NovelToon NovelToon

Love Me

Prolog

Prolog

"Arlend, ayo pasangkan cincinya." Seorang perempuan yang berumur sekitaran 30an berbisik ketelinga Arlen. perempuan tersebut tidak lain ialah ibu Arlen. hari ini ialah acara pertunangan Arlend dan Neyya. namun, Arlend sama sekali tidak ingin bertunangan dengan gadis bernama Neyya. Ia sama sekali tidak memilik perasaan apapun terhadap Neyya. Keluarganya lah yang memaksakanya untuk bertunangan dengan Neyya. Awalnya bukan pertunangan yang keluarganya ingin lakukan, tapi pernikahan. Namun, mengingat kedua nya masih sama-sama kuliah, membuat keluarga Arlend dan juga pihak keluarga Neyya untuk sepakat untuk membuat Arlend dan juga Neyya bertunangan. Setelah wisuda baru rencananya mereka berdua akan dinikahkan. Namun, Arlen sama sekali tidak ingin dijodoh kan. Ia sama sekali tidak mencintai Neyya.

Arlen masih memperhatikan tangan Neyya yang menjulur kearahnya, ia masih tidak percaya bertunangan dengan gadis bodoh didepanya ini. sungguh gadis yang saat ini bertunangan dengan dirinya sama sekali bukan tipenya. Namun, mengingat ibunya selalu mengancamnya, dengan terpaksa ia harus memasukan cincin pertunangan tersebut ke jari manis Neyya.

"Syukurlah. Kenapa tidak dari tadi, " Ucap Teti sembari tersenyum. Teti tidak lain ibu Arlen, wanita tersebut terlihat sangat bahagia hari ini karena pertunangan yang ia rapatkan dengan Papa Neyya Rasit berjalan sesuai rencana. Begitupun Neyya, ia sangat bahagia hari ini, lelaki yang ia kejar dari semasa SMA dulunya akhirnya sedikit lagi akan menikah denganya. Neyya menanggapi perjodohan ini dengan senang hati, sangat berbanding terbalik dengan Arlen. Ia dari dulu memang tidak memiliki perasaan terhadap Neyya. Namun, Neyya lah yang selalu mengejarnya dari semasa SMA.

"Apa kau puas?," Tanya Arlen dengan menatap sinis ke Neyya.

"Tentu saja. Arlen, berhentilah bersikap dingin saat berbicara padaku. Ingat kita ini sudah bertunangan, " Balas Neyya dengan memperlihatkan cincin yang melingkar dijari manisnya.

"Kau ini!." Arlen benar-benar kesal dengan tingkah Neyya.

"Sudah-sudah, Neyya sayang. Sekarang Neyya kuliah yang tenang. karena masalah Arlen, sudah menjadi milik Neyya, " ucap Teti dengan tersenyum. Ia memeluk Neyya dengan gembira. dari Semasa SMA, Teti memang selalu mendukung Neyya untuk mendekati Arlend. Namun, setiap hal yang dilakukan Neyya sama sekali tidak mempan untuk meluluhkan hati Arlend.

"Selamat ya nak." Ucap seorang laki-laki yang berumur 40an sembari tersenyum ke Neyya. Laki-laki tersebut tidak lain ialah papa Rasit.

"Terimakasih papa ucapanya," Neyya melepakan pelukan Teti dan memeluk papa Rasit. Sementara Arlen hanya diam memperhatikan tingkah ibu dan juga papa rasit. Arlend begitu tak habis fikir bagaimana bisa orang-orang ini melakukan perjodohan untuk anak-anaknya dengan hal terpaksa untuknya begini.

"Ma, pertunanganya sudah selesai. sekarang apakah Arlen boleh kembali kerumah?," Tanya Arlen dengan malas. ia sama sekali tidak ingin lagi melihat acara konyol ini.

"Boleh, silakan pulang." Ucap mama Teti membolehkan.

"Baiklah. Arlend akan pulang lebih dulu," Pamit Arlen.

"Arlenz, tunggu!." Panggil Neyya sebelum Arlen benar-benar pamit dari rumahnya.

"Ada apa lagi?," Tanya Arlend. Ia menatap ke Neyya dengan tatapan dingin.

