NovelToon NovelToon

Kelahiran Kembali Raja Legendaris

Kelahiran Kembali

"Argh...," rintih seorang pria di atas tempat tidurnya. Tubuhnya bergeliat tak berdaya, seolah mencoba melawan rasa sakit yang menyerang. Kepalanya terasa seperti hendak pecah, dihantam oleh potongan-potongan ingatan yang begitu asing, dan tak henti-hentinya mencengkeram kepalanya dengan kedua tangan, berharap rasa sakit itu akan segera mereda.

Namun, ketika kesadarannya mulai terkoyak oleh kesakitan yang menyiksa, sebuah suara melengking menyadarkannya.

"Chen Ling, apa yang kau pikirkan saat melakukan itu? Kau benar-benar kejam!" suara seorang wanita menggema di ruangan itu, dipenuhi amarah.

"Diam!" Chen Ling, yang dikenal sebagai sosok paling disegani di organisasinya, kini tampak begitu menyedihkan. Bajunya basah kuyup oleh keringat dingin, wajahnya pucat pasi seperti tak ada darah yang mengalir, dan tangannya bergetar hebat seolah tak mampu menahan rasa sakit yang terus-menerus mendera.

Wanita itu menatapnya dengan jijik, kemarahan di matanya masih membara. Setiap kata yang keluar dari bibirnya seperti racun yang menusuk ke dalam jiwa Chen Ling, namun pria itu belum sepenuhnya sadar akan apa yang terjadi padanya. Rasa sakit yang luar biasa masih mencengkeram kepalanya, seperti ribuan jarum yang menancap tanpa henti, membuatnya hampir kehilangan akal.

Hingga sesaat kemudian, rasa sakit itu mulai mereda, meninggalkan Chen Ling dalam kebingungan dan kelelahan.

Chen Ling mencoba mengingat apa yang terakhir kali ia lakukan. Saat itu, ia berada di laboratorium yang tersembunyi di sebuah pulau terpencil, mengerjakan eksperimen rahasianya yang sangat penting. Di sanalah ia meneliti bahan kimia yang bisa mengubah segalanya. Namun, pengkhianatan datang dari seseorang yang ia percayai, dan rahasia yang ia jaga dengan begitu ketat akhirnya bocor.

Dalam hitungan detik, pasukan bersenjata mengepung laboratoriumnya, mengepungnya dari segala arah. Ling, yang sudah merasakan adanya bahaya sebelum ini, telah mempersiapkan segalanya.

Dengan dingin, ia memilih untuk menghancurkan semua yang ada, daripada membiarkan eksperimennya jatuh ke tangan musuh. Ia menekan tombol detonator, meledakkan bom yang telah dipasangnya jauh sebelumnya. Bagi Ling, kematian lebih baik daripada menyerahkan hasil jerih payahnya kepada orang lain.

Namun, sekarang ia terbaring di sini, hidup. Bagaimana mungkin ia masih hidup setelah ledakan yang begitu dahsyat? Pertanyaan itu bergema dalam benaknya, membuatnya semakin bingung.

Ling menggerakkan tangannya, menggeser rambut panjang yang menutupi pandangannya. Rambut itu terasa asing, sangat panjang dan halus, seperti rambut seorang wanita. Perasaan tak nyaman menyelimutinya saat ia menyadari sesuatu yang aneh pada dirinya.

Kemudian, rasa sakit yang begitu familiar kembali menghantam kepalanya, lebih kuat dan disertai dengan serangkaian ingatan yang aneh dan tak terduga. Kilasan-kilasan memori yang bukan miliknya terus bermunculan, membuatnya semakin yakin bahwa ada yang salah.

"Sial!" Ling mengumpat pelan, matanya membelalak dalam kesadaran yang tiba-tiba menghantamnya. Tubuh ini... bukan miliknya. Ling, entah bagaimana, telah terlahir kembali dalam tubuh orang lain.

Akhirnya, Chen Ling mengalihkan pandangannya ke wanita yang berdiri di depannya.

Wanita itu begitu cantik, seolah diciptakan untuk menggoda pandangan siapa saja. Rambutnya hitam legam, panjang dan terurai bebas di punggungnya, memancarkan kilau yang menambah keanggunannya. Gaun selutut yang ia kenakan tampak begitu elegan, membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan setiap lekuk indahnya. Wanita seperti ini adalah tipe yang bisa membuat pria manapun kehilangan akal.

Namun, ekspresi kemarahan di wajahnya tak kalah kuat dengan pesonanya. Dengan nada yang dipenuhi kebencian, ia kembali meluapkan emosinya, "Mengapa kau mengurung Wuzhou di lemari pendingin? Apa kau merasa terancam karena Nyonya Chen lebih menyayangi dia? Kau memang tak pernah bisa menerima kenyataan kalau dia lebih hebat darimu!"

