Mentari pagi yang menelisik dari sela-sela jendela kamar ada seorang gadis yang menggeliat dari tidurnya. Gadis itu bernama Alika Azhara yang berumur 17 tahun dan duduk di bangku SMA kelas dua.
Alika merupakan gadis yang hidup sebatang karang setelah neneknya meninggal sejak dua tahun lalu. Meskipun hidup Alika tanpa ada keluarga kandung namun dia tetap merasa masih memiliki keluarga lainnya yang bukan siapa-siapa tapi mereka tetap menyayangi Alika layaknya keluarga kandung mereka. Keluarga yang mengadopsi dirinya adalah keluarga Abraham sejak nenek Alika masih ada.
Setelah bangun dari tidurnya Alika bergegas ke kamar mandi dan siap-siap berangkat ke sekolah. Ketika dia bercermin di depan rias Alika mengingat tentang mimpi setiap malam. Mimpi yang dirasakannya terasa nyata dan sosok itu menyentuh bibir ranum lalu mengecup kemudian menyesap juga memandang wajah dirinya. Alika termangu dengan bibir yang terasa aneh semenjak mimpi tidurnya yang selalu menghantuinya. Alika menyentuh bibir dengan jari lentiknya seperti ada kupu-kupu bertebaran dalam perutnya ketika mengingat tentang mimpi itu.
Pada saat Alika termangu dengan pikiran kosong ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar, “tok..tok..tok”, ketukan tiga kali yang tidak didengar oleh Alika. Orang yang berada di luar pintu kamarnya mendengus karena tidak ada jawaban dari sang pemilik kamar kemudian dia kembali mengetuk dengan menggedor pintu dan memanggil dengan suara baritonnya, “tok...tok...!Alika! tok...! Alika!” teriak Denis sang pemilik suara bariton di luar kamar Alika.
Suara teriakan menggunggah Alika dari acara bengongnya dan segera bergegas keluar dari kamar. Alika membuka pintu ketika Denis akan mengetuk kembali.
Denis bertanya, “Kenapa aku panggil kamu tidak menjawab sampai suara aku hampir habis karena berteriak?” dengan pura-pura mendengus sebal.
“Maaf kak, tadi aku lagi ke kamar mandi karena perutku tiba-tiba sakit” bohong Alika dengan menggandeng lengan Denis.
“Baiklah” jawab Denis dengan mengusap kepala Alika.
Denis dan Alika berjalan beriringan menuju ke meja makan yang sudah ditunggu oleh Abraham dan Liana. Selesai makan mereka berpamitan berangkat untuk beraktivitas sesuai kewajiban masing-masing kepada Liana.
Denis mengantar Alika berangkat sekolah sebelum pergi ke kampus. Sedangkan Abraham menuju ke kantornya dengan diantar oleh sopir pribadinya.
Beberapa lama kemudian deruman mesin mobil toyota berhenti tepat di depan gerbang sekolah kemudian Alika turun lalu berpamitan dengan Denis dan tiba-tiba dari belakang ada seorang gadis yang memanggil namanya dengan suara cempreng “Alika..! Alika..! “, teriaknya dengan sambil berlari dan tangan mengadah layaknya seperti anak kecil. Alika yang berada radius dua meter hanya menggeleng kepala karena tingkah temannya bernama Amina yang biasa dipanggil Minul sebab dia mungil dan sedikit gembul.
Amina berlari hingga sampai terengah-engah di depan Alika. Alika kemudian memberinya minum air putih yang ia bawa, “Ini kamu minum dulu dan lain kali tidak usah lari-lari gitu. Karena kamu tidak akan mampu kuat berlari” kata Alika sambil mencangklongkan tasnya di bahu. Amina menerima dan meminum hingga tandas kemudian mengucapkan terima kasih dan botolnya dikembalikan pada Alika yang hanya mampu menggeleng kepala sedangkan Denis yang sejak tadi mengamati hanya menggeleng tingkah teman dari Alika. Amina mengatur nafas dan menyapa Denis yang berada dalam mobil, “Hallo, kak” sapanya. Denis memberi jawaban dengan menganggukkan kepala dan berpamitan dengan Alika untuk pergi ke kampus.
