Sore itu Adelia sedang menatap dirinya di kaca, dia sedang mencoba gaun yang di berikan oleh Yasmin.
Gadis cantik bernama Adelia Calista Amadea, gadis yang di buang oleh keluarganya sendiri.
Dan di besarkan oleh kakek angkat dari ibunya, dia gadis ceria dan hari ini dia akan menghadiri pesta sang papa.
“Aku sudah cantik dan siap untuk berangkat, semoga aku tak membuat malu di sana,” gumam Adelia.
Adelia pun naik ojek online yang sudah di pesannya, Adelia juga tak lupa membawa kado yang dia siapkan khusus untuk orang terkasihnya.
Adelia berjalan menuju sebuah ballroom hotel tempat di ada kan ya sebuah pesta mewah tersebut.
Adelia pun menunjukkan sebuah undangan pesta yang di terimanya kemarin lusa. Dan para pengawal mempersilahkan gadis itu masuk.
Adelia pun tak mengira akan bisa datang ke pesta ayahnya, seorang pengusaha besar yang begitu terkenal.
Adelia menghampiri Yusrin Sukoco, pria yang telah begitu ia rindukan, meski begitu dia hanya ingin memberikan hadiah yang di buatnya sendiri.
“Papa,” panggil Adelia dengan senang.
Yusrin pun menoleh dan langsung merubah raut wajahnya, pria itu bahkan terlihat tak suka dengan kedatangan gadis muda itu, dan langsung menyeret Adelia ke sebuah ruang tunggu.
“Papa sakit...” lirih Adelia merasakan panas di lengannya.
“Kamu gadis pembawa sial, kenapa di sini, sudah ku katakan jangan pernah memanggilku papa!” hardik Yusrin.
“Adel hanya ingin memberikan hadiah untuk papa, Adel membuat ini sendiri, lagi pula Teana memberikanku undangan kemarin,” jawab Adelia.
“Hei gadis bodoh, jangan gila ya, kenapa aku memberikan undangan padamu, kamu itu hanya gadis pembawa sial tau, lebih baik kamu pergi dari sini,” usir Teana.
“Tapi Tea, kamu memang yang memberikan aku undangan, papa tolong percaya padaku,” Mohon Adelia.
“Dasar gadis tak berguna, kenapa dulu kamu tak ikut ibumu yang murahan itu mati saja, kenapa malah hidup dan menyusahkan seperti ini,” maki Yumna ibu tiri dari Adelia.
“Apa yang kalian katakan, ibu ku wanita baik-baik, papa aku mohon biarkan aku menyaksikan pesta papa, setelah ini aku tak kan pernah memperlihatkan wajah ku lagi,” mohon Adelia.
“Baiklah, tapi jangan membuat keributan, dan kamu hanya bisa menyaksikan dari jauh, dan ingat jangan membuat masalah,” kata Yusrin dingin.
Teana dan Yumna pun menggandeng Yusrin kembali ke pesta, sedang Adelia sebisa mungkin tersenyum kembali.
Adelia duduk di kursi sudut ruangan, dia melihat sang ayah yang begitu bahagia dengan menebar tawa terus menerus.
Bahkan dengan bangga Yusrin mengenalkan Teana pada semua sahabat dan para kenalannya.
Sedang ia merasa sedih, karena dia juga putri dari Yusrin Sukoco, tapi dia di perlakukan begitu buruk oleh keluarganya sendiri.
Bahkan dia dan ibunya di usir dari rumah, karena fitnah dan hasutan dari wanita yang sekarang begitu bangga menemani papanya.
Acara pun di mulai, tak lama datanglah segerombolan bodyguard untuk mengamankan tempat pesta.
Adelia pun tak bisa melihat siapa yang datang, tapi dari pengawalnya mungkin dia orang yang sangat penting.
Bahkan papa Adelia saja terlihat begitu senang dan hormat saat tamu itu datang, bahkan Teana terlihat langsung merapikan diri.
“Ah ... lebih baik aku pergi dari sini, lagi pula kehadiran ku tak di harapkan oleh mereka, aku selalu menjadi orang yang terbuang di keluarga Sukoco,” gumam Adelia.
Adelia pun berjalan di keluar dari hotel, dia memilih berjalan di trotoar yang begitu sepi, tapi tak di sangka seseorang membekap mulut Adelia dan menyeretnya ke kegelapan malam.
“Maafkan aku, aku membutuhkan bantuan mu, aku tak bisa menahannya lagi,” bisik orang itu di telinga Adelia.
