Di bagian selatan kekaisaran Wei, tepatnya di kota Teratai merupakan salah satu kota kecil kekaisaran yang ramai oleh penduduk.
Mayoritas kota Teratai sendiri di dominasi oleh kalangan masyarakat biasa, kalangan pendekar, dan 3 Klan besar yang hidup berdampingan di kota kecil itu.
Walaupun tidak jarang terjadi konflik antara ketiga Klan besar, baik masalah perdagangan masalah pribadi antara anggota Klan, atau masalah melahirkan bakat beladiri.
Demi menjaga kedamaian antar Klan, ketiga Klan besar itu sepakat untuk membuat kompetisi kedewasaan setiap tahun untuk melihat bakat-bakat muda dari masing-masing Klan.
Karena keterbatasan sumber daya, kemampuan para pendekar di kota kecil ini tidaklah terlalu besar seperti yang ada di kota-kota besar lainnya.
Klan Ling merupakan salah satu Klan besar yang tinggal di kota Teratai. Klan Ling sendiri dipimpin oleh ketua Klan bernama Ling Han yang memiliki kekuatan pendekar jiwa puncak atau pendekar jiwa bintang 9.
Sedangkan 2 Klan lainnya adalah Klan Li dan juga Klan Chu. Walaupun ketua dari masing-masing Klan ini juga memiliki kekuatan pendekar jiwa, namun kekuatan dari keduanya masih tidak dapat dibandingkan dengan Ling Han, karena keduanya baru saja menerobos tingkatannya itu.
Kediaman Klan Ling.
Kediaman seorang tetua Klan Ling bernama Ling San, terdengar suara tangisan seorang bayi yang baru lahir.
Saat kelahirannya, bayi kecil itu mengeluarkan semacam aura panas yang membara dan membuat tabib yang membatu persalinan tidak dapat menyentuh bayi kecil itu.
Ling San yang merupakan ayah dari bayi yang baru lahir itu masuk kedalam ruangan dan melihat kejadian itu hanya terdiam dan terpaku.
"Apa yang terjadi pada istri dan anakku?" Tanya Ling San pada salah satu tabib yang membatu persalinan anaknya.
"Maaf tetua, saat ini anak anda telah lahir dengan keadaan anak dan ibunya selamat, namun setelah kami memotong tali pusar anak anda tiba-tiba saja keluar aura panas dari dalam tubuhnya dan kami tidak dapat menahannya." Jawab salah satu dari tabib itu.
Sementara itu istri dari Ling San bernama Ling Yue yang tersadar hanya bisa menangis melihat keadaan bayi kecil yang baru saja ia lahir kan dikelilingi oleh hawa panas yang membara.
"Putraku!! hiks hiks hiks." Teriakannya sambil menangis tersedu-sedu.
Karena tidak tega melihat istrinya menangis dan juga bayinya laki lakinya yang dikelilingi oleh aura panas yang membara, Ling San lantas menggunakan tenaga dalamnya untuk menekan aura panas itu.
Dengan sekuat tenaga dan kekuatan yang dia miliki, Ling San mencoba dan berusaha keras menekan aura panas itu.
"Suamiku, apa yang sedang kau lakukan? kau bisa mencelakai putra kita." Ling Yue mencoba menghentikan tindakan suaminya.
"Itu tidak akan terjadi sayang, aku hanya berusaha menekan aura panas ini dari putra kita." Ucap Ling San yang kini berusaha keras menekan aura panas yang keluar dari dalam tubuh putranya.
Tetapi bukannya berhasil menekan hawa panas yang mengelilingi putranya hawa panas itu malah semakin meningkat dan membesar.
Ling San yang menyadari itu menambah tenaga dalam yang dia miliki untuk menekan hawa panas itu. Akan tetapi semakin ia menambahkan tenaga dalam, hawa panas yang mengelilingi putranya malah semakin meningkat.
Dengan sisa tenaga dalam yang dia miliki Ling San terus menekan aura panas itu, tetapi bukannya berhasil menekan aura panas itu Ling San malah terkena serangan balik dari kekuatannya hingga terpental kebelakang dan terbentur di tembok rumahnya.
"Suamiku, kau tidak apa-apa?" Melihat suaminya terpental dan terbentur Ling Yue sangat terkejut dan khawatir.
"Aku tidak apa-apa Yue'er, kau tenang saja." Jawabnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada putraku, hawa panas yang mengelilinginya begitu kuat, bahkan setelah aku menggunakan semua tenaga dalam yang kumiliki untuk menekannya, aku malah terkena serangan balik dari kekuatanku sendiri." Batinnya sambil menggertakkan giginya.