Aminah menggandeng lengan Alika melewati gerbang sekolah dengan berjalan beriringan masuk kelas. Sejak awal bertemu Aminah dari gerbang sekolah membuat gendang telinganya mulai berdengung karena nyanyian suara sumbang Aminah yang terus bersyahdu di telinga milik Alika, lalu sampai masuk ke dalam kelas dia baru melepaskan lengan Alika dan membuatnya lega juga telinganya menjadi tenang kembali.
Sementara Lucas yang sedang di negara berbeda, dia sedang memandang pemandangan di luar lewat jendela kaca besar dengan tangan di masukkan ke dalam kantong celana sambil berucap, "aku akan menemui kamu sweety", senyum Lucas yang penuh dengan arti.
Ketika Lucas sedang tersenyum sendiri membanyangkan wajah gadisnya tiba-tiba ada ketukan pintu dari luar. Lalu Lucas menyuruhnya masuk tanpa mengalihkan pandangan dari luar.
Kemudian sang sekretaris bernama Lucy masuk ke dalam ruangannya dengan sopan.
"Maaf pak mengganggu anda. Saya ke sini membawa dokumen mengenai pemasaran untuk anda review ulang", ucap Lucy melangkah ke meja Lucas.
Lalu Lucas duduk di kursi mejanya dan mengambil dokumen yang dibawa oleh sekretarisnya untuk dia pertimbangkan harga properti di pasaran dan produk lain yang sedang dia kembangkan.
Setelah menyerahkan berkas dokumen pemasaran, Lucy juga membacakan agenda untuk pertemuan dengan klien.
"Saya kesini juga mau mengingatkan kembali mengenai agenda pertemuan bersama klien pukul 03.00 sore nanti anda akan bertemu klien dari agen produksi di PT lain. Lalu di lanjutkan pertemuan klien membahas arsitek pembangunan untuk konstruksi yang sedang anda kembangkan pak", ucap Lucy.
"Baiklah, kamu bisa keluar. Saya akan review kembali dokumen pemasaran ini", ucap Lucas.
"Kalau begitu saya keluar dan melanjutkan pekerjaan saya. Apabila ada perlu bapak bisa menghubungi saya", ucap Lucy yang diangguki Lucas yang tengah sedang membaca dokumen pemasaran.
Usai kepergian Lucy, Lucas menghubungi agen di negara lain untuk segera mengirimkan laporan harga lewat email.
Sementara Alika yang masih di negara Indonesia sedang mengemban ilmu sambil menertawakan perdebatan Aminah dengan pak Arga masalah pekerjaan rumah yang belum diisi dalam buku pekerjaannya.
"Aminah! maju kedepan", panggil pak Arga.
"Ada apa pak memanggil nona cantik ini?", tanya Aminah dengan nada menjijikkan dan mata genitnya.
"Cepetan maju dahulu! atau mau saya seret baru kamu bisa maju kedepan!", ucap pak Arga.
"Iya pak, saya akan maju menghadapi bapak yang supet duper gantengnya yang kelewatan", ucap Aminah bikin terbawa seluruh kelasnya.
"Kenapa saya cek tugas yang kamu kerjakan tidak ada?!", marah pak Arga.
"Mungkin tulisan saya tertutupi dengan cintanya aku ke pak Arga", ucap Aminah. Lalu seluruh siswa menggoda mereka dengan kata cieee.
Pak Arga yang berada di depan semakin marah terhadap Aminah.
"Kamu itu jangan banyak bercanda ya Min. Saya serius!"
"Saya juga serius kok pak, bahwa saya menyukai bapak".
Seluruh siswa kembali bersorak, "ciee", dengan terkekeh.
"Minah!", marah pak Arga dengan turun tangan menarik telinga Aminah sampai ia mengadu sakit.
"Kamu berdiri di depan kelas sampai pelajaran selesai, mengerti!", ucap pak Arga dengan tegas.
"Mengerti!", tegas Aminah dengan memberi hormat kepada pak Arga.
"Tapi aku akan lebih mengerti jika pak Arga mau menjadi pacar saya", ucap Aminah.
Arga yang mendengarkan itu mendelik dan para siswa juga mendapatkan pelototan dari pak Arga yang menandakan kemarahan.