Adelia mencoba berontak, agar bisa melepaskan diri, tapi tiba-tiba dia merasakan sesuatu membelah dirinya, Adelia pun tak berdaya dalam Kungkungan pria kekar itu.
Bahkan suara ******* pria itu menutupi suara tangisan Adelia yang terbekap tangan kekar pria itu.
Adelia hanya bisa menangisi takdir hidupnya yang begitu tragis, dia di lecehkan oleh orang yang tak di kenal.
Bahkan pria itu tak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti, akhirnya Adelia pun pingsan karena rasa sakit di tubuhnya dan pria itu masih saja menikmati tubuh indah Adelia.
“Terima kasih gadis muda, tak ku kira ternyata kamu baru pertama kali, dan aku akan mencarimu, karena aku harus pergi sekarang,” gumam pria itu melihat wajah Adelia sekilas dan memakaikan sebuah cincin padanya.
Dan pria itu sebelum pergi mengambil sebuah kalung milik Adelia, pria itu akan menjadikannya sebuah suvenir untuk mengingat malam ini.
Adelia pun di tinggalkan begitu saja, Adelia pun terbangun dan menemukan sebuah jaket pria yang menutupi dirinya, dan jaket itu milik pria yang melecehkannya.
Adelia hanya bisa menangis meratapi dirinya, Adelia pun bangun dan mulai berjalan tertatih menuju ke rumah sederhana milik kakeknya.
Ya Adelia hanya tinggal berdua dengan sang kakek, Adelia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menggosok tubuhnya.
Dia ingin menghilangkan bau dari pria itu, malam ini Adelia seakan mendapatkan kemalangan yang bertubi-tubi.
Setelah mandi, Adelia pun menangisi kehidupannya, dia sekarang sudah kotor apa yang harus di lakukan.
Adelia menangis hingga tanpa sadar tertidur karena lelah, keesokan paginya pak Kus mengetuk pintu kamar Adelia.
“Nduk.. bangun, sudah siang, kamu tidak kuliah,” kata pak Kus dengan suara lemah.
“Iya Mbah, aku kuliah siang,” Saut Adelia yang bangun dari tidurnya.
Saat dia melihat dirinya, mata Adelia sembab karena menangis semalaman, bahkan gadis itu hari ini tak berjualan.
Adelia pun keluar sambil membawa handuk untuk mandi dan bersiap untuk ke kampus.
Meski kehidupannya menyedihkan ia setidaknya beruntung masih bisa meneruskan kuliah dengan beasiswa.
Dan demi membantu sang kakek Adelia berjualan makanan kering dan kue yang di titipkan di warung-warung tetangga.
Semua orang bahkan melihat Adelia kasihan, apalagi mereka tau jika pak Kus itu bukan kakek kandung Adelia.
Dia adalah ayah angkat dari sang ibu yang sudah lama meninggal dunia, dan meninggalkan putrinya bersama kakek tua itu.
Adelia pun selesai mandi dan bersiap ke kampusnya, di pun memilih berjalan menuju kampusnya.
Dia sudah tak memiliki uang untuk naik kendaraan, karena uangnya sudah habis untuk membuat kado untuk sang papa.
Tapi Adelia tak patah semangat, dia pun berjalan menyusuri jalan kota besar itu, hanya butuh dua puluh menit dengan berjalan kaki.
Adelia sampai di kampus, dia pun memilih rehat di bawah sebuah pohon besar. Dan seseorang mengulurkan sebotol minuman padanya.
“Kamu kenapa? Habis nangis, apa semalam mereka menghina mu lagi,” kata Yasmin sahabat dari Adelia.
“Ya kamu sendiri tahu bagaimana mereka, aku hanya ingin melihat papa saja, aku sedang begitu merindukan nya, aku kemarin berharap dia akan senang dan memelukku saat aku datang, tapi nyatanya...” seru Adelia tertawa miris.
Yasmin pun langsung memeluknya, di tak mengira hidup Adelia bisa seperti ini, tak di harapkan oleh keluarganya sendiri.
Adelia pun menjalani kehidupannya seperti biasa, tanpa beban dia sudah bangkit dari mimpi kelam yang menimpa dirinya.
Adelia pun kini bersiap menitipkan semua jualannya pada warung-warung di sekitar kampus.
Adelia juga menjadi pegawai part time di butik milik dosennya, karena sang dosen mengetahui kesulitan gadis itu.
Adelia yang cantik, dengan tubuh putih, tinggi 165cm menjadikan gadis itu makin terlihat sempurna dengan wajah yang memiliki perpaduan Asia timur.
