NovelToon NovelToon

AFTER DIVORCE

BAB 1 - Surat Gugatan Cerai

Siang itu, Abdi tidak seperti biasanya pulang sangat cepat kembali ke Rumah. Abdi berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan raut wajah yang sangat dingin. Abdi berjalan mendekati Kanaya yang sedang sibuk membersihkan meja makan. Kanaya yang menyadari kedatangan Abdi pun langsung menyambut kedatangan suaminya tersebut dengan senyuman manisnya.

"Mas, kamu udah pulang kok tumben banget sih kamu siang - siang begini udah pulang ke rumah," Ucap Kanaya kepada Abdi.

"Sepertinya kita gak perlu basa - basi lagi, aku pulang karena sebab ada hal penting yang ingin aku beritahukan padamu,"

"Hal penting apa Mas yang bikin kamu sampai buru - buru pulang ke rumah ini,"

Abdi pun langsung melemparkan sebuah Amplop kertas ke atas Meja Makan agar Kanaya bisa langsung mengambilnya dan membaca isi surat yang ada di dalam Amplop kertas tersebut.

"Amplop apa ini, Mas,"

"Kamu buka saja sendiri, nanti kamu juga bakalan tau isi dari Amplop itu,"

Kanaya pun menuruti perkataan Abdi untuk membuka sendiri Amplop kertas tersebut. Kanaya mengambil Amplop kertas tersebut dari atas Meja Makan dan langsung membukanya. Isi dari Amplop kertas tersebut adalah selembar kertas yang di lipat dengan sangat rapi. Kanaya dengan rasa penasarannya terhadap Isi dari kertas tersebut pun langsung membaca isinya.

"Surat Gugatan Cerai," Kanaya Sontak terkejut saat mengucapkan kalimat yang ia baca dari judul yang tertera di atas surat tersebut.

"Mas Abdi, kamu bercanda kan. Surat ini gak benar kan Mas,"

"Apakah kamu pikir Surat Gugatan Cerai dari sebuah kantor pengadilan agama itu bisa dianggap sebagai bahan candaan, Kanaya,"

"Aku salah apa sama kamu, Mas. Sampai kamu mau menceraikan aku seperti ini. Aku gak bisa terima semua ini, Mas,"

Kanaya yang kesal kepada Abdi karena telah berani melayangkan gugatan cerai kepadanya tanpa membicarakan sebelumnya tentang hal itu pun langsung merobek surat gugatan cerai tersebut.

"Silahkan saja kamu robek surat gugatan cerai itu karena mau terima ataupun tidak, kamu akan tetap aku ceraikan. Aku akan tetap melanjutkan gugatan cerai ini ke kantor pengadilan agama,"

"Kamu gak bisa seenaknya begini dong, Mas. Setidaknya kamu hargai aku sebagai istri kamu. Oke, jika kamu mau tetap menceraikan ku. Berikanlah aku satu alasan yang jelas mengapa kamu mau menceraikan ku,"

"Aku itu lelaki, Kanaya. Seharusnya kamu tau kalau Lelaki itu gampang sekali bosan dengan yang namanya seorang wanita. Aku ingin mendapatkan wanita yang lebih menarik lagi daripada kamu,"

"Lalu mengapa kamu harus menikahi aku, Abdi Wijaya. Kamu pikir seorang wanita itu barang yang jika kamu bosan bisa kamu campakkan begitu saja,"

"Baik, jika kamu ingin bercerai denganku. Maka aku akan mengabulkan keinginanmu itu, Abdi. Aku Kanaya Mahira hari ini bukanlah istrimu lagi karena aku gak sudi punya suami yang tidak bisa menghargai seorang wanita seperti kamu, Abdi,"

"Bagiku sekarang kamu hanyalah seorang Pria yang sangat menjijikan yang pernah aku kenal,"

Kanaya pun langsung pergi meninggalkan Abdi. Ia membereskan semua barang - barangnya. Lalu, pergi dari rumah Abdi. Kanaya sama sekali tidak ingin tinggal satu atap dengan seorang lelaki yang tidak bisa menghargainya sebagai seorang istri.

Kanaya juga sudah ikhlas, jika memang Abdi benar - benar akan ingin melanjutkan gugatan cerai padanya ke Kantor Pengadilan Agama.

...*****************...

