NovelToon NovelToon

Twins Revenge War

Bab 1: Prolog — Awal mula

Bumi ini tersusun atas dunia Paralel, berbagai jenis makhluk luar biasa tersebar dalam different world.

Mereka menyadari kehadiran setiap jenis makhluk dalam Paralel masing-masing. Benar, kecuali manusia yang tentu saja menganggap diri mereka lebih tinggi dari makhluk lain.

Hewan super, arwah, Zombie, Werewolf, Ghoul, iblis dan Vampir...

Semua berjalan serentak dalam different world. Namun, ada sebuah peristiwa yang memaksa setiap makhluk untuk bertemu dan bersatu dalam dunia manusia...

Tentu saja itu bermula dari petualangan balas dendam Twins, kebenaran tak terduga dan peperangan dunia.

Semua berawal dari sini...

.......

.......

.......

Tap! Tap! Tap!

"Aku membawa lima buket hari ini, Kak Akai!" Seru seorang gadis berusia 20 tahun.

"Wahh, terimakasih, akan kuberikan bonus." Sahut seorang pemuda tinggi berwajah tampan.

Gadis itu bernama Kaoru, dia seorang yatim piatu. Namun, dia masih memiliki kakak laki-laki bernama Toru. Ibunya meninggal saat ia berumur 1 tahun. Sedangkan ayahnya meninggal saat ia berusia 7 tahun.

Ibunya memiliki penyakit yang parah, jika ia dipaksa bekerja keras seperti melahirkan anak, maka tubuhnya tidak akan bertahan lama.

Sedangkan Sang Ayah meninggal karena membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup Kaoru dan Toru. Dunia kerja yang digeluti Ayah mereka begitu keras.

Sedangkan pemuda tinggi yang tampan itu bernama Akai, ia adalah bos agensi penjualan buket bunga pernikahan. Akai sangat baik kepada Kaoru, mereka saling menyukai sejak kecil.

Saat itu masih pagi, burung berkicau merdu dan bertiup angin sepoi-sepoi. Peradaban negeri itu belum maju, masih sangat sedikit kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya.

"Bagaimana dengan kakakmu?" Tanya Akai pada Kaoru, "Apakah dia sudah dapat pekerjaan?"

"Bagaimana dia bisa dapat pekerjaan?" Protes Kaoru, "Dia bahkan tidak pernah beranjak dari rumah kalau bukan untuk bertemu pacarnya."

Toru, kakak Kaoru. Seorang pemuda berusia 28 tahun yang sangat malas. Ia hanya mengandalkan adiknya untuk bekerja. Ia menjadi lebih malas karena sudah dinafkahi adiknya selama 13 tahun.

"Terimakasih Kak Akai, besok aku akan membawa lebih banyak bunga, pamit pulang dulu, ya." Ucap Kaoru sembari melambaikan tangan pada Akai.

"Iya, hati-hati pulangnya, aku menunggumu besok..." Sahut Akai, balas melambai pada Kaoru.

Kaoru pulang dari agensi itu, agensi itu cukup mewah. Terdapat banyak rak berisi buket bunga, katanya buket-buket itu juga di ekspor keluar negeri.

"Kak Toru, aku mohon sama kamu, Kakak harus cari pekerjaan, kebutuhan kita tak akan terpenuhi dengan uang hasil jual bunga saja." Ujar Kaoru pada Toru yang dilihatnya sedang duduk-duduk di teras rumah sambil baca koran.

Rumah Kaoru sangat jauh berbeda dibanding kantor agensi itu, rumahnya hanya terbuat dari kayu yang tampaknya sudah lapuk, halamannya pun terlihat kotor berserakan dedaunan.

"Ahh, nggak, deh... Kamu saja yang bekerja mencari uang, aku capek..." Jawab Toru sambil membuka halaman koran yang dibacanya.

"Astaga, capek? memangnya Kakak ada kerja apa di rumah sampai bisa capek?" Kaoru berkata ketus.

"Kita ini makan saja sudah pas-pasan, belum lagi ada kebutuhan yang lain... Kalau Kakak tidak bekerja, uang kita sama sekali tidak cukup..." Lanjut Kaoru yang mulai kembali menegur sikap malas kakaknya.

BRAKK!!

Toru membanting korannya diatas meja lapuk, sehingga mejanya hancur...

"Aku ada janji ketemuan sama pacarku sekarang, jangan cerewet! Aku mau pergi!" Bentak Toru, bergegas pergi meninggalkan Kaoru di rumah.

Kaoru menatap kepergian kakaknya dalam diam, "Aku sudah menafkahi kamu selama 13 tahun..." Kaoru hanya bisa mengeluh dalam hati.

Dulu, saat orang tua Kaoru dan Toru meninggal, Toru sangat marah... Ia pikir adiknya yang membunuh kedua orang tuanya.

Gara-gara ibunya melahirkan Kaoru, ekonomi makin sulit, fisiknya semakin lemah, dan akhirnya meninggal. Dan ayahnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan susu dan popok adiknya saat itu, 'kan? Dan akhirnya meninggal juga...

Karena kebencian yang mendalam itu, maka Toru dengan tegas mengatakan bahwa Kaoru yang membunuh orang tuanya. Maka Kaoru harus bekerja menggantikan orang tuanya.

Padahal saat itu Kaoru masih berumur 7 tahun, tapi ia menurut dan bekerja menjual bunga. Ia merasa bersalah atas kematian orang tuanya...

Toru pergi ke rumah pacarnya, Kazusa. Mereka sudah menjalin hubungan selama lebih dari 3 tahun.

"Aku sudah menunggu kamu sayang," Ucap Kazusa pada Toru, dan langsung memeluk Toru dengan mesra.

"Ahh, maaf... Aku tidak bermaksud membuat kamu menunggu, ada urusan sedikit..." Balas Toru, "Jadi ada apa? Tumben mau bertemu di rumahmu?"

Kazusa terdiam sejenak, "Masuk dulu ya, kita bicarakan dalam rumah saja," Ujar Kazusa sembari menarik tangan Toru.

Kazusa dan Toru masuk ke dalam rumah... Mereka berbincang-bincang hangat seputar keluarga, toko baru yang buka dijalan, sampai cuaca hari itu...

Beberapa jam kemudian, "Sayang, aku mau mobil ya, untuk dibawa jalan-jalan dan dipamerkan pada teman-teman," Celetuk Kazusa dengan tatapan memohon pada Toru.

Toru sontak terkejut, mobil 'kan langkah dan mahal sekali. Dari mana dia bisa mendapat uang sebanyak itu... Tapi, Toru selalu mengabulkan permintaan pacarnya, jadi dia tidak bisa menolak dan mengangguk setuju.

Kazusa tampak senang sekali, dia memeluk Toru untuk kedua kalinya, "Terima kasih sayang, kamu baik sekali."

Toru berpikir keras dalam perjalanannya pulang ke rumah. Bagaimana dia bisa mendapatkan uang untuk membeli mobil...

Ditengah perjalanan, dia melihat vila hitam menjulang tinggi di pusat kota.