Serta rambut panjang hitam yang selalu di kuncir kuda, mejadikan wanita itu idaman para pria.
Tapi semenjak kejadian naas itu Adelia menutup dirinya untuk pria yang ingin menjadi kekasihnya.
Saat ini fokusnya hanya untuk bekerja dan membahagiakan sang kakek. Dan juga agar bisa lulus secepatnya.
Tapi hal itu tak bertahan lama, saat Adelia sedang bekerja sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Adelia pun menjawab panggilan itu, dan bagai petir di siang bolong, Adelia menerima kabar buruk.
Kakek yang merawatnya telah berpulang ke Rahmatullah karena tabrak lari, Adelia pun menangis histeris.
“Adelia ada apa?” tanya Susan pemilik butik.
“mbak, aku harus ke rumah sakit, kakek ku menjadi korban tabrak lari,” kata Adelia dalam tangisnya.
“baiklah biar aku antar, ayo,” ajak Susan.
Mereka pun menuju ke rumah sakit, saat sampai polisi menunggu keluarga korban.
Adelia pun di arahkan menuju ke ruang jenazah, Adelia pun gemetar saat membuka kantong jenazah itu.
“kakek!” teriak Adelia yang melihat pria yang membesarkan dirinya sudah terbujur kaku.
Susan pun hanya bisa memeluk Adelia dengan erat, dia tahu jika gadis itu sekarang butuh dukungan.
Akhirnya Susan pun mengurus kepulangan jenazah, Adelia masih terlihat syok, jadi Yasmin yang membantu untuk pemakaman.
Akhirnya sang kakek sudah di makamkan, Adelia terlihat begitu linglung, bahkan tatapannya kosong.
Gadis itu seperti kehilangan jiwanya, Yasmin pun izin pada orang tuanya untuk menginap menemani Adelia.
Orang tua Yasmin mengizinkan, Susan pun pamit karena dia harus mengajar.
“Adelia minum dulu ya, kamu belum makan apa pun,” kata Yasmin membawakan susu yang di belinya di warung sekitar rumah Adelia.
Adelia pun menerima susu itu, tapi saat susu itu sudah di minum, tiba-tiba Adelia merasa mual dan memuntahkan semua isi perutnya.
“kamu sakit, kita ke dokter,” ajak Yasmin.
“tidak Yas, aku baik-baik saja, mungkin aku hanya masuk angin, terima kasih kamu mau membantu mengurus pemakaman kakekku, pasti suatu saat aku akan membalasnya,” kata Adelia.
Hari-hari Adelia pun berjalan seperti biasanya, dia merasa jika akhir-akhir ini tubuhnya merasa makin mudah lelah.
Tapi Adelia tak memedulikannya, tapi di tempat kerja tiba-tiba Adelia terjatuh pingsan.
Susan yang kebetulan ada di butik pun langsung membawa Adelia ke rumah sakit.
“maaf, keluarga pasien?” tanya dokter.
“Saya kakaknya dokter,” jawab Susan.
“Selamat nona, adik anda sedang hamil sepuluh Minggu,” kata dokter.
Susan terdiam, dia bingung harus bereaksi seperti apa, sedang Adelia yang tahu pun menangis.
Dia tak mengira jika perbuatan pria biadab itu bisa membuahkan janin di perutnya.
Adelia pun merasa hancur, dia tak ingin hidup lagi, saat Susan membayar biaya rumah sakit.
Adelia pun berlari pergi dari rumah sakit, dan berjalan sendiri malam itu.
Adelia begitu frustrasi, dia bingung karena hidupnya sudah hancur, Adelia pun memanjat sebuah pangar pembatas jembatan dan ingin melompat.
Tapi seorang ibu menghentikannya, “tidak nak, jangan bunuh diri, hidupmu masih panjang,” kata ibu itu.
“Tidak Bu, hidupku hancur, aku tak memiliki siapa pun, dan aku hamil tanpa suami, aku tak sanggup menerima hinaan masyarakat,” tangis Adelia.
“kalau begitu ikut ibu, kita bisa menghadapi ini bersama,” kata ibu itu.
“Tidak Bu, lebih baik aku mati bersama anak ini,” kata Adelia.
“apa salahnya hingga kamu ingin membawanya mati, dia itu hadiah nak, pikirkan baik-baik,” kata ibu penolong itu.
Adelia pun kembali terduduk lemah, ya apa salah bayi di kandungannya.