"Apa kau tidak ingin pamit ke calon istrimu ini?," Tanya Neyya dengan menggodai Arlen.

"Tidak ada lagi kata-kata lagi yang ingin kuucapkan padamu. terserah kau saja mau bicara apa." Balas Rey. Ia pun benar-benar pamit untuk pulang kerumahnya sendiri.

Arlendra Mahesa merupakan anak tunggal dari pasangan Teti dan juga Hary Mahesa , Hary ialah CEO dari perusahaan ternama dikota tersebut. Keluarga Arlen memang tidak pernah terdengar bermasalah dari dulu. kehidupan keluarga Hary dan istrinya memang selalu terlihat harmonis. namun, papa Arlen memang dikenal sebagai orang yang humoris dan ramah sejak dulu. Berbeda dengan Arlen, Arlen dari dulu memang terkenal dengan cool dan dingin. Tapi karena ketampanan dan kepintaran yang dimilikinya membuat para gadis mengejarnya termasuk Neyya. Kehidupan keluarga Arlen memang hidup dengan kemewahan dan memiliki segalanya, sangat berbeda dengan kehidupan Neyya Zeyyata. Neyya bukan dari kalangan keluarga kaya raya seperti Arlen, Neyya berasal dari keluarga sederhana apa adanya. Papa Neyya bernama Rasit hanya punya restouran kecil, terbilang cukup untuk membiyayai kuliah Neyya dan untuk kebutuhan sehari-hari mereka berdua. Neyya sejak kecil hanya tinggal bersama ayahnya saja. Karena ibu Neyya telah lama meninggal ketika Neyya berumur 2 tahun. Karena kematian ibu Neyya, papa Rasit sudah tidak berniat untuk menikah lagi. Tujuan hidupnya sekarang dan nanti hanya untuk menghidupi Neyya anak kesayanganya satu-satunya hingga sampai Neyya menikah.

"Rasit, kami juga harus pulang. Karena kau tau sendiri aku harus kembali kepeeusahaan," Tutur Hary untuk pamit.

"Baik lah, hati-hati dijalan." Balas Rasit.

"Nak, kami pulang dulu ya," Ucap Harry sembari tersenyum ke Neyya.

"Baiklah. kalian hati-hati dijalan mama teti juga papa Hary," Balas Zahra. dari dulu Neyya memang selalu memanggil kedua orang tua Arlend dengan sebutan mama dan papa. Bukan tanpa alasan, Teti lah yang meminta Neyya untuk memanggi dia dan juga suaminya dengan sebutan mama dan papa.

"Neyya tolong jaga Arlend ketika dikampus ya, " pinta mama Teti. Ia memeluk Neyya dengan hangat.

"Tentu saja ma. Neyya akan lebih berusaha lagi." Ucap Neyta dengan semangat 45nya. Begitupun mama Teti juga tak kalah semangat untuk menjodohkan keduanya. Setelah beberapa lama berbincang, Teti dan juga Hary pamit untuk pulang diantarkan oleh Neyya dan juga papa Rasit sampai keluar rumah. Setelah mama Teti dan juga papa Hary sudah pergi, papa Rasit mengajak Neyya untuk kembali masuk kedalam rumah.

"Bagaimana Neyya? apa kau sangat senang?," Tanya papa Rasit.

"Tentu saja pa, seperti bermimpi saja ketika Neyya bertunagan dengan Arlend. Sungguh kebahagiaan pa ," Jelas Neyya. Kedua mata terlihat berbinar.

"Jika kau senang, papa juga akan lebih senang." Papa Rasit memeluk kembali putrinya. ia merasa sedikit lega, mengingat selama ini dia begitu takut jika nanti dia pergi dari dunia ini Neyya tidak ada yang menjaga putri kesayanganya tersebut. Namun sekarang ia begitu tenang, karena Neyya telah bertunangan dan setelah itu menikah. tentu saja Arlend akan menjaganya.

"Mira, lihatlah sekarang. putri manja mu sudah beranjak dewasa dan telah bertunangan" Ucap papa Rasit didalam hatinya. Ia mengingat almarhum istrinya ibu Neyya. Rasit kembali mengingat pesan Mira sabelum meninggal, bahwa dia akan menjodohkan Neyya dengan putri dari sahabatnya Teti. Mengingat hal tersebut membuat papa Rasit merasa lega karena permintaan mira telah hampir terpenuhi.