Suara bel pertanda berakhirnya pelajaran berbunyi, para siswa berbondong membereskan buku-buku berserakan dan keluar dari kelas ada yang berlari,ada juga yang masih duduk-duduk dengan bergosip atau menunggu jemputan.
Aminah dan Raina menghampiri Alika mengajak pulang bersama.
“Alika kita pulang bareng yuk, sambil nongkrong di kafe”, Ajak Aminah.
“Atau kamu dijemput oleh kak Denis. Yah, padahal sudah lama kita gak nongkrong dan pulang bersama sejak libur semester satu. Aku kangen ni Alika”, ucap Raina dengan memegang lengan Alika layaknya anak kecil.
“Baiklah kita pulang bersama dan nongkrong di kafe. Tapi aku menghubungi kak Denis dulu agar dia tidak menjemputku”,kata Alika dengan mengambil ponsel dan menghubungi Denis.
Bunyi ponsel dari kantong Denis terus bergetar pada saat sedang mengerjakan tugas kelompok. Denis mengambil ponsel dari balik saku celana dan melihat nama yang tertera pada layar ponsel. Ketika melihat nama Alika di layar ponsel Denis lansung menepuk jidat dan mengangkat panggilan dari Alika karena ia lupa mengabari jika dirinya tidak bisa menjemputnya.
“Hallo, Alika!”
“Hallo, Kak! Aku mau bilang kak Denis tidak usah menjemput soalnya aku mau jalan bareng dengan teman sekalian mau minta ijin untuk pulang telat”.
“Baiklah, kebetulan kakak juga tidak bisa menjemputmu soalnya harus mengerjakan buat presentasi besok dan kamu jika mau main jangan pulang sampai kesorean”, kata Denis diseberang sana dengan masih berkutat laptopnya.
“Ya, kak! Aku tutup dulu ponselnya takut ngeganggu tugas kelompok kak Denis”, ucapnya di balik ponsel dengan sedikit tertawa
“Kak! Semangat! Paighting” teriak Aminah dengan suara cemprengnya ikut menimbrung obrolan Alika dan Denis dari ponsel. Membuat telinga yang berdekatan dengan suara Aminah sedikit berdengung.
Alika dan Raina yang berada disisinya berteriak bersama, “Alika!” mendapatkan sorotan mata tajam. Sedangkan di balij ponsel telinganya juga berdengung dan sedikit tersenyum mendengar pertengkaran mereka.
Aminah yang mendapatkan sorotan mata tajam hanya cengar cengir dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal dengan mengatakan, “Sorry”.
Alika melanjutkan obrolan dengan berpamitan dengan Denis, “Sudah ya kak, aku tutup ponselnya”, ucapnya dengan mematikan ponsel.
Denis melanjutkan tugas kelompoknya setelah menutup ponselnya sedangkan Alika dan dua sahabatnya keluar dari sekolah dengan beriringan dengan obrolan yang gak berfaedah karena Aminah.
“Tadi kamu saat memberi semangat kak Denis itu lho...”
“Sangat terkeshima ya Rain”, kata Aminah yang memotong kalimat perkataan Raina dengan percaya diri.
“Bukan itu..”, membuat Raina gemas dengan tingkah Aminah
“atau terlalu berlebihan...” tebak Amina yang masih mengunyah camilan cokelatnya.
“Paighting” tebak Alika
“ya!” teriak Raina
“Itu paighting artinya apaan sih, itu bahasa apaan? ”, senggol lengan Rania
“Yaampun Ranian itu bahasa inggris, kayak orang korea saat memberi semangat pada temannya”, kata Aminah yang sok korean stayle.
“Itu bukan paighting Aminah, tapi faighting”, kata Alika yang sebal.
“Emang salah”, garuk tengkuk tidak gatal
“Ya salah, Aminah” kata Raina
“Ok, gak papa yang penting suaraku yang menggelegar dan membahana memberi semangat untuk kakak kamu, ya kan Alika” ucap Aminah dengan percaya diri sambil menggandeng lengan Alika.
“Iya, tapi buat gendang pecah”, omel Raina
“Apaan sih syirik! Blee”, ucap Aminah dengan menjulurkan lidah.