Kanaya hanyalah seorang gadis sebatang kara, tidak punya keluarga ataupun saudara di kota Jakarta. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Rumah sahabatnya selama di kota yang bernama Erina. Kanaya ingin meminta bantuan Erina agar memperbolehkan dirinya untuk tinggal di rumahnya sampai Kanaya bisa menemukan sebuah rumah kontrakan kecil dengan harga murah yang bisa ia tinggali untuk sementara waktu.

Sesampainya Kanaya di rumah Erina, Kanaya langsung mengetuk pintu rumah Erina dan Erina pun membukakan pintu untuk Kanaya.

"Assalamualaikum, Erina,"

"Waalaikumsalam," ( Erina membukakan pintu untuk Kanaya )

"Kanaya," ( Erina tampak terkejut melihat Kanaya yang sudah berdiri di depan rumahnya dengan raut wajah sedih dan sebuah tas koper di sampingnya )

"Erina," ( Kanaya yang merasa sangat sedih pun langsung memeluk Erina )

"Ya Allah, Kanaya. Kamu kenapa?," Ucap Erina yang menyudahi pelukan Kanaya padanya.

"Kamu kenapa bisa jadi sampai kayak gini. Terus, kamu ngapain pakai acara bawa - bawa koper sekali kesini. Abdi mana, Kanaya?,"

"Abdi menceraikan aku, Rin,"

"Hah, Apa, kok bisa sih, Nay," ( Erina tampak terkejut setelah mendengar ucapan dari Kanaya bahwa Abdi telah menceraikan dirinya )

"Yaudah, kamu nanti ceritain semuanya sama aku ya sekarang kita masuk dulu. Aku tau kamu pasti lelah sekali kan setelah berjalan cukup jauh,"

"Ayo sini masuk, biar aku bantu bawakan tas koper kamu,"

Erina pun mempersilahkan Kanaya untuk masuk ke dalam rumahnya. Erina juga membantu Kanaya untuk membawa masuk barang - barangnya. Lalu, setelah itu Erina pun menutup pintu rumahnya agar tidak ada yang mendengar pembicaraan dirinya dengan Kanaya.

...**************...

Kanaya duduk di sebuah kursi Sofa yang berada di ruang tamu rumah Erina sambil menunggu Erina kembali dari dapur. Tidak lama menunggu, Erina pun kembali dari dapur sambil membawa dua cangkir teh. Erina meletakan dua cangkir teh itu di atas meja. Lalu, kembali duduk di kursi Sofa yang berada dekat dengan Kanaya.

"Sekarang kamu cerita sama aku, Nay. Bagaimana bisa Abdi tiba - tiba saja menceraikan dirimu,"

"Aku tidak tau, Rin. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Abdi tiba - tiba saja pulang lebih cepat dari biasanya dan langsung memberikan surat gugatan cerai padaku,"

"Aku awalnya tidak mengerti mengapa Abdi melakukan itu semua padaku. Aku juga tidak tau apa salahku padanya hingga ia melakukan ini semua padaku," Sambung Kanaya.

Kanaya terlihat mulai meneteskan airmatanya saat menceritakan tentang sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima. Kanaya sebelumnya sama sekali tidak pernah menduga bahwa hal ini akan terjadi padanya.

"Nay, sudahlah. Kalau memang Abdi bersikeras untuk bercerai sama kamu. Ya sudah, kamu ikuti aja kemauannya karena jika kamu tetap kekeh mempertahankan Abdi. Maka kamu sendirilah yang akan menderita nantinya,"

"Aku gak mau kamu hidup bersama dengan laki - laki yang sudah tidak mencintaimu lagi, Nay," Sambung Erina.

"Dulu aku mengorbankan pendidikanku untuk menikah dengannya. Aku pikir dia berbeda dengan laki - laki lain di luar sana. Aku pikir dia juga adalah seorang laki - laki yang tidak akan pernah mencampakan diriku hanya karena alasan bosan. Tapi nyatanya aku salah, semua laki - laki sama saja. Mereka semua hanya memuaskan nafsu mereka saja. Setelah itu mereka dengan gampangnya membuang seorang wanita tanpa memikirkan bagaimana perasaan dari wanita tersebut,"

"Nay, kamu dengarkan aku ya. Abdi sudah mencampakan dirimu, kamu jangan mau terus larut dalam kesedihan dan amarah karena itu semua hanya akan membuang waktumu saja. Lebih baik, kamu sekarang pikirkan apa yang ingin kamu lakukan ke depannya nanti. Tunjukan sama Abdi kalau setelah bercerai darinya kamu tetap bisa menjadi wanita yang bahagia,"

