NovelToon NovelToon

Anak Sultan Milik CEO

1. Rusaknya Makhkota Sang Ratu

"Ji, bisa tolong antarkan ini ke kantor Dirgantara Corp yang di sana?" Ucap Suci yang mendapatkan pesanan terakhir mereka pada pukul 21.00.

"Kamu 'kan se arah Ci, kamu aja ya!" ucap Fajira menolaknya.

"Ayo lah, Ji. Pacarku sudah menunggu di luar dan aku harus segera pergi. Selamat malam semuanya!" Ucap Suci berlalu dan meninggalkan Fajira bersama dengan beberapa karyawan lainnya.

"Antar saja, Ji. Dekat juga 'kan? Jalan saja dari sini nanti pulang baru pesan ojek onlinenya," ucap salah satu karyawan di sana yang bertugas untuk menutup restoran.

"Ya udah deh." Ucap Fajira pasrah.

Perempuan manis itu mengambil makanan yang sudah dibungkus tadi dan segera pergi menuju ke perusahaan. Tak lupa ia membawa tas dan barang-barangnya yang berada di dalam laci. Dengan berjalan kaki sekitar 250 meter ia menapaki trotoar sambil menikmati malam yang masih di padati oleh pengendara bermotor.

Huh kapan aku bisa memiliki motor seperti mereka, minimal sepeda deh. Boro-boro gaji aja gak cukup untuk sebulan. Batkn Fajira lesu.

Ia hanya bekerja sebagai pegawai restoran dengan gaji pas-pasan hanya cukup untuk membayar uang sewa kontrakan dan makannya sehari-hari. Itupun jika gajinya tidak di potong untuk membayar bon di restoran.

Fajira Hanindya, hanya seorang anak yatim piatu yang mencoba untuk bertahan hidup menghadapi kejamnya dunia. Semenjak Ibu, Ayah dan adiknya meninggal dalam kecelakaan dua tahun silam ketika ia masih berada di bangku SMA kelas dua, dunianya terasa runtuh karna ia di tinggal sendiri tanpa ada sanak saudara yang mau menampungnya.

Di sinilah ia, memilih untuk pergi jauh dari kampung dan merantau ke kota besar setelah sempat menjual rumah peninggalan orang tua yang menjadi satu-satunya harta yang ia milik.

Tak terasa ia sudah sampai di loby perusahaan, terlihat disana dijaga oleh dua orang satpam yang tengah duduk di depan pintu masuk. Tanpa menunggu lama Fajira segera melangkahkan kakinya menuju pintu utama sambil membawa paper bag yang berisikan makanan.

"Selamat malam, Pak. saya dari restauran, ingin mengantarkan pesanan atas nama, bapak Irfan!" ucap Fajira ramah.

"Coba saya lihat dulu!" ucap salah satu satpam disana lalu memeriksa makanan yang di bawa oleh Fajira.

"Silahkan diantar, lantai 7 nanti lurus saja kamu sampai di ruangan CEO," ucapnya.

"Hmm, apa tidak bapak saja yang mengantarkannya?, Apa bapak percaya kalau saya orang baik?" tanya Fajira ragu.

"Iya saya percaya dan tolong jaga kepercayaan itu atau usaha kamu akan kami tutup secara paksa!"

"Eh jangan Pak! Baiklah terima kasih. Permisi, Pak!" ucap Fajira pamit.

"Hmm."

Fajira segera masuk dan mencari lift yang ada disana.

"Lantai 7 ya?"

Ting...

Lift bergerak membawa gadis muda itu hingga ke lantai 7 dimana ruangan CEO berada. ketika lift terbuka, Fajira terkejut melihat seorang laki-laki berlari ke arahnya dan mendorong Fajira keluar. Sementara laki-laki itu bergegas memencet tombol lift untuk turun ke lantai dasar.

"Hei, gadis. Tahan dia, tahan!" Teriak seseorang yang sedang mengejar laki-laki tadi.

"Ap... it-itu, ha?" Fajira mengedipkan matanya kaget dengan apa yang terjadi barusan.

"Kamu kenapa tidak menahannya, ha?" bentak seorang pria tampan.

Laki-laki berpakaian rapi itu segera berjalan menuju lift khusus CEO dan menekan tombol turun mengejar pria tadi.

"A-ada apa ini?" ucapnya masih mematung disana. "Ah iya makanannya." sentak Fajira beranjak dari sana dan segera menuju keruangan yang bertuliskan 'CEO DIRGANTARA CORP'.

Tok..tok...tok...

"Selamat malam saya pengantar makanan!" ucap Fajira dari luar.

Tok..tok..tok..

Fajira masih menunggu beberapa saat, berharap ada seseorang yang membuka pintu besar itu dari dalam.

"Apa gak ada orang?" Ia celingak-celinguk berusaha untuk mengintip siapapun yang ada di dalam sana.

Betapa terkejutnya ia, ketika melihat seorang laki-laki yang tengah terduduk lemas sambil memegangi kepala. Tanpa menunggu lama, Fajira langsung masuk dan meletakkan makanan yang ia bawa di atas meja, lalu membantu laki-laki itu untuk berdiri.

