Panti Asuhan Cinta Kasih.
"El, ayo buruan! Ibu pantinya udah nungguin dari tadi loh." Ernata sudah tidak sabar mengajak temannya—Grael untuk segera menemui ibu panti yang bernama Ibu Laras.
"Iya sabar, Nur!" sahut Grael dengan nada becanda.
"Sttsss! Jangan kenceng-kenceng! Lagian lama banget sih, turun dari mobilnya?" Ernata begitu kesal karena sudah lama menunggu Grael.
Sembari menunggu suami Grael turun dari mobil, mereka berdua berteduh di sebuah pohon.
"Emang suami lo ngapain si, ngedekem aja di mobil? Bukannya buruan turun! Kasian bu Laras dan anak-anak panti udah nunggu dari tadi," ucap Ernata dengan kesal.
"Suami gua lagi nelepon sahabatnya dulu, katanya dia juga ikut kesini." Grael mulai gerah kerena kepanasan.
"Siapa si? Kok, telepon gak di deket lo?Jangan-jangan, sahabatnya cewek lagi El. Bahaya kalo cewek." Ernata mulai penasaran dan mengompori Grael dengan nada bercanda.
"Huusss, enak aja lo kalo ngomong! Nanti juga lo tau. Kalau lo tau, klepek-klepek lagi sama tuh cowok," ledek Grael dengan menyenggol lengan Ernata
Beberapa menit kemudian. Erlangga turun dari mobilnya, bergegas menurunkan beberapa barang dari bagasi mobilnya yang akan di sumbangkan untuk anak-anak panti asuhan. Begitu juga dengan sahabatnya Er yang baru saja tiba di lokasi, segera dia membantu Er membawa barang barang masuk ke dalam panti asuhan.
"Akhirnya, sampai juga tuh, si Bos!" ucap Grael yang melihat ke arah mobil temannya Er.
"Siapa si?" Ernata bertanya penuh penasaran.
"Gimana? Ganteng gak?" Grael menyenggol lengan Ernata dengan bercanda.
"Apaan si lo, gua tanya siapa? Malah balik tanya? Namanya juga cowok ... ya ganteng lah, masa cantik." Ernata kesal dengan temannya yang selalu menggoda dirinya.
"Biasa aja dong, Bu ... ya udah, yuk masuk! Panas nih." Grael melihat arah langit yang begitu cerah.
"Panas kan lo? Gimana gua yang udah nungguin lo dari tadi!" omel Ernata sambil berjalan perlahan ke arah rumah panti.
"Ya, ya, ya. Maaf Mba Nurrr ... Sayong," goda Grael merangkul Ernata.
"Yank? Udah semua kan? Yuk, buruan masuk, panas nih!" ucap Grael kepada suaminya dan di anggukan oleh Erlangga.
Mereka berempat pun akhirnya masuk ke dalam teras panti asuhan, mereka sangat senang karena membawa begitu banyak hadiah yang akan diberikan untuk anak-anak panti dan juga ibu panti.
"Assalamualikum, Bu Laras?" salam Ernata dengan semangat dan senang, membuat El dan Er tak percaya kalau Ernata temannya mengucapkan salam. Tapi tidak aneh untuk sahabatnya Er yaitu Ammar, karena menurutnya itu wajar bagi seorang muslim mengucapkan salam.
Apalagi sekarang penampilan Ernata datang ke panti asuhan memakai baju muslim tertutup walaupun tidak memakai cadar, ini pertama kalinya Ernata berani keluar rumah dengan penampilan muslimah nya.
"Wa'alaikumussalam wr wb," jawab salam Bu Laras sambil membuka pintu, anak-anak panti berlari saat melihat Erlangga Louis ternyata juga datang. Mereka berebut memeluk Erlangga, karena Erlangga adalah seorang artis papan atas yang sedang naik daun, berwajah tampan, tajir dan juga ramah pada semua kalangan fansnya.
"Aaahhh! Kak Erlangga datang, Kak Erlangga datang!" suara anak-anak panti yang berebutan untuk keluar.
"Astaga ...." ucap Erlangga yang langsung mendapat pelukan mendadak dari fans-nya.
"Hai ... kok gada yang meluk Kakak?" tanya Ernata yang merentangkan tangannya.
"Kak Nuuuuurrrrrr ... Kak Grael." Beralih memeluk Ernata dan Grael. Mendengar namanya di panggil Nur oleh anak-anak panti, Ernata hanya mengerutkan keningnya sambil tersenyum.
"Ya, Tuhan ...." sahut sahabat Erlangga dengan tersenyum melihat anak-anak panti begitu semangat.