"Iya, Rin. Kamu benar. Aku harus tunjukan sama Abdi kalau aku juga bisa bahagia tanpa dirinya,"

"Bagus, itu baru Kanaya yang aku kenal. Sekarang di minum dulu dong tehnya mumpung masih hangat,"

"Iya, Rin. Makasih ya. Owh ya, aku mau minta tolong sama kamu, Rin. Aku harap kamu tidak keberatan ya dengan permintaanku ini,"

"Kamu mau minta tolong apa sama aku, Nay. Udah katakan aja, gak usah sungkan,"

"Aku boleh gak nginap di rumah kamu untuk sementara waktu,"

"Astaga, Nay. Kamu ini kayak sama siapa aja. Ya tentu aja boleh dong, kamu bisa di tinggal disini sampai kapanpun kamu mau. Lagipula aku juga senang karena akhirnya aku punya teman ngobrol di rumah ini,"

"Sekali lagi makasih banyak ya, Rin. Aku gak enak udah banyak ngerepotin kamu selama ini,"

"Kamu gak pernah ngerepotin aku kok, kita berdua kan sahabat. Jadi harus saling membantu. Udah, kamu minum dulu tehnya mumpung masih hangat loh nanti kalau udah dingin gak enak,"

"Iya, Rin,"

Kanaya dan Erina pun saling bertukar cerita dan pikiran sambil menikmati secangkir teh hangat. Erina berhasil meringankan sedikit beban pikiran yang ada di kepala Kanaya saat ini.

BAB 2 - SIDANG CERAI

Tiga Bulan Kemudian.....

Seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang ideal berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut terlihat seorang pria yang sedang berdiri membelakangi dirinya.

"Selamat siang, Pak Abdi," Panggil Wanita tersebut.

Abdi yang mendengar panggilan dari wanita tersebut pun langsung membalikan tubuhnya ke arah wanita itu.

"Raya," Ucap Abdi.

Abdi langsung berjalan mendekati wanita tersebut.

"Pak Abdi, Saya sudah mengosongkan semua jadwal meeting dengan klien untuk hari ini,"

"Kerja bagus, Raya. Terima kasih ya kamu sudah mau banyak membantu saya,"

"Sama - sama, Pak. Sudah menjadi tugas saya untuk membantu Pak Abdi karena saya kan sekretarisnya Pak Abdi. Tapi, apakah Pak Abdi yakin dengan keputusan Pak Abdi ini,"

"Saya sangat yakin, Raya. Kanaya pantas mendapatkan pria yang lebih baik lagi daripada saya,"

"Baiklah kalau begitu, Pak Abdi. Bisakah kita pergi sekarang, Pak. Jadwal Sidang perceraian Pak Abdi akan di mulai satu jam lagi,"

"Baik, Raya,"

Abdi dan Raya pun langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan tersebut.

...******************...

Rumah Erina.

"Nay, cepetan dong dandannya nanti kita telat loh datang ke Sidangnya,"

"Iya sebentar, Rin," ( Teriak Kanaya )

"Kebiasaan banget sih anak ini kalau dandan suka lama banget," Gumam Erina.

"Udah, Rin. ayo kita langsung aja berangkat sekarang," ( Kanaya berlari menghampiri Erina yang sudah lama berdiri menunggunya di depan rumah )

"Astaga, Nay. Akhirnya kamu siap juga, udah sampai lumutan aku disini nungguin kamu lama banget,"

"Iya namanya aku harus siapin mental dulu sebelum berhadapan sama Abdi di Sidang nanti,"

"Pokoknya kamu harus tegas ya, Nay. Kamu gak boleh terlihat lemah saat bertemu dengan Abdi nanti,"

"Iya, Rin. Yaudah ayo kita langsung pergi aja soalnya Sidang akan di mulai satu jam lagi,"

"Iya ayo, Nay,"

Kanaya dan Erina pun langsung pergi meninggalkan rumah.

...****************...

Pengadilan Agama Di Kota Jakarta.

Kanaya dan Abdi sekarang telah duduk di hadapan Majelis Hakim. Kanaya terlihat masih tidak menyangka bahwa hari ini akan terjadi juga padanya. Sementara Abdi masih saja menunjukan raut wajah dingin dan cuek seakan - akan memang dirinya telah siap untuk bercerai dengan Kanaya.

"Majelis hakim memutuskan perkara gugatan cerai Abdi Wijaya kepada Kanaya Mahira,"

"Dikabulkan,"

"Kalian resmi bercerai,"

"Alhamdulillah," Ucap Erina yang menjadi saksi dari Sidang Perceraian tersebut.