"Pa, Neyya akan istrihat dulu ya. karena Neyya sangat mengantuk," Tutur Neyya mengakhiri percakapan. papa Rasitpun mengiyakan.

(Visual Neyya ) sumber gambar dari google

(Visual Arlendra) sumber gambar dari google.

hai Readers, kembali lagi dengan novel baru!

jangan lupa like dan votenya.

Kekampus Bersama

Kekampus Bersama

Beberapa hari berlalu, Arlend kembali dengan aktifitasnya. Ia kembali dengan kuliahnya, begitupun dengan Neyya. Walaupun telah bertunangan, tetap saja tidak ada yang berubah dengan perilaku Arlen terhadap Neyya. Sama halnya pagi ini, seperti biasanya Neyya berjalan dibelakang Arlen untuk kekampus. Neyya masih seperti biasanya mengekori Arlend dari belakang, sementara Arlend masih terlihat tidak peduli dengan gadis yang selalu mengekorinya setiap ia akan berangkat kuliah.karena jarak kampus tidak begitu jauh dari rumah Arlen, itulah mengapa Arlen lebih memilih jalan kaki ketimbang membawa mobil sendiri. Berbeda dengan Neyya, ia sengaja jalan kaki dari rumahnya yang terbilang lebih jauh dari rumah Arlen hanya untuk bertemu Arlend. Mengingat Arlen dan juga Neyya berada dijurusan yang berbeda, membuat Neyya mau tak mau harus berjalan dipagi hari dan setelah pulang bersama Arlend. Walaupun tidak bisa dibilang bersama karena Arlen menyuruh Neyya berjalan dibelkangnya dan harus memberi jarak 2 meter dibelakang Arlend. Namun, menurut Neyya itu sudah merupakan hal yang cukup untuk mendekati Arlend.

Pagi itu.Gadis berambut sebahu itu berjalan dengan tergesa-gesa mengikuti langkah kaki Arlen didepanya. Gadis itu tidak lain Neyya. ia berlari kecil mengikuti Arlend yang berjalan dengan langkah yang panjang.

"Arlend! Arlend. Kenapa langkahmu besar sekali, " panggil Neyya. Ia mengejar Arlend didepanya yang terlihat sudah berjarak cukup jauh.

Arlend menghentikan langkahnya sejenak, dan membalikan tubuhnya kearah Neyya. Arlend melihat Neyya dengan wajah dinginya. Ia memangku kedua tanganya memperhatikan Neyya yang terlihat sedang mengatur nafas karena kelelahan mengejarnya.

"Siapa yang menyuruh kau mengekoriku setiap hari." Arlend kembali berjalan membelakangi Neyya.

"Arlend, pendekkan sedikit langkah kakimu! aku kelelahan mengejarmu begitu." Teriak Neyya. Namun, Arlend seolah tak menanggapinya sama sekali. Karena merasa kesal, terpikirlah Neyya untuk mengancam Arlend dengan ide jahilnya.

"Arlend! tidak masalah jika kau tidak mendengarkan ku.Tapi jangan salahkan aku jika seluruh kampus tau jika kau telah bertunangan denganku," Tutur Neyya. Tidak lupa ia memperlihatkan tangan yang melingkar cincin pertunanganya ke Arlend. Ia tahu betul jika Arlend akan takut dengan ancamanya, karena setelah bertunangan kemarin Arlen sempat memperingatkan Neyya untuk tidak memberitahukan teman-temanya jika dirinya sudah bertunangan denga idola kampus yang sudah jelas Arlend.

Arlend yang mendengar ancaman Neyyapun, sejenak menghentikan langkahnya dan berbalik Ke arah Neyya.

"Neyya, kau sekarang sudah berani mengancamku!." Arlend menatap Neyya dengan kesal. Arlend tidak tau lagi harus berbuat apa pada gadis dihadapanya yang sekarang ini. Dari SMA sampai sekarang, Neyya selalu mengganggunya. Hal tersebut membuat Arlen merasa sangat risih. Arlend pernah mengerjai Neyya dengan banyak cara agar Neyya menjauh dari dirinya. Namun tetap saja Neyya tidak pernah menyerah untuk mendapatkan Arlend.