"Kok, gak ada yang meluk kak Ammar si?" kata Erlangga.
"Emang kakak ini siapa, kak Nur?" tanya salah satu anak panti ke Ernata. Mata Ernata beralih melihat ke arah Grael dan Erlangga, bermaksud meminta bantuan untuk menjawabnya.
"Mangkanya kenalan dulu dong!" ucap Grael ke anak panti, mereka pun berkenalan dengan Ammar satu persatu.
"Nah kenalin, ini namanya kak Ammar. Teman kakak," ucap Erlangga.
"Hallo Adik-Adik, assalamualaikum ... wah ini pertama kali kakak ke sini ya? Kenalin nama Kakak, Kak Ammar. Salam kenal semuanya," ucap Ammar dengan ramah.
"Waalaikumussalam, Kak Ammar. Salam kenal juga," ucap anak-anak panti.
"Gimana, ganteng gak? Ettsss tapi masih gantengan Kak Erlangga, kan?" ucap Erlangga dengan bangga.
"Gantengggggg!" ucap serempak semua anak-anak panti.
"Ma sya allah, naah sekarang kan sudah pada kenal, sekarang biarkan Kakak-Kakaknya masuk dulu ya," ucap Bu Laras ke anak-anak panti.
Setelah masuk kedalam panti. Ibu Laras mempersilakan mereka untuk duduk. Grael dan Erlangga pun duduk berdampingan di sofa panjang, sedangkan Ernata dan Ammar mememilih bangku yang sama, hal hasil membuat Ernata dan Ammar saling senggol satu sama lain tanpa sengaja.
Sehingga membuat Ernata terpental ke arah samping, dengan sigap Ammar langsung menangkap Ernata dengan tangannya agar tidak terjatuh, tapi bukan tangan Ernata yang Ammar tangkap melainkan kerudung Ernata. Membuat kepala Ernata mendongak ke arah atas.
Erlangga dan Grael pun melongo melihat kejadian yang ada di depan mata, begitu juga dengan Ibu Laras yang ikut menyaksikan adegan tersebut, hanya bisa menahan tawanya.
Namun, dengan gamblangnya. Erlangga tertawa terbahak-bahak melihat tingkah konyol Ammar dan juga Ernata tanpa memikirkan perasaan sahabat temannya yang sudah menahan rasa malu. Grael yang melihat suaminya tertawa dengan refleks memukul bahu Erlangga agar tidak membuat Ernata tersinggung.
"Astagfirullah allazim," ucap Ernata dan Ammar bersamaan.
"Maaf," ucap Ammar yang merasa bersalah dengan melepaskan kerudung Ernata dari tangannya.
Rasa malu, kesal kini bercampur aduk di dalam diri Ernata, dengan wajahnya yang masam Ernata merapihkan kerudungnya kembali.
"Mba Nur saja, duluan!" ucap Ammar yang mempersilakan Ernata untuk duduk duluan, dengan rasa malu di dalam hatinya Ernata akhirnya memilih duduk di bangku dekat Grael, sedangkan Ammar duduk agak jauh dengan Ernata.
(Author : Mba Nur ??? Untung bukan Mpo Nur 🤣)
Setelah mereka berbincang untuk menyampaikan niat kedatangan mereka ke panti asuhan, dengan tujuan memberikan hadiah pada anak-anak panti sekaligus menghibur mereka untuk bernyanyi bersama, dan bermain bersama.
Ibu panti sangat senang dengan kedatangan mereka yang berniat baik kepada anak-anak panti, begitu juga anak-anak panti yang gembira dengan kedatangan mereka di tambah dengan artis favorite mereka.
Mereka pun mulai bernyanyi, bermain dan tertawa bersama. Kini Ernata yang mengajukan pertanyaan tentang surah-surah pendek kepada anak-anak panti yang sudah siap berbaris untuk menebak nama surah yang Ernata bacakan.
Dari jarak yang tak begitu dekat, ternyata Ammar mulai memperhatikan Ernata secara diam-diam. Ammar mulai terpanah akan kecantikan paras wajah Ernata yang begitu mempesona di matanya walaupun tingkah Ernata yang sedikit tomboy.
"Manis, cerdas." Dua kata yang terlontar dari bibir Ammar tanpa sadar Ernata juga melirik ke arah Ammar.
"Astagfirullahallazim," ucap Ammar saat kedua mata mereka saling bertemu.
Bersambung...