"Pak, bapak tidak apa-apa?" ucapnya membantu laki-laki itu berdiri.

Namun hal lain terjadi, bukannya berterima kasih, laki-laki itu malah menjambak rambutnya dan memboyong Fajira ke dalam kamar khusus yang ada di dalam ruangan itu.

Setibanya di dalam kamar, Fajira langsung dihempaskan ke atas kasur dengan kasar. Sementara laki-laki itu segera menindihnya sambil melepas satu persatu baju yang melekat di badan gadis cantik itu.

"Dasar jalaang beraninya kau berbuat ini kepadaku! Aku akan membunuhmu kali ini!" teriaknya sambil mencekik Fajira yang masih berusaha untuk memberontak.

"Ja-jangan, Pak!, Saya mohon jangan! hiks," ucap Fajira lirih dengan nafas tercekat.

Tangisnya pecah ketika CEO itu merobek baju terakhir yang masih ia pakai. Sekuat tenaga ia berusaha untuk melawan, namun nihil ia kalah kuat dari laki-laki itu.

"DIAM!" Bentak Irfan di telinga Fajira.

"Ja-jangan Pak saya mohon!. TOLOOONG!! TOLOONG!! TO.. hmm mmpphhh,..." mulutnya di bekap dengan kasar oleh CEO itu menggunakan bibirnya.

"Jangan, Pak! Saya mohon sadar!" jeritnya kembali.

"Kau sudah membuatku menderita jalaang! Jangan harap kau bisa lepas dariku. Kau rasakan ini!" Laki-laki itu menghentakkan dengan kasar pisang laras panjangnya ke tubuh suci milik Fajira.

Tuck...

"AAARRGHHHH!" Jerit Fajira.

"Kau! sejak kapan kau sempit jalaang? dimana kau perbaiki milikmu ini?" racaunya terkejut dan kesal ketika merasa kesusahan untuk menembus Goa perawan Fajira.

Laki-laki perjaka itu seolah sudah pernah merasai bagaimana nikmatnya menembus Goa suci perempuan.

"Sa-sakit, Pak! Tolong jangan lakukan ini, Aaaakhh. Sakit tolong berhenti badjingan!" teriak Fajira yang masih berusaha untuk memberontak.

Plaak!!!

Tamparan keras itu mendarat di pipi mulus yang sudah basah dengan air mata itu.

"DIAM KAU!" Bentaknya lagi.

Irfan masih berusaha untuk menghentakkan miliknya dengan kasar dan membuat Fajira lemah, karena merasakan sakit dan kehilangan tenaga setelah memberontak. Ia hanya pasrah dengan air mata yang tak hentinya menetes.

Aku kotor, tuhan kenapa takdirku seperti ini?.

Fajira pasrah menerima perlakuan dari laki-laki yang akan ia benci seumur hidupnya mulai saat ini.

Kau rasakan ini Vina, kau sungguh tega mengkhianati cinta dan kepercayaan yang sudah kuberikan kepadamu. Irfan meracau dalam hentakannya.

Irfan tidak hentinya memainkan tubuh indah yang berada di dalam kukungannya ini. Ia mengecup tubuh indah Fajira tanpa tertinggal barang seincipun. Seolah tidak puas dengan buah pisang yang sudah terbenam, ia memulai kembali foreplay karna goa itu masih kering dan susah untuk di gerakkan.

Ia menjelajahi Fajira dengan buas dan ganas, seolah tidak ada hari esok baginya. Mendaki gunung melewati lembah ia berusaha agar goa itu basah dan ia bisa menggerakkannya segera, karna hasrat yang sudah mencapai ubun-ubun, mendesak untuk di keluarkan.

Sementara Fajira hanya pasrah dengan apa yang ia terima dari laki-laki yang paling ia benci mulai saat ini. Perlahan kesadarannya mulai menipis dan ia pingsan!.

"Aakhhh,..." jerit Irfan ketika berhasil menumpahkan benihnya di dalam Goa suci milik Fajira.

Seolah menjadi candu, Irfan mengulanginya hingga beberapa kali tanpa menghiraukan bagaimana keadaan Fajira. Setelah dirasa puas ia terlelap sambil memeluk gadis manis yang sudah pingsan disampingnya.

Irfan yang tengah di pengaruh alkohol itu mengira bahwa Fajira adalah pacarnya bernama, Vina yang sudah berkhianat dan lebih memilih laki-laki lain dibandingkan dirinya.

Irfan yang sudah kalap di tambah lagi dengan kedatangan laki-laki yang memberikan foto-foto mesra Vina bersama dengan pria lain yang membuat emosinya membuncah dan tidak dapat di kendalikan lagi.

Irfan adalah laki-laki dingin yang hanya mencintai Vina, perempuan yang bertahta di hatinya selama lima tahun belakangan ini. Namun dunianya seakan runtuh ketika mengetahui jika wanita yang begitu ia cintai, dengan berani berselingkuh dan pergi bersama laki-laki lain.

Ceklek...

"Tu-tuan?"