Kanaya dan Abdi pun hanya bisa saling bertatapan setelah mendengar keputusan dari Majelis Hakim tersebut.

"Jika tidak ada yang keberatan, sidang akan kami tutup,"

ketukan palu pun terdengar menggema di telinga Kanaya dan Abdi.

...******************...

Di luar Pengadilan Agama.

Abdi dan Raya berjalan bersama menuju ke Parkiran mobil hingga tiba - tiba Erina berlari mengejar mereka berdua dengan Kanaya yang mencoba menghentikan Erina agar tidak membuat keributan di sekitar lingkungan Pengadilan Agama.

"Hey, laki - laki gak punya perasaan berhenti kamu," Teriak Erina kepada Abdi.

Langkah kaki Abdi dan Raya pun terhenti setelah mendengar teriakan dari Erina. Erina langsung berjalan mendekat ke arah Abdi dan Raya dengan Kanaya yang berjalan mengikutinya dari belakang.

"Ada apa lagi?," Tanya Abdi dengan nada suara tegas kepada Erina.

"Kamu itu memang gak waras ya, Abdi. Baru aja cerai dari Kanaya bisa - bisanya kamu udah gandeng perempuan baru aja. Aku bingung sama cara berfikir kamu. Kamu itu sebenarnya punya otak atau gak sih, Abdi,"

"Udah, Udah, Rin. Malu tau di lihatin orang. Udah lebih baik sekarang kita pulang aja ya,"

"Enggak bisa kayak gitu dong, Nay. Laki - laki bajingan ini itu harus di kasih tau kayak gini biar dia itu ngerti apa kesalahannya dia. Seenaknya aja dia menceraikan kamu terus habis itu jalan berduaan dengan wanita barunya ini yang berkedok sekretaris,"

"Maaf, Bu Erina. Tapi saya ini bukan Wanita barunya....,"

Sebelum Raya menyelesaikan kata - katanya, Abdi sudah memotong perkataan Raya dengan merangkul bahunya Raya dan mengakui bahwa Raya adalah kekasih barunya.

"Iya, Raya ini adalah kekasih baru saya. Memangnya kenapa kalau Saya punya kekasih baru lagi. Lagipula kan saya sekarang sudah resmi bercerai dengan Kanaya. Jadi suka - suka saya lah mau ngapain aja dan jalan bersama dengan siapa aja. Saya sudah bukan suami dari sahabat kamu lagi. Jadi kamu tidak usah memarahi saya seperti kamu mendapati saya berselingkuh dari sahabat kamu ini,"

"Memang dasar gak waras kamu ya, Abdi. Aku sangat berterimakasih sama Tuhan karena telah memisahkan kamu dengan Kanaya,"

"Erina, udah jangan ladenin lagi pria ini. Dia itu cuma Pria yang gak tau bagaimana cara menghargai seorang wanita sebaiknya kita pergi aja dari sini sekarang juga. Kita cuma akan buang waktu dan tenaga saja jika terus meladenin pria ini,"

Kanaya pun menarik tangan Erina untuk ikut pulang bersama dengan dirinya. Tetapi Erina tetap saja mengomel - ngomel tidak karuan kepada Kanaya. Sementara Abdi terlihat dari matanya, Ia sangat sedih saat melihat Kanaya yang sudah mulai melangkah jauh dari dirinya.

"Pak Abdi, Pak Abdi gak apa - apa kan,"

"Saya tidak apa - apa kok, Raya. Maafkan saya karena saya tadi bersikap lancang padamu. Saya sudah merangkul bahumu dan mengakui kamu sebagai kekasih saya,"

"Tidak apa - apa kok, Pak. Saya sangat mengerti keadaan Pak Abdi sekarang,"

"Ayo mari, Pak. Kita harus kembali ke kantor sekarang,"

"Baik, Raya,"

Abdi dan Raya pun berjalan kembali menuju ke mobil. Setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil, Mobil tersebut pun langsung melaju dengan sangat cepat meninggalkan Kantor Pengadilan Agama tersebut.

BAB 3 - KABAR BAIK

Sebulan Kemudian....

Kanaya terlihat sangat bahagia sampai berlari keluar rumah dan langsung memeluk Erina yang sedang menyiram bunga di halaman depan rumah.

"Astaga, Kanaya. Kamu ini kenapa sih," ( Erina melepaskan pelukan Kanaya darinya )

"Rin, kamu tau gak aku itu lagi senang banget tau hari ini," Ucap Kanaya sambil menunjukan senyum bahagianya kepada Erina.