Seketika muncul niat jahat dalam hatinya, "Bagaimana kalau aku jual adikku ke Organisasi malam itu saja, bisa langsung dapat banyak uang..." Batin Toru licik.

Toru bergegas pergi ke Organisasi dan melakukan transaksi untuk menjual Kaoru...

Sementara itu, Kaoru sedang membereskan rumah dan memasak makan siang untuknya dan kakaknya. Setelah memasak Kaoru makan duluan, kemudian pergi ke hutan mencari bunga untuk dijual esok harinya.

Tak terasa waktu berlalu dan hari sudah semakin sore. Kaoru memutuskan pulang, menyiapkan makan malam untuk kakaknya. Ia pun pulang dengan membawa puluhan bunga lavender dan melati...

"Kak Akai sangat menyukai lavender..." Gumam Kaoru dengan senyum riang, "Aku akan terus membawa bunga ini untuknya, bunga ini sangat indah dan harum..."

Sesampainya di rumah, Kaoru tidak melihat kakaknya, "Aneh, Kak Toru belum pulang dari rumah pacarnya? Makan siang saja belum dimakan..." Kaoru bergumam dalam hati.

Tap! Tap! Tap!

Tiba-tiba datang orang asing berjas hitam yang menangkap Kaoru dan membawanya dengan paksa keluar dari rumah.

"A—apa yang kalian lakukan? Lepaskan! Akan ku-panggil polisi kalau kalian macam-macam! Lepaskan aku!" Seru Kaoru, meronta-ronta saat orang asing berjas hitam itu menangkapnya.

"Anda telah dibeli Presdir Sakaki, Kakakmu sudah mengambil uangnya, kontrak telah di tanda-tangani, Anda resmi milik Organisasi sekarang," Kata orang asing berjas hitam tersebut.

"Apa?! Apa maksud kalian! Lepaskan aku, lepaskan! Organisasi apa yang kalian maksud?! tidak mungkin Kakak menjual-ku! Lepaskan aku! Lepaskan!"

Kaoru menjerit keras-keras, dia menendang-nendang orang asing berjubah hitam itu tapi tidak kena.

"Aku sungguh sudah menjual kamu, adikku tercinta..." Terdengar suara Toru dari balik pohon oak disamping rumah, "Hehe, tidak disangka bisa dapat uang 3 milyar hanya dengan menjual kamu, aku bisa langsung jadi kaya! Hahaha!" Tawa Toru bergema di rumah itu, dia sudah seperti orang gila.

"Kakak, bisa-bisanya kau menjual-ku hanya demi uang 3 milyar? Aku hanya seharga 3 milyar!?" Seru Kaoru, berusaha keras menahan air matanya.

"Wah, Wah... Memangnya kamu bisa memberikan aku 3 milyar? Tidak bisa, 'kan?" Sahut Toru dengan ekspresi sinis, "Aku butuh uang, uang! Bukan adik cengeng seperti kau! Hei, kalian tunggu apa lagi? Bawa dia! Enyah dari muka-ku!" Bentak Toru pada Kaoru dan orang asing berjas hitam itu.

"Tidak! Tidak!! Lepaskan aku! Kakak!! Dulu kau bilang akan melindungi-ku kalau aku mau kerja! Kakak sudah berjanji!!" Isak Kaoru, tangisnya bergema di halaman rumah tua itu.

"Heh, rupanya kau percaya, ya? Itu semua bohong, bohong! Adik bodoh!! Sekarang diam dan pergi, pergi!" Sahut Toru seraya membalikkan badan, kembali masuk ke dalam rumah.

Kaoru mematung mendengar jawaban kakaknya, Ia hanya bisa menangis ketika dibawa paksa oleh orang asing berjas hitam. Dan sampailah mereka di vila Organisasi malam tersebut...

"Hei lihat, ada pendatang baru," Ujar wanita-wanita dan bapak-bapak yang ada di vila itu.

Sekilas Kaoru langsung mengerti, vila ini adalah klub malam, tempat orang kaya menghabiskan uang untuk tidur dan bermain selama satu malam.

Organisasi itu milik Sakaki Akira, seorang Presdir yang dingin, tampan dan bermata tajam. Pria cerdas yang menguasai seluruh dunia, menundukkan siapa saja dengan mata merah bagai burung rajawali, tatapan pembunuh dan cakar harimau buas yang siap menerkam mangsanya.

Saat ini, kebetulan Presdir Akira sedang mengunjungi vila tersebut untuk melakukan survei.

Dan karyawan serta pelayan yang tidak menyukai Presdir Akira mengatur sebuah siasat, lalu memberikan obat perangsang padanya...

Mereka menyiapkan makanan dan minuman beralkohol tinggi yang sudah bercampur obat perangsang.

Rencana mereka sangat sukses, ketika memakan makanan itu, Presdir Akira langsung merasa tubuhnya panas...

"Apa yang kalian masukkan? Obat perangsang? Kurang ajar sekali..." Desis Presdir Akira dengan sedikit terengah-engah, "Selidiki dan bunuh siapa saja yang bersangkutan, panggilkan dokter pribadi ke ruanganku, segera!"

Perintah Presdir Akira dengan tatapan pembunuh, lalu ia kembali ke ruangan Presdir karena tak tahan dengan reaksinya.

Sementara itu, Kaoru dibawa masuk kedalam vila itu dan dilepaskan, "Anda tidak dapat menerobos keluar karena ada penjaga di pintu keluar, jika anda ketahuan ingin kabur dari sini, maka Presdir akan memberikan Anda hukuman berat, sesuai apapun yang dia inginkan." Ujar orang asing berjas hitam itu.

"Anda boleh berjalan-jalan disekitar sini, silahkan." Orang asing berjas hitam itu pun pergi meninggalkan Kaoru.

"Hei gadis cantik yang disana, ayo main sini." Celetuk bapak-bapak gendut yang kelihatannya sudah mabuk, melihat Kaoru dengan tatapan jahat.

Kaoru merinding, dan langsung melesat lari masuk lebih jauh ke dalam vila, "Amit-amit, siapa yang mau sama om-om gendut berkumis?" Batin Kaoru sambil terus berlari.

"Siapa tau bisa kabur kalau menyelidiki dalam vila..." Kaoru berbelok pada persimpangan koridor vila.

Kaoru tidak kehilangan semangat hidup karena kakaknya, sama sekali tidak akan menyerah.

"Huh, lihat saja, Kak Toru akan menyesal... Akan ku-buktikan bahwa aku sangat penting baginya, tak ada yang akan menafkahi dia lagi. Pasti dia akan menyesal kelak." Gumam Kaoru dengan benci, mengumpat dalam hati, "Uang 3 milyar untuk harga seorang manusia? Dia benar-benar sudah gila..."

"Hoi, ada gadis cantik masuk ke vila, sepertinya mau dimakan? Tangkap dia." Ujar bapak-bapak yang nampaknya orang kaya.

Dan puluhan anak buahnya langsung mengejar Kaoru, Kaoru panik dan berlari dengan cepat.

"Gawat, bagaimana ini? Sembunyi di dalam ruangan itu dulu saja..."

Tanpa pikir panjang, Kaoru masuk ke dalam sebuah ruangan VIP berpintu hitam...