Obrolan mereka yang tak berfaedah tidak terasa berjalan hingga ke halte lalu mencari angkutan umum.
“Kenapa angkutannya lama sih, panas nih. Apa abang-abangnya lagi banya uang ya”, omel Amina dengan mengusap keringat.
“Iya, apa abang-abangnya takut di godaain kamu min?” tanya Raina
“mungkin...”, dengan jari telunjuk tempelkan ke dagu, “Aku kan cantik dan suara membahana kayak syahrini”, dengan percaya diri.
Raina mendengus sebal dengan percaya diri Aminah yang hampir muntah di depannya. “ueee” ejek Raina
dan diikuti Alika yang sejak tadi mendengar omongan Amina yang tingkat dewa gesreknya.
“Kenapa kalian, masuk angin ya. Aku kasih minyak angin” kata Amina dengan mengambilkan minyak telon dalam tas
“Ini pasti gara-gara abangnya yang gak datang-datang mereka jadi masuk angin deh”, omel Aminah
“Masuk angin bukan karena abangnya tapi karena kamu”, batin Alika dan Raina bersamaan.
“Kita naik taxi ajak yuk, biar cepet”, kata Aminah yang meminum susunya.
“emang kamu mau bayarin”, sindir Raina
“Nah itu angkutnya datang”, ucap Alika sambil tangannya melambai kiri.
Mereka akhirnya masuk angkutan dengan nafas lega. Aminah mengambil tisu mengusap keringat. Rania dan Alika meminta tisunya untuk mengusap keringat juga.
“Bang kok lama sih, kasiha temenku ini. Sejak tadi uaa uee nungguin abang lama jadi masuk angin nih. Harus kasih diskon ya bang”, marah Amina dengan suara cemprengnya . Abangnya yang mendengar itu hanya diam dan menggeleng kepala.
“kalau gak kasih no ponselnya dong bang. Biar gak kelamaan nunggunya”, omel Aminah yang sejak tadi diliati orang tanpa malu. Alika dan Raina berpura-pura tidak mengenalnya meski seragamnya sama dan ada ibu-ibu bertanya pada Raina dan Alika.
“Itu temennya ya neng, wah suaranya bagus loh neng kalau buat manggil maling”, kata si ibu-ibu
Alika dan Raina tertawa dengan terbahak-bahak membuat perutnya sakit dan diakhiri turunnya ibu-ibu tadi.
Aminah yang sejak tadi ngobrol yang diangguki sang sopir tidak memperhatikan ibu-ibu yang mengatainya dan tawaan Alika dan Raina.
Aminah yang melihat tawaan mereka heran karena ia tidak ikut bercanda dengan mereka.
Akhirnya mereka berhenti depan kafe dan membayar uang angkutan. Mereka berjalan beriringan masuk kafe dengan wajah kepanasan dan dehidrasi karena menunggu angkuta lama. Mereka langsung memesan minuman dan makanan.
Tidak berselang lama makanan dan minuman datang dan mereka menyatap seperti orang kelaparan tanpa ada obrolan dengan diakhiri dua gelas minuman tandas habis yang di pesan Aminah. Lalu mereka membayar tagihan tanpa sempat bercanda dan bergurau karena mereka ingin cepat pulang membersihkan badan.
“Ayo kita bayar!”, ajak Alika
“Ni uangnya”, kata Raina
“Ini punyaku juga, tapi yang satu aku boleh minjem dulu gak Rain, please” mohon Aminah
“Ya, udah aku aja yang minjemin buat bayarin satu gelas minumannya”, kata Alika yang tidak ingin nunggu lama
“Thank you, kamu terbaik lik!” teriak Aminah yang membuat Raina menutup telinga.
Mereka akhirnya berpamitan kembali kerumah masing-masing.
....................................................................................
Setelah seharian beraktifitas, Alika masuk ke kamar mandi membersihkan diri kemudian bergegas turun ke bawah membantu bibi aisyah menyiapkan makan malam. Ketika akan membantu Alika melihat tante Liana yang menata meja lalu Alika menghampirinya.