Pintu terbuka menampilkan sosok Ray, asisten kepercayaan Irfan. Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan yang ada di dalam kamar. Alas kasur yang berantakan, bantal yang sudah berserakan dan perempuan yang tidak mengenakan sehelai benangpun berada di atas ranjang milik tuannya.

Hah? Apa-apan ini? Tu-tuan?. Bathinnya dengan mata terbelalak kaget.

Hal pertama yang ia lakukan terlebih dahulu yaitu mengambil selimut dan menutup dua badan yang tengah tergeletak polos di atas ranjang. Ia masih syok dengan apa yang ia lihat saat ini.

Dengan nafas yang tidak beraturan karna mengejar laki-laki tadi, ia keluar dari kamar itu dan terduduk lemas di atas sofa.

"Apa yang terjadi? permainan macam apa ini. Tuan apa yang sudah anda lakukan?" ucap Raya frustrasi dan menjambak rambutnya.

Ray termenung memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Jika hanya di hadapkan dengan Irfan mungkin ia bisa mengatasi ini, namun bagaimana dengan perempuan itu dan bagaimana dengan nasibnya setelah ini.

"Huft, apa yang harus aku lakukan dengan perempuan itu?, Siapa dia?" Ray mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Matanya mengernyit melihat papper bag tergeletak di atas meja kerja Irfan.

"Tas itu? Apa dia perempuan tadi? Astaga apa yang sebenarnya terjadi Tuhan? kenapa bisa seperti ini?" Ucap Ray semakin frustrasi.

Ia mulai meneliti siapa perempuan yang tengah bermadu kasih bersama Tuannya itu.

Restoran xx?.

Segera ia mencari data dan informasi mengenai gadis itu agar bisa memutuskan langkah apa yang akan ia ambil setelah ini.

Sementara di dalam kamar, sepasang mata mengerjab. Perlahan ia membuka mata dengan rasa sakit yang berangsur mulai merata ke seluruh tubuhnya.

Hiks, sakit! Tuhan apa rencanamu setelah ini? Kenapa aku harus mengalami ini Tuhan?. Batinnya menjerit dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Ia merasakan ada sesuatu yang berat menghimpit tubuhnya, namun ia tidak tau apa itu. Jangankan untuk memindahkannya, bersuarapun saat ini ia tidak mampu. Tenaganya sudah habis ketika ia sibuk berteriak untuk meminta pertolongan kepada siapapun.

Perlahan mata indah nanti satu itu kembali terpejam karna rasa kantuk yang menyerang, membuatnya pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ini.

💖💖💖

TO BE CONTINUE

2. Pertumpahan Darah

Pagi menjelang, Asisten Ray masih setia menemani Tuannya di ruangan itu. Ia terjaga semalaman agar tidak ada lagi satupun kejadian yang luput dari penglihatannya.

Tok, tok, tok.

"Huft. Tu-Tuan?" panggilnya dengan gemetaran.

Tok, tok, tok.

"Tuan, bangun ini sudah pagi!" Ucap Ray kembali.

Sepertinya mereka masih terlelap.

Ia kembali duduk di atas sofa sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan setelah ini.

Sementara di dalam kamar, Irfan mengerjabkan mata, betapa terkejutnya ia ketika mendapati tubuh polosnya tengah memeluk tubuh seorang perempuan.

Deg...

Mampus siapa dia?. Perjaka gue?. Batinnya terkejut dengan detak jantung yang tidak berirama.

"Hei kau, bangun! Hai siapa kau ha?" ucapnya dan menggoyang tubuh mungil itu dengan kasar.

Engh...

"Sakit, tolong! Jangan Pak, sakit!" lirih Fajira.

Entah ia sedang tidur atau bagaimana, yang jelas ucapannya terdengar sangat menyayat hati.

"Ap-apa yang sudah Gua lakukan?" ucapnya ketika menyingkap selimut dan melihat bercak darah yang cukup banyak, menyebar di atas kasur dan juga pada buah pisangnya.

"Di-dia perawan?" ucapnya masih terkejut.

"Sshh... Aauu!" ringisnya dengan memegang kepala yang teras sakit karna teringat dengan kejadian malam tadi.

"Itu salah dia, kenapa dia berada di sini malam-malam!"

Irfan bangkit dan segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkankan diri dan berganti pakaian. Setelah selesai ia memandang wajah pucat perempuan yang sudah merenggut keperjakaannya.

Ceklek....

Ia membuka pintu dan segera keluar dari sana, terlihat Asisten Ray terkejut dan langsung berdiri menatap Irfan tajam.

"Kenapa?" ucapnya dingin.

"I-itu tuan?" Ucap Ray Takut.

"Kamu urus dia!" Ucao Irfan dingin.

"Ba-baik tuan!" Ucap Ray segera bergegas dan masuk kedalam kamar pribadi itu, namun ketika hendak membuka pintu suara Irfan kembali menghentikannya.

"Tunggu!"

"Iya, tuan?" Ucap Raya menghela nafasnya.

"Siapkan baju untuk perempuan itu, biar saya yang membangunkannya," Ucao Irfan tegas.