Assalamualaikum wr. wb. Hallo semuanya ... Salam kenal dari Author, Pertama, Author mau mengucapkan terimakasih bagi readers yang sudah mampir di cerita receh Author, mohon maaf apabila cerita yang author buat masih banyak yang kurang. Harap di maklumin ya readers, karena ini cerita pertama author.
Biar author semangat untuk UP, mohon dukungannya ya ... dengan cara like, vote, hadiah dan komennya ....
Terima kasih bagi yang sudah mampir membaca cerita author.
Salam Toleransi dari Author untuk readers tersayang. 😘
Ernata Vioni.
Blesteran dari sang ayah yang berasal dari Prancis beragama non muslim dan ibunya yang berasal dari Indonesia beragama muslim. Pernikahan Ayah dan Ibunya di tentang oleh ke dua orang tua dari Ibunya, karena tidak setuju oleh Ayah—Ernata yang beragama non muslim.
Namun, karena sang Ayah sangat mencintai Ibunya Ernata, akhirnya sang Ayah bertekad untuk masuk ke dalam agama Islam agar mendapat restu dari kedua orang tua Ibunya. Setelah menikah, mereka di karuniai seorang anak perempuan yang bernama Nur Aini.
Dua tahun kemudian.
Setelah pulang liburan dari Prancis, kedua orang tua Ernata mengalami kecelakaan di Indonesia yang mengakibatkan ibu—Ernata meninggal dunia dan sang ayah mengalami luka parah, sehingga dibawa ke negara Prancis untuk pengobatan, sedangkan Ernata selamat dari kecelakaan tersebut dan dirawat oleh kakek, neneknya yang berada di Indonesia.
Ketika usia Ernata dua tahun sampai umur tujuh tahun, dia di didik menjadi sosok gadis yang mandiri, berani, ramah, dan baik kepada semua orang. Apalagi dalam membaca al-quran, dia sangat mahir melantunkan ayat suci begitu merdu. Begitu pula soal memanah, keahliannya dalam memanah tidak perlu di ragukan lagi.
Namun, pada saat Ernata berusia enam tahun, dia dilamar oleh keluarga pengusaha berlian yang sangat kaya raya untuk anak semata wayangnya yang bernama Reyzal Al Ghozali. Reyzal adalah salah satu teman seperguruan pengajian Ernata, usia Rey lebih tua tiga tahun dari Ernata, Rey juga yang telah mengajarkan Ernata agar bisa melantunkan ayat suci dengan merdu.
Pada saat Ernata berusia delapan tahun, dia dijemput oleh sang ayah untuk tinggal di negara Prancis bersama dengan Pamannya. Kepergian Ernata membuat Rey sangat terpukul dan merasa prustasi.
Setelah Ernata tinggal di negera Prancis, ternyata Ernata tidak tinggal dengan sang ayah melainkan dengan pamannya, kasih sayang yang selama ini Ernata dapatkan dari orang terkasih di Indonesia tidak Ernata rasakan selama di Prancis.
Ernata di didik dengan sangat keras oleh Paman dan Tantenya, bahkan Ernata dipaksa untuk pindah agama oleh sang Ayah, sehingga Ayahnya mengganti nama dirinya menjadi Ernata Vioni.
Sedih dan sangat sakit yang Ernata rasakan, karena ini bukan ke inginan dia, cintanya terhadap muslim sudah melekat pada dirinya sejak kecil, karena usia dia yang masih belum cukup umur, dia belum bisa membatah dari sang Ayah maupun Pamannya.
OFF.
Enam tahun kemudian.
Dikamar.
Hasrat jati diri sebagai seorang muslim tersirat di dalam benak Ernata untuk membaca kitab suci. Namun, dia urungkan, karena dia tahu betul apa yang akan dilakukan oleh pamannya untuk memberi hukuman terhadap dia.
"Nenek, Aini kangen sama nenek dan kakek," ucap Ernata yang meneteskan air matanya.
Rasa rindu terhadap keluarganya yang hangat akan kasih sayang membuat Ernata tanpa sadar bersinandung membaca sholawat, dia berusaha untuk menutupi rasa sedihnya. Sampai akhirnya, Ernata mulai masuk ke dalam mimpi.
Pagi harinya.
"Ernata ... bangun!" teriak Tante Rose yang menggedor-gedor pintu kamar Ernata.
(Maaf ya author gak bisa bahasa Prancis, jadi selama Ernata di Prancis anggep aja pakai bahasa Prancis 😂)
"Nat, bangun ... lama bangat si buka pintunya?" Rose sangat kesal dengan Ernata yang lama tidak membuka pintunya.