"Kamu itu lagi senang kenapa, Nay. Owh aku tau nih kamu pasti baru dapat calon suami baru lagi ya,"

"Eh sembarangan aja kamu ini, Rin. Aku itu gak ada pikiran buat nikah lagi tau gak soalnya takut aja gitu dapat lakinya sama kayak sih Abdi,"

"Masih aja kamu ingat - ingat namanya cowok gak punya otak itu. Kalau aku jadi kamu ya, udah aku lupain itu namanya. Aku anggap aja dia udah gak ada lagi di dunia ini dan di bumi ini,"

"Ya kan aku sama kamu beda, Rin. Aku itu gak bisa lupain Abdi karena walau bagaimana pun aku pernah memiliki kenangan bahagia sama dia selama dua tahun,"

"Udah mulai, mulai tuh nanti galaunya. Move on Kanaya, Abdi aja mungkin gak pernah mikirin kamu. Masa kamu - nya masih terus mikirin dia aja. Jadi cewek itu harus kuat dan punya harga diri sedikit kalau udah di hempaskan sama cowok yaudah kita buktiin aja sama dia kalau kita juga bisa buat dia terhempas jauh - jauh dari hidup kita,"

"Panjang amat ya kamu ngomelnya, udahlah gak usah bahas soal Abdi lagi. Jadi bikin gak mood aja. Sekarang mendingan kita bahas soal kabar baik ini aja,"

"Kabar baik apa itu, Nay,"

"Kabar baiknya itu adalah aku ke terima jadi Barista di salah satu Cafe dan aku juga dapat beasiswa di salah satu Universitas yang ada di kota jakarta,"

"Kamu benaran, Nay,"

"Iya, Rin,"

"Aaaahhh," ( Kanaya dan Erina pun berpelukan sambil melompat kegirangan )

"Selamat ya, Nay. Aku bangga sama kamu. Aku gak nyangka setelah bercerai dengan Abdi ternyata kamu bisa mendapatkan dua sekaligus impian kamu. Kamu memiliki pekerjaan dan juga mendapatkan beasiswa di salah satu Universitas untuk melanjutkan pendidikan keperawatan kamu,"

"Iya aku juga gak nyangka banget, Rin. Aku akan sangat berterimakasih banget sama Tuhan atas apa yang telah ia berikan padaku. Aku akan berjanji sama diri aku sendiri kalau aku akan bangkit dari keterpurukanku dan membuktikan pada Abdi kalau aku itu bisa hidup tanpa belas kasihannya,"

...******************...

Perusahaan Wijaya Group.

Raya masuk ke dalam ruangannya Abdi. Di dalam ruangan tersebut terlihat Abdi yang sedang duduk sambil sibuk dengan beberapa dokumen yang ada di atas Meja Kerjanya. Raya pun langsung berjalan mendekat ke arah Meja Kerja Abdi dan berhenti tepat di hadapan Abdi.

"Pak Abdi," Panggil Raya.

"Iya ada apa, Raya," Tanya Abdi kepada Raya.

"Saya sudah menjalankan semua perintah Pak Abdi. Bahkan, Bu Kanaya sudah mendapatkan notifikasi penerimaan bekerja sebagai Barista Cafe dan juga notifikasi bahwa Bu kanaya menerima Beasiswa jurusan keperawatan dari salah satu Universitas yang sangat Bu Kanaya impikan untuk melanjutkan pendidikan disana,"

"Terima kasih, Raya. Kamu sudah mau banyak membantu saya,"

"Sama - sama, Pak. Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu ya, Pak,"

"Iya silahkan, Raya,"

Setelah melaporkan tentang hal itu kepada Abdi, Raya pun keluar meninggalkan ruangan Abdi.

...******************...

Setelah Raya keluar dari ruangannya, Abdi terlihat menunjukan senyumannya dan langsung melirik ke arah bingkai foto pernikahannya dengan Kanaya yang masih terpajang di atas Meja Kerjanya.

"Aku harap dirimu senang dengan hadiah kecil dariku, Kanaya,"

"Aku berterimakasih padamu karena telah memberikan 2 tahun terindah di dalam hidupku dan aku tidak akan pernah melupakan dirimu, Kanaya,"

"Maafkan aku karena telah membuatmu bersedih untuk sementara waktu karena aku yakin hanya dengan cara inilah kamu bisa hidup terbiasa tanpa diriku. Aku juga yakin kamu bisa mendapatkan laki - laki yang lebih baik lagi daripada aku,"

...*****************...