"Ba-baik, tuan!" ucap Ray terkejut dengan respons dari Irfan.

Ray segera menelfon bawahannya untuk membawakan satu stel pakaian perempuan lengkap dengan daleman. Sementara Irfan kembali masuk ke dalam kamar dan menatap perempuan yang masih terisak dalam tidurnya itu.

"Hei, kau bangun!" ucapnya dan menggoyangkan kaki Fajira menggunakan kakinya. "Hei, kau bangun!" sambungnya dengan suara yang meninggi.

Engh,...

Fajira perlahan membuka mata sayunya dengan perlahan, ia melihat seorang laki-laki dengan menggunakan pakaian formal tengah berdiri tak jauh darinya. Ia kembali ketakutan ketika melihat wajah laki-laki itu.

"Ja-jangan, Sa-saya mohon!" ucap Fajira berusaha untuk bangun, namun ia terpekik ketika merasakan sakit yang teramat pada daerah terlarangnya.

"Aaakkhh, sakit!" lirihnya dengan air mata yang sudah mengalir. "To-tolong, jangan apa-apakan saya lagi!" sambungnya dan kembali pingsan.

Irfan sedikit terkejut melihat wanita itu kembali tidak sadarkan diri. Segera ia mengambil ponselnya dan mendial salah satu nomor yang ada di dalam ponsel itu.

Tuut, tuut.

"Halo bang?"

"Ke kantor Gua sekarang!" Ucap Irfan dengan begitu tegas

Tut.

Irfan masih memandang Fajira yang sudah pingsan karna ketakutan itu. Sejenak ia merasa bersalah, namun karna ego yang tinggi membuat Irfan melimpahkan semua kesalahan itu kepada Fajira. Ia menunggu beberapa saat hingga perempuan cantik itu kembali terbangun dari pingsannya.

"hei bangun! bangun lo! sana ganti baju, nanti kita bicarakan masalah ini, dokter akan datang sebentar lagi dan lo harus selesai berpakaian sebelum dia datang!" ucap Irfan sebelum keluar dari ruangan itu.

"Hiks, hiks," Fajira menangis tersedu karna memikirkan nasibnya saat ini. Mencoba berdiri dengan segala kesakitan yang ia rasakan.

"Sshhh... Perih banget, hiks!" Perlahan ia mencoba berjalan dengan tertatih berusaha untuk mencapai kamar mandi.

Setibanya di sana Fajira bersandar di kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya. Tangisan itu terdengar sangat menyayat hati bagi siapapun yang mendengar.

Dengan terisak ia masih berusaha untuk membersihkan badannya yang sudah di penuhi bercak merah cenderung kebiruan sebagai tanda yang di berikan oleh Irfan di tubuh Fajira dan itu terlihat sangat kontras dengan kulit putih bersih miliknya.

Ia termenung memikirkan apa kesalahan yang ia perbuat, hingga ia berakhir seperti ini. Seandainya ia tidak menolong laki-laki keparaat itu mungkin saat ini ia masih bisa tidur nyenyak di dalam kontrakannya.

Sementara di luar, Irfan memanggil cleaning service untuk membersihkan kamar itu secara kilat dan harus selesai sebelum Fajira keluar dari kamar mandi.

"Tuan ini baju untuk perempuan itu," ucap Ray yang baru saja tiba dengan beberapa papper bag di tangannya.

Dengan sigap, Irfan mengambilnya dan melangkah menuju kamar pribadi yang tengah di bersihkan itu.

"Cepat kau selesaikan, ganti seprai itu segera! Dalam lima menit jika tidak selesai, angkat kaki kau dari sini!" Bentaknya dengan kasar dan membuat CS itu ketakutan.

"Ba-baik Tuan."

Dengan segera ia membersihkannya tanpa tertinggal sedikitpun. Jantung yang berdetak lebih cepat dan diburu oleh waktu membuatnya dengan sigap melaksanakan perintah dari Irfan tanpa mengeluh. Setelah selesai ia langsung keluar dan pamit dari ruangan yang terasa mencekam itu.

"Tunggu!" panggil Ray ketika tangan CS itu sudah memegang hendle pintu.

"I-iya, Pak?" ucapnya gugup dan takut.

"Jangan sampai ada yang tau tentang masalah ini. Jika saya mendengar gosip yang tidak-tidak, kamu yang harus bertanggung jawab!" ucap Ray dingin.

"Ba-baik Pak. Permisi." ucapnya keluar dan berlari menuju kebawah.

Sementara Irfan duduk di atas kursi kebesarannya dengan memijat kepala yang terasa berat.

Kenapa ini terjadi? Perjaka ku di renggut oleh perempuan itu dan siapa dia? Aarrghhh. Bathinnya frustrasi.

Tok, tok, tok.

"Masuk!" ucap Irfan ketika mendengar ketukan pintu dari luar.

Masuklah seorang perempuan muda yang cantik jelita dengan balutan jas putih di badannya. Dia Annisa saudara sepupu Irfan yang berprofesi sebagai dokter umum.