"Ya Tante, ada apa?" tanya Ernata dengan ciri khas bangun tidurnya.
"Pake tanya segala, kamu tuh sudah di tungguin sama Paman dan Ayah kamu, kamu lupa hari ini hari apa? Buruan ganti baju kamu!" bentak Rose dengan nada keras.
"Iya, Tante," jawab Ernata menutup pintunya.
Ernata segera bersiap-siap dengan penampilannya yang tertutup walaupun tidak memakai baju muslimnya, dia tahu kalau paman dan tantenya akan mengajak dia ke Gereja.
Setelah selesaii bersiap-siap, Ernata mengambil sepotong roti yang berada di atas meja untuk dia makam di dalam mobil, karena dia tahu tantenya tidak akan mengizinkan dia untuk sarapan terlebih dahulu.
"Nat, kamu gak kepanasan dengan penampilan kamu seperti ini?" tanya sang nenek yang sudah berada di dalam kursi belakang mobil.
"Grandma!" ucap Ernata sambil memeluk neneknya.
Ernata begitu senang saat sang nenek ikut bersama dia hari ini, karena hanya neneknya yang begitu peduli dan sayang terhadap dia. Selama ini, neneknya tidak pernah memaksa keyakinan Ernata untuk memeluk agama yang di anut oleh sang paman. Namun, sayangnya dia tidak tinggal bersama dengan Grandma.
"Grandma!" Ernata mulai meminta bantuan kepada neneknya agar dia tidak bisa ikut masuk ke dalam Gereja.
"Ssstt! Kamu diam saja, tenang ada Grandma," bsik Grandma di telinga Ernata.
Ada perasaan lega di hati Ernata ketika Grandma selalu ada dipihaknya. Setelah sampai di depan Gereja, semua keluarga turun dari mobil tapi Ernata tidak ikut turun karena sang nenek membantu dia membuat agar tidak bisa masuk ke Gereja.
Bagus! Sudah berani beralasan, liat aja nanti di rumah, aku akan mengingatkan Jhon untuk menghukummu, batin Rose yang begitu kesal.
Setelah semua keluarga Ernata masuk kedalam Gereja, dia menikmati waktu luangnya sendiri di dalam mobil dengan mendengarkan salah satu lagu favoritnya mengunakan Headset bluetooth.
Ketika Ernata sedang asik menikmati lagu di telinganya, ada seorang pemuda remaja yang menghampiri dirinya yang berada di dalam mobil, pemuda itu mengetuk kaca mobil sambil tersenyum ke arah Ernata.
"Hai, apakah ini milik keluargamu?" tanya pemuda itu yang memperlihatkan dompet berwarna maroon.
Ernata membuka jendela lalu mengambil dompet dari tangan pemuda itu. "Iya benar, ini punya Omahku, kok bisa ada di kamu?" tanya Ernata penuh selidik.
"Aku tidak sengaja menemukanya di sana." tunjuk pemuda itu yang lebih tua dua tahun dari Ernata.
"Boleh aku masuk?" pinta pemuda itu.
"I'm sorry," ucap Ernata
"It's okay, boleh aku tau namamu?" tanya pemuda itu dengan senyum manisnya.
Ernata berfikir sejenak, sebelum menjawab pertanyaan dari pria tersebut, dia merasa bingung harus memberi tahu namanya siapa. Ernata atau kah Aini.
"Ernata," jawab Ernata yang memutuskan untuk menggunakan nama itu.
"Frans," ucap Frans yang tersenyum melihat senyuman manis terlukis di wajah seorang gadis yang tomboi.
"Kok kamu tidak masuk kecdalam?" tanya Frans.
"Aku ... aku ... aku sedang kurang enak badan, kalau kamu sendiri kenapa di luar?" tanya balik Ernata yang mengalihkan perhatian Frans.
"Gak apa-apa," jawab singkat Frans.
"Oh iya, boleh aku minta nomor ponsel, kamu?" Frans mengeluarkan ponselnya dan bersiap untuk mengetik nomor Ernata.
"Sorry!" jawab Ernata yang menolak memberikan nomor ponselnya kepada Frans.
"Boleh aku jadi pacar, kamu?" tanya Frans kembali saat Ernata menolak memberikan nomor ponselnya.
"Upss ... sorry, maksud aku ... jadi teman kamu?" Frans menahan rasa pegalnya saat berdiri di depan kaca mobil Ernata dengan mimik wajah yang masam.
Ernata hanya menjawab dengan sekali anggukan sebagai tanda dia setuju untuk menjadi temannya.