Sementara itu aura panas yang tadinya masih mengelilingi bayi kecil yang baru saja lahir itu perlahan memudar dan mengecil, lalu membentuk sebuah tanda lahir berbentuk api berwarna biru di bahu kanan bayi kecil itu.
Melihat hawa panas yang mengelilingi putranya sudah menghilang, Ling San dan Ling Yue bersama tabib yang membatu persalinannya akhirnya bisa bernafas lega dan tersenyum.
Ling San yang tadinya terpental kini kembali berdiri dan perlahan menuju tempat dimana putranya berbaring.
"Syukurlah tidak terjadi apa-apa pada putra kita Yue'er." Ling San menggendong putra kecilnya dan duduk di samping istrinya berbaring.
Ling Yue yang melihat keadaan putra kecilnya baik-baik saja merasa terharu sekaligus bahagia.
"Anakku yang tampan aku sudah mempunyai nama yang bagus untuk mu, mulai hari ini karena kau berasal dari keluarga Ling, aku akan memanggilmu Ling Yan." Ucap Ling San yang saat ini tengah menggendong putra kecilnya itu.
Bayi kecil yang baru saja diberi nama Ling Yan itu terlihat tersenyum seakan menyukai nama yang diberikan oleh ayahnya.
Ling San yang menyadari sebuah tanda lahir berbentuk api berwarna biru di bahu kanan putranya mengingat kejadian sebelumnya.
"Tanda lahir ini terbentuk dari aura panas yang mengelilingi putraku, aku harus merahasiakan kejadian ini dari siapapun, walaupun itu adalah anggota Klan ku sendiri." Batin Ling San.
Tidak ada satu orangpun yang melihat kejadian setelah kelahiran Ling Yan selain para tabib dan keduanya karena putra dari keduanya lahir di tengah malam pada saat seluruh anggota Klan sudah tertidur.
Ling San juga memberitahu kepada para tabib agar merahasiakan kejadian itu, Ling San bahkan memberikan masing-masing 100 keping emas kepada ketiga tabib-tabib itu untuk menutup mulut mereka.
"Aku ingin kalian merahasiakan kejadian yang kalian lihat sebelumnya, jika ada yang mengetahuinya selain kalian maka kalian bertiga tau sendiri konsekuensinya." Ancamnya.
"Baik tetua Ling San, kami akan menganggap seperti tidak melihat kejadian apa-apa saat persalinan." Ucap ketiganya bersamaan.
"Bagus, aku harap kalian bisa merahasiakan semua ini." Ling Yan lalu memberikan 100 keping emas kepada masing-masing tabib itu dan menyuruh mereka pergi.
Setelah menerima keping emas yang diberikan kepada mereka, ketiga tabib itu pamit undur diri dan kembali ke kediamannya masing-masing.
Setelah kepergian ketiga tabib itu, Ling Yue yang merasa penasaran dengan tanda lahir berbentuk api biru di bahu kanan putranya bertanya kepada suaminya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada putra kita sebelumnya, mengapa tanda lahir api biru di bahu kanan anak kita terbentuk dari aura panas tadi." Tanya Ling Yue pada suaminya.
"Aku juga tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada putra kita Yue'er, bahkan dengan seluruh tenaga dalam yang aku miliki, aku tidak dapat menekan hawa panas yang mengelilingi putra kita tadi, malah aku terkena serangan balik dari kekuatanku sendiri." Jawabnya dengan nada bicara yang sedikit tertahan.
"Tetapi aku memiliki firasat bahwa anak kita sepertinya memiliki kekuatan yang terpendam di dalam dirinya, dan jika memang itu benar adanya, maka anak kita mungkin akan menjadi salah satu pendekar yang sangat kuat dimasa depan." Ucap Ling San dengan tubuh sedikit bergetar.
12 tahun kemudian
Ling Yan kecil anak dari seorang tetua Klan Ling sekarang sudah berumur 12 tahun. Biasanya anak-anak seusianya sekarang sudah mulai melakukan kultivasi dan memiliki kekuatan pendekar pemula tergantung dari bakat mereka masing-masing.
Dari bakat yang biasa saja misalnya sekarang ini sudah memiliki kemampuan pendekar pemula bintang 5 atau bintang 6, Sedangkan bagi anak yang jenius akan memiliki kemampuan diatasnya.