"Berhenti! Jangan masuk, itu ruangan Presdir!" Seru seorang anak buah, "Sangat tidak sopan bagi kita yang hanya bawahan ini untuk masuk ke dalam ruangannya, jangan dikejar."

Semua anak buah bapak-bapak itu langsung keder, mereka tidak berani mengejar lagi dan pergi meninggalkan ruangan itu.

Dan Kaoru langsung terkejut, disana ada seorang pria yang sedang berbaring di atas kasur, Presdir Akira.

"Sepertinya dia tidur... Mungkin tidak apa-apa kalau aku menumpang disini sebentar..." Pikir Kaoru, menatap Presdir Akira lamat-lamat.

Sakaki Akira, begitulah yang tertulis di pintu dan berkas-berkas yang ada dimeja ruangan itu... Kaoru langsung menyelidiki setiap sudut ruangan dan akhirnya dia tau bahwa Presdir Akira adalah pemimpin Organisasi itu.

Kaoru mengendap-endap sambil terus mengacak-acak puluhan kertas yang ada diatas meja...

BRUK!

Tiba-tiba ada yang menarik Kaoru dan melemparnya ke atas kasur, Presdir Akira menahan kedua tangan Kaoru dan menatapnya datar dalam pengaruh obat perangsang.

"A—ahh... Anu..." Kaoru tergagap, sangat takut ketika menatap mata merah rajawali itu, dan dari dekat Presdir Akira sangat tampan.

"Siapa kau... Berani mengacak-acak... ruangan-ku..." Presdir Akira berkata terengah-engah, panas sekali, berkeringat karena pengaruh obat perangsang.

Dia tak dapat lagi menahan reaksinya, kenapa dokter pribadi itu belum datang juga?

Wajah Kaoru yang sangat cantik menarik minat Presdir Akira, "Rasanya aku familiar dengan wajah ini..." Batin Presdir Akira, sedikit demi sedikit semakin kehilangan kesadaran, dan merasa sangat bergairah...

Presdir Akira menjadikan Kaoru tempat pelampiasan, menghilangkan efek obatnya dengan tubuh Kaoru.

BRETT! Presdir Akira asal saja merobek baju Kaoru.

Kaoru sangat terkejut, ia berteriak dan memberontak sekuat tenaga, "Tidak! Apa-apaan kau! Hentikan! Jangan... Ahh!"

Perlawanan yang dilakukan Kaoru sia-sia. Presdir Akira dan Kaoru menghabiskan satu malam panas, dan dia tertidur pulas setelah melakukan hubungan dengan Kaoru.

"Uhh... Hiks... Sakit..."

Kaoru sangat marah dan malu, ia menangis dan berpikir keras bagaimana cara agar dia bisa keluar dari vila itu.

Dengan segala pertimbangan panjang, Kaoru mengambil dokumen perintah penangkapan seorang gadis yang kebetulan kabur dari vila, mengambil kemeja dan jas Presdir Akira lalu memakainya.

Tanpa menunggu lagi, Kaoru segera pergi keluar dari ruangan Presdir...

Kaoru berjalan ke arah penjaga gerbang dan menunjukkan dokumen perintah penangkapan, "Presdir memintaku untuk menangkap adikku yang kabur dengan sesegera mungkin, biarkan aku lewat." Bohong Kaoru pada penjaga gerbang itu.

Setelah berpikir sejenak memperhatikan Kaoru yang memakai jas khusus Organisasi dan dokumen penangkapan, penjaga mengira Kaoru adalah sekertaris baru Presdir Akira, dan nampak begitu polos...

"Baik, segera laksanakan perintah Presdir dan kembali secepat mungkin."

Penjaga itu membukakan gerbang dan Kaoru berjalan keluar vila...

Setelah cukup jauh dari vila dan sudah tak terlihat lagi penjaga dibelakangnya, Kaoru berlari sekencang-kencangnya meninggalkan vila Organisasi itu.

To be continued...

Bab 2: Kaoru

Tap! Tap! Tap!

Kaoru berlari dan terus berlari, menjauh dari vila Organisasi tersebut. Kaoru tentu saja tidak mungkin pulang ke rumah, kalau pulang pasti dibawa lagi oleh kakaknya ke Organisasi itu...

Kebetulan melintas sebuah kereta kuda pengangkut sembako yang akan pergi keluar ke kota yang jauh.

Kaoru menumpang kereta kuda itu, Kaoru sempat mengambil uang dalam pakaian Presdir Akira... Pencuri? Tidak apa-apa, anggap saja bayaran...

Kemudian, pergilah Kaoru mengembara dari satu kota ke kota yang lain, terus lurus, jauh dan jauh, membiayai segala kebutuhan dengan uang itu.

Dan ketika Kaoru merasa sudah sangat jauh, Kaoru berhenti menumpang kereta kuda itu.

"Terima kasih banyak tuan telah membantu saya selama ini, mohon terima sedikit imbalan dari saya." Kata Kaoru pada pengemudi kereta kuda seraya memberikan uang.

Tibalah Kaoru pada sebuah kota yang sudah cukup maju, berbeda banding kota tempat ia tinggal dulu.

Disana banyak berdiri rumah-rumah dari beton, toko sembako di sepanjang jalan, tokoh obat, apotek dan rumah sakit.

Disana, mobil melintas lalu-lalang, hampir sebagian penduduk di tempat itu memiliki mobil yang katanya memiliki harga 300 juta pada waktu itu.

Terpasang palang ‘Fuka Drive’ pada pintu masuk kota, sepertinya ‘Fuka Drive’ adalah nama kota itu... Atau nama jalannya? Siapa peduli, sekarang itu tidak penting.

"Kak Akai..." Gumam Kaoru dengan perasaan sesak, hatinya sangat sakit. Apakah Kak Akai akan mencarinya? Apakah Kak Akai akan tetap menerimanya walau sudah ternodai?

"Bagaimana aku bisa tinggal disini? Menyewa rumah? Tapi uang..."

Kaoru merasa dirinya bodoh sekali, mengapa dia tidak mengambil lebih banyak uang sebelum meninggalkan Organisasi itu.

Akhirnya Kaoru berjalan-jalan disepanjang Fuka Drive, berharap menemukan sebuah keajaiban, bagaimana caranya agar dapat bertahan hidup dalam masyarakat perkotaan seperti ini?

Kaoru hanya seorang gadis desa, sangat sedikit bergaul dengan orang-orang, dunianya hanya seputar Kak Akai, Toru, pacar Toru, rumahnya, dan hutan tempat mencari bunga...

Keberuntungan berpihak pada Kaoru, dua menemukan sebuah ‘rumah tua kecil’ yang tak berpenghuni.

Kaoru bertanya-tanya kepada penduduk yang lewat dipinggir jalan tentang rumah itu...

"A—anu... Apakah rumah ini ada pemiliknya? Bolehkah aku—emm... Sedikit berbincang dengan pemiliknya..."

Kata penduduk setempat, rumah itu milik ‘Presdir Fuka’, tapi sudah tidak ditinggali selama lebih dari 5 tahun. Katanya Presdir Fuka pindah ke luar negeri dan sekarang tinggal di Negara Swiss.