Chen Ling hanya menatap wanita itu dengan dingin, matanya kosong seolah tidak terganggu sedikitpun oleh kata-katanya. Wanita itu bisa memancarkan aura membunuh sebanyak yang ia mau, tetapi bagi Ling, itu hanyalah angin lalu.

Bagaimana mungkin ia, yang pernah meledakkan bom tanpa rasa takut, seorang Raja Legendaris dari Organisasi Tempur yang namanya bisa mengguncang dunia, akan gentar oleh kemarahan seorang wanita?

Ling menyeringai kecil, matanya menyipit saat ia menatap tajam ke arah wanita itu. Perlahan, potongan ingatan yang berserakan di benaknya mulai tersusun rapi, memberikan kejelasan atas apa yang sebenarnya terjadi. Ia mulai memahami situasi yang dihadapinya.

"Pergi," katanya dengan nada rendah dan tegas. Tatapan dinginnya tak berubah, memaksa wanita itu untuk berpikir dua kali sebelum menentangnya.

Wanita di depannya terlihat tercengang. Pria yang selama ini dikenal lemah dan tak berdaya, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang penuh energi. Ekspresi terkejut yang tergurat di wajahnya begitu jelas, seolah tak mampu menyembunyikan kebingungannya.

"Apa maksudmu? Kau berani bicara seperti itu padaku?" ucap wanita itu dengan nada yang dipenuhi penghinaan. Ekspresi keterkejutannya sekejap berubah menjadi senyum sinis dan ejekan.

Chen Ling tidak terlalu peduli dengan tatapan penuh kebencian yang ditujukan padanya. Namun, dalam dirinya, rasa harga diri yang telah lama terasah membuatnya tidak bisa menerima tatapan meremehkan dari siapapun. Selama ini, baik orang kecil maupun besar selalu menghormatinya, dan tak ada yang berani menantangnya dengan cara seperti ini.

Ling menatap wanita itu dengan pandangan tajam dan dingin, seperti pisau yang siap menusuk. Wanita ini, meski terlihat dewasa, tampaknya belum sepenuhnya memahami etika. Dengan tenang dan tanpa tergesa-gesa, ia berkata, "Paman Qian, tolong antar Nona ini keluar. Aku tidak ingin melihatnya lagi."

Wanita itu kembali terkejut. Perubahan sikap Ling yang mendadak dan tak terduga membuatnya bingung. Ia terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja terjadi, mencoba memahami perasaan aneh yang merayap di dalam dirinya.

Namun, ingatannya akan tujuan kedatangannya segera kembali. Tatapannya mengikuti kepergian Ling dengan penuh penghinaan, bibirnya menyunggingkan senyum sinis.

"Kau pria atau bukan? Bahkan kau lari dari masalah ini. Dasar pengecut!" suaranya dipenuhi ejekan yang tajam, namun Ling tidak memberikan reaksi apapun. Ia hanya terus berjalan dengan santai, mengabaikan provokasi itu, dan masuk ke dalam kamarnya tanpa menoleh sedikit pun.

Bagaimana bisa ia begitu tak peduli dengan kedatanganku? Lihat saja nanti, kau akan menyesal dan mengejar-ngejarku! pikir wanita itu dengan marah.

Sementara itu, Paman Qian dengan tenang dan sopan mematuhi perintah Ling. Dia tersenyum lembut dan penuh keramahan, sambil membungkuk sedikit sebagai tanda hormat, kemudian berkata, "Nona Lu, pintu keluar ada di sebelah sini."

Lu Yan menatap Paman Qian dengan dingin, meski kebenciannya terhadap Chen Ling begitu kuat, ia masih menyimpan sedikit rasa hormat untuk pria tua itu.

"Paman, mengapa Anda selalu membela Ling? Dia sudah menyakiti orang lain dan berbuat kesalahan besar. Apa Anda sudah tidak bijaksana seperti dulu? Mengapa Anda tetap memihaknya meski ia jelas-jelas salah?" tanya Lu Yan, suaranya penuh dengan ketidakpahaman dan frustrasi.

Paman Qian tetap tersenyum lembut mendengar kata-kata Lu Yan. Tatapannya beralih ke arah pintu sebelum menjawab dengan tenang, "Sebelah sini, Nona Lu."

Tanpa menambahkan apapun lagi, ia menunggu Lu Yan untuk mengikutinya, tetap menjaga sikapnya yang tenang dan hormat meski mengetahui emosi wanita itu.

Lu Yan merasa sangat kesal. Amarahnya memuncak ketika ia dipaksa keluar dari kediaman Keluarga Chen. Dengan wajah suram dan penuh kekecewaan, ia pergi, meninggalkan rumah itu dengan langkah cepat, seolah ingin melupakan semua yang baru saja terjadi.

Setelah Lu Yan pergi, ekspresi Paman Qian berubah muram. Kekhawatiran mulai menyelimuti pikirannya. Ling baru saja pulih dari kondisi yang mengkhawatirkan, namun begitu terbangun, ia langsung harus berhadapan dengan seseorang yang datang hanya untuk meluapkan kemarahan. Situasi ini jelas tidak baik bagi kesehatan fisiknya, apalagi mentalnya.