"Kenapa? apa kau takut?. makanya kecilkan sedikit langkahmu!." Neyya merapikan poninya sembari mencibir Arlend.

"Aku bisa telat jika menunggu kau berjalan. kau lihat ini sudah jam 08.00. dan kau juga tau jika kelasku jam 08.15,." Arlend kembali berjalan membelakangi Neyya.

"O iya aku lupa," Neyya ikut berjalan dibelakang. walaupun ia ingin berjalan lebih lama dengan Arlend, tetap saja ia tak mau Arlend terlambat karena dirinya.

Arlend berjalan masih dengan langkah panjangnya seperti biasa. Karena mengingat Arlend lebih tinggi dari Neyya, itulah mengapa Neyya menyebutkan langkah Arlend dengan sebutan langkah panjang. Karena mengingat Neyya hanyya memilik tinggi 160cm membuat dirinya kesusahan berjalan mengikuti langkah Arlend yang memiliki tinggi 183cm. Laki-laki tampan didepannya memang sempurna dari segi apapun. entah itu IQ maupun ketampanan. Semua yang terletak Di Arlend memang terlihat sempurna dimata Neyya maupun wanita lain.

Disepanjang jalan, tidak ada lagi percakapan antara Neyya ataupun Arlend. Hingga beberapa menit berlalu, sampailah keduanya digerbang kampus. Mengingat Arlend tidak searah dengan Neyya karena berbeda jurusan, membuat Neyya dengan terpaksa harus membiarkan Arlend yang jurusan kedokteran kearah gedung kanan sementara Neyya yang memiliki jurusan pertanian kearah gedung kiri.

"Setelah pulang, aku akan menunggumu digerbang!." Teriak Neyya sebelum benar-benar beranjak dari Arlend. Neyya memperhatikan punggung Arlend yang sama sekali tidak menjawabnya. Setelah Arlend sudah tak terlihat lagi, Neyya pun berjalan kearah gedung besar khusus jurusan pertanian. ia memasuki kelasnya.

Setibanya dikelas, teman-teman dekat Neyya menghampiri Neyya. 4 orang teman dekat Neyya mengambil tempat duduk yang sebaris dengan Neyya. Ada Kaila, Fera, Elli dan juga seirang laki-laki yang cukup tampan bernama Deff.

"Pagi Neyya," Begitulah sapaan Deff terhadap Neyya yang terdengar setiap dikampus. Deff memang selalu menyapa Neyya dengan sapaan hangat setiap paginya.

Deff ialah laki-laki tampan dan juga kaya yang sejak awal kuliah berteman dekat dengan Kaila, Fera, Elli dan juga Neyya. Tapi Deff lebih sangat memperhatikan Neyya dari pada 3 teman permpuan lainya.

"Sapaan hangat yang terkhususkan untuk Neyya seorang," Ucap Kaila dengan tawaan kecil. Begitupun denga 3 orang teman lainya.

"Apa yang kalian tertawakan," Neyya melihat temanya dengan penuh heran.

"Tidak apa-apa Neyya. Teruslah dengan kepolosanmu itu." Sambung Fera sembari melihati Deff dengan tawaan.

Dari dulu Deff memang memiliki perasaan terhadap Neyya, 3 teman Neyya tau jika Deff memiliki perasaan ke Neyya. Namun, tidak seorangpun dari mereka yang memberitahukanya. Mengingat Neyya terlalu sibuk mengejar Arlend membuat Kaila, Fera dan juga Elli sepakat untuk tidak memberitahukan dulu sebelum Neyya menyadarinya.

"Sudahlah. Neyya apa kau ingin minum sesuatu? aku akan membelikanya," Tawar Deff.

"Hmm, aku ingin jus jeruk saja." Ucap Neyya.

"Baiklah, dengan senang hati aku akan membelikanya." Deff beranjak berdiri untuk kekantin.

"Kau tidak menawari kami bertiga? waah pilih kasih!." Sindir Elli.

"Aku lupa.Kalian ingin memesan apa? aku akan mentraktur kalian berempat." Tanya Deff sebelum keluar dari kelas.

"Juss alpokat!." Jawab Kaila.