"Swiss? Tempat apa..." Tanya Kaoru, dengan sangat bingung, "Apakah—aku bisa memakai tempat ini untuk tinggal sementara?"

Diluar dugaan, penduduk itu bilang ‘boleh’, mereka semua mengenal Presdir Fuka, tentu saja karena kota ini milik Presdir Fuka. Katanya, mereka akan meminta izin untuk Kaoru.

"Terima kasih banyak Tuan." Kata Kaoru pada penduduk itu dengan ekspresi riang, merasa sangat senang dengan jawaban itu.

Cklek!

Kaoru masuk ke dalam rumah tua itu. Disana sangat berdebu, banyak jaring laba-laba, dan meja kursinya sudah lapuk di makan rayap.

"Tidak apa-apa, dengan sedikit perbaikan, rumah ini akan menjadi istana," Kaoru menyemangati dirinya dalam hati, "Mari mulai bersih-bersih, tidak boleh berhenti sebelum semuanya beres!"

Setelah bersih-bersih selama lebih dari 2 jam, tubuh Kaoru terasa sakit dan pegal, "Aduh... tahan, tahan..." Keluh Kaoru dalam hati, "Sudah mendapatkan tempat berteduh, bagaimana untuk mendapat uang? Adakah lowongan kerja disini?"

"Ugh... Yang dilakukan pria itu dari malam sampai pagi... Sekarang masih sakit... Semoga tidak terjadi apa-apa..." Gumam Kaoru dengan kesal, mengutuk pria itu dalam hatinya.

Setelah berisitirahat puluhan menit, Kaoru kembali pergi berjalan-jalan ke dalam kota Fuka Drive, bertanya dari orang ke orang, rumah ke rumah, toko obat, pabrik makanan serta pekerjaan serabutan lain.

Tapi tak ada yang mau mempekerjakan gadis yang asal usulnya tidak jelas. Dulu, Kaoru berhenti sekolah untuk mencari uang... Jadi, pendidikannya hanya sampai SD.

Kemudian tibalah dia pada sebuah puri yang megah, air mancur jernih terjejer dengan bagusnya di sepanjang taman, banyak turis yang sedang berwisata menginap di tempat itu.

Kaoru bertanya, ‘adakah pekerjaan yang dapat ia lakukan’. Kemudian datang seorang pria paruh baya, mungkin sekitar 30 tahunan, dari dalam puri mewah tersebut.

"Ada lowongan pekerjaan Sekertaris, kau mau bekerja disini?" Tanya pria paruh baya itu pada Kaoru.

"Ehh—anu... Tapi saya tidak mengerti pekerjaan Sekertaris, lagipula soal pendidikan, Tuan akan menolak..." Jawab Kaoru dengan ragu-ragu.

"Tidak apa, kau sangat cantik. Bukankah Sekertaris harus cantik dan menarik?" Kata Yuki pada Kaoru, mengulurkan tangannya, "Ohh iya, namaku Yuki... Salam kenal, aku pemilik tempat ini."

"Nama saya Kaoru, kalau Tuan berkata begitu... Saya akan menjadi sekertaris Tuan." Sahut Kaoru sembari menjabat tangan Yuki.

Dan mulailah Kaoru bekerja sebagai Sekertaris Yuki... Kaoru di bawa keliling puri, ternyata isinya lebih megah dan mewah dari bayangan Kaoru.

"Hari ini cukup lihat saja dulu, besok kita baru mulai bekerja." Celetuk Yuki pada Kaoru, baru saja selesai mengantar Kaoru berkeliling.

Akhirnya Kaoru pulang ke rumah tua Presdir Fuka, hatinya senang sekali... Ternyata dalam masyarakat perkotaan banyak sekali orang baik yang mau menolongnya...

Dan dimulailah kehidupan sebagai Sekertaris, pada puri Yuki... Pekerjaan Kaoru sungguh ringan, malah, itu bukan pekerjaan Sekertaris. Kaoru hanya membuatkan kopi atau membawakan berkas untuk Yuki.

Kaoru melakukan pekerjaan sebagai sekertaris Yuki sudah lebih dari tiga bulan. Gaji Kaoru pun mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Suatu ketika, Kaoru sampai di rumah, ia duduk pada kursi yang sudah direnovasi... Kaoru merasa tak enak badan, ada yang berdenyut-denyut dalam perutnya dan semakin lama, tubuhnya semakin berat.

"Besok harus pergi ke dokter..." Pikir Kaoru sembari mengernyitkan dahi, tubuhnya semakin tidak sehat.

Keesokan paginya, dia pergi ke rumah sakit...

Setelah diperiksa, Kaoru dinyatakan hamil tiga bulan, itu adalah anak hasil pemerkosaan yang dilakukan Presdir Akira pada waktu itu.

Kaoru sangat terkejut, ia merasa sangat malu, apa kata orang bila mengetahui dia punya anak diluar nikah?

"Aku bisa menggugurkannya..." Batin Kaoru, berusaha menguatkan hati, tapi dia tidak tega, sama sekali tidak ingin membunuh anak yang tak bersalah ini... Apa yang sebaiknya dilakukan?

Dengan perasaan campur aduk, Kaoru pergi ke puri mewah untuk bekerja bersama Yuki. Kaoru mulai sadar, sepertinya pekerjaan ini adalah pekerjaan pelayan, bukan Sekertaris.

"Hei Kaoru, mungkin ini urusan pribadi, tapi kamu—hamil, ya? Perutmu semakin membesar sejak kita bertemu." Ucap Yuki pada Kaoru suatu pagi, "Kau sudah menikah? Siapa ayah anak itu?"

Muka Kaoru langsung memerah, Kaoru sangat malu, dia bungkam. Bagaimana menjelaskan tentang anak yang dikandungnya... Dia bahkan tidak kenal siapa ayah anak dalam rahimnya ini.

Yuki memperhatikan sejenak, merasa paham dengan apa yang terjadi, "Tidak apa-apa, aku akan melindungimu, akan ku-bayar biaya perawatan anak itu," Kata Yuki dengan penuh simpati pada Kaoru.

Kaoru mengangguk ia sangat berterima kasih kepada Yuki, dia sangat baik...

Kaoru memulai kehidupan baru yang menyenangkan. Penduduk di sana sangat ramah, saling bertegur sapa dan bersilahturahmi. Sama sekali tak mempermasalahkan anak dalam perut Kaoru, tak ada yang menghinanya.

Kini rumah tua yang ditempati Kaoru sudah ia renovasi, sekarang terlihat bagus, penduduk setempat berkerja sama memperbaiki tempat tinggal Kaoru.

"Nah, sekarang sudah aman, kau bisa terus tinggal disini, Nak Kaoru." Ujar Ketua Penduduk di Fuka Drive.

"Terima kasih Pak Ketua, maaf merepotkan," Sahut Kaoru, berterima kasih dengan sangat tulus pada penduduk itu, "Terima kasih juga kepada bapak-bapak sekalian yang ikut membantu dan juga para ibu yang menyiapkan keperluan saya."

"Tidak apa, kami akan melindungimu." Ucap Pak Ketua, disambut anggukkan setiap orang.