Namun, ada satu hal yang membuat Paman Qian berpikir keras dan tak bisa menyingkirkan kekhawatirannya.

Mengapa Ling, yang biasanya begitu memuja Lu Yan, tiba-tiba mengusirnya tanpa perasaan? Bukankah selama ini Ling sangat mencintai wanita itu? Bahkan, ia tidak ragu untuk terus mengejar Lu Yan meski telah berkali-kali ditolak. Cinta Ling pada Lu Yan selama ini begitu kuat, dan meski mereka telah bertunangan, Lu Yan sendiri selalu menganggapnya sebagai perjanjian yang hanya ada karena kehendak orang tua mereka.

Tapi sekarang, Ling bukan hanya mengusirnya, ia juga terlihat benar-benar tak peduli. Tatapan dingin dan sikap acuh tak acuh yang diperlihatkannya ketika berhadapan dengan Lu Yan tadi benar-benar tidak seperti Ling yang dikenal Paman Qian.

Apakah ini benar-benar Chen Ling yang sama dengan yang ia kenal selama ini? pikirnya dalam kebingungan.

Namun, Paman Qian segera menepis keraguan itu. Bagaimana mungkin cinta yang begitu kuat bisa hilang dalam sekejap? Ia merasa perlu memastikan keadaan Ling. Dengan perasaan was-was, ia memutuskan untuk naik ke kamar Ling dan memeriksa keadaannya.

Sesampainya di depan pintu kamar Ling, Paman Qian mengetuk pintu dengan hati-hati. "Tuan Muda," panggilnya dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Ia menunggu beberapa detik, tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Hati Paman Qian semakin diliputi kekhawatiran. Mungkin Ling sedang bersedih atau tertekan setelah perdebatan dengan Lu Yan tadi, pikirnya.

Setelah beberapa menit berlalu tanpa jawaban, Paman Qian mencoba lagi. Ia mengetuk pintu sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras, dan berkata dengan suara lembut, "Tuan Muda, jangan terlalu dipikirkan apa yang dikatakan Nona Lu. Semua akan baik-baik saja."

Namun, tetap tidak ada respon dari dalam kamar, membuat Paman Qian semakin gelisah. Ia berdiri di sana, merasa tak berdaya, hanya bisa berharap Ling baik-baik saja di balik pintu itu.

*

Di dalam kamar yang sederhana namun berantakan, Ling duduk di depan meja yang dipenuhi dengan berbagai barang. Sebuah komputer terletak di atas meja, sementara di sampingnya, PlayStation dan beberapa CD berserakan. Kesan pertama yang ditinggalkan adalah bahwa Ling adalah seorang penggila game.

Ling segera menuju kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang basah oleh keringat. Setelah berendam dalam air hangat untuk menenangkan pikiran, ia mengenakan pakaian yang bersih dan nyaman.

Dengan segar, Ling kembali ke meja dan mengalihkan perhatian ke cermin kecil yang terletak di dekat komputer. Ia menatap refleksinya dengan cermat. Wajahnya sempurna dalam setiap detail—tidak ada cacat yang terlihat. Matanya tajam dan hitam pekat, alisnya tebal, dan batang hidungnya tinggi, memberikan kesan tegas pada wajahnya. Giginya putih bersih seperti mutiara, dan rahangnya sangat kuat. Dengan penampilan ini, ia tidak perlu ragu untuk menyombongkan ketampanannya.

Namun, rambutnya yang panjang membuat penampilannya menjadi ambigu. Dengan wajah yang seutuhnya pria namun rambut yang terurai, ia tampak lebih seperti wanita cantik daripada pria sejati. Ling menyadari kontras ini dan segera mengikat rambut panjangnya. Ia dengan teliti menggeser setiap helai rambut yang terlepas dari ikatan, memastikan semuanya berada di tempat yang benar.

Setelah puas dengan hasilnya, Ling kembali menatap cermin, memeriksa penampilannya dengan seksama.

Ling mengenakan seragam sekolah putih abu-abu yang pas di tubuhnya. Di sudut kanan kemeja, namanya terbordir dengan rapi, sementara di sudut kiri terdapat lambang sekolah yang menandakan identitasnya. Penampilannya rapi dan teratur.

Ketika matanya secara tidak sengaja tertuju pada sesuatu yang berkilau di lehernya, Ling mengambil liontin batu giok yang tergantung pada tali hitam. Batu giok tersebut bersinar lembut di bawah cahaya, menarik perhatiannya.

Ling memeriksa liontin itu dengan penuh perhatian, ingatannya melayang kembali pada giok ajaib ini. Ia tahu bahwa giok ini memiliki kemampuan untuk meningkatkan kekuatan seseorang. Senyum dingin menyelinap di wajahnya saat ia merenungkan kekuatan tambahan yang dimilikinya.