Jual mahal banget ni cewek, kalo bukan karena Oma Rienza. Gue males temenin dia di sini, tapi kalau diliat si .... cantik, manis senyumnya, batin Frans yang sudah gemas dengan sikap Ernata.
Tidak lama kemudian, orang-orang keluar dari dalam Gereja. Frans pamit kepada Ernata dengan wajah yang penuh kecewa, karena sudah gagal membuat Ernata terpanah dengan sosok dirinya.
__________
Sesampainya di rumah kediaman Jhon, Paman—Ernata. Sang ayah bersama Grandma pamit untuk pulang tanpa mengizinkan Ernata untuk ikut bersama mereka, dia begitu sedih dan kecewa karena sang ayah melarangnya. Ernata hanya melambaikan tanganya saat mobil sang ayah semakin menjauh.
"Aduh ... sakit, Tante!" Ernata meringis kesakitan saat rambutnya di jambak oleh Rose.
"Rose! Pelan sedikit, dia masih keponakanku" ucap Jhon yang sebenarnya tidak tega melihat keponakannya disiksa oleh istrinya.
"Kalau kamu gak bisa kasih dia pelajaran, pasti dia akan ngelunjak terus!" ucap Rose dengan kesal
"Ya, tapi gak kaya gini juga, Rose!" Jhon protes dengan sikap istrinya yang begitu kejam.
"Nih ... terserah kamu mau apakan anak ini, biar dia tahu diri." Rose mendorong Ernata hingga terjatuh ke lantai.
"Salah aku apa, Tante?" tanya Ernata sembari menangis.
"Kamu pake tanya segala lagi, salah kamu banyak! Banyak banget, kamu dan ibu kamu yang udik, udah buat suami saya bangkrut!" kesal Rose sudah tak tahan lagi dengan Ernata.
"Rose!" teriak Jhon yang menampar pipi istrinya.
Suara tamparan begitu jelas di telinga Ernata, dia tercengang saat melihat sang paman memarahi istrinya di depan mata kepala dia sendiri, Ernata mundur secara perlahan agar dirinya tidak menjadi amuk sang Tante ketika suaminya menampar dia.
"Ka ... mu ... berani menampar aku di depan anak tengik ini!" Rose memegang pipinya yang memar akibat tamparan dari suaminya.
"Ma-maaf, Rose! A-aku, a-aku ...." Jhon gugup karena menyadari kesalahannya yang sudah menampar Istrinya di depan Ernata.
"Kenapa kamu menampar aku? Karena anak tengik ini? Iya! Kamu ingat ya, Jhon! Karena anak ini ... hidup kita susah! Kamu harus mengeluarkan duit banyak untuk mengobati Ayahnya! Dan karena anak tengik ini juga ... Monica tidak betah tinggal sama kita!" ucap Rose yang begitu kesal dengan suaminya.
"Itu kewajiban aku menolong kakakku, dan untuk Monica, itu kemauan dia sendiri yang mau tinggal bersama orang tua kamu," ucap Jhon menjelaskan dengan jujur.
"Iya, itu karena kamu yang lebih memanjakan Ernata dari pada Monica." Rose menunjuk-nunjuk dada bidang Jhon dengan luapan emosi.
"Apa karena Ernata itu anak dari perempuan yang kamu cintai, iya?" air mata Rose sudah mengalir deras membasahi pipinya.
"Cukup Rose!" bentak Jhon.
Bersambung...
Ernata terkejut mendengar pertengkaran paman dan tantenya, tubuhnya gemetaran saat melihat Jhon yang membentak istrinya dengan kasar, perlahan dia mundur untuk bersembunyi ke arah samping kursi ruang tamu.
Sekarang dia tahu, kenapa tantenya begitu kejam terhadap dia selama ini, begitu pun dengan Jhon, pamannya memang sering menghukum Ernata tapi hanya saat Jhon tahu kalau Ernata melanggar semua peraturan-peraturan yang Jhon buat.
Namun, pada saat Ernata mau menurut dan tidak melanggar peraturan dari pamannya, dia mendapatkan kasih sayang yang lebih dari pamannya, bahkan Jhon lebih sayang kepada Ernata dari pada Monica.
"Baik kalau kamu seperti ini sama aku, lebih baik aku angkat kaki dari sini. Kamu urus aja anak dari perempuan yang kamu cintai itu," gertak Rose.
"Ok, ok, ok ... sekarang mau kamu apa?" tanya Jhon yang merasa kesal dengan sikap sang istri.
'Ck! Ternyata dia masih mau mempertahankan aku,' gumam Rose dengan wajah sedikit tersenyum.