Liana yang melihat Alika memberikan senyuman hangat dan Alika langsung ikut membantu membawakan piring juga lauk ke meja dengan diakhiri duduk di meja makan sambil mengobrol menunggu Abraham dan Denis keluar dari kamar.
lika, bagaimana dengan sekolah kamu setelah masuk semester dua?” tanya Alina untuk membuka obrolan.
“Baik tante sangat baik. Apalagi ada temen Alika yang benar-benar gila gesreknya tapi dia selalu memberikan warna pada obrolan kami meski absurd”, ucap Alika dengan mata berbinar-binar.
Liana yang mendengarkan cerita Alika yang panjang lebar membuatnya tertawa karena temannya yang lordnya tingkat dewa. Suara tertawa mereka terdengar oleh Denis dan diikuti oleh Abraham yang baru saja keluar dari kamar.
Alika menyelingi makan malam dengan penuh obrolan dengan canda tawa mulai dari temennya hingga suasana sekolah pertama masuk semester dua. Hingga makan malam selesai dengan diakhiri aktivitas istirahat di kamar masing-masing.
Di balik pintu kamar tamu ada seseorang yang memperhatikan Alika dengan mata elang yang menyorotinya. Lucas yang sejak tadi berada di ruang kamar tamu milik Abraham merasa senang karena esok dia menemui gadisnya setelah sekian lama menunggu.
Alika yang berada di kamar sedang asyik berkirim pesan lewat chat dengan banyak obrolan absurd dari kedua sahabatnya.
Selesai obrolan dengan temannya Alika menutup ponsel dan tidur. Ia tertidur pulas hingga tidak menyadari ada seseorang yang masuk dengan mengendap-endap tanpa sepengetahuannya. Kemudian Lucas mendekati wajahnya yang ia rindukan selama ini sejak mengenalnya ketika dia berumur sepuluh tahun dan meminta tolong padanya untuk menolong neneknya yang sakitan hingga sekarang berubah menjadi remaja yang ceria. Ia adalah cinta pertama yang menyentuh hatinya.
Lucas membelai wajahnya, mata, hidung dan bibirnya yang sangat manis baginya. Kemudian Lucas membisikkan ditelinga Alika,” good night, have a sweet dream”. Lalu Lucas ikut merebahkan badannya di samping Alika dengan mengecup bibirnya yang dirindukan dengan mencium bau wangi di tubuh Alika.
Keesokan paginya Alika terbangun dan merasakan sesuatu yang nyata namun wajahnya tidak terlihat saat membisikkan dirinya. Alika ingin mengabaikan namun rasa dihatinya mengatakan bahwa itu bukan mimpi karena bau parfum begitu menyeruak di hidungnya apalagi bau wangian itu menempel pada tubuhnya saat bangun karena seolah-olah ada yang memeluk erat saat dirinya tertidur.
“Pagi aunty”, panggil Alika dengan tatapan bingung melihat sosok pria asing yang berada di meja makan bersama keluarga Abraham selayaknya sudah mengenal sangat lama.
“Pagi sayang”, sapa kembali Liana yang sedang membawa dua kopi cangkir yang diletakkan di meja Abraham dan Lucas.
“Siapa dia? Sebelumnya aku tidak pernah lihat dan keluarga ini juga tidak pernah memperkenalkan sosok laki-laki ini. Eh... tunggu dia itu apakah saudara jauh uncle Abraham tapi kok tidak mirip atau aunty Liana tapi juga tidak mirip. Pasti sahabat jauh mereka karena dari wajahnya hampir sama mendekati umur aunty Liana”, batin Alika dengan terus menelisik dengan canggung ia menggeser bangku disebelahnya dan memberikan anggukan juga senyuman tipis sebagai tanda hormat.
“Alika kamu bangun kesiangan lagi, apakah semalam kamu bergadang mengerjakan tugas?” tanya Abraham sambil menyesap kopi.
“Tidak kok uncle, semalam Alika awal entah kenapa tidur Alika sangat nyenyak. Maaf Alika kesiangan dan tidak bisa bantu aunty sama bik Aisyah”, kata Alika dengan seidikit menyesal.
“tidak apa-apa nak, itu wajar terkadang kita sama Tuhan di beri istirahat yang nyaman dan terkadang kita diberi istirahat kurang nyaman hahaha”, ucap Liana sambil tertawa untuk mencairkan suasana.