"Jus melon!" Jawab Fera.

"Aku jus tomat." Jawab Ellie.

"Banyak sekali, aku bisa lupa. Aku akan memesan jus jeruk saja. biar sama dengan Neyya." Ujar Deff sembari meninggalkan kelas.

"Dasar pilih kasih! lalu apa gunanya kau bertanya jus apa kekami jika akhirnya jus jeruk yang akan pesan," Fera geleng-geleng kepala. begitupun yang lainya. sementara Neyya hanya tertawa memperhatikan ketiga teman nya.

"Neyya, aku kesal padamu." Sungut Fera. Ia menatap Neyya dengan pura-pura marah.

"Deff yang mengerjai kalian. kenapa malah kesal padaku." Neyya kembali tertawa dengan keras. Ia merasa begitu lucu dengan ekspresi ke tiga temannya saat ini.

"Tentu saja ini salah mu! coba saja jika tidak ada dirimu tentu saja Deff tidak pilih kasih," Ucap Elli dan diiyakan Kaira dan juga Fera.

"Begitukah? yasudah. aku akan pindah kelas saja." Neyya pura-pura marah terhadap temanya.

"Tidak-tidak. bagaimana bisa kami kehilangan gadis lucu seperti dirimu," Ucap Fera dan juga Kaila.

"Kenapa kalian semakin hari semakin Lebay saja." Neyya kembali tertawa. Mereka sibuk dengan candaanya hingga tak beberapa lama dosen pengajar masuk kekelasnya dan meraka dan teman-teman lainya mulai serius belajar.

Pulang Bersama

03. P**ulang Bersama**

Sore itu, Neyya dan beberapa temanya duduk ditepi gerbang kampus. ada yang menunggu jemputan, menunggu bus. namun berbeda dengan Neyya, ia bukanya menunggu bus atau jemputan melainkan menunggu Arlend. sudah menjadi rutinitas harian Neyya setiap pulang. jika Arlen belum keluar dari gedung , maka Neyya juga belum akan pulang.

Butuh waktu beberapa menit, terlihatlah Arlend keluar dari gedung kedokteran. ia berjalan lurus kearah gerbang dengan cool. Neyya memperhatikan laki-laki tersebut dengan penuh semangat. berbeda dengan Arlend, ia tidak merespon Neyya sama sekali. sikap acuh tak acuh Arlend terhadap Neyya bukan berlaku hari ini saja, tapi memang setiap hari Arlend memperlakukan Neyya begini. namun, Neyya tetap saja masih berharap dengan harapan besar kearlen agar jatuh cinta pada dirinya.

" Dia mengabaikan aku lagi " Neyya memperhatikan Arlend yang berjalan mendahuluinya.

" Arlend, tunggu! kenapa kau selalu berjalan dengan langkah yang panjang begitu!, " panggil Neyya. ia berlari kecil mengejar Arlend didepanya.

" Menyusahkan " ucap Arlend. ia kemudian menghentikan langkahnya, ia mencoba berjalan dengan sedikit pelan agar gadis tersebut tidak tertinggal terlalu jauh. karena mengingat hari juga sudah mulai gelap, membuat Arlend tidak ingin gadis itu kenapa-napa jika tertinggal jauh dibelakangnya.

" Kau benar-benar menungguku? " tanya Neyya. ia tidak percaya jika laki-laki didepanya ini benar-benar mendengar ucapannya. biasanya Arlend selalu mengabaikan Neyya. sangat jarang Arlend mau menunggu Neyya.

" Cepatlah! atau aku akan benar-benar membiarkanmu berjalan sendirian dibelakang. " Arlend memasukan tangan kanannya ke saku hoodi yang sedang ia pakai. Arlend melihati Neyya dengan tatapan seperti biasanya, tidak ada yang berubah sama sekali melainkan sifat pedulinya terhadap Neyya.

" Tentu saja kesempatan tidak boleh diabaikan " ucap Neyya didalam hatinya.

" Ayo! " Neyya berjalan dengan cepat untuk berjalan agar tidak tertinggal dari Arlend. Arlend kembali melanjutkan perjalananya, ia masih berjalan dengan cool tanpa menoleh lagi ke Neyya.