"Lo ngapain nelfon gue bang? Kebiasaan deh!" Ucapnya kesal karena kebiasaan Irfan yang langsung mematikan panggilan tanpa mendengarkan jawaban dari orang dibalik telefon.

"Tuh lo urus dia!" ucap Irfan menunjuk ke arah kamar.

"Siapa? Siapa yang harus gue urus?" ucap Annisa bingung

"masuk aja." Ucap Irfan merasa kesal.

Ceklek...

Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, namun nihil ruangan itu kosong tanpa ada tanda-tanda kehidupan di sana.

"Gak ada orang, Bang. Lo mau mempermainkan Gua? Lo tau kan jadwal gua lagi padat sekarang?" ucap Annisa kesal dan membuat Irfan bangun dari duduknya lalu melangkah masuk ke dalam kamar.

Tok, tok, tok.

"Hei gadis, keluar kau sekarang juga atau saya dobrak pintu ini!" Teriak Irfan setelah menggedor pintu kamar mandi dan sukses membuat Annisa terkejut.

Pe-perempuan? Yang benar saja!. Batinnya.

"I-iya!" jawaban lirih terdengar dari dalam kamar mandi.

"Lo tunggu dia di sini dan sekalian bantu untuk memakaikan bajunya, habis itu lo periksa, pastikan kalau dia bukan wanita berpenyakit!" Ucap Irfan dingin.

"Iya, sana keluar lo! Awas aja lo macam-macam sama anak gadis orang, gue bilang tante baru tau rasa!" ucap Annisa kesal.

"Hmm." Deham Irfan keluar dari sana dan menutup pintu kamar.

Tak berapa lama Fajira keluar dengan wajah putih pucat dan terdapat memar di bagian bibirnya bekas tamparan keras Irfan semalam. Ia terkejut ketika melihat ada orang lain di dalam kamar itu. Tubuhnya meremang dan mematung.

Ap-apa dia Vina?.

Ia bingung harus bersikap bagaimana saat ini, jangankan untuk melangkah, mengangkat kepalanya saja ia tidak mampu.

"Siapa kamu?" ucap Annisa mendekat.

"Sa-saya Fajira, kak!" ucapnya menghindari sentuhan dari Annisa.

"Duduk dulu, yuk!" ucap Annisa lembut dan menyadari bahwa perempuan yang ada di depannya ini tengah ketakutan.

"Sa-saya," Ucap Fajira hendak berbicara kembali

"sudah, duduk dulu!" Cegat Annisa.

Ia membantu Fajira untuk duduk di atas kasur dengan lembut. Ia meringis menatap memar yang ada di tubuh gadis yang ada di depannya ini.

Dasar laki-laki, tidak bisakah sedikit lembut kepada wanita. Sok bilang masih perjaka padahal udah seganas ini masih saja mengelak. Bathin Annisa mengutuk Abang sepupunya itu.

"Jangan takut, saya seorang dokter. Hmm apa hubungan kamu dengan abang saya?" tanya Annisa dengan lembut, sementara Fajira hanya menggeleng dan menunduk.

"Lalu kenapa kamu bisa berada disini?" Tanya Annisa kembali.

"sa-saya hanya pengantar makanan dokter," Ucap Fajira dengan mata yang berkaca-kaca.

"Apa abang memesan makanan di tempat kamu kemarin?" Tanya Annisa menelisik.

"I-iya,"

"Terus?"

"Waktu saya mengantar makanan kemarin, saya melihat ada orang yang sedang kejar-kejaran dari ruangan ini. ketika hendak mengantarkan makanan, saya melihat ada laki-laki yang tengah terduduk di lantai sambil memegang kepala. Saya tidak tau apa yang terjadi. Ketika hendak membantunya saya malah di paksa un-untuk melayaninya dengan kasar!" ucap Fajira menangis tersedu.

"Kamu masih perawan?" tanya Annisa dengan hati-hati.

"Iya saya masih perawan, dan sekarang masa depan saya sudah hancur hiks,... hiks,..." Ucap Fajira semakin menangis.

Kasihan banget kamu harus bertemu dengan tuan muda yang gila itu!. Batin Annisa meringis.

"kita coba cek keadaan kamu ya. Ini ada baju, di pakai dulu. Saya keluar sebentar!" Annisa beranjak dari sana dan meninggalkan Fajira sendiri.

Aku kotor! aku seorang jalaang! hiks. Batin Fajira menangis.

Ia hanya bisa menahan isaknya yang terdengar sangat putus asa. Setelah beberapa lama Annisa kembali masuk dan memeriksa bagaimana kondisi Fajira saat ini.

"Kamu gak apa, istirahat yang banyak dan penuhi asupan gizi kamu ya" ucap Annisa tersenyum.

"Terima kasih!" Ucap Fajira sudah merasa lebih tenang

Tok, tok, tok.

"Cha bawa dia keluar!" Suara bariton milik Irfan terdengar dari luar dan sukses membuat Fajira kembali ketakutan.

"Dokter, tolong bawa saya dari sini! Saya tidak mau bertemu dengan dia. Tolong bawa saya keluar dari sini dokter, saya mohon!" Ucap Fajira kembali histeris.