Ketika Alika sedang mengoleskan selai diatas roti tawar tiba-tiba Liana membuka kembali percakapan dengan memperkenalkan sosok pria di sampingnya.
“Oh ya aunty lupa belum memperkenalkan dengan sahabat jauh sekali dari negara New york dia adalah Lucas dan Lucas perkenalkan gadis manis ini adalah Alika”.
Alika memberikan sambut dengan berjabat tangan, saling memperkenalkan diri yang disambut hangat oleh Lucas. Kemudian Alika kembali mengunyah dan meminum susu lalu pamit untuk berangkat ke sekolah dengan mengajak Denis untuk pergi bersama yang sejak tadi mengamati interaksi Lucas yang menatap Alika penuh gairah dan Denis menggeleng kepala saja melihat tingkah laku pengusaha terkenal yang sifatnya yang sering di sebut seperti mafia tampan yang akan menjadi bosnya setelah ia lulus perkuliahan.
Alika menggeser bangku yang diikuti oleh Abraham dan Denis untuk segera berangkat menunaikan kewajiban masing-masing.
“Aunty aku berangkat dulu, takut telat. Ayo kak!” pamit Alika dan ajakan untuk Denis.
“Alika kamu mending diantar oleh Lucas biar sambil berdekatan nak. Udah gak usah banyak mikir karena Denis juga hampir terlambat ke kampus di jam pagi. Ya, kan Denis”, ucap Liana dengan melirik Denis dengan sorot penekanan.
“Menuru uncle kata aunty Liana benar nak”, kata Abraham yang ikut menimbrung.
Alika masih bingung yang tiba-tiba minta diantar oleh orang yang tidak dikenal apalagi ia tamu di sini. Alika melirik ke arah Denis.
Denis yang merasa mendapatkan kode dari beberapa arah hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Iya, kata momy benar Alika. Hari ini aku harus menyiapkan untuk presentasi takutnya kelompok kak Denis tak terima jika nanti dapat nilai D jadi kamu berangkatlah bersama Lucas”, ucap Denis yang masih jantungan.
“Ayo cepat Lucas antar Alika dan jangan sampai terlambat”, kata Liana yang terus mendorong.
“It’s okay, come on Alika. Biar saya antar kamu kebetulan searah karena saya juga akan ke kantor bertemu teman”, ucap Lucas
Alika mengikuti langkah Lucas dengan sedikit ragu. Lucas yang sedang memperhatikan Alika yang ragu dengannya menyambut dengan tatapan hangat untuknya agar ia tidak takut dengannya. Lucas membukakan pintu mobil untuk Alika dengan diberi kode, “C’mon, nanti kamu terlambat”.
Alika yang tadinya ragu dia terpaksa ikut dengan Lucas yang sejak tadi menunggu.
Ketika di dalam mobil Alika merasa canggung begitupun dengan Lucas yang masih diam memperhatikan jalan. Kemudian Lucas memecahkan suasana kecanggungan dengan bertanya, “Bagaimana dengan sekolah kamu? Apakah ada kendala atau lainnua mungkin?”
Alika menjawab dengan sedikit ragu, “uhmm...sangat menyenangkan, kacau, dan saat ini belum ada kendala”
“apa yang kacau Alika? Bolehkah saya tahu?”
“Hanya kacau pada temanku yang selalu kelewat gila. Tapi dia juga nyenengin buat mecahin suasana. Jadi kami miliki banyak yang di tanggapi. Orangnya itu gembil, pendek dan suaranya bikin gendang telinga hampir pecah”
Lucas yang mendengarkan cerita Alika hanya mampu tersenyum. Ternyata gadisnya begitu bahagia bersama teman-temannya. Lucas pun melirik sekilas ketika melihat senyuman manis miljk Alika dan bibirnya yang bergerak membuatnya ingin mencicipinya sekarang. Alika yang sejak tadi bercerita tanpa sadar mobilnya telah berhenti di depan gerbang sekolah. Kemudian Alika membuka pintu mobil dengan mengucapkan terimakasih kepada Lucas. Lucas membalasnya dengan senyuman hangat.