Dengan tatapan penuh arti, Ling menatap wajah cantiknya yang terpampang di cermin. Ia memperhatikan penampilannya yang kini tampak lebih muda lima tahun dari sebelumnya.

"Lebih muda lima tahun? Sungguh menyenangkan," gumamnya sambil menopang dagunya.

Chen Ling

Ling mendengar ketukan di pintu dan mengenali suara Paman Qian. Dia pun membuka pintu dengan santai, bersandar di dinding, dan berkata dengan nada malas, "Paman Qian, apakah kau memiliki uang?"

Paman Qian tampak sedikit bingung mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ling. Meskipun penampilan pria di depannya tidak berbeda, ada sesuatu yang baru dalam diri Ling. Ia terlihat lebih berenergi, dan wajahnya pun tampak lebih tampan dibanding sebelumnya.

Setelah sejenak ragu, Paman Qian mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya dan bertanya, "Apakah ini cukup untukmu?"

Ling tersenyum lebar, "Tentu saja." Dia mengambil uang itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya tetap nyaman bersarang di saku celananya. "Aku akan kembali malam ini," ujarnya sambil melangkah pergi.

Ia melanjutkan langkahnya, melompati tangga dan langsung turun dengan cara yang sangat cekatan. Bagi Ling, menuruni tangga dengan cara biasa terasa seperti membuang-buang waktu. Gerakan yang ia lakukan begitu ringan dan elegan, bahkan terkesan sangat keren.

Di dalam hati, Paman Qian mulai bertanya-tanya, apakah Ling ini benar-benar Tuan Muda mereka?

Baru setelah beberapa langkah, Paman Qian terbangun dari lamunannya. Namun, Ling sudah cukup jauh darinya. Tanpa berpikir panjang, ia pun berteriak, "Tuan Muda, jangan bilang kau akan menemui nona Lu! Aku tahu kau pasti akan menyesal. Biarkan aku membantumu berbicara dengannya."

Ling hanya menjawab dengan malas, "Tidak," tanpa mengubah arah atau bahkan menoleh ke belakang. Melihat sikap Ling yang acuh tak acuh, Paman Qian menatapnya dengan penuh kekhawatiran dan menghela napas panjang.

Sementara itu, dengan uang yang kini ada di tangannya, Ling terus melangkah sambil mencoba merenungkan ingatannya yang samar. Dia merasa yakin bahwa dirinya sudah mati, tetapi kini ia terlahir kembali ke dalam tubuh pria muda yang memiliki nama yang sama. Perasaannya campur aduk, antara nostalgia dan harapan baru yang tiba-tiba muncul di benaknya.

Kehidupan pria ini memang cukup menarik.

Chen Ling yang asli merupakan satu-satunya pewaris Keluarga Chen yang terkenal di Kota Urban. Ia sangat dimanjakan oleh ibu dan kakeknya, sehingga hari-harinya dihabiskan hanya untuk makan dan bermain game. Kehidupannya yang santai ini membuatnya tumbuh menjadi sosok yang cenderung malas dan acuh tak acuh terhadap hal-hal di sekitarnya. Sedangkan Chen Ling yang sekarang adalah seorang Raja Legendaris di dalam Organisasi Tempur, di mana ia dikenal sebagai ahli dalam segala bidang.

Di tengah kehidupannya yang penuh kemewahan, Ling memiliki seorang tunangan. Tunangannya adalah seorang wanita yang sebelumnya memarahinya, yaitu Lu Yan, putri dari Keluarga Lu yang kaya raya.

Lu Yan adalah sosok yang tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki kekayaan melimpah serta berbagai bakat. Ia merupakan putri bungsu dari keluarga Lu yang terkemuka. Dengan segala kelebihan yang dimilikinya, popularitas Lu Yan sering kali membuatnya terlihat sombong.

Sementara itu, Chen Ling yang asli sangat terpesona oleh Lu Yan hingga bisa dibilang tergila-gila. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan besar, bagaimana mungkin Lu Yan yang begitu berbakat bisa jatuh cinta kepada sampah seperti Chen Ling?

Apalagi ketika dibandingkan dengan Luo Wuzhou, adik angkatnya. Setelah orang tuanya menyadari bahwa mereka tidak bisa memiliki anak lagi, mereka memutuskan untuk mengadopsi seorang anak yang kemudian diberi nama Luo Wuzhou. Dalam pandangan keluarga, Ling hanyalah sampah yang tidak layak diperhitungkan.

Luo Wuzhou, di sisi lain, adalah siswa yang sangat berprestasi di sekolahnya. Meskipun usianya hanya berbeda beberapa bulan dari Chen Ling, ia selalu menduduki posisi tiga besar di kelas. Wuzhou juga sangat terampil dalam dunia bisnis, sering kali diajak menghadiri jamuan makan resmi dan selalu menunjukkan etika yang sangat baik.