“sudah nak, sekarang ikut ibu pulang, kita bisa bicara kan ini baik-baik,” kata ibu itu.
Adelia pun mengangguk dan ikut ibu itu pulang, “nama ibu Laura Cendrawasih.”
“Saya Adelia Calista Amadea, ibu bisa memanggilku Adelia,” kata Adelia mengenalkan diri.
“ibu panggilnya Adelia ya, dan mulai sekarang kamu tak sendiri ada ibu di sini bersama mu,” kata Bu Laura.
Sesampainya di rumah ternyata rumah ibu Laura cukup jauh dari kota
besar itu.
Tapi rumah itu cukup sederhana dengan toko kelontong di depan rumah.
Adelia akan menata hidupnya bersama ibu penyelamatnya.
Sedang di rumah sakit Susan pun kebingungan mencari Adelia, tapi sebuah pesan menenangkan Susan.
Adelia Pamit untuk pergi dari kota itu dan ingin menenangkan diri, dan Adelia berjanji akan menghubungi Susan lain kali.
Hidup Adelia dan Bu Laura cukup baik, dan tanpa sepengetahuan Adelia ibu Laura mengambil ijazah milik gadis itu.
Adelia pun begitu bahagia mendapatkan bantuan ibu Laura, bulan berganti kini perut Adelia semakin besar.
Para warga mulai mencibirnya, tapi Bu Laura menguatkan Adelia untuk menjalani hari-harinya.
Tak terasa sudah sembilan bulan, Adelia pun merasa perutnya begitu mulas.
Bu Laura membawa Adelia ke sebuah klinik bersalin, Adelia sedang berjuang melahirkan anaknya itu.
Bu Laura terus berdoa hingga terdengar suara tangisan dari dalam ruang bersalin.
“Terima kasih ya tuhan, telah melancarkan proses kelahiran putriku,” kata Bu Laura.
Bu Laura pun begitu bahagia melihat bayi tampan yang di lahirkan Adelia.
Tapi Bu Laura melihat sebuah tanda lahir di lengan bayi itu, mirip dengan putranya yang hilang saat kecil.
“Siapa namanya?” tanya Bu Laura.
“Ibu kasih nama depannya, yang pasti harus nama Amadea di belakang,” kata Adelia.
“Darwin Alexander Amadea,” kata Bu Laura.
“Darwin, nama yang bagus Bu,” kata Adelia tersenyum bahagia, Bu Laura
pun memeluknya.
Hari-hari keduanya pun kini disibukkan dengan merawat dan membesarkan Darwin.
Meski cibiran di terima Adelia, tapi dia tak memedulikan itu baginya perkembangan putranya adalah segalanya.
Adelia sedang bermain dengan bayi Darwin, saat sebuah surat datang kepadanya.
“ada apa nak? Kenapa terkejut seperti itu?” Tanya Bu Laura.
“ibu, aku di terima kerja di tempat Darwi’s boutique, mereka itu butik terbesar dan sering ikut Fashion Show di dunia Bu, Contohnya Paris,” jawab Adelia senang.
“Benarkah, pergi nak, ibu selalu mendukungmu, biar Darwin ibu yang rawat,” kata Bu Laura.
“Ma.. ma..”kata bayi Darwin.
“kamu bilang mama sayang, Putra bunda, kita harus pergi Bu, kita akan ke Jakarta dan ibu harus ikut,” kata Adelia.
Bu Laura pun mengangguk, dia tak bisa menjauh dari kedua orang yang telah mengisi hidupnya itu.
Mereka pun sampai di kota besar itu, dan Adelia begitu bersemangat pagi itu untuk mulai bekerja dan Bu Laura menjaga Darwin.
Bayi Darwin menunjukkan kecerdasannya dari kecil, Bu Laura mengajari bayi Darwin untuk mulai membaca dengan bahasa Inggris dari kecil.
Dan itu menunjukkan hasil yang menakjubkan, bayi Darwin pun menunjukkan perkembangan pesat.
Tak terasa sudah enam tahun Adelia jalani bersama Bu Laura dan Darwin.
Adelia kini sudah menjelma menjadi seorang pemilik butik yang cukup terkenal di kota itu.
Dan putranya menjadi bocah Genius, bahkan nilai tes IQ milik Darwin yang baru berusia lima tahun itu cukup mencengangkan.
Darwin bahkan menguasai tiga bahasa, di umurnya dan Bu Laura yang menjadikan Darwin kecil begitu pintar.