Tetapi lain halnya dengan Ling Yan, di usianya yang sekarang dia masih tidak mampu menerobos tingkat ketiga, padahal sudah sejak lama ia berada di tingkatan itu.
Sudah berbagai macam cara dilakukan oleh Ling Yan untuk menerobos tingkatannya itu, baik dengan menggunakan teknik pengumpulan tenaga dalam bahkan dengan bantuan dari sumber daya sekalipun.
Namun tetap saja ia tidak dapat naik ke tingkat selanjutnya. Yang membuat Ling Yan heran adalah setiap tenaga dalam yang dia kumpulkan untuk mencoba menerobos tingkatannya, ia merasa seperti tenaga dalam itu menghilang tanpa jejak entah kemana perginya.
Tahapan pendekar :
Pendekar pemula
Pendekar petarung
Pendekar perunggu
Pendekar perak
Pendekar emas
Pendekar berlian
Pendekar jiwa
Pendekar raja
Pendekar senior
Pendekar Suci
Setiap tingkatan memiliki 9 tahapan masing-masing.
Di belakang kediaman Klan Ling ada sebuah bukit yang biasanya menjadi tempat favorit bagi Ling Yan untuk melepaskan beban fikirannya.
Disebuah pohon besar yang tinggi diatas bukit, terlihat seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun sedang berbaring diatas dahan pohon sambil menggigit buah apel yang baru ia petik.
Setelah memakan habis apel ditangannya dia menghembuskan nafas panjangnya. Anak itu adalah Ling Yan, anak dari tetua Klan Ling bernama Ling San.
"Haihh aku ini memang tidak bisa diandalkan, aku sudah berusia 12 tahun tapi masih saja belum bisa menerobos kultivasi pendekar pemula bintang 3." Ucapnya lesu.
"Sebenarnya apa yang terjadi denganku, padahal waktu usiaku yang menginjak 8 tahun aku adalah anak pertama Klan Ling yang menembus kultivasi pendekar pemula bintang 3." Ucapnya.
"Tetapi pada saat aku ingin menerobos ke tingkat selanjutnya, mengapa seluruh tenaga dalam yang aku kumpulkan tiba-tiba menghilang begitu saja." Pikirnya.
Setelah lama memikirkan apa yang membuat tenaga dalamnya menghilang, Ling Yan mulai frustasi dan mulai berteriak sekeras-kerasnya.
"Aaaa!!!!!!!" Ling Yan berteriak sekeras-kerasnya mengeluarkan seluruh beban di dalam pikirannya.
Karena kemampuannya yang tidak kunjung berkembang, Ling Yan yang sekarang ini sering disebut sebagai sampah Klan Ling.
Berbagai hinaan dan cacian terus ia rasakan dari waktu ke waktu, bahkan teman semasa kecilnya yang memiliki hubungan baik dengannya perlahan menjauh darinya.
Hanya kedua orang tuanya sajalah yang terus menyemangati dan mendukung dirinya agar tidak menyerah dan terus mencoba.
"Aaaaa!! mengapa hal ini harus terjadi padaku! tuhan memang tidak adil." Teriakannya sambil menggerutu menghadap ke langit yang biru.
Namun karena tidak dapat menjaga keseimbangannya dengan baik, Ling Yan terpeleset dari dahan pohon dan berakhir jatuh kebawah dengan posisi terduduk.
"Aduh, tuhan memang sangat tidak adil padaku, bahkan aku juga dibuat jatuh dari atas pohon." Ucap Ling Yan yang menggerutu sambil memegangi pantatnya yang sakit.
Karena merasa bosan diatas bukit Ling Yan memutuskan untuk pulang ke rumahnya, namun saat perjalanan kembali ke rumahnya, ia bertemu dengan seorang anak dari salah satu tetua Klan Ling bernama Ling Feng beserta beberapa anak buahnya.
"Hoho, bukankan ini adalah anak dari tetua pertama, si sampah Klan Ling." Ucap Ling Feng dengan nada bicara yang mengejek.
Semua anak yang ikut bersama Ling Feng tertawa bersama menertawakan Ling Yan. Sementara itu Ling Yan yang ditertawakan oleh mereka hanya diam dan menunjukkan kepalanya sambil berjalan meninggalkan mereka.
Melihat perkataannya diacuhkan oleh Ling Yan, Ling Feng lantas menghadangnya.
"Hei sampah keluarga, beraninya kau tidak menyapaku seorang jenius keluarga Ling ini, cepat berlutut di hadapanku." Ucapnya dengan nada bicara yang sombong.
