Aria Hastuti, seorang gadis sederhana dari keluarga yang kurang mampu.
Aria Hastuti, biasa dipanggil Aria. Seorang gadis sederhana, yang memiliki wajah yang begitu menggoda, dengan kulit putihnya yang khas serta rambutnya yang panjang sedikit ikal dibawahnya.
Hidup sebagai seorang perempuan mandiri tidaklah menjadi persoalan yang sulit baginya.
Aria juga merupakan seorang gadis tanpa ayah, dan dia hanya memiliki seorang ibu.
Entah dimana ayahnya Aria tidak pernah tau, karena sejak kecil Aria tidak pernah bertemu ayahnya apalagi sekedar melihat fotonya pun tidak pernah.
Walaupun begitu, Aria tidak pernah malu walaupun dirinya sering kali di ejek oleh teman-temannya sebagai anak yang tidak memiliki ayah.
,,,,,,,,,**********
Alan William, seorang pemuda kaya yang sangat berwibawa. Biasa dipanggil Alan.
Wajahnya yang tampan, dengan postur tubuh yang tegap tinggi dan berotot, serta rambutnya yang lurus sungguh membuat banyak wanita tergila-gila padanya.
Di umur yang terbilang sangat muda, Alan sudah memegang sebuah perusahan besar yang bernama Alan Emerald Grup. Nama itu sengaja dibuat oleh ayahnya sendiri, sejak kelahiran Alan. Sang ayah beranggapan bahwa Alan merupakan anak pembawa keberuntungan baginya.
Nama Alan William sudah terkenal di berbagai penjuru dunia, bahkan namanya disebut-sebut sebagai CEO termuda di dunia.
Alan juga merupakan incaran para wanita-wanita kaya, wajahnya yang tampan serta kekayaannya yang terbilang melebihi segalanya sudah menjadi kriteria pria yang di idam-idamkan.
Walaupun begitu, tidak ada satupun wanita yang bisa mendekatinya.
Alan William, seorang pria arogan yang memiliki hati yang dingin. Sangat sulit untuk mendekati pria sedingin Alan. Alan sering kali dirumorkan sebagai pria Gay, pria yang menyukai sesama jenis, karena dirinya tidak pernah ingin didekati siapapun apalagi mengenal lebih seorang wanita.
,,,,,,,,,,,,,****************"
Pagi hari yang cerah.
Itulah kata yang tepat menggambarkan suasana pagi hari ini.
Pagi ini, adalah pagi dimana aku pergi untuk di interview disebuah hotel ternama di kota xx.
Hatiku begitu gembira, sudah hampir satu bulan aku mencoba melamar dan mencari pekerjaan, namun tidak ada satupun yang mau menerimaku bekerja. Mungkin karena perihal ijazahku yang hanya tamatan SMA.
Aku sudah siap dengan pakaian rapi yang ku kenakan, dengan baju putih serta celana guci hitam yang ku pakai, dengan rambut yang ku ikat dengan gaya kuncir kuda.
"Kamu sudah keterima bekerja?" Tanya pamanku yang tinggal di kota, sebut saja namanya Pak Amer. Aku tinggal bersama pamanku, yang merupakan adik dari ibuku di kampung.
Paman tinggal hanya berdua dengan istrinya, mereka juga memiliki seorang anak laki-laki yang umurnya tidak terlalu jauh dariku.
"Belum paman, cuman ini lagi interview aja" Balasku dengan senyuman tipis ku.
"Ohh begitu. Semoga keterima bekerja ya" Balas Paman dengan ramah.
"Mending keterima, kalo nggak gimana? Mau numpang terus disini" Ketus bibiku yang baru keluar dari dalam rumah untuk menjemur pakaian.
Aku memutar bola mata malas.
Ya begitulah bibik, dia selalu bersikap kasar padaku. Mungkin karena aku menumpang dirumahnya, jadi aku cukup tau diri disana. Untung saja ada paman yang selalu membelaku, dan membuatku betah disana. Jika tidak, mungkin aku sudah diremas-remas oleh istrinya yang bawel, cerewet dan pemarah itu.