"Baik, aku akan memaafkan kamu atas tamparan yang kamu kasih ke aku, tapi aku mau kamu menghukum anak tengkik ini di depan mataku," ucap Rose yang tidak terima.
"Untuk apa aku menghukumnya?" tanya Jhon yang begitu heran dengan sikap Rose.
"Karena dia tidak masuk ke Gereja tadi, terus untuk ini." Rose memperlihatkan sebuah video kepada Jhon.
Jhon marah besar, ketika melihat video yang memperlihatkan Ernata sedang menangis sembari bersholawat, dia langsung melirik ke arah keponakannya yang melihatnya dengan ketakutan.
"Ampun Om, ampun ... sakit." Ernata berusaha melepaskan cengkraman dari pamannya. Namun, sang paman tidak menggubrisnya.
Tangan Ernata diseret paksa dari ruang tamu hingga ke kamar mandi, tubuhnya di hempaskan begitu saja hingga lutut Ernata membentur lantai sampai berdarah.
"Kapan kamu akan berubah Ernata, om sayang sama kamu tapi kamu tidak mau mendengarkan apa kata om." Jhon menyiram tubuh Ernata dengan air secara terus menerus.
Rose tersenyum senang melihat anak yang dia benci di siksa oleh pamannya sendiri. 'Rasakan itu.'
"Ampun Om, ampun ... salah Ernata apa Om? Ernata hanya enggak mau memeluk agama lain selain Islam, Om." Ernata memeluk kaki Jhon.
"Om cuma mau, kamu nurut sama om, nata." Jhon menyingkirkan tangan Ernata dari kakinya.
"Tapi ... om, setau Aini ...." ucapan Ernata terhenti saat rambutnya mendapat jambakan dari pamannya.
"Maksudnya, Ernata om. Setahu Ernata, setiap agama tidak mengajarkan kekerasan om. Apa lagi dengan anak seusia Ernata dan juga tidak ada pemaksaan dalam menganut apapun om," ucap Ernata yang mencoba menyadarkan pamannya.
"Kamu berani menasihati saya? Kamu pikir, mentang-mentang kamu sudah mulai tumbuh dewasa kamu boleh semau kamu? Hah!" bentak pamannya.
"Gak om, Ernata salah ... Ampun om, Ernata gak ngulangi lagi om." Ernata terus memohon kepada sang paman.
"Om gak mau sampai kasar ke kamu, tapi kalo kamu terus melanggar aturan, om akan kasih hukuman lebih dari ini," ancam pamannya yang di anggukan oleh Ernata.
"Puas kamu?" tanya Jhon kepada istrinya tanpa melihat dan langsung pergi meninggalkannya.
**********
Rumah Omah Lopez.
Monica yang berada di rumah sang nenek sedang berusaha untuk menghubungi nomor mantan kekasihnya yang masih dia cintai, dia terus memperhatikan layar ponselnya yang terhubung dengan suara sambung ke nomor ponsel mantannya.
"Ya, hallo?" tanya dari seorang seorang laki-laki tersebut.
Debaran jantung Monica langsung berdegup kencang, ketika orang yang dia rindukan menjawab panggilan telepon darinya. Perasaannya begitu senang sampai dia sulit untuk menjawab sapaan dari mantannya.
"Halo?" tanya pemuda itu kembali dari seberang telepon.
"Aneh," ucap pemuda itu yang di dengar oleh Monica.
"Monica ini kamu kan? Kalo kamu ganggu aku terus, aku bakalan benci sama kamu," tebak Frans yang begitu benar.
"Beb, maafkan aku ... aku cuma gak mau putus dari kamu, kita balikan lagi ya?" Monica memberanikan diri untuk berbicara.
'Ternyata benar ini Monica, bukan Ernata. Oh iya, kenapa juga berharap bahwa Ernata?' batin Frans.
"Maaf Monic, kita sudah putus, ngertikan?" tanya Frans agar Monica mau memahami hubungan mereka.
"Kenapa? Aku masih sayang sama kamu, beb. Aku janji akan merubah sifat aku gak akan kaya anak kecil lagi," paksa Monica yang tidak terima dengan keputusan Frans.
"Apa kamu sudah punya wanita baru beb?" Monica langsung meninggikan nada bicaranya.
"Monic, sekali lagi ya ... gue tegasin ke loe. Kalo kita uda putus, jangan panggil aku beb lagi, ok! Dan satu lagi, mau gue punya cewek lagi atau gak, itu urusan gue ... bukan urusan loe. Ngerti!" bentak Frans dengan kasar.