Dengan segala keunggulannya, wajar saja jika ia lebih layak disebut sebagai tuan muda Keluarga Chen dibandingkan dengan Chen Ling.

Sebaliknya, Ling merupakan gambaran yang sangat bertolak belakang. Ia dikenal sebagai siswa yang bodoh dan tidak memiliki pengetahuan yang cukup. Bukan hanya dalam dunia bisnis, tetapi untuk sekadar mendapatkan peringkat di sekolah pun, ia sering kali terjebak di posisi tiga terbawah. Di samping ketidakmampuannya, ia juga dikenal sebagai sosok yang suka membuat onar.

Setelah mengetahui bahwa Ling mengurung Wuzhou di dalam lemari pendingin, Lu Yan benar-benar murka. Ia tidak ragu untuk mendatangi kediaman Keluarga Chen hanya untuk memberi peringatan kepada Ling.

Menurut desas-desus yang beredar, Ling merasa sangat iri dengan Wuzhou, sehingga ia membius Wuzhou dan menempatkannya di lemari pendingin. Meskipun tidak ada yang tahu kebenaran dari kejadian tersebut, semua orang sepakat untuk menganggap Ling sebagai pelakunya.

Akibatnya, semua orang semakin membencinya, dan nama baik Ling semakin tercoreng.

Di masa lalu, hanya ada dua jenis orang yang berani mengganggu Chen Ling, yaitu mereka yang menuju kematian atau mereka yang sudah mati!

Ling kini telah sampai di salon, tempat yang pernah ia kunjungi untuk mewarnai rambutnya menjadi merah.

"Nona cantik, tolong warnai rambutku menjadi hitam," ujar Ling kepada wanita yang duduk tidak jauh dari pintu masuk.

Setelah mengucapkan permintaan tersebut, Ling duduk dengan santai dan menyilangkan kakinya. Senyumnya tampak hangat dan bersahabat, namun jika diperhatikan lebih seksama, ada aura kejahatan yang mengintai di balik senyumnya.

Wanita itu, jelas sekali, tersipu mendengar pujian Ling. Dengan nada yang agak gugup, ia menjawab, "Tuan Muda, aku juga berpendapat bahwa rambutmu akan terlihat lebih bagus jika berwarna hitam."

Ling menatapnya sejenak sambil tersenyum, dan wanita itu semakin tersipu. Sudah cukup lama Ling tidak menggoda wanita. Kemudian, ia mengalihkan pandangannya, bersandar di kursi dengan mata terpejam, menikmati suasana sekitarnya.

Dalam keheningan tersebut, Ling mulai merenungkan ingatannya. Ia berusaha memahami bagaimana ia bisa terjebak dalam tubuh ini. Apa yang terjadi pada pemilik tubuh asli? Bahkan ingatan mengenai insiden saat ia mengurung Wuzhou terasa kabur dan tidak jelas.

Saat pikirannya melayang, ia tanpa sadar meraih liontin giok kuno yang tergantung di lehernya. Ia merasa heran, mengapa liontin giok kuno yang menjadi simbol masa lalunya ini ikut terbawa ke dalam kehidupannya yang baru? Apakah ada arti di balik kehadiran liontin ini?

Wanita yang sedang mewarnai rambut Ling memperhatikan bahwa ia telah tertidur, sehingga ia berusaha sangat hati-hati saat membilas rambutnya. Sembari bekerja, wanita itu memperhatikan wajah pria tampan di depannya. Rahangnya kokoh dan tegas, namun ekspresi wajahnya lembut. Ling bahkan tampak semakin tampan ketika tertidur.

Tiba-tiba, terdengar suara keras.

"Brak!"

Seseorang mendobrak pintu salon dengan kasar, lalu tanpa ragu mengambil kursi dan duduk tepat di samping Ling. Wanita itu terkejut, tetapi segera mengenali tamu tak terduga tersebut. "Tuan Zhuo," ucapnya sambil menundukkan kepala hormat.

Zhuo Liam adalah salah satu tuan muda yang terkenal di kota, dan biasanya ia dikenal ramah. Namun kali ini, tatapan marah terlihat jelas di matanya, membuat wanita salon itu merasa sedikit gugup.

Liam menatap Ling dengan sorot mata tajam. Awalnya, ia hendak mengunjungi Wuzhou yang sedang dirawat di rumah sakit. Namun, dari kejauhan, ia melihat seorang pria berambut merah yang tampak sangat mencolok. Hanya ada satu orang di Kota Urban yang berani tampil dengan warna rambut seperti itu, yaitu Chen Ling.

“Hei, sampah!” seru Liam dengan nada mengejek, mencoba memprovokasi Ling.