"Sudah kamu berangkat gih, nanti terlambat"
Aku hanya tersenyum kepada paman. Sebelum pergi aku selalu mencium tangannya dan mengucapkan salam.
"Aku pergi dulu paman, Assalamualaikum" Ucapku.
"Walaikumsalam" Balas Paman.
Bibik nampak melengos, dengan tatapan tidak suka padaku. Aku hanya berlalu pergi tanpa memperdulikan dirinya.
,,,,,,,,***********
Sesampainya disana, lebih tepatnya didepan sebuah gedung besar dengan tulisan besar bernama Hotel Emerald Green di atas dinding gedung itu.
Aku sedikit menyipitkan mata ku, melihat keatas gedung itu dengan pancaran sinar matahari yang menembus wajahku.
"Wahhh, besar sekali. Jika aku bekerja disini pasti ibu dikampung bangga banget sama aku" Ucapku dengan lirih.
Dengan semangat, aku berjalan menuju pintu masuk gedung itu dengan langkah yang sedikit dipercepat.
Disaat perjalan ingin masuk, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.
"Awwwwwww" Ringisku kesakitan yang sudah terpental kelantai.
Nampak pria itu hanya menatapku dengan sinis, tanpa mau menolongku.
Aku berdiri dengan perasaan kesal, "Jalan itu pakai mata dong, bukannya nolongin malah liatin aja" Ketus ku.
Nampak seorang pria yang ada dibelakangnya ingin maju menghampiriku dengan ekspresi wajah yang merah padam.
"Hei, jangan kurang ajar ya" Tunjuknya kepadaku dengan perasaan gusar.
Pria yang ku tabrak nampak mengangkat sebelah tangannya tanpa berbicara, dan pria yang ada disampingnya itu langsung diam dan menghentikan langkahnya.
"Biarkan dia, kita masuk saja" Ucap pria itu. Dan beberapa orang mengikutinya itu nampak menatapku dengan sedikit melotot sebelum meninggalkan aku disana.
Aku merapikan pakaian dan rambutku yang sempat berantakan karena terjatuh.
"Dasar pria aneh" Ketus ku lagi sembari berjalan masuk.
Sesampainya disebuah meja Resepsionis, aku berhenti disana dan menanyakan kepada seorang perempuan cantik disana, dimana ruangan untuk interview hari ini.
"Ada yang bisa saya bantu" Tanya Resepsionis itu ramah padaku, saat aku berdiri didepan mejanya.
"Maaf mbak, dimana ya ruangan untuk interview hari ini" Tanyaku.
"Ohh iya, lewat sini mbak. Mbak lurus aja ke depan, lalu setelah itu ada ruangan paling ujung dengan nama Kepala Direktur" Jelas Resepsionis itu dengan sopan.
Aku mengangguk mengerti, "Terimakasih mbak" Ucapku sebelum meninggalkan tempat itu.
"Sama-sama"
Sesampainya disana, didepan pintu Kepala Direktur. Aku sedikit menghembuskan nafas panjang, dengan tubuh yang gemetar. Mungkin karena gerogi atau apalah itu, yang pasti saat ini aku sangat gugup.
Tok
Tok
Tok
Aku mengetuk pintu, sebelum memasuki ruangan itu.
Seseorang membukakan pintu untukku, "Ada apa" Tanya nya, dia seorang wanita namun nampak sangat galak.
"Saya ingin interview buk" Jawabku dengan gugup.
"Silahkan masuk"
Aku masuk kedalam ruangan itu, mataku terus melihat di sekeliling ruangan itu yang nampak sangat besar dan terdiri beberapa ruangan lagi didalamnya.
"Lewat sebelah sini" Ucap wanita itu lagi menunjukan sebuah ruangan padaku.
Aku masuk mengikuti wanita itu, "Maaf pak, ada yang ingin melamar pekerjaan" ucap Wanita itu kepada seorang pria paruh baya yang ada disana.
Aku sedikit menghela nafas lega, ternyata bukan wanita itu kepala direkturnya.
"Silahkan duduk" Ucap Kepala Direktur itu dengan ramah. Aku pun duduk tepat di bangku depan mejanya.
Interview pun dimulai, banyak sekali pertanyaan yang diajukan kepadaku. Setelah selesai menimbang-nimbang, kepala direktur itu membuat keputusan.
"Baiklah, setelah mendengarkan jawaban dari kamu, saya rasa sudah cukup. Selamat kamu diterima sebagai OB disini, pekerjaan kamu hanya membersihkan kamar pelanggan. Untuk masalah gaji kamu jangan khawatir, walaupun pekerjaan kamu hanya sebagai OB disini, gajimu tidak akan sedikit disini. Jadi saya harap kamu bisa bekerjasama dengan baik, dan jangan membuat kesalahan apapun. Karena perusahaan hotel ini tidak akan menanggung akibatnya. Mulai besok kamu sudah boleh bekerja" Ucap Kepala Direktur itu panjang lebar.
"Baik pak, saya mengerti" Balas ku sembari menjabat tangan kepala direktur itu dengan senyuman kebahagian yang terlukis di wajahku.
Sungguh bahagianya hari ini, sekian lama aku menunggu mendapatkan sebuah pekerjaan, kini tercapai sudah. Setelah bekerja disini, aku tidak lagi bergantung kepada paman dan bibi ku.
.
.
.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,,,
Jangan lupa dukung karya saya, dengan like, komen dan vote ya.
Baca juga novel Lainnya:
-Menikahi CEO Yang Kejam
-Menikah Karena Hutang
"Baik pak, saya mengerti" Balas ku sembari menjabat tangan kepala direktur itu dengan senyuman kebahagian yang terlukis di wajahku.
Sungguh bahagianya hari ini, sekian lama aku menunggu mendapatkan sebuah pekerjaan, kini tercapai sudah. Setelah bekerja disini, aku tidak lagi bergantung kepada paman dan bibi ku.
Setelah selesai dalam urusanku, aku dengan segera untuk pulang dan memberikan kabar bahagia ini kepada paman.
Aku pulang dengan menaiki angkutan umum. Karena jarak antara rumah paman dan juga hotel itu sedikit jauh, maka aku harus menyewa ojek atau menggunakan angkot untuk pergi ke hotel, tempat aku bekerja.
Sesampainya dirumah, aku sedikit berlari kecil dengan melambaikan tanganku kepada paman yang sedang asyik duduk dibangku depan rumah.
Ia menatapku dengan senyuman manisnya, "Ada apa, kamu sepertinya lagi bahagia" Tanya paman padaku, kala aku sudah berada didekatnya.
Aku sedikit menghela nafas, dan sedikit mengatur nafasku.
"Aku diterima bekerja paman" Ucapku dengan penuh rasa bahagia.
"Bagus dong, selamat ya akhirnya kamu mendapatkan pekerjaan" Balas paman dengan penuh kasih sayang.
"Kamu kerja dimana, palingan juga jadi pelayan" Ketus bibi yang baru keluar dengan menyuguhkan segelas kopi untuk paman.
"Buk gak boleh seperti itu, mau jadi apapun yang penting pekerjaan itu halal" Ucap paman menimpali.
"Bapak selalu saja membela anak ini, memangnya apa yang bapak harapkan dari dia" Ketus bibiku lagi.
Aku hanya diam, dengan wajah sedihku. Sepertinya bibi memang tidak pernah menyukai aku, dari caranya bicara ia selalu menyudutkan aku dan mencari-cari kesalahan ku.
"Paman aku masuk dulu ya" Pamitku pada mereka, karena tidak ingin menambah keributan, lebih baik aku meninggalkan mereka.
Aku berjalan gontai menuju kamarku, kamar kecil yang berukuran 3x3 m³. Walaupun kecil dan panas, namun aku selalu bersyukur karena masih diberikan tempat tinggal yang layak.
Ku letakan tas yang ada ditangan ku, dan ku pandangi sebuah foto kecil berukuran 5x6.
Sebuah foto ibuku yang sangat aku rindukan. Merantau di negeri orang, mengajarkan aku bahwa kebersamaan bersama keluarga adalah segalanya bagiku.
Namun apalah dayaku, aku harus bekerja demi membantu perekonomian ibuku dan membelikan obat untuknya setiap bulannya.
"Semoga ibu baik-baik saja disana" Ucapku dengan memeluk selembaran foto itu dengan erat.
Aku sedikit menyeka air mata ku, suara isakkan kian tidak tertahankan. Khawatir, itulah yang aku rasakan. Meninggalkanku ibu dalam keadaan sakit sangatlah sulit bagiku, aku hanya bisa berdoa demi kesembuhan ibu.
"Allahuakbar Allahuakbar" Suara azan ashar berkumandang.
Aku menyeka air mataku yang sempat tumpah.
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu setelah itu mengerjakan sholat Ashar.
"Ya Allah, lindungilah ibuku yang jauh disana. Hanya kepadamu lah hamba memohon perlindungan. Ya Allah, sembuhkan lah penyakit yang diderita ibu hamba, kuatkan lah bahunya untuk menerima kenyataan ini. Berikanlah kesabaran serta ketabahan kepada hamba yang lemah ini ya Allah, sesungguhnya hamba begitu merindukan ibu hamba. Semoga engkau memanjangkan umur ibu hamba, agar hamba bisa membahagiakan dirinya. Amin, amin ya rabbal alami. Rabb bana Atina fiddu ya Hasanah, wa fil Hariati Hasanah wa kina ajabannar" Doa Aria
Setelah mengerjakan sholat, Aria bergegas keluar dari kamar, pasalnya bibik sudah memanggilku sejak tadi.
Aku sedikit berlari menuju dapur, dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Kamu dari mana aja sih, dipanggil juga dari tadi. Kamu tuli ya"
Ya Allah, setiap mendengar perkataan bibik, aku selalu mengelus dadaku pelan sembari beristigfar.
"Astagfirullaha lazim, mulut pedas yang begitu menguji emosi" Batinku.
"Bengong aja disana, ini masakin semua sayuran ini. Yang enak ya, jika tidak enak awas kamu" Ucap bibik dengan penuh penekanan.
Aku hanya bisa mengangguk, "Iya bik" Balasku.
Wanita cempreng itu berlenggang pergi, meninggalkan aku sendiri di dapur dengan tugas memasak yang sudah ia berikan.
Aku langsung memasak, sebelum Maghrib tiba, aku sudah harus selesai memasak.
Setelah selesai aku menyiapkan semua makanan di atas meja makan, lalu setelah itu aku pergi ke kamar untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat Maghrib.
Keesokan harinya, aku bangun lebih awal. Segala persiapan sudah aku siapkan, bahkan sejak subuh aku sudah melaksanakan pekerjaan rumah sebelum pergi dari rumah.
Hari ini adalah hari pertama aku bekerja, aku selalu saja gugup setiap kali memikirkan pekerjaan itu. Bukan karena takut, melainkan karena ini pertama kalinya aku bekerja disebuah hotel yang besar, bahkan aku tidak pernah membayangkan akan bisa masuk bekerja di hotel ternama ini.
Karena ini adalah hari pertama, aku tidak ingin terlambat. Apalagi sampai membuat kesalahan.
Disebuah ruangan, dengan segala peralatan kebersihan yang lengkap.
Aku berdiri.
Ah, tidak. Lebih tepatnya, kami berbaris memanjang disana.
Disana ada sekitaran 5 orang yang mengikuti pelatihan sebelum benar-benar bekerja, biasa disebut sebagai work training ( Pelatihan Kerja).
Aku sudah siap dengan peralatan kebersihan yang ku bawa. Sebelum pergi, aku mendengarkan beberapa arahan dari atasan untuk mentaati beberapa peraturan serta menjelaskan bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) disana.
Aku mulai menuju sebuah kamar, dengan nomor 197A-180A. Kami diberikan tugas satu orang satu kamar, jadi tidak akan ada teman yang akan di ajak bicara, dan kami hanya disuruh untuk fokus disaat bekerja.
Masa Training, kami hanya diberikan waktu istirahat satu jam, itupun hanya istirahat makan siang dan sholat, lalu setelah itu kami lanjut bekerja lagi.
Malam Harinya,
Aku kembali bekerja dengan membersihkan sebuah kamar VIP. Entah karena apa? Hanya aku sendiri karyawan Training disuruh membersihkan kamar VIP.
Biasanya, kamar VIP dibersihkan oleh karyawan yang benar-benar sudah berpengalaman.
Namun aku tidak perduli kan itu, aku kembali bekerja dan menuruti perintah, agar aku dipandang baik oleh atasan disana.
Didepan pintu kamar VIP,
Aku mulai mengeluarkan sebuah kunci kamar yang ada di saku ku.
Krekkk
Pintu kamar mulai terbuka, dan aku langsung membawa peralatan ku kedalam kamar itu.
Ku lihat tidak ada siapapun didalam sana, jadi ku putuskan untuk langsung membersihkan kamar saja.
Setelah beberapa saat aku membersihkan kamar, aku melihat sebuah minuman yang begitu menyegarkan.
Aku sedikit menelan Saliva ku, air yang begitu menyegarkan, yang tidak pernah aku minum.
Aku mendekati minuman itu yang terletak di nakas samping tempat tidur.
Ku lihat kanan kiri dan aku langsung mengambil air itu dan meminumnya. Namun baru beberapa teguk aku meminum air itu, suara pintu yang dibuka membuatku sangat terkejut.
Aku langsung meletakan air itu, dan masuk ke kamar mandi dengan membawa semua peralatan ku.
"Bereskan semua orang itu, jika perlu habisi nyawa nya. Aku tidak ingin ada penghianat diperusaan ku" Seorang pria berbicara begitu kejamnya.
"Baik tuan"
Aku menutup mulutku yang sempat ternganga karena terkejut mendengar percakapan para pria itu.
Aku sedikit mengintip keluar, nampak beberapa pria sudah pergi dari sana. Dan tinggal lah seorang pria bertubuh kekar disana.
"Ahh, aku begitu haus sekali" Pria itu langsung meminum air yang sempat aku minum tadi, tanpa memperhatikan air itu sudah berkurang.
.
.
.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,,,
Jangan lupa dukung karya saya, dengan like, komen dan vote ya.
Baca juga novel Lainnya:
-Menikahi CEO Yang Kejam
-Menikah Karena Hutang
Aku sedikit mengintip keluar, nampak beberapa pria sudah pergi dari sana. Dan tinggal lah seorang pria bertubuh kekar disana.
"Ahh, aku begitu haus sekali" Pria itu langsung meminum air yang sempat aku minum tadi, tanpa memperhatikan air itu sudah berkurang.
Tidak berapa lama, aku merasakan tubuhku begitu panas. Aku mencoba untuk mengipas wajahku dengan tangan, namun panas yang aku rasakan begitu beda.
Aku mencoba menyadarkan diriku, dengan sedikit menepuk pipiku disertai nafas yang begitu memburu membuatku kesulitan untuk menahan diri untuk tidak membuka bajuku disana. Kini aku hanya memakai baju dalam yang sedikit seksi.
Ku lihat pria itu juga mengalami hal sama denganku, ia nampak gelisah dengan sedikit melonggarkan dasinya dan membuka kancing kemeja bajunya yang bewarna hitam.
Aku menelan saliva ku, menatap haus akan sebuah roti sobek yang tersusun rapi di dada bidang pria itu.
Bruakkk
"Awwww" Aku meringis kesakitan.
Seketika pria itu terkejut mendengar sesuatu terjatuh di kamar mandi, dengan perasaan penasaran, pria itu berjalan mendekati kamar mandi, tempat aku bersembunyi sekarang.
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku, dengan sedikit memejamkan mata. Berharap pria itu tidak mendekat ke kamar mandi.
Krekkkk
Pupus sudah harapanku. Suara pintu dibuka, aku semakin ketakutan.