Kaoru tersenyum bahagia, merasa terharu, mereka begitu baik... Namun, bagaimana tidak? Kaoru sempat merasa curiga, bagaimana mereka bisa begitu baik kepada orang yang baru dikenalnya?

Ada sesuatu yang di sembunyikan penduduk kota Fuka Drive, mungkin saja mereka punya rencana jahat... Tapi Kaoru lebih memilih percaya, percaya semua yang dilakukan penduduk Fuka Drive adalah tulus untuk membantunya.

Sebulan kemudian, kecurigaan Kaoru terbukti...

Saat itu, Yuki mengatakan pada Kaoru bahwa ia harus keluar negeri untuk keperluan keluarga. Yuki meminta Kaoru untuk tinggal mengurus berkas-berkas dan dokumen puri.

Kaoru tanpa curiga menuruti perkataan Yuki... Yuki pun pergi, dia bilang akan kembali dalam seminggu.

Sehari setelah Yuki pergi, datanglah puluhan polisi ke puri itu. Mereka mengepung dan menyegel pintu keluar masuk.

"Pemilik puri, harap segera keluar! Anda ditangkap karena tuduhan penipuan dan pinjaman uang bank yang tak kunjung di bayar!"

Seorang polisi berkemeja abu-abu berteriak menggunakan pengeras suara, berjalan memasuki puri diikuti rombongan polisi bersenjata pistol.

Ketika melihat Kaoru di ruangan Yuki, polisi langsung menangkap Kaoru...

"Tidak, tunggu! Aku bukan pemilik puri ini, ini milik Yuki!" Seru Kaoru, memberontak saat ditangkap.

"Kami tidak percaya! Tunjukkan buktinya!" Bentak polisi berkemeja abu-abu itu.

"A—akan ku-telepon Yuki!"

Lalu Kaoru menelpon nomor Yuki, tapi nomor itu tidak terhubung...

Kaoru mencoba lagi dan lagi tetapi tidak tersambung. Kaoru menelan ludah, polisi itu langsung menyeret Kaoru masuk kantor polisi.

"Tidak, aku tak pernah meminjam uang di bank! Lepaskan!"

"Kalau ada bukti, Anda dapat dibebaskan." Sahut polisi itu dengan tegas.

Kaoru di bawa paksa ke kantor polisi dengan tangan diborgol. Kaoru di interogasi oleh inspektur polisi... Dan tiba-tiba ada telepon menggunakan hiden-id, alat canggih temuan Organisasi Sakaki yang saluran teleponnya tak dapat dilacak keberadaannya.

Tertuju untuk Kaoru... Inspektur asal saja melempar handphone dengan kasar ke arah Kaoru, "Angkat, itu untukmu."

Kaoru patah-patah meraih handphone itu dan mengangkatnya, "Halo Kaoru-ku yang manis." Sapa Yuki dari telepon.

"Yuki! Tolong aku, mereka ingin bertemu denganmu! Katanya kau meminjam uang dan melakukan penipuan!" Ujar Kaoru dengan panik.

"Ohh, iya aku lupa bilang padamu soal hal itu. Kau tanggung semua hutang dan tuduhan itu sebagai Sekertaris-ku. Aku memberikan semuanya padamu, sekarang kau yang bertanggung jawab." Celetuk Yuki, dengan nada yang sangat ringan.

"Tidak! Apa maksudmu? Katanya kau akan melindungi-ku!"

"Ohh, sebenarnya itu bohong," Sahut Yuki, "Ahh, aku sibuk, kau tanggung semuanya, sampai jumpa." Kemudian Yuki menutup telepon hiden-id nya.

Kaoru menjatuhkan handphone, semuanya bohong. Kebaikan yang dia berikan, semuanya bohong... Hanya untuk pemanfaatan, melimpahkan semua beban padanya.

Setelah itu, Kaoru dituntut perusahaan bank dan orang yang tertipu, mereka mengambil segalanya pada saat itu juga. Puri itu, pekerjaan Kaoru, harta benda serta semua uang yang Kaoru punya. Tak ada lagi yang tersisa.

Dalam keadaan hampa dan pikiran kosong, Kaoru berjalan pulang ke rumah tua Presdir Fuka.

Barang-barang di dalamnya memang diambil, tapi rumahnya tidak disita... Kaoru sudah tidak tahu lagi harus apa, tak ada pilihan selain pulang ke rumah tua itu.

Dan saat tiba di rumah tua, sudah berkumpul para penduduk, Ketua, dan orang berjas yang memakai kacamata hitam.

"Apa lagi sekarang?" Kata Kaoru dengan nada hampa, merasa sangat jengkel, apa lagi yang akan mereka perbuat? Apa ini belum cukup?

"Rumah ini milik Presdir Fuka, penjahat yang buron, namun dinyatakan telah tewas dalam sebuah kasus," Pria berjas hitam itu mulai berbicara, "Saat tewas, ia terkubur dalam misteri, orang yang menempati rumah ini adalah pembunuhnya yang juga sedang buron, Anda tahu?" Tanyanya, memasang posisi siap siaga, takut Kaoru membunuh salah satu orang di sini.

"Setengah ya, setengah tidak." Jawab Kaoru singkat, acuh tak acuh, merasa cerita itu tak ada hubungannya dengannya.

"Anda di tangkap sebagai tersangka kasus." Celetuk pria berjas itu.

"Bukankah itu tuduhan tak berdasar?" Kata Kaoru dengan nada menghina, cukup terkejut mendengar kata-kata itu, "Kau menangkap sembarangan orang yang hanya menumpang tinggal? Lucu sekali, menyebalkan sekali, dan bodoh sekali, kalian tidak profesional."

"Ini bukan tuduhan tak berdasar! Kami pasukan khusus yang sangat terdidik!" Bentak pria berjas hitam itu, merasa marah, "Kami selalu mengintai penduduk disini, menyelidiki seluk beluk keluarga mereka, menginterogasi setiap tahun."

"Mengapa Anda bisa tinggal disini? Apakah penduduk setempat tidak memberi tahu? Kalau mereka tidak memberi tahu, berarti mereka berprasangka bahwa Anda adalah penjahatnya." Tegas pria itu.

Kaoru memandang Ketua dan para penduduk dengan ekspresi muak, merasa sangat jijik dan eneg, perasaan aneh menyelimuti kepalanya, "Kalian menipuku..."

"Tidak, kami hanya ingin kebebasan, terima kasih Nak Kaoru." Kata Pak Ketua.

"Katanya kalian akan melindungi-ku..."

"Kami sudah melindungimu selama lebih dari empat bulan. Tidak ada yang abadi di dunia ini, sekarang kau yang harus melindungi kami." Sela seorang bapak, penduduk Fuka Drive.

Kaoru hanya bisa diam, hatinya sangat hancur. Bohong, benarkan, mereka hanya bohong.

Kebenaran itu rupanya menyedihkan sekali... Kaoru tak dapat lagi membendung air matanya, "Semua pembohong! Pembohong! Aku tak akan percaya siapapun lagi!" Isak Kaoru, merasa sangat sesak.

Kaoru dibawa pria berjas hitam itu, yang ternyata seorang agen FBI. Kaoru dijebloskan ke dalam penjara.