Hari mulai berganti, setiap hari Kanaya menjalani aktivitasnya seperti biasa dengan sangat senang dan bersemangat. Bahkan Kanaya sudah menjadi wanita yang periang kembali. Sementara Abdi hanya bisa melihat wajah Kanaya dari foto - foto yang di berikan oleh Raya padanya.

...******************...

4 Tahun Kemudian....

Kanaya akhirnya berhasil wisuda dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan yaitu ia mendapatkan nilai Cumlaude. Kanaya terlihat sangat bahagia saat berlari keluar dari gedung wisudanya menghampiri Erina yang datang dengan membawakan bucket bunga untuknya.

"Erina, aku lulus dengan nilai Cumlaude,"

"Wah, selamat ya Nay. Kamu itu memang yang paling the best lah, Nay. Aku sebagai sahabat kamu bangga banget sama kamu tau gak. Kamu itu akhirnya bisa bangkit juga dari keterpurukan kamu,"

"Owh ya sampai lupa, ini bucket bunga untuk kamu dong sebagai hadiah karena kamu udah lulus dengan nilai paling terbaik," ( Erina memberikan Bucket bunga tersebut kepada Kanaya dan Kanaya pun menerimanya dengan sangat senang hati )

"Makasih banyak ya, Rin. Aku beruntung banget punya sahabat kayak kamu kalau gak aku gak tau gimana lagi lah hidup aku setelah dulu di ceraikan sama Abdi,"

"Udah ya, Nay. Kamu jangan ingat - ingat lagi soal masa lalu kamu sama Abdi itu. Sekarang lebih baik kamu fokus aja sama masa depan kamu. Ingat Kanaya setelah kamu lulus dengan nilai Cumlaude ini, ada sebuah masa depan yang lebih baik sedang menunggumu. Percayalah padaku,"

"Iya, Rin. Makasih ya udah jadi sahabat terbaikku selama ini," ( Kanaya memeluk Erina dan Erina pun membalas pelukan Kanaya padanya )

"Iya sama - sama, Nay. Aku juga beruntung banget punya sahabat terbaik seperti kamu,"

...*****************...

Di Rumah Abdi Wijaya.

Abdi terlihat sedang duduk di sebuah kursi yang berada di dekat pinggir kolam renangnya. Abdi duduk sambil membaca sebuah koran dan menikmati segelas kopi.

Raya yang datang membawa kabar baik untuk Abdi pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Abdi dan menemui Abdi yang sedang duduk di kursi yang berada di dekat pinggir kolam renang.

"Pak Abdi," Panggil Raya dan Abdi pun langsung melihat ke arah Raya.

"Iya ada apa, Raya. Apakah ada kabar baik lagi tentang Kanaya untuk saya,"

"Iya, Pak Abdi. Saya kesini ingin memberikan bapak sebuah video dan foto Bu Kanaya saat Bu Kanaya wisuda dan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan yaitu Bu Kanaya mendapatkan Nilai Cumlaude, Pak Abdi,"

Abdi yang mendengar dari Raya bahwa Kanaya lulus sebagai lulus terbaik pun langsung tersenyum bahagia dan terlihat sangat bersemangat untuk melihat video detik - detik Kanaya di panggil sebagai lulusan terbaik saat acara wisudanya.

"Sini cepat tunjukan pada saya Video saat Kanaya di acara wisuda,"

"Baik, Pak," Raya pun langsung berjalan mendekat ke arah Abdi )

"Ini, Pak," ( Raya memberikan tablet yang ia pegang kepada Abdi )

Abdi tersenyum saat melihat wajah Kanaya yang terlihat sangat bahagia pada saat acara wisuda tersebut. Bahkan Abdi sampai mengelus layar tablet tersebut saat wajah Kanaya terlihat di dalamnya. Mata Abdi bahkan tidak bisa bohong karena matanya yang mulai berkaca - kaca membuktikan bahwa rasa cinta Abdi yang sangat besar kepada Kanaya.

"Sebenarnya Pak Abdi ini sangat mencintai Bu Kanaya. Tapi saya tidak tau mengapa Pak Abdi malah mengambil keputusan seperti ini, yang bahkan jika di lihat dari kedua belah pihak sama - sama tersiksa. Pak Abdi tersiksa karena keputusannya dan Bu Kanaya tersiksa karena kehilangan cintanya," - Batin Raya -

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!