“Kau bahkan tidak punya sedikit pun rasa bersalah setelah mengurung Wuzhou di dalam lemari pendingin. Apa kau tidak merasa malu masih menyebut dirimu sebagai tuan muda Keluarga Chen? Seharusnya kau malu pada dirimu sendiri dan mengakui kesalahanmu. Kalau perlu, pergilah dan mengasingkan diri!" ucap Liam dengan nada penuh amarah, melampiaskan rasa muaknya terhadap Ling.

Melihat Ling yang tampaknya tidak menunjukkan reaksi, Liam semakin kesal dan melanjutkan ucapannya, “Tunggu saja, sebentar lagi Lu Yan pasti akan memutuskan pertunangan kalian. Kau akan menyesal selamanya!”

Ling tetap tidak bergerak sedikit pun, tetap diam dengan matanya yang tertutup, membuat Liam semakin bingung. Akhirnya, Liam berdiri dan memperhatikan wajah Ling dengan lebih saksama.

Namun, ada yang berbeda. Pria yang biasanya terlihat lemah dan tak berdaya kini memiliki aura yang sangat tegas dan kuat. Bahkan Liam merasa ada sesuatu yang mengintimidasi dan membuatnya sedikit gentar.

Ling, yang merasa terganggu oleh kebisingan itu, perlahan membuka matanya. Pandangannya masih terlihat mengantuk, dan matanya sedikit berair. Ia baru saja menikmati tidurnya yang lelap.

Kemudian, ia menyeringai dengan senyuman yang dingin dan kejam. "Kau membicarakan Tuan Muda Chen? Itu harusnya aku," ucapnya dengan nada santai.

Mendengar itu, tubuh Liam langsung membeku. Pria di depannya terasa begitu berbeda. Meski wajahnya masih sama, aura yang dipancarkannya sangatlah berbeda, membuat Liam merasa ditekan dan tidak nyaman.

Jika dulu, orang akan sangat malas melihat wajahnya. Namun apa ini? Pria tampan darimana ini? Bahkan Liam pun mengakui ketampanannya.

Liam tak percaya. Ini mungkin bukan Chen Ling. Chen Ling yang selama ini ia kenal adalah sosok yang malas, tidak berkarisma, sering berbuat onar, dan dianggap sebagai sampah. Lalu, bagaimana bisa dia memiliki kharisma seperti ini?

Dengan suara yang sedikit bergetar, Liam akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “K-kau benar-benar Chen Ling?”

Tak Peduli

Ling mengalihkan pandangannya, membuat ekspresi kejam di wajahnya tak terlihat oleh Liam.

"Apa kau akan ke rumah sakit?" tanya Ling dengan nada yang tenang dan santai.

"Iya," jawab Liam, nyaris tanpa berpikir.

"Tunggu aku," Ling berkata lagi, kali ini dengan nada perintah yang halus namun tak terbantahkan.

Masih dalam kondisi seperti tersihir, Liam hanya mengangguk kecil, lalu berjalan ke ruang tunggu. Ia duduk sambil memainkan ponselnya. Setelah beberapa saat, ia tersentak.

Bagaimana bisa ia begitu saja menuruti perkataan Ling? Bahkan, ia menunggu dengan tenang tanpa protes, seolah ini adalah hal yang wajar. Namun, rasa ingin tahunya lebih besar dari kebingungannya, sehingga ia tetap duduk di sana dengan sabar.

Liam mencuri pandang ke arah Ling yang tampak kembali tertidur di kursinya. Garis wajah Ling terlihat begitu tegas, hampir memancarkan kewibawaan yang secara alami membuat orang segan. Ling ini tampak sangat berbeda dari dirinya yang dulu.

Setelah hampir satu jam, Ling akhirnya selesai. Ia bangkit dari kursi, membayar biaya salon, lalu berjalan keluar. Liam, seakan terhipnotis, mengikuti Ling tanpa protes. Mereka melangkah ke arah mobil Liam, sampai tiba-tiba Liam sadar dan berhenti, menatap Ling dengan tatapan penuh kecurigaan dan kebencian.

“Ling, apa yang kau lakukan? Apa kau benar-benar punya nyali untuk bertemu Wuzhou? Kalau aku jadi kau, aku sudah menghilang dari muka bumi ini,” serunya dengan nada mengejek dan sinis. “Kau pikir kau masih pantas menyebut dirimu sebagai Tuan Muda dari Keluarga Chen?”

Ling mendekat dan tanpa peringatan, meraih kerah Liam, mengangkatnya dengan mudah. Liam terkejut dan berusaha melepaskan diri dari genggaman itu, tetapi cengkraman Ling begitu kuat. Rasa sakit mulai terasa di lehernya, dan ia mendapati suaranya bergetar.

Tatapan Ling menjadi semakin tajam saat dia berkata dengan nada dingin, "Apakah kau melihat langsung aku mengurungnya? Kalau aku benar-benar ingin membunuhnya, ada seribu cara yang bisa kugunakan. Apa kau pikir aku akan melakukan hal yang serendah itu?" Nada suara Ling terdengar santai, namun ketenangannya justru membuat Liam terpaku, membuat bulu kuduknya merinding.