Blam!

"Kami akan mencoba mencari bukti, apakah Anda dapat dibebaskan atau tidak. Sekarang Anda ditahan untuk sementara, mohon bersabar." Ujar pria itu seraya mengunci pintu penjara.

Penjara itu dingin, sangat dingin. Kotor dan bau... Mungkin aroma mayat, ada yang pernah mati dalam penjara itu.

Hanya terdapat sebuah kasur dan sebuah WC di dalamnya. Sangat suram, tidak banyak orang orang yang ditahan di sana. Hanya beberapa, tentu saja dengan wajah tirus kurus kering karena kurang makan.

Tidak ada toleransi, walau Kaoru sedang hamil, sama sekali tidak diberi keringanan.

Akankah mereka menemukan buktinya? Mereka mana peduli... Hati Kaoru sudah terkoyak, menyimpan dendam dan amarah yang sangat besar. Benar, dia tak akan percaya siapapun lagi.

Lima bulan kemudian...

FBI berhasil membuktikan bahwa Kaoru tidak bersalah, tidak ada sangkut pautnya dengan Presdir Fuka yang tewas. Dan Kaoru akhirnya dibebaskan dari penjara.

Kaoru dibawa ke kota baru yang lebih aman, Nijitatsu, tempat yang bersih dan bebas dari tindakan kriminal.

Dia dibebaskan dari segala tuntutan, namanya dibersihkan dari segala kasus dan tuduhan. FBI itu melepaskan Kaoru, membiarkan Kaoru, tidak peduli lagi padanya.

Kaoru berjalan ke permukiman kumuh, menemukan sebuah gubuk tua yang tak berpenghuni.

Lalu tiba-tiba perutnya sakit sekali, Kaoru akan melahirkan anaknya. Kaoru melahirkan anak sendirian, tanpa bantuan siapa pun.

Kaoru melahirkan anak kembar Fraternal (satu laki-laki, satu perempuan).

Oek! Oek!

"Nama kalian adalah, Rei dan Rin..." Ujar Kaoru pada bayi kembarnya.

To be continued...

Bab 3: Rei dan Rin

Tujuh tahun setelah Kaoru melahirkan anak...

DUARR!!

"Ahahaha, Rin! Cepat copy data komputernya!"

Seorang anak laki-laki berseru riang pada seorang anak perempuan. Anak laki-laki itu memakai topi terbalik, jubah hitam yang berkibar-kibar akibat angin Amunisi, jas putih bersih dengan dasi hitam, dan sebuah topeng rubah putih bergaris merah yang menutupi mata sampai hidung. Dia memegang sebuah senjata pistol roket, mereka menyebutnya Amunisi F-5.

Anak laki-laki itu memiliki rambut berwarna merah, terlihat pula matanya yang berwarna sama dari balik topeng rubah putih. Matanya menatap sangat tajam, tatapan burung rajawali yang siap menerkam mangsa.

"Tidak bisa, ledakkan lagi gudang di pojok kiri menggunakan Amunisi F-5."

Sahut seorang anak perempuan bertopeng elang perak yang di panggil ‘Rin’, nadanya sangat kalem dan terlihat elegan. Anak perempuan itu memakai tudung jubah berwarna biru yang berkibar-kibar dari puncak tangga gedung, kemeja buntut, dan dasi putih. Di tangannya yang mungil terdapat sebuah laptop hacker, bergerak cepat dalam puluhan spam yang meluncur dari data Organisasi.

Anak perempuan itu memiliki rambut panjang lurus berwarna hitam, mata birunya bergerak lincah dalam topeng elang perak. Mata biru yang menawan, tak kalah tajamnya dari anak laki-laki itu.

Kedua anak itu terpisah dalam jarak 50 meter, mereka berkomunikasi lewat jam tangan handphone, salah satu alat canggih ciptaan mereka yang ke-20.

DOR! DOR! BLARR!!

Sang anak laki-laki menembak hancur gudang di pojok kiri sesuai instruksi anak perempuan itu, menghancurkan hanya dengan beberapa peluru roket Amunisi F-5.

"Dapat! Masukkan virus, konfirmasi," Ujar anak perempuan itu cepat, "Rei, kroco-kroco datang dari arah jam 15.00. Hadang dulu, paling lambat tiga menit."

"Tiga menit? Ohh ayolah, aku bisa hadang mereka selama tiga hari!" Sahut anak laki-laki yang di panggil ‘Rei’, sangat arogan dan sombong

DUARR!!

"GYAAA!!" Para pasukan khusus yang mereka panggil ‘kroco-kroco’ berteriak ketika sebuah peluru Amunisi F-5 menghancurkan dinding, puing bangunan menghujani mereka.

"Maaf saja, tapi jangan ke sini dulu kalau masih cinta hidup!" Gertak Rei sembari menembak dengan brutal kroco-kroco itu, hanya tembakan meleset untuk menakut-nakuti.

BUMM! BLARR!

...“Virus Malware X-08 Berhasil Terpasang”...

Sebuah konfirmasi meluncur masuk dalam laptop Rin, data Organisasi terhapus dan tercopy rapi dalam disket card.

"Selesai, ayo pulang," Ajak Rin, menutup laptopnya dan berlari ke arah Rei. Menghindari dengan sangat lincah puing bangunan dan lubang tembakan.

"Oke, sampai jumpa!" Ucap Rei pada kroco-kroco Organisasi sembari mengeluarkan sebuah bola berwarna merah.

BUMM! Mereka hilang dari tempat itu bersama munculnya asap putih dari bola yang dikeluarkan Rei, sebuah bom sulap yang didapatkannya dari tempat kerja di studio.

"Mereka hilang! Cari!" Teriak anak buah Organisasi panik, "Cari! Pasti belum pergi jauh! Cari bocah-bocah itu!!"

Suara anak buah Organisasi bergema dalam gedung bertingkat itu, sayangnya Rei dan Rin sudah jauh dari jangkauan mereka, memanfaatkan kesempatan sedetik untuk melesat meninggalkan Organisasi.

"Mama, kami pulang!" Seru Rei dan Rin kompak, mereka baru saja tiba di rumah. Mereka sudah menyembunyikan senjata dan jubah dalam markas rahasia kota Nijitatsu, tempat yang hanya diketahui mereka saja.

Rei dan Rin pulang dalam keadaan kotor, tidak sempat membersihkan debu dan bubuk mesiu dari tubuh mereka.

"Ya ampun, habis dari mana kalian? Kotor sekali, ayo sana mandi." Kata seorang wanita berumur 28 tahun, Kaoru.

Kaoru, ibu Rei dan Rin, sekarang memiliki tampilan rambut panjang hitam lurus dan mata biru cerah, persis mirip seperti Rin. Dia terlihat sangat cantik, tak jauh berbeda dari tujuh tahun yang lalu, masih terlihat polos dan baik hati.

"Baik!" Seru Rei dan Rin, langsung berlari menuju kamar mandi di lantai satu.

"Hei, misi rahasia kita tidak ketahuan mama, 'kan?" Tanya Rei pada Rin ketika berada di depan kamar mandi.