"Iya, nanti kamu akan di bawa pergi dari sini. Sekarang ayo kita keluar dulu." Fajira patuh mengikuti langkah kaki dokter itu walapun masih terasa sangat sakit pada daerah terlarangnya.

Fajira menunduk tanpa mau melihat siapa yang tengah berada di depannya. Ia bersembunyi di belakang tubuh Annisa yang lebih tinggi, agar bisa menghalangi pandangan laki-laki keparat itu.

"Duduklah!" ucap Annisa menyuruh Fajira duduk di atas sofa ruangan itu.

"Siapa nama kamu?" tanya Irfan dingin.

"Fa-Fajira," Ucapnya menahan tangis.

Irfan mengeluarkan cek di sana dan meletakkannya di atas meja.

"itu cek untuk kamu, sebenarnya saya rugi karna kehadiran kamu disini. Saya rugi waktu, rugi uang, juga keperjakaan saya juga sudah kamu renggut. Ini cek ambil saja, dan setelah ini jangan pernah hadir dalam hidup saya. Jika benih itu tumbuh di dalam rahim kamu gugurkan segera. paham!" Ucap Irfan sarkas.

Semua orang terdiam mendengarkan ucapan Irfan.

Hiks bapak pikir saya sudah bolong!. bathin Fajira masih terisak

"Kamu antarkan dia pulang Cha, pastikan kehadirannya tidak menimbulkan kecurigaan karyawan disini!" tanpa menunggu jawaban dari Annisa, Irfan segera melangkah keluar di ikuti oleh Ray.

Sementara dokter muda itu menatap iba perempuan yang ada di sampingnya ini.

"kamu gak apa kan? Habis ini saya antar kamu pulang. Pakai masker dan topinya, agar tidak ada yang mengenali kamu nanti!" Ucap Annisa.

"Te-terima kasih kak!" Ucap Fajira memakai semua atribut itu.

Annisa membantu Fajira untuk keluar dari sana setelah perempuan itu siap untuk berjalan. Walaupun masih terasa sakit tetapi ia tetap memaksakan agar bisa keluar dari ruangan yang sudah merenggut masa depannya ini.

Sreek....

💖💖💖

TO BE CONTINUE

3. Dia Hadir!

Sreek...

Fajira merobek cek dengan nominal 100 juta itu dan meletakkannya kembali di rasa meja, kejadian itu sukses membuat Annisa menelan ludahnya kasar.

Sombong sekali wanita ini, kalau tidak mau kenapa tidak memberikannya saja kepada saya. huh dasar tidak tau diri.

Mereka segera melangkah keluar dengan menggunakan lift khusus untuk CEO. Berjalan pelan seolah tidak terjadi sesuatu. Sehingga tidak menimbulkan fikiran negatif dari orang lain atau sebagainya.

Annisa mengantarkan Fajira pulang ke kontrakannya dengan sedikit paksaan karna Fajira menolak untuk di antarkan pulang. Dalam hening mobil terus melaju dengan kecepatan sedang membelah padatnya kota metropolitan.

💖💖

Saat ini Fajira tengah bekerja di restoran seperti biasanya, Sudah hampir satu bulan ia bertahan setelah kejadian itu. Rencananya ia akan pindah pada akhir bulan ini, tepat ketika masa kontrakan habis dan ia sudah menerima gaji beserta pesangonnya.

Hari ini ia merasa tidak enak badan dengan kepala pusing yang berdenyut dan perut yang terasa sangat tidak enak. Keadaannya menjadi bahan perhatian oleh karyawan yang lain.

"Ji, kamu gak papa?" tanya Zayn cemas.

"aku baik kak, mungkin karna kecepean aja" lirih Fajira sambil memegang kepalanya.

"betul gak papa? izin aja gimana?"

"aku besok udah berhenti kerja Kak, gak mungkin aku izin sakit hari ini!"

"minum obat dulu ya, biar lebih baikan,"

"iya."

Fajira meminum obat pereda sakit kepala, lalu ia bersandar sebentar menunggu obat itu bereaksi. Ia teringat dengan satu hal yang membuatnya ketakutan.

Bulan ini aku belum datang bulan, harusnya dua hari yang lalu aku sudah dapat. Semoga saja benih laki-laki bajing*n itu tidak tumbuh di dalam rahimku.

Ia memejamkan matanya sejenak sebelum bekerja kembali. Huh! ada satu hal yang harus ia kerjakan ketika pulang nanti. Beruntung ia mendapatkan shift pagi sehingga sore ini ia bisa pulang dan beristirahat.

Semua pekerjaan ia lakukan, mulai dari membersihkan meja dan lantai, bahkan mencuci piring, begitulah keseharian wanita cantik itu.

Setelah waktu kerjanya habis, Fajira langsung bergegas untuk pulang ke kontrakan, namun ia memilih untuk singgah sebentar di apotek untuk membeli barang yang akan menjadi penentu kehidupannya untuk masa depan nanti.

Setibanya di rumah, Fajira segera mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian rumah. Sebelum memasuki kamar mandi ia menatap lama benda kecil yang ada di tangannya berdoa semoga tidak ada hasil yang membuatnya semakin terpuruk.

"tuhan kali ini jangan membuatku kembali merasakan putus asa. Cukup sudah rasanya engkau memberikan ujian yang begitu berat kepadaku!" ucapnya sebelum melangkah menuju kamar mandi.

Ia menampung sedikit air kencing di dalam wadah dan memasukkan tespek itu kedalamnya. Fijiran gadis cantik itu kembali menerawang.

"eh tespeknya," ucap wanita itu setelah sadar dari lamunannya.

"tolong tuhan, jangan ada lagi masalah dalam hidupku!" Perlahan ia melihat hasil yang di tunjukkan oleh tespek itu.

deg,...

Jantungnya berdetak semakin cepat dengan air mata yang menetes. Ia tersedu melihat garis dua tertera pada benda kecil keramat yang sedang ia pegang. Fajira mengelus perut rata itu dengan lembut.

Kamu hadir secepat ini nak? kamu alasan kenapa Bunda sering sakit belakangan ini?.

Ia sungguh bingung dengan apa yang ia rasakan, antara senang atau ia harus sedih. Lama termenung memikirkan apa yang harus di lakukan setelah ini dengan anak yang sudah bersemayam di dalam rahimnya.

Apa aku gugurkan saja? Tapi bukankah ini suatu keberuntungan di dalam kesengsaraan? Dia hadir untuk menemani hari sepiku.

"aaarrgghhh!" ia menjambak rambutnya frustrasi.

"apa aku beri tau saja laki-laki itu? iya lebih baik besok aku pergi ka kesana dan memberitahukan hal ini kepadanya!" Fajira berucap dengan sungguh-sungguh namun sejurus kemudian semangatnya pudar mengingat laki-laki itu tidak menginginkan benihnya tumbuh sama sekali.

Huft,... aku harus mempersiapkan semuanya hari ini. Pergi jauh dari kehidupannya dan memulai hidup baru kita berdua ya nak. Temani Bunda sampai kapan-kapan ya, sayang.

💖💖

Tiga tahun kemudian...

"Nenek, Fajri, Bunda berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah!" pelik Fajira ketika ia mendapatkan Beasiswa penuh dari Bank Besar milik negara untuk melanjutkan pendidikannya sesuai dengan cita-cita yang ia inginkan.

"Bunda, dapat beasiswanya?" tanya laki-laki kecil berumur dua tahun dengan mata berbinar senang.

"iya sayang. Bunda mendapatkannya! Hah, semoga selepas ini hidup kita bisa lebih baik, aamiin," ucap Fajira bahagia sambil memeluk tubuh putra kecilnya yang tampan itu.

"Hore!" sorak Fajri dengan senang.

"nenek mana sayang?"

"tadi nenek ke kamar mandi Bunda, tapi belum keluar sampai sekarang" Fajira segera bergegas untuk pergi ke kamar mandi dan melihat keadaan wanita paruh baya yang sangat berjasa dalam hidupnya itu.

"nenek?" pekik Fajira melihat perempuan paruh baya itu sudah tidak bernafas lagi.

Jatuh sudah air mata mereka yang melihat wanita paruh baya itu sudah meninggalkan mereka berdua.

Dengan bantuan dari masyarakat sekitar mereka segera menguburkan nenek Ira. Wanita paruh baya yang menjadi super Hero bagi Fajira dan Fajri. Mereka hanya saling memeluk dan menumpahkan kesedihan karna kehilangan nenek Ira yang sudah menyelamatkan Fajira yang sedang mengandung.

Kala itu, Fajira baru saja tiba di terminal waktu dini hari, tanpa sadar ia pingsan di terminal yang sudah tidak terlihat kehidupan lagi disana. Hingga nenek Ira menemukannya tergeletak di jalan dan membawa gadis itu pulang ke gubuk reotnya, setelah ia sadar dari pingsan.

Fajira yang tidak memiliki pekerjaan setelah kepindahannya, memilih untuk berjualan gorengan keliling. Ia bisa mendapatkan untung bersih 100 ribu jika semua gorengannya habis terjual. Itu yang ia lakukan selama mengandung, hingga Fajri mulai bisa memberinya uang dengan tangan ajaibnya.

Fajira dan Fajri mengingat kembali momen kebersamaan mereka dengan nenek Ira. Wanita hebat yang membuat ibu satu anak itu kuat menghadapi cacian dan cobaan dari orang sekitar sehingga jadilah ia seperti sekarang, wanita tangguh yang siap melakukan apa saja untuk membesarkan anak sematawayangnya sendiri.

"Aji sayang. Kamu jangan tinggalkan Bunda ya, Nak!, hanya kamu yang Bunda miliki saat ini," ucap Fajira dengan genangan air mata.

"iya bunda, Aji janji akan jadi anak yang patuh dan bisa membanggakan bunda!" ucap Fajri memeluk sang Ibunda.

"kita pulang ya, nak!" Fajira kembali menatap makam nenek Ira yang akan ia rindukan setelah ini. Lalu kembali pulang dengan menggendong pria kecil nan tampan itu.

Setibanya di rumah, beruntung masih ada orang yang berkenan untuk pergi melayat ke gubuk reot itu, Sehingga membuat hati Fajira yang tadinya merasa sangat sedih dengan apa yang terjadi saat ini, perlahan menghangat dan mencoba untuk ikhlas dengan apa yang terjadi.

Ia teringat dengan beasiswanya kuliah yang ia dapat dengan nilai paling tinggi dari semua peserta yang mendaftar. Beruntung Setelah kuliah nanti ia akan menempati salah satu asrama yang di sediakan bagi penerima beasiswa itu bersama dengan anaknya.

"sayang, gak lama lagi kita akan pindah ke rumah yang lebih layak. Aji mau kan bantu, Bunda?"

"mau Bunda, Aji bisa bantu bunda apa saja!" ucapnya dengan tersenyum lebar.

"anak pintar. Sekarang tidur siang lagi ya!" Fajira mengajak pria kecil itu untuk beristirahat karna ia memang mengajarkan kedisiplinan dari kecil kepada Anak sematawayangnya itu.

Fajrianda Hanindyo, Anak yang terlahir dari hasil hubungan yang tidak di sengaja pada malam yang menyakitkan bagi Fajira. Anak itu tumbuh dengan segudang kepandaian, mulai dari bidang ilmiah bahkan teknik mesinpun ia bisa melakukannya.

Di usianya yang baru menginjak dua tahun, pria kecil itu sudah pandai membaca dan memahami maksud dari penjelasan ilmu yang ada di dalam buku yang ia baca, bahkan ketika umurnya yang baru menginjak satu tahun, Fajri sudah fasih untuk berbicara.

Sehingga beberapa orang tua meminta Fajri untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang pelajaran sekolah. Dengan di bantu oleh Fajira mereka sudah memiliki 10 orang siswa yang ikut belajar di rumahnya dengan bayaran sekitar 150 ribu satu bulan.

Selain itu, pria tampan milik Fajira ini juga bisa memperbaiki mesin-mesin kecil hanya dengan melihat dan menganalisa saja, walaupun belum kuat untuk mengerjakannya namun ia bisa memberitahu dimana letak kerusakan pada mesin tersebut. Seperti mesin air, motor, dan lain halnya.

Bahkan ketika listrik mati di rumahnya, ia bisa mengolah berbagai jenis mesin-mesin rusak yang ia dapat dari tempat sampah ataupun ia minta dari masyarakat, menjadi mesin ginset tenaga surya yang membantu mengurangi pengeluaran untuk biaya listrik bulanan mereka.

Fajira yang memang sudah pintar di tambah dengan bibit premium dari CEO gila itu, bagaimana tidak anaknya bisa seperti ini. Terkadang ia di buat geleng kepala oleh Fajri yang mampu berfikir di luar nalar anak seusianya.

Hiks jika ada uang aku akan bawa anakku ke psikolog untuk melihat berapa tinggi IQ yang ia miliki.

Begitu jeritnya ketika mendapati Fajri membuat dan menciptakan hal baru dari barang yang sudah tidak di pakai lagi. Sementara bocah laki-laki itu hanya menatap bundanya dengan senyum manis memperlihatkan gigi susu yang belum cukup.

Seperti saat ini, entah kemana anak itu kabur seharian. Namun Fajira sudah hafal kemana dia pergi bermain, yaitu bengkel mobil yang terletak tak jauh dari sana. Anak itu dengan tampang ceria membawa sesuatu yang baru untuk bundanya yaitu mesin printer.

Ketika hendak melihat ada orang yang membuang mesin itu, dengan berani Fajri meminta dan membawanya ke bengkel. Ia preteli satu persatu bagian itu dan memperbaiki kerusakan dengan barang sisa elektronik yang ia titipkan di bengkel. Dan berhasil mesin itu hidup kembali dan berfungsi. Ia membawanya dengan troli yang sudah lama di buat untuk membantunya membawa barang-barang yang baru.

"Bundaa?" panggilnya.

"iya nak, kamu dari mana sayang?"

"dari bengkel, Bunda. Aji ada sesuatu untuk, bunda" ucapnya dengan sedikit rona merah di wajahnya.

"apa itu, sayang?" ucap Fajira dengan antusias.

"sebentar lagi Bunda akan kuliah, pasti butuh mesin ini nanti, jadi tadi... bla...blaa.." ia menceritakan bagaimana ia memperbaiki mesin itu, sehingga membuat Fajira meringis karna tidak paham dengan ocehan anak geniusnya.

"pintar, terima kasih anak Bunda yang paaaaling tampan muach muach. Ihh udah acem mandi dulu yuk!"

"hehehe iya, Bunda."

Fajira memandikan anaknya sambil sesekali bermain busa sekedar menyadarkan laki-laki itu terhadap masa kanak-kananya yang sudah melenceng dari batas wajar anak seusianya.

💖💖💖

TO BE CONTINUE

Ayo tinggalkan jejaknya agar aku bisa tau siapa yang membaca cerita ini.

terima kasih🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!