Ling Feng adalah anak dari tetua kedua Klan Ling bernama Ling Yuan dan merupakan anak jenius no 1 di Klan Ling.
Dengan bantuan sumberdaya dari keluarganya, Ling Feng berhasil menerobos ke tingkat pendekar pemula bintang 7 di usianya yang menginjak 12 tahun.
Akan tetapi dia memiliki sikap yang sombong dan seenaknya, dan Ling Yan merupakan salah satu anak yang selalu di buli olehnya dan teman-temannya.
Tiba-tiba seorang anak buah Ling Feng mengatakan sesuatu.
"Tuan muda Feng, jangan mengganggu saudara Yan," Katanya seakan membela Ling Yan.
"Nanti dia menangis dan pulang lalu mengadukan kita kepada ibunya Hahahaha." Setelah mengatakan itu mereka semua tertawa terbahak-bahak.
Mendengar perkataan itu Ling Yan sangat marah didalam hatinya, namun apalah daya, dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan mereka.
Dengan sekuat tenaga Ling Yan menahan amarah yang bergejolak didalam hatinya, terlihat ia menggenggam erat kepalan tangannya sendiri sampai urat syaraf nya timbul.
Setelah amarahnya sedikit mereda Ling Yan kembali mengangkat kepalanya dan mengatakan.
"Maaf tuan muda Feng, aku tidak memiliki urusan apapun dengan mu." Ucapnya lalu kembali berjalan menuju kediamannya.
Merasa di acuhkan oleh Ling Yan, Ling Feng kini tersulut emosi dan amarah yang sangat menggebu gebu.
"Seandainya saja kau bukan anak dari tetua pertama, kau pasti sudah mati di tangan ku, kau lihat saja, jika bertemu di upacara kedewasaan Klan nanti aku akan menghajar mu sampai kau berlutut minta ampun padaku." Gerutunya.
Setelah mengatakan itu Ling Feng beserta anak buahnya pun berlalu pergi dari tempat itu.
Upacara kedewasaan Klan Ling adalah sebuah kompetisi untuk menguji kemampuan generasi muda yang bertujuan untuk melihat bakat-bakat beladiri yang akan diseleksi untuk ikut pada kompetisi kedewasaan antar tiga Klan di kota Teratai.
Sesampainya di rumah, Ling Yan menemukan ibunya sedang memasak makanan kesukaannya di dapur dan ayahnya yang sedang duduk di ruang tengah.
Ayah Ling Yan yang menyadari kepulangan putra satu-satunya itu lantas memanggilnya masuk dan menyuruhnya duduk disebelahnya.
"Yan'er kau sudah pulang ternyata, kemarilah, ada sesuatu yang ayah ingin bicarakan denganmu." Ucap Ling San.
Ling Yan yang di panggil oleh ayahnya langsung berjalan mendekat dan duduk disampingnya.
"Ling Yan ayah ingin mewariskan sebuah jurus tingkat tinggi padamu." Ucap Ling San.
"Ayah, aku bahkan belum bisa menerobos masuk ke tahap pendekar pemula bintang 4, mengapa ayah ingin mewariskan sebuah jurus padaku sekarang." Tanya Ling Yan pada ayahnya dengan senyuman pahit yang terukir di wajahnya.
"Yan'er, setidaknya kau bisa mempelajari teknik ini terlebih dahulu, ayah yakin dan percaya, kau pasti bisa menerobos tingkatan itu tidak lama lagi." Ucap Ling San meyakinkan.
"Mengapa ayah begitu yakin padaku." Ling Yan bertanya dengan nada bicara yang bergetar sambil menundukkan kepalanya.
"Karena kau adalah anak ayah, dan ayah percaya padamu." Jawab Ling San meyakinkan ayahnya.
Mendengar perkataan ayahnya Ling Yan langsung memeluk ayahnya dengan erat seakan tak mau melepaskannya, dia sangat bahagia dengan semua itu, walaupun orang-orang di Klannya hanya menganggap dia sebagai sampah, tetapi kedua orang tuanya tidak pernah memperlakukan dia seperti itu.
Ling San lalu memberikan jurus tingkat tinggi yang bernama jurus Seribu Pukulan Angin kepada Ling Yan.
"Ayah, bukankah ini adalah jurus yang menggunakan elemen angin, bagaimana aku bisa mempelajari teknik ini, aku kan hanya memiliki elemen api." Ling Yan bertanya sambil memasang wajah bingung menatap lekat wajah ayahnya yang saat ini sedang tersