikelola oleh Bella.
" Mom, kita kembali ke Indonesia ? Negara Mommy ? "
Netra coklat itu terlihat berbinar.
" Iya sayang, kau senang ? "
" Tentu saja "
Biru memeluk Bella dengan erat, bibirnya membentuk sebuah senyuman penuh arti.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!