"Tentu saja, itu karena kau pandai berbohong dan bersandiwara, wajar tidak ketahuan." Jawab Rin santai, sedikit bercanda untuk menggoda Rei. Sifat kalemnya meniru Presdir Akira, sayangnya dia tidak arogan.

"Iya adikku, terserah padamu," Ujar Rei penuh gaya, merasa bangga dengan kata-kata yang dikeluarkan Rin.

"Huh, mentang-mentang kamu lahir satu menit lebih cepat, statusku menjadi adik..." Gerutu Rin, mengembungkan pipinya dengan kesal.

"Kakak lebih berkuasa, ini derita adik." Rei mengangguk-angguk dengan takzim, "Misi rahasia kita, bagaimana kalau ketahuan?"

"Entahlah, mungkin jadi surprise yang mengejutkan, rahasiakan semampu kita, jangan sampai terbongkar dalam selang waktu ini." Jawab Rin.

Kemudian mereka mengambil handuk, pergi ke kamar mandi yang kebetulan ada dua dalam rumah mereka.

Rei dan Rin memiliki otak yang sangat cerdas... Kita katakan saja mereka ‘anak genius’.

Rei sangat kuat, hebat, ahli sulap, dan seorang aktor. Dia dapat memanipulasi dan membuat teknologi canggih yang belum pernah ada pada zaman itu, salah satunya Amunisi F-5.

Rin sangat cerdas, pemberani, ahli sistem software, menguasai teknologi, seorang hacker pembuat virus. Tak lupa juga dia menguasai karate yang diajarkan Kaoru.

Ya, Kaoru mempelajari seni beladiri setelah kejadian tujuh tahun lalu, berpendapat bahwa tanpa pertahanan adalah tindakan gegabah. Kaoru juga menutup hatinya, tak ada yang bisa menjebol pertahanan baja yang dibangunnya, tak ada yang dipercaya penuh dalam dunianya, kecuali Rei dan Rin.

Kaoru membatasi pergaulannya dan kedekatannya dengan masyarakat, bisa kita katakan Kaoru menjadi anti-sosial, pengalaman pahit mengubah hidupnya.

Rei dan Rin baru berusia tujuh tahun, tapi kecerdasan mereka melebihi siswa kuliah universitas. Misi rahasia mereka tentu saja, ‘menghancurkan semua Organisasi Sakaki Akira’, membalaskan dendam ibu mereka yang menderita lebih dari tujuh tahun.

Setelah melahirkan Rei dan Rin, kehidupan Kaoru berubah drastis, Rei dan Rin bagai pelita dalam gelap. Kaoru menggunakan uang yang diberikan FBI ketika keluar dari penjara untuk membesarkan Rei dan Rin.

Pada usia empat tahun, Rei dan Rin berhasil menuntut FBI agar bertanggung jawab, apakah boleh membiarkan korban salah tangkap yang memiliki anak begitu saja? Kami akan menghancurkan martabat kalian, camkan ini dan pikirkan baik-baik, respon yang bagus.

Akhirnya, FBI bersedia membiayai kehidupan Kaoru dan anak-anaknya, tergerak hanya dengan beberapa kata dari Rei dan Rin. Memberikan rumah, uang bulanan, dan semua keperluan mereka.

Kaoru sendiri tidak ingin bergantung pada uang FBI, dia menjadi pelukis sebagai hobi.

Pada usia lima tahun, mereka bertanya tentang ayahnya. Kaoru hanya mengatakan bahwa ayah mereka sangat tampan dan kaya, yang lainnya rahasia.

Mereka tahu Kaoru tidak mau menceritakan, sehingga mereka mencari informasi sendiri. Dan menemukan secara gamblang informasi terkini, daftar balas dendam yang mereka susun.

Catat, Kakak kejam bernama Toru dengan ciri bermata biru, berambut pirang acak-acakan seperti berandalan.

NB: Sialnya dia menghilang, tak pernah muncul lagi semenjak menjual Kaoru.

Catat, Presdir Organisasi, Sakaki Akira dengan ciri bermata merah tajam bagai burung rajawali, hidung mancung, rambut rapi pendek berwarna merah, sangat persis dengan Rei. Pria tampan yang menguasai alam semesta, sangat kejam dan arogan, terkesan dingin tanpa ekspresi.

NB: Para wanita rela menyerahkan diri walau hanya sekedar untuk memuaskan dan bermain satu malam, tapi sayang, yang ada dalam otaknya hanya kekejaman dan caranya mengembangkan Organisasi. Tak tertarik dengan wanita manapun.

Catat, Yuki penipu tulen, dengan ciri rambut bob pendek berwarna ungu, mata hijau dan hidung pesek, tidak terlihat tampan, terkesan jahat dan bengis.

NB: Sayang sekali kami tak dapat menemukan keberadaannya, kalau ketemu kami akan memberi pelajaran, masukkan dia dalam penjara, coba rasakan penderitaan itu.

Semuanya telah mereka ketahui, hanya tinggal menunggu pembalasan. Kini waktunya menjalankan misi rahasia, satu per satu. Terutama menghancurkan semua Organisasi Sakaki Akira, ayah mereka yang hina itu...

Mereka berhasil membuat senjata Amunisi roket, komputer, kamera, handphone, dan perangkat lunak lainnya, tak lupa senjata berbahaya. IQ mereka 200.

Rei dan Rin baru saja menghancurkan salah satu cabang Organisasi Sakaki. Ya, menggunakan Amunisi F-5 dan Virus Malware X-08.

Menurut informasi yang didapatkan Rin secara ilegal dengan membobol server, cabang itu bertugas sebagai database rahasia yang mengumpulkan data masyarakat, walau itu adalah sebuah privasi.

Tentu saja Organisasi tidak dapat mengumpulkan data dalam jangka waktu yang lama, semua terhapus dan telah dimasuki virus, tak lupa juga kerusakan akibat Amunisi roket.

"Hei, bagaimana kalau kita membuat alat yang bisa mengeluarkan es?" Tanya Rei setelah mereka selesai mandi.

"Bisa saja, terserah, dananya dari FBI," Jawab Rin, "Mungkin aku ingin membuat earphone...?"

"Komunikasi jarak jauh, ya? Bagaimana kalau earphone-nya yang tidak mencolok? Mungkin jepit rambut?" Usul Rei.

"Yeah, jam tangan Handphone yang kau ciptakan bagaimana? Sebenarnya fungsi kedua alat itu akan sama." Kata Rin, mulai mengacak-acak data copy Organisasi di laptopnya.

"Jam tangan Handphone itu gagal, memiliki radius yang sangat kecil." Sahut Rei, melempar jam layar kotak ke atas kasur, menunjukkan pada Rin.

Pip! Pip! Pip!

Laptop Rin berbunyi, data yang di hack telah masuk dalam servernya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke ‘Toko Pet Shop’ yang ada di dekat sini? Menurut informasi, itu adalah salah satu cabang Organisasi Sakaki. Menyamar sebagai ‘Toko Pet Shop’, pekerjaan sebenarnya memanipulasi otak hewan."

Rin berkata sembari mengutak-atik data yang baru saja mereka dapatkan.