Di masa lalu, mungkin Liam akan langsung membalas atau menantangnya. Namun, kali ini, keberanian dan kekuatannya seakan lenyap dalam sekejap.

Saat itu, sopir Liam yang mendengar keributan di luar, keluar dari mobil dan mendekati mereka. Melihat kemunculan sopir, Ling perlahan melonggarkan cengkeramannya. Sopir itu langsung tercengang melihat tuan mudanya terlihat berantakan, rambutnya kusut dan wajahnya merah akibat tekanan di lehernya.

Dengan senyum lembut, Ling menatap sopir itu. Ekspresi hangat dan ramah yang ditunjukkan Ling seolah menutup semua kekerasan yang baru saja terjadi. Tatapan sopir tersebut menjadi ragu, terlebih lagi dengan penampilan Ling yang rapi dan berwibawa, sulit dipercaya bahwa dia baru saja bertindak kasar.

“Oh, kami hanya bercanda, Tuan Muda Zhuo dan aku sedang bermain-main saja,” ucap Ling dengan suara tenang sambil tersenyum.

Sopir itu mengangguk, tampak lebih percaya dengan ucapan Ling daripada ekspresi wajah tuan mudanya. Dalam pikirannya, Ling masih ia kenal sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya, bukan seseorang yang bisa mengalahkan tuan mudanya yang tangguh. Tanpa curiga, ia pun kembali ke dalam mobil.

Setelah sopirnya pergi, Liam kembali menatap Ling dengan bingung. Tatapan mata Ling yang cerah, tenang, dan tegas membuatnya menyadari bahwa selama ini Ling hanya berakting, menyembunyikan sisi dirinya yang sebenarnya. "Apa kau benar-benar tidak mengurung Wuzhou?” tanyanya dengan suara pelan, kali ini dengan nada lebih hati-hati, seolah takut mengundang kemarahan Ling.

Meskipun Ling dikenal sebagai sampah, hubungan antara Keluarga Chen dan Keluarga Zhuo sebenarnya cukup dekat. Namun, Liam sendiri sebenarnya tidak terlalu mengenal Ling. Penilaiannya tentang Ling hanya didasarkan pada gosip dan omongan teman-temannya yang menganggap Ling sebagai orang tak berguna.

Memang, Liam pernah beberapa kali menyaksikan Ling terlibat dalam masalah, membuat onar di sana-sini. Tetapi saat melihat sikap Ling yang sekarang, ia merasa ada sesuatu yang sangat berbeda, aura baru yang membuatnya takjub sekaligus waspada.

Di sisi lain, Wuzhou adalah sosok yang disukai semua orang. Ia bukan hanya berbakat, tetapi juga terkenal ramah dan memiliki banyak teman. Karena sifatnya yang begitu menyenangkan dan reputasi akademiknya yang mengesankan, tak heran jika banyak orang ingin berteman dengannya.

Terlebih lagi, Wuzhou dikabarkan akan mewarisi bisnis besar milik Keluarga Chen, sehingga banyak orang tua mendorong anak-anak mereka untuk mendekati Wuzhou demi kesempatan koneksi bisnis yang menjanjikan. Semua ini membuat Ling semakin terlihat buruk di mata orang-orang sekitar, dan rumor tentang dirinya yang mengurung Wuzhou di lemari pendingin menjadi lebih mudah dipercaya.

Ling menatap Liam dengan pandangan dingin dan berkata dengan suara rendah yang mengandung ancaman, “Apa kau ingin aku menunjukkan metode yang lebih kejam lagi?”

Seketika, Liam tersentak sadar. Mengingat kekuatan Ling yang baru saja dia rasakan, tidak mungkin Ling menggunakan cara yang begitu sederhana seperti mengurung Wuzhou tanpa meninggalkan luka serius. Dalam sekejap, Liam merasa tak yakin lagi dengan rumor yang beredar.

“Pak, tolong antar kami ke rumah sakit sekarang,” ucap Liam pada sopirnya. Ia menghela napas, memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dari masalah Ling. Kepalanya berdenyut memikirkan segala kerumitan yang tak terduga ini.

Saat mereka tiba di rumah sakit, Ling mengikuti Liam dari belakang dengan langkah santai, sambil sesekali memainkan ponselnya dengan malas. Mereka melangkah menuju lift khusus.

Wuzhou dirawat di salah satu kamar VVIP, ruangan yang sangat istimewa dan terletak di lantai atas rumah sakit. Di tempat ini, semakin tinggi letak ruangan, semakin eksklusif dan penting status pasien yang menempatinya.

Ruangan ini tidak untuk sembarang orang, hanya kalangan tertentu yang memiliki akses ke sini—pejabat tinggi, pengusaha besar, dan beberapa individu penting lainnya yang rela membayar lebih untuk kenyamanan dan privasi yang maksimal. Bahkan, seringkali ruangan-ruangan ini dipakai oleh orang-orang berpengaruh hanya untuk beristirahat sejenak dari rutinitas kerja yang menumpuk dan melelahkan.