Pria itu berniat untuk masuk ke kamar mandi, aku yang bersembunyi dibalik pintu itu semakin gemetar ketakutan.
Aku merasakan tubuhku yang berbeda, perasaan yang haus akan sebuah sentuhan. Entah kenapa, perasaan itu semakin bergejolak semakin dahsyat.
Baru selangkah pria itu ingin memasuki kamar mandi, lantai kamar mandi yang licin akibat pembersih lantai yang sempat terjatuh tadi telah membuat pria itu kehilangan keseimbangan.
Aku yang refleks terkejut, dengan cepat aku menarik tangan pria itu dan membuatnya mendekap didalam pelukanku.
Irama jantung yang saling bersahutan dengan saling bertatapan. Hasrat yang semakin memuncak, seakan tidak mau berdiam diri.
Wajah tampan yang sangat berwibawa, dengan tubuh yang tegap tinggi dan berotot begitu sangat menggugah selera.
Aku merasakan sesuatu yang keras menonjol dibawah ku, namun aku tidak menghiraukannya.
Manik mata yang indah dengan bibir tipis itu membuat aku kembali menelan saliva ku.
Kami saling berpandangan cukup lama, dengan wajah yang semakin mendekat.
Nafas yang memburu, seakan menginginkan lebih dari pada itu.
Pria itu mulai m*lum*t bibirku dengan begitu lembutnya, aku merasakan sentuhan tangannya serta bibirnya yang begitu lembut telah membuatku terhanyut didalam sesuatu yang tidak biasa.
Hasrat yang semakin memuncak, telah membuat kami lupa diri dan melakukan hal yang seharusnya tidak terjadi.
Pria itu mulai membuka bajunya dan baju ku, dia menggendongku dan membawaku ketempat tidur.
Tanpa menunggu lama, dengan usaha yang besar sebuah benda panjang menerobos gawang kenikmatan yang memabukkan.
Suara jeritan serta desahan yang kain terdengar, dengan kasur sebagai saksi bisu malam yang panjang ini.
Keesokan harinya,
Aku menyerjapkan mata, dengan sedikit meregangkan tubuhku yang terasa sangat sakit.
Aku melihat di sekeliling kamar.
"Dimana aku" Ucapku terkejut kala menyadari keberadaan ku sekarang.
Aku mengedarkan pandanganku kepada sesosok pria yang ada di sampingku.
Aku langsung menutup mulutku dengan kedua tanganku, menatap pria yang sedang terlelap itu dengan deraian air mata.
hidupku begitu hancur, setelah mengetahui bahwa diriku sudah melakukan hal yang tidak seharusnya terjadi dalam hidupku, apalagi dalam keadaan tidak halal/ Berzina.
Aku menangis terisak, dengan sedikit menggigit bibir bawahku agar tidak mengeluarkan suara.
Sembari memungut baju-baju ku yang berserakan dilantai, dan kemudian ku kenakan kembali.
"Hemhhhhh" Pria itu menggeliat, aku menghentikan langkahku seketika dengan menutup mulutku.
Bagaimana bisa, aku meniduri seorang pria yang tidak aku kenal. Pria kejam yang ingin membunuh siapapun yang sudah menghianatinya.
Pria itu kembali meregangkan seluruh tubuhnya dengan mata yang masih terpejam, aku dengan cepat melangkah keluar dari kamar itu sebelum pria itu bangun.
Jika tidak, aku yang akan menjadi korban selanjutnya yang akan dia bunuh.
Dengan langkah yang terburu-buru, aku berlenggang pergi meninggalkan pria itu. Berlari sejauh mungkin sebelum ia mengetahui keberadaan ku.
Aku keluar dari Hotel itu melalui pintu belakang, dan pergi jauh meninggalkan Hotel itu dengan sedikit mempercepat langkahku.
Setelah merasa sudah jauh dari sana, aku sedikit berjalan melambat dengan nafas yang ngos-ngosan.
.
.
.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,,,
Jangan lupa dukung karya saya, dengan like, komen dan vote ya.
Baca juga novel Lainnya:
-Menikahi CEO Yang Kejam
-Menikah Karena Hutang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!