"Kok kamu, jadi kasar sama aku? Emang aku salah, kalau aku masih cinta sama kamu?" Monica mulai merasa panas dengan ucapan dari mantannya.
"Karena loe gak bisa dibilangin," bentak Frans yang sudah emosi tingkat dewa.
"Ok, aku terima kita putus, tapi ... aku masih mau kita berteman," pinta Monica yang berbohong.
Belum sempat Frans menjawab permintaan dari Monica, dia sudah mematikan sambungannya terlebih dahulu, Monica sangat kesal dengan sikap kasar Frans, dia berfikir bahwa mantannya memutuskan hubungan karena ada pihak ketiga.
"Halo? Fans?" panggil Monica yang mengetahui Frans mematikan sambungan teleponnya.
"Anyying tuh si Frans." Monica melempar ponselnya ke atas tempat tidur.
"Siapa sih, cewek yang sudah buat Frans berubah? Liat aja nanti, kalau gue sampai tau tuh cewe ... bakalan abis sama gue! Kelar hidup loe!" umpat Monica yang berbicara sendiri.
***
Dua hari kemudian.
Apotik.
Sepulang sekolah, Ernata menyempatkan untuk mampir ke sebuah apotik, membeli obat luka untuk dirinya sendiri. Namun, selang beberapa menit kemudian, namanya dipanggil oleh seseorang yang sudah dia kenal.
"Ernata!" panggil seseorang, Ernata pun langsung menengok ke arah yang memanggil namanya.
"Oh, hay," jawab Ernata singkat.
"Kamu beli apa? Apa ada yang sakit? Apa kamu sakit? " tanya beruntun Frans, sambil langsung memegang kening Ernata.
Sontak Ernata pun langsung refleks menghindar untuk di sentuh.
" Loh kenapa? Apa aku tak boleh menyentuh mu? " heran Frans.
" Engg... Engg, itu akuuu hanya saja, Sorry Frans.. " jawab ragu Ernata
"Oh mungkinkah dia trauma? Kasian," gumam Frans yang teringat kata oma Rienza.
"I'm sorry bee... " pinta Frans.
"Bee? " heran Ernata
"Maksud aku panggilan sayang ke seorang teman, " elak Frans.
"Ooww... Kalau kakak ngapain disini?" tanya Ernata yang menebak kalau frans lebih tua dari dia.
"Oh, Aku di suruh mama buat beli obat, kebetulan mama lagi kurang sehat. "
"Atas nama nomor 023" suara dari apotik pun memanggil nomor Ernata.
"Oh, ia kak, aku duluan ya... Salam buat mama kakak, semoga cepat sembuh, " doa Ernata
" Thanks ya bee. " gombal Frans.
Sesampainya di depan apotik, Ernata pun bingung harus naik apa sedangkan duitnya sudah abis buat beli obat salep untuk mengobati luka bakarnya di kaki.
Mau tidak mau Ernata pun jalan kaki untuk pulang kerumah, pelan pelan dia berjalan sambil menahan sakit di kakinya akibat luka bakar yang di berikan oleh tantenya tanpa sepengetahuan pamannya.
Tak lama kemudian suara klakson motor pun berbunyi.
Tin... Tin... Tinnn...
Ernata pun minggir karena pikiran dia, dia berjalan terlalu tengah.
Tinn.....
Ernata pun kesal dan menengok kebelakang. Ya itu adalah frans yang sengaja mengerjai Ernata.
"Hayo naik, aku antar kamu pulang." ajak Frans.
"Gak usah kak. Rumah ku deket ko. " tolak Ernata
" Deket dari mana ? Lumanyan loh, kan kaki mu juga sakit sepertinya," melihat kaki Ernata yang jalannya agak pincang.
Ernata pun langsung melihat ke kakinya, dia terkejut karna ada darah yang keluar.
"Astagfirullah alazim" sontak Ernata kaget tanpa dia sadari Frans pun mendengar ucapan Ernata.
"Kenapa bee? Oh my god kaki mu berdarah bee, ayo cepat naik aku antar kamu kerumah sakit " turun Frans dari motornya.
"Gak usah ka، gak apa apa kok. Cuma luka kecil " jawab Ernata sambil berpegangan di pundak Frans yang sudah berjongkok melihat kakinya.
" Luka kecil gimana" Frans pun langsung menggendong Ernata untuk duduk di belakang.
" Aakkhhh astag....ga... kakak" Ernata pun langsung memgganti kalimatnya takut ketahuan sama Frans lagi.