Selain itu, ruangan ini hanya bisa dicapai menggunakan lift khusus. Dan di tempat ini lah mereka berada sekarang.

Saat pintu lift hampir menutup, tiba-tiba terbuka kembali, dan dua wanita elegan melangkah masuk. Wajah mereka begitu memesona, setiap lekuknya sempurna, bak karya seni yang halus.

Penampilan mereka yang anggun dan pakaian mereka yang berkelas jelas menunjukkan bahwa mereka bukan orang biasa. Tubuh mereka ramping dan kulit mereka sehalus giok, memberikan kesan mewah dan berharga.

Melihat siapa yang masuk, Liam yang awalnya kaku seketika menunjukkan ekspresi terhormat. Ia membungkukkan tubuhnya sedikit sambil berkata dengan nada penuh hormat, "Nona Yu." Sebuah senyuman lebar menghiasi wajahnya.

Wanita yang disapanya adalah Yu Bin, sosok terkenal di kalangan atas Kota Urban. Siapa yang tak kenal dengan Yu Bin? Ia adalah cucu kesayangan Tetua Yu, seorang tokoh besar yang memiliki kedudukan tinggi dalam kemiliteran, meskipun tak lagi memegang jabatan formal.

Karena pengabdian yang luar biasa dari Keluarga Yu selama puluhan tahun, mereka dihormati oleh semua orang di Kota Urban, bahkan posisinya bisa dikatakan setara dengan walikota, atau mungkin lebih mulia. Dengan kedudukan keluarganya yang begitu terhormat, tak heran Liam menjaga setiap tindakannya dan bersikap sopan agar tidak menyinggungnya.

Yu Bin membalas sapaan Liam dengan anggukan sopan dan sebuah senyum, lalu melangkah masuk. Ia memberi isyarat kepada wanita di belakangnya untuk ikut masuk, dan bahkan sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat.

Liam melihat ini dengan penuh kebingungan. Mengingat status Yu Bin yang begitu tinggi, jarang sekali ia memperlihatkan sikap menghormati orang lain dengan sedemikian rupa.

Kemudian masuklah seorang wanita lain yang juga memancarkan pesona anggun nan memikat. Wajahnya tak kalah menawan, tubuhnya serupa dengan giok yang halus dan indah. Gaunnya yang elegan melingkupi lekuk tubuh rampingnya dengan sempurna, memancarkan aura kecantikan yang memukau. Dengan kaki jenjang yang terekspos secara elegan, setiap pria yang melihatnya pasti terpesona.

Wanita itu melangkah dengan penuh percaya diri. Di tangannya terdapat iPad yang ia gulirkan dengan santai, memperlihatkan sisi profesionalnya. Sekilas terlihat seperti ia tengah memeriksa dokumen-dokumen penting, menunjukkan bahwa dirinya bukan sembarang orang—barangkali seorang eksekutif di sebuah perusahaan besar.

Dia terlihat anggun dan mulia pada saat bersamaan.

Sesampainya mereka di lantai VVIP, Yu Bin dan wanita itu melangkah keluar terlebih dahulu. Sebelum mengikuti, Liam kembali membungkuk hormat kepada Yu Bin. Sementara itu, Ling hanya mematikan ponselnya dan mengikutinya keluar, tanpa memberikan lirikan sekilas pun pada mereka.

Yu Bin menatap ke arah Ling yang berlalu tanpa memberi perhatian sedikit pun pada mereka, dan dengan nada tidak percaya, ia berbisik, “Apakah dia benar-benar mengabaikan kita begitu saja?”

Ia mendesah singkat dan melanjutkan, “Mengabaikanku masih bisa dimaklumi. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa menahan diri untuk tidak melirik padamu?”

Meskipun Yu Bin bukan orang yang suka menarik perhatian, dia selalu menyadari kehadirannya pasti menarik perhatian banyak orang. Maka, ketika ada seseorang yang tidak memedulikannya, rasa ingin tahunya pun tergugah.

Wanita di sampingnya hanya tersenyum tipis, masih asyik memeriksa dokumen di iPad-nya. Tanpa melepaskan pandangannya dari layar, ia akhirnya mengangkat wajah dan berkata dengan tatapan dingin yang tajam, “Dia dari Keluarga Chen, bukan?”

“Betul sekali,” sahut Yu Bin dengan nada datar. “Salah satu keluarga besar di Kota Urban. Sayangnya, calon ahli warisnya benar-benar mengecewakan. Tidak sebanding dengan adik angkatnya yang dikenal berbakat. Bahkan, setelah melihatnya langsung, aku jadi sadar bahwa semua rumor itu benar adanya. Tidak ada yang dilebih-lebihkan atau dikurangi—adik angkatnya jauh lebih unggul darinya.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!