Seorang pria sedang berjalan di sebuah bandara dengan pengawalan begitu ketat, hari ini dia kembali ke kota itu untuk mencari gadis yang enam tahun ini menghantui dirinya.
Pria itu pun masuk ke dalam mobil, dan asistennya memberikan sebuah iPad padanya.
“Kita akan menghadiri acara ini?” tanya Joshua.
“Benar tuan, ini adalah acara amal yang di rancang oleh para desainer muda berbakat, dan hasil penjualan pakaian akan di sumbangkan di panti asuhan dan panti jompo,” jawab Hans.
“Baiklah, langsung ke sana, aku sepertinya akan menemukan sesuatu yang menyenangkan di sana,” kata Joshua tersenyum karena melihat sosok gadis yang di carinya.
Joshua Alejandra Gusman, seorang pengusaha muda yang sukses, pria yang begitu sempurna dengan tinggi 183 cm, badan tegap berotot, wajah tampan dan kulit putih tanpa celah.
Pria itu mengenakan pakaian mahal dan yang menempel padanya tak ada yang jelek.
Hans dan Novan berjalan mengawal bos mereka memasuki sebuah ruangan yang sudah di sulap bak negeri dongeng.
“Selamat datang tuan besar Joshua, mari saya tunjukkan meja anda,” kata Robby mempersilahkan.
Tiba-tiba seorang bocah berusia lima tahun menabrak Joshua, dan langsung bersembunyi di balik kakinya.
“Tolong sembunyikan aku dari mama, dia ingin menjadikanku lelucon,” kata pria kecil itu.
“memang apa yang ingin di lakukan ibumu?” tanya Joshua tertawa melihat bocah itu.
“Dia ingin aku menjadi pangeran, tapi papa saja aku tak punya,” jawab bocah itu yang terus memeluk kaki Joshua.
“Darwin berhenti membuat mamamu marah, itu buruk Darwin!” kata Robby ingin menarik bocah itu.
“tunggu tak perlu seperti itu, biarkan dia,” kata Joshua menahan tangan Robby.
“Ya dasar pria kecil ini, Darwin kemarilah, jangan sembunyi, maaf tuan, putraku membuat Anda tak nyaman,” kata Adelia pada Joshua dan rombongan.
“Adelia, dia hanya anak-anak,” kata Robby pura-pura baik.
“om tolong aku, mama ingin membuatku jadi pangeran,” kata Darwin memeluk kaki Joshua.
“Darwin, kamu sudah janji sama mama, jadi sekarang ikut mama,” kata Adelia.
“Benar itu nak, pria yang di pegang itu janjinya,” bujuk Joshua.
“Baiklah, aku akan pergi dengan mama,” jawab Darwin pasrah.
Joshua tersenyum melihat keduanya pergi, sedang Adelia seperti tak asing dengan suara pria itu.
Tapi dia tak bisa mengingatnya, Adelia pun di bantu Bu Laura mendandani Darwin, pria kecil itu pun sedikit menurut.
Tapi hal yang tak di duga terjadi, model yang seharusnya menemani mereka malah tak bisa datang.
Rey sedang sakit, dan dia tak bisa membantu, begitupun dengan temannya yang di minta menggantikan, sebenarnya ini adalah ide Darwin karena dia tak menyukai Rey.
“Terus bagaimana kita mencari model dadakan, aku bingung Bu dan lagi tidak ada yang bisa memakai baju Rey karena itu ukuran sudah sesuai proporsional ukuran tubuh Rey,” kata Adelia lemah.
“Aku tahu, tunggu disini mama, Oma, aku akan kembali sebentar saja,” kata Darwin keluar dan mencari sosok pria yang ditabraknya tadi.
Darwin pun menghampiri Joshua sambil memohon seperti anak anjing kecil yang imut.
“Om. mau tidak tolongin mama aku, model mama tidak datang hari ini, please ....” mohon Darwin.
“Baiklah, aku akan membantumu,” jawab Joshua.
“Tapi tuan,” kata Novan ingin melarangnya.
“Tenanglah aku bisa melakukan ini, kalian tak perlu khawatir, dan ingat apa pun yang terjadi kalian harus menunggu perintah dariku,” kata Joshua.
“Baik tuan,” jawab Keduanya.
Joshua pun mengikuti Darwin, Joshua masuk ke ruang ganti milik Adelia.
Tapi Joshua terdiam melihat dua sosok wanita di depannya, Darwin pun mengejutkannya dengan menginjak kakinya.
“Darwin,” kata Adelia melihat putranya.