"Astagfirullah maksudnya?" membenarkan kalimat Ernata. Membuat Ernata hanya menutup mulutnya dengan kedua tanganya. Frans pun mengidupkan motornya.
Sesampainya di Rs,
" Lain kali jangan sampai di biarkan terlalu lama luka nya ya " nasihat dari dokter. sambil membalut luka Ernata.
" Ya dok " ucap Ernata.
"Parah banget ya dok? apa gak seharusnya di rawat aja dok? " tanya Frans yang kawatir dengan keadaan Ernata.
" Tidak begitu parah, hanya saja kalau tidak di obati tepat waktu akan berakibakan sangat sakit, susah untuk berjalan. " ucap Dokter
"Jangan kawatir ini saya kasih obat yang ampuh untuk menyembuhkannya. dan jangan lupa untuk selalu ganti perbannya. " timpal dokter lagi.
"Apa ada yang perlu di tanyakan lagi? " ucap dokter.
"Tidak ada dok" ucap Ernata
"Baik kalau tidak ada yang di tanyakan lagi setelah ini boleh pulang " ucap dokter
"Trimkasih dok" ucap Frans.
Frans pun langsung menggendong Ernata ke dalam taxi yang sudah di pesankan Frans. Frans pun duduk di samping Ernata dan menaruh kaki Ernata ke pangkuannya.
"Ih ga usah kak. gak sopan. lagian kok kaka juga ikut naik taxi? motor kakak gimana " ucap Ernata melarang dan menanyakannya.
"Motor ada temen kakak yang akan bawa, Gak apa apa, kamu tuh ya kaya tinggal dimana aja, jujur aku respect sama kamu. kamu sopan, tutur kata kamu juga sopan. baik, cantik lagi. cuma ada 1 kekurang nya. "
"Apa itu kak? " tanya nya penasaran.
"Kurangannya adalah... bukan pacar aku" ejek Frans.
"HAH.! " ketawa singkat Ernata dengan wajah datar.
"Tuh kan ngeselinya keluar. " kecewa melihat ekspresi Ernata.
"Abisnya gak lucu banget. " sambil mengipas ngipas kakinya yang perih.
"Kok kamu bisa sampai terluka begini si bee? " tanya Frans penasaran.
"Ceroboh" jawab singkat Ernata
"Kenapa? gak mau cerita sama aku? , kalau aku bilang aku tau semua ini. ini semua pasti gara gara mama nya Monica, iya kan? " tepat sasaran Frans.
"Ko dia bisa tau si" gumam Ernata.
" Come on bee, jangan ada yang kamu tutupi dari aku, dari pertama omah Rienza nyuruh aku buat lindungi kamu, aku uda jatuh cinta sama kamu bee. aku tau semua yang mereka lakukan pada mu. " mencoba jujur sama Ernata.
"Jadi itu alesan kamu tadi membenarkan kalimat istigfar aku? " tanya Ernata.
"Iya"jawab singkat Frans.
" Maaf ka tapi aku masih kecil buat pacaran. lagian dalam ajaran agama aku, tidak memperbolehkan untuk pacaran." memperjelas maksud Frans.
" Agama apa? islam? oh no bee. kamu sendiri aja sekarang bukan islam dan kamu di Prancis bukan di negara Indonesia. " pertegas Frans.
"Maaf tuan dan nona kita sudah sampai. " ucap pak sopir.
Kata kata frans barusan membuat Ernata sedih, sebelum turun Ernata berkata pada Frans.
" Maaf kak, tapi aku gak ada rasa ke kamu, aku cuma nganggep kamu sebagai kakak ku gak lebih, dan untuk melindungi ku trimakasih, aku gak minta bantuan ke kakak buat melindungi ku. cukup tuhan yang menjadi penolong ku. "
Ernata pun keluar dari mobil dan berjalan dengan pincang. Frans pun bergegas membantu Ernata tapi di tepis oleh Ernata. pamannya pun keluar bersama Monica, saat ini Monica lagi di rumah ayah dan mamanya.
"Oh jadi ini, perempuan ****** kamu beb? " sindir Monica ke Frans.
" Dari mana saja kamu nat? kenapa kaki kamu? "tanya pamannya dengan sedikit marah apa lagi melihat pulang bersama seorang laki laki.
"Aku terjatuh om" jawab singkat Ernata.
"Kena karma deh si ****** nya, " timpal Monica yang ditatap sinis oleh Frans.
Ernata pun langsung di gendong oleh pamannya untuk masuk kedalam.
" Ini terakhir kalinya saya melihat kamu dekat dengan anak saya dan keponakan saya. paham! " tegas Jhon.
Bersambung.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!