" Mau belakang, samping, depan, atas semuanya terlihat sempurna. bagaimana bisa ada manusia setampan dirinya " pikir Neyya yang melihat punggung Arlend dengan kagum. Neyya terus memperhatikan Arlend sambil berjalan tanpa tau jika didepanya ada batu yang menghalangi dirinya. karena tidak melihat kearah jalan sama sekali membuat kaki Neyya tanpa sengaja menabrak batu tersebut hingga membuat Neyya tersungkur dan jatuh ketanah.

" Awwh " Neyya meringis kesakitan. Arlend yang saat itu baru sadar jika gadis dibelakangnya terjatuh, dengan sigap membantu Neyya untuk berdiri.

" Apa kau tidak apa-apa? " tanya Arlend. ia menopang Neyya untuk duduk sejenak.

" Tidak apa-apa. aku hanya sedikit terluka saja " balas Neyya.

" Apa luka begini juga kau anggap tidak apa-apa? gadis macam apa yang mengabaikan luka ditubuhnya, " ucap Arlend yang memperhatikan kaki Neyya yang terluka. tanpa berpikir panjang, Arlend mengambil han sa plas dari sakunya dan menempelkanya ke kaki Neyya yang terluka. pun Neyya hanya terdiam memperhatikan Arlend yang sedang menempelkan hand sa plas dilututnya yang terluka. ia benar-benar tidak percaya jika Arlend juga bisa begitu perhatian pada dirinya.

" Apa aku harus terluka agar kau memperhatikanku? " tanya Neyya. Arlend hanya terdiam tak membalas pertanyaan Neyya. laki-laki dingin tersebut memang sering tidak menjawab pertanyaan Neyya yang menurutnya tidak begitu penting.

" Apa kah kau bisa berjalan? " tanya Arlend. ia memperhatikan lutut Neyya yang telah ia tempelkan Hand sa plas tadinya.

" Bisa, tenang saja " Neyya mencoba berdiri. namun beberapa langkah berjalan kakinya terasa sakit dan jalanya juga sedikit pincang.

" Bisa apanya? bisa dari mananya?. naik lah kepunggung ku " Arlend sedikit berjongkok didepan Neyya.

" Apa maksudmu? apa kau akan menggendongku?, " tanya Neyya tak percaya.

" Mau bagaimana lagi. jika aku tidak menggendongmu, maka tidak ada kemungkinan kita akan sampai dirumah. cepatlah " jelas Arlend.

" Apa tidak masalah? " tanya Neyya. ia juga sebenarnya tidak ingin merepotkan Arlend.

" Naiklah, kenapa malah bertanya " titah Arlend. Neyya dengan terpaksa mengalungkan kedua tanganya dileher Arlend.

" Pegangan yang kuat " Arlend mulai berdiri dan menggendong Neyya. pun Neyya hanya terdiam. ia benar-benar bingung, bagaimana tidak? disatu sisi Neyya senang karena Arlend peduli padanya. namun disisi lain Neyya juga tidak ingin merepotkan Arlend laki-laki yang ia cintai.

" Apa aku berat? " tanya Neyya diperjalanan.

" Tentu saja, apa yang kau makan sehingga kau berat sekali " balas Arlend. ia terus berjalan dengan menggendong Neyya.

" Benarkah? jika aku berat kau jangan menggendongku. kau sendiri yang membuat penawaran denganku " kesal Neyya. ia benar-benar tidak suka dengan ucapan Arlend yang mengatainya berat. demi apapun itu terdengar sangat memalukan bagi Neyya.

" Mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin meninggalkanmu dijalan " ucap Arlend. Neyya hanya terdiam tak membalas lagi. disepanjang perjalanan, sudah tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Neyya terlihat kesal karena Arlwnd mengatainya berat. pun Arlend memang tidak suka berbicara terlalu banyak. butuh waktu beberapa menit, sampailah Arlend dirumahnya.

" Kenapa malah kerumahmu? " tanya Neyya. ia memperhatikan Arlend yang membawanya masuk.

" Istirahara saja dirumahku. nanti aku akan mengantarmu dengan mobil. kau lihat sekarang sudah gelap " jelas Arlend. ia terus menggendong Zahra menuju sofa kecil diruang tengah rumahnya.