....................................................................................
Alika berjalan sendirian masuk ke kelas. Ketika tiba di kelas Alika di suguhkan suara cempreng milik Aminah.
“Lik aku mau memberi tahu mu, bahwa ada murid baru di kelas kita dia itu ganteng banget. Tadi banyak cewek yang menatap seperti hewan buas” ucap Aminah yanh antusias
“Seperti kamu” ejek Raina
“Apaan sih Rain, kamu kalo omong suka bener” ucap Aminah sambil mencomot camilan yang ia bawa.
“kring... Kring... Kringg...” suara bel masuk kelas.
“Nanti kita lanjutin lagi” bisik Aminah
Sedangkan Lucas setelah mengantar Alika ke sekolah ia menemui Abraham dan Adam ke kantor cabangnya. Setelah perjalanan cukup panjang yang ramai dan macet Lucas akhirnya tiba ke kantor pusat perkembangan resort classic wooden hut. Ia turun dari mobil ferari dengan tatapan mata yang tajam dan wajah yang dominan. Ketika ia berjalan banyak wanita yang terpesona dan mengagumi Lucas dengan tatapan lapar dan menggoda.
Namun Lucas tetap berjalan tanpa memperdulikan tatapan karyawan kantor yang mengagumi dirinya dan tersenyum untuknya. Ia tetap mempertahankan wajahnya yang dominan, dingin, dan terlihat bengis. Lalu ia memencet lift naik ke lantai paling atas dan akhirnya sampai pada ruangan yang duduki oleh Abraham dan ditunggu oleh Adam.
Lucas membuka pintu tanpa mengetuk dan Abraham mempersilahkan Lucas untuk duduk di sofa. Mereka membicarakan bisnis dan musuh yang sering kali ingin menghancurkan bisnis-bisnis sahabatnya dengan licik. Musuh yang sering kali menjadi was-was yaitu Willy, Aslan, dan Mirza.
“bagaimana kabarnya, bro?” tanya Adam dengan sok akrab.
“It’s okay” jawab Lucas sambil merokok dengan mata yang tajam seperti dulu ketika Adam mengenalnya.
“Bagaimana resort ini apa ada kendala di Indonesia?” tanya Lucas dengan serius
“yap, ada sedikit. Kami kesulitan karena si gundul tua yang sudah terhubung dengan mafia tengil Willy. Ia memasuki dunia politik seluruhnya yang ada di wilayahnya sulit untuk di dapat” jawab Abraham
“Kita bisa menyingkirkannya, dia memiliki sisi kelemahannya dengan sang asisten di rumahnya. Ia terus di peloroti oleh asiatennya. Dia juga memiliki dana gelap untuk kesenangan dalam perutnya”, ucap Adam
“Bagus, kamu Abraham hubungi Beni untuk menyelidiki si tua gundul itu di area yang sering ia datangi dan juga suruh Kana untuk masuk sebagai penggoda dirinya”
“Baiklah Lucas, aku akan hubungi mereka dan memberi info ke kamu paling tidak lima hari”, kata Abraham
“Bagaimana dengan istrimu Adam, apa dia masih sering menyiksamu?” tanya Abraham
“Ya, dia sangat susah untuk aku kendalikan. Sekarang ia hamil memasuki enam bulan dan Charlotte sering ingin minta yang susah aku dapatkan Abraham”, jawab Adam dengan lesu. Adam juga menceritakan hal-hal aneh yang membuat dirinya kerepotan kepada ke dua temannya dan Lucas yang mendengarkan itu hanya tersenyum tipis sedangkan Abraham malah mengejek.
“hahahahaha” tawa Abraham
Ketika tawaan Abraham belum berhenti ada suara ponsel berbunyi dari saku Adam.
“Hallo sweety, how are you?”
“Adam cepatlah pulang, aku ingin kamu kembali ke rumah sekarang juga dedek kangen sama kamu”
“jangan terlambat uncle”
Adam langsung mematikan ponselnya dengan sedikit menarik nafas keras kemudian ia pamit kepada Abraham dan Lucas. Lalu Adam langsung melesat pulang ke rumahnya yang ia bangun ketika saat berkunjung sudah memiliki penginapan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!