"Hmm, menarik. Penyamaran Baru, akan ku-buatkan untuk kita berdua." Kata Rei dengan antusias. Misi kedua, Toko Pet Shop.

"Oke, aku akan membuat earphone dan mencoba membuat alat es yang kau minta tadi..." Kata Rin, menimbang-nimbang ide alat baru itu.

mereka mulai bekerja, dengan tekun dan teliti membuat peralatan rahasia terbaru. Saat sedang asik mengutak-atik bahan bahan alat rahasia mereka, Kaoru datang ke kamar Rei.

"Rei, Rin, apa yang kalian kerjakan? Membongkar mainan sampai baut dan kabelnya berserakan?"

"Ehh... Ini untuk tugas proyek kok ma, membuat mobil sederhana. Harus buat, jadi seperti ini, harus di bongkar mainannya." Bohong Rei, mengarang alasan.

"Benar—ma, boleh buat jepit rambut atau kalung, menambah pengalaman." Sambung Rin, ikut menegaskan alasan kakaknya.

"Ohh begitu, ya sudah... Nanti di bereskan ya, mama mau pergi belanja dulu. Kalau mau main jangan lupa kunci pintu."

"Oke!" Seru Rei dan Rin kompak, mengiyakan pesan Kaoru.

Dan akhirnya Kaoru pergi belanja, di rumah hanya tinggal Rei dan Rin.

"Bagaimana sekarang?" Rei bertanya pada Rin, setengah tertawa, setengah bersalah, baru saja mereka membohongi mama.

"Ya sudah, lanjut mobil dan jepit rambut, alat penyamaran kacamata mikro dan earphone, tak perlu repot-repot." Rin menjawab dengan setengah hati, cukup merasa bersalah juga.

Beberapa jam kemudian...

"Selesai, mobil es yang seperti mainan, tak akan ada yang menyangka ini senjata." Kata Rei, mengangkat, dan mengamati lamat-lamat karya barunya itu.

"Ini, kacamata mikro milikmu, punya kamu warnah merah dan aku warna biru... Jepit rambutnya mau? Berbentuk setengah bintang." Balas Rin, melempar kacamata dan jepit rambut ke arah Rei.

"Apa saja boleh, sekarang jalankan misi rahasia." Ajak Rei dengan senyum jahil.

Rin mengangguk, semakin cepat mereka memberantas Organisasi Sakaki, maka semakin baik.

Rei memakai kacamata merahnya, terlihat sangat keren, wajahnya yang tampan serta rambut merah acak-acakan menghiasi penyamaran. Kali ini dia memakai jubah hitam saja, tak perlu tambahan lain.

Rin juga memakai kacamata birunya, terlihat sangat cantik dengan rambut hitam panjang rapi yang lurus, serta mata biru cerahnya yang bersinar terang. Kali ini memakai juga hanya memakai jubah dengan kaos biasa.

Misi rahasia dimulai, Rei membawa Amunisi F-5 dan mobil Es-nya. Rin tidak membawa senjata, hanya seperangkat alat lunak penyadap dan data virus untuk merusak software.

Mereka memanjat atap gedung di dekat Toko Pet Shop untuk mengintai...

"Bagaimana? Apakah kau melihat mama disekitar sini?" Tanya Rei, melihat sekeliling menggunakan kacamata mikronya.

Setelah berjam-jam pun Kaoru belum pulang dari belanja... Apa yang sebenarnya di beli?

"Tidak mungkin ada, saat kita pergi mama sudah setengah jalan pulang ke rumah." Jawab Rin dengan pasti.

"Ohh begitu, kita harus lihat ke dalam dulu untuk memastikan... Aku akan membuat keributan dan kau masuk saat perhatian semua orang teralih, oke?" Celetuk Rei.

"Oke," Sahut Rin, dan langsung melesat turun ke bawah.

DOR! PRANKK!!

Rei menembak hancur kaca Toko Pet Shop, tak lupa juga jaringan komunikasi mereka.

Pasukan berpakaian hitam putih keluar dari Toko Pet Shop, melihat apa yang terjadi dengan panik. Kesempatan ini digunakan Rin untuk menyelinap masuk, dia melepaskan bola asap sulap Rei dan asap itu langsung menyelimuti Toko Pet Shop.

Di dalam, Rin menemukan banyak hewan percobaan yang bentuknya aneh karena perkawinan silang. Ada Koala berbelalai gajah dan badak berpola zebra, masih banyak lagi hewan yang bentuknya cacat...

Rin mengambil kamera, memotret bukti-bukti kloning dan perkawinan silang disana. Rin langsung mengacak-acak komputer dalam ruangan itu.

Dia menemukan data obat terlarang dan segera mengcopy datanya, memasukkan virus, menghilangkan jejak, dan semua data dalam komputer.

"Disini sudah beres Rei, bukti sudah aman." Ucap Rin lewat earphone berbentuk setengah bintang.

"Bagaimana keadaan disana?" Tanya Rei.

"Sadis..." Jawab Rin singkat.

"Bisa hancurkan kandang-kandang hewan disana? Kita harus membongkar perbuatan sadis di depan publik..."

Dor! Prankk!

"Ugh!" Erang Rei.

"Kenapa Rei? Apa yang terjadi?" Tanya Rin cemas, menekan volume earphone untuk mendengar lebih jelas.

"Tidak apa-apa, mereka menembak dan menyerempet. Maaf kacamatanya pecah, yang penting sekarang hancurkan dulu kandangnya!" Perintah Rei dengan serius.

DUAK! PRANKK!

Tanpa disuruh dua kali, Rin langsung memecahkan semua kaca pelindung dan merusak jeruji besinya dengan beberapa jurus karate.

Hewan-hewan abnormal itu berlarian keluar dari Toko Pet Shop.

Orang-orang yang semula panik ketika pecahnya kaca Pet Shop dan terputusnya saluran komunikasi, kini begitu terkejut melihat hewan-hewan abnormal keluar dari Toko Pet Shop tersebut.

Seketika banyak wartawan yang datang ke tempat itu. Rei dan Rin memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur.

Dilain pihak...

"Satu lagi markas Organisasi kita hancur..."

Terdengar sebuah suara dingin seorang pria. Matanya menatap tajam tayangan langsung Toko Pet Shop itu dari layar laptopnya. Dialah Sang Presdir Organisasi, Sakaki Akira.

"Tuan Presdir, kami mendapat foto salah seorang yang di duga telah melakukan perbuatan itu."

Asisten pribadi Presdir Akira menunjukkan sebuah foto yang diambil anggota Organisasi pada waktu kejadian.

Foto itu... Adalah foto Rei, penyamarannya hancur di serempet peluru.

"Anak ini wajahnya... Menurut saya sangat mirip, mata merah tajam bagai rajawali itu seperti Tuan Presdir. Menurut anggota, dia bersama seorang hacker." Lanjut asisten pribadi tersebut.

"... Siapa sebenarnya anak ini...?" Presdir Akira memperhatikan dengan seksama, "Cari tau identitas anak ini segera." Perintah Presdir Akira.

"Siap!!" Balas asisten Presdir Akira, segera melaksanakan perintah.

To be continued...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!