" Arlend, Neyya kenapa? " tanya mama Teti. ia menghampiri Neyya yang saat itu dibawa Arlend ke sofa.

" Tidak apa-apa ma, Neyya tadi hanya tidak sengaja tersandung dan terjatuh dijalan, " jelas Neyya. ia tau jika mama Teti kawatir padanya.

" Apa Arlend yang menyakitimu? " tanya mama Teti. ia melihat putranya tersebut dengan penuh selidik.

" Ma, mana mungkin aku yang menolongnya dan malah aku yang lagi yang disalahkan " Arlend menurunkan Neyya disofa dengan pelan. ia membantu Neyya meletakan kaki yang terluka tersebut diatas meja didepan sofa.

" Benarkah Neyya? " tanya mama Teti.

" Benar ma, Arlend yang membantu Neyya " jelas Neyya.

" Bagaimana bisa mama tidak percaya dengan Arlend " Arlend menggeleng-geleng kepala dengan perlakuan mamanya sendiri.

" Aku hanya tidak mau menantuku kenapa-napa " Mama Teti ikut duduk disebelah Neyya sembari melihat lutut Neyya yang terluka.

" Mulai lagi " Arlend tidak suka jika mamanya menyinggung tentang menantu-menantu. ia sangat tidak suka diatur-atur masalah pernikahannya. Arlend berjalan menuju kamarnya untuk menghindari ceramah ibunya yang selalu menyinggung masalah pernikahan dan perjodohan. ia tau jika berlama-lama duduk bersama mamanya Dan juga ada Neyya maka pembicaraanya tetap masalah perjodohan.

" Nak, kau mau kemana lagi? " tanya mama Teti. ia memperhatikan punggung anak nya yang berjalan masuk kekamar.

" Mau ganti baju " balas Arlend.

" Nak, apa kaki mu sakit? " tanya mama Teti. ia memperhatikan kaki Neyya dengan kekawatiran.

" Inilah yang aku suka. calon mertua yang sangat baik dan juga calon suami yang sangat tampan hihi " ucap Neyya didalam hatinya. sungguh kebahagian bagi seorang Neyya diperhatikan mama Teti. karena mengingat ibu Neyya meninggal disaat Neyya masih kecil. itulah mengapa ia sangat menyukai mama Teti yang memperlakukan Neyya seperti putrinya sendiri.

" Tidak apa-apa ma, lagi pula ini juga kesalahan Neyya sendiri karena tidak hati-hati " balas Neyya.

" Bukan salahmu, Arlend saja yang tidak memperhatikanmu dan menjagamu dengan baik. apa perlu dibawa kerumah sakit saja Nak?, " mama Teti terus memperhatikan lutut Neyya yang terluka tersebut. ia tidak mau jika Neyya kenapa-napa.

" Tidak perlu ma, ini hanya luka kecil saja " Neyya menolaknya.

" Baiklah. apa Neyya akan bermalam disini? biar mama menyiapkan kamarnya " tanya mama Teti.

" Tidak perlu ma, Neyya akan pulang karena mengingat ada tugas kuliah Neyya yang harus diselesaikan dirumah " jelas Neyya.

" Baiklah " mama Teti mengangguk dan mengerti.

" Arlend! kenapa lama sekali. cepat antar Neyya pulang " panggil mama Teti dengan sedikit berteriak ke Arlend yang belum keluar dari kamar.

" Iya, ayo aku akan mengantarkanmu " Arlend keluar dengan memakai kaos dan celana panjang. ia berjalan kearah Neyya dan juga mama Teti.

" Ayo apanya. Neyya terluka Nak, jadi kau harus kembali menggendongnya masuk kemobil " jelas mama Teti. Arlend pun dengan terpaksa harus kembali menggendong Neyya menuju mobil.

" Neyya pulang dulu ma " pamit Neyya. ia mengalungkan kedua tanganya ke leher Arlend.

" Hati-hati sayang " ucap mama Teti. ia ikut mengantar Neyya dan Arlend sampai keluar rumah. Arlend memasukan Neyya dengan hati-hati kedalam mobil, setelah Neyya masuk ia pun masuk kemobil dan mulai mengendarainya.

'

'

'

' Readers bantu vote dan like nya ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!