“Maaf om. mama ini yang akan membantu kita, ganteng kan pilihanku?” kata Darwin tersenyum.
“Maaf tuan putra ku sedikit nakal, anda bisa kembali ke tempat duduk,” kata Adelia yang menarik Darwin.
“Tidak masalah, aku juga tak keberatan membantu pria kecil ini, mana pakaian yang harus aku gunakan,” kata Joshua mengulurkan tangannya.
“Ini nak, kamu bisa ganti sekarang,” kata Bu Laura yang terpaku melihat sosok Joshua.
“Terima kasih Bu, Darwin bantu om ganti pakaian, mau?” tawar Joshua pada Darwin.
“Siap om ganteng,” jawab Darwin mengikuti Joshua ke ruang ganti.
Bu Laura melihat Adelia tampak khawatir, Bu Laura mengusap punggung Adelia agar tenang.
“Tenanglah nak,” kata Bu Laura.
“Iya Bu, maafkan aku, aku hanya gugup,” jawab Adelia berbohong.
Tak lama Adelia dan Bu Laura terkejut melihat dandanan kedua orang itu yang begitu mirip.
“Apa terlihat begitu meyakinkan sebagai ayah bocah ini?” tanya Joshua.
“Aku suka denganmu om, mau jadi papa ku, lagi pula aku tak punya papa,” tawar Darwin.
“Darwin jangan ngomong sembarangan,” kata Adelia tersenyum canggung.
“Tentu, lagi pula aku belum menikah,” jawab Joshua antusias.
“Sudahlah kita naik ke panggung dulu, dan tuan mohon maaf jangan memberi harapan palsu pada putraku,” sinis Adelia.
Joshua pun tersenyum mendengar ungkapan Adelia, saat berada di dekatnya Adelia.
Joshua mencium aroma yang sama seperti enam tahun lalu, “aroma mu tidak berubah sayang, maaf membuatmu membesarkan putra kita sendirian,” bisik Joshua dengan suara berat.
Adelia terperangah dan kembali teringat malam naas itu, dia pun melihat sosok Joshua yang tersenyum kearahnya.
“Nona Adelia, giliran anda,” kata tim produksi.
Joshua pun berjalan sambil merangkul pinggang Adelia, sedang Darwin sudah naik kuda terlebih dahulu.
Saat di panggung Joshua pun melepas pelukan di pinggang Adelia, mereka berjalan seperti pasangan yang begitu sempurna, dan kemudian Joshua berlutut di depan semua orang.
“Tuan putri, maukah menjadi permaisuri di kerajaan ku, aku siap mengorbankan hidupku untuk mu,” kata Joshua mengulurkan tangannya.
Adelia terpaku melihat pria itu, Darwin memberikan tangan Adelia pada Joshua.
“Maaf telah membuatmu terluka dan pergi jauh darimu,” kata Joshua mencium kening Adelia.
“Tuan jangan berlebihan, atau aku akan memukulmu,” bisik Adelia mencubit perut sixpack milik Joshua.
“Hari ini, aku ingin mama ku menikah dengan pria yang tepat, karena aku punya bukti siapa saja pria yang mendekati Mama selama ini, adalah pria tak pantas,” kata Darwin memutar sebuah video di layar LED.
Bukti-bukti dari Robby yang ternyata seorang playboy dan sering gonta-ganti pasangan, dan juga Rey model terkenal yang hanya ingin menikmati uang Adelia pun terungkap.
“Darwin...” lirih Adelia.
“Bocah pintar dan genius,” kata Joshua bangga dan bertepuk tangan.
Darwin pun tersenyum mengejek Robby, Robby yang kesal ingin membunuh bocah itu karena merusak nama baiknya.
“Tahan pria itu yang ingin menyerang putra dari Joshua Alejandra Gusman,” kata Joshua memerintahkan anak buahnya.
“Dia putraku,” kata Adelia menghempaskan tangan Joshua dari pinggangnya.
“Jika malam itu tak terjadi, kamu tak akan bisa memiliki pria pintar seperti ku nona, dan aku ingin kamu menikah dengan ku,” kata Joshua tersenyum dan memeluk Adelia.
“Dalam mimpimu,” jawab Adelia kesal.
“Aku suka gayamu yang sok menolak, tapi sentuhan ku bisa membuatmu setuju,” kata Joshua mencium paksa bibir Adelia.
Novan menutup mata Darwin, “aku ingin lihat,” kata Darwin berusaha melepas tangan Novan.
“Tak baik, kamu anak kecil,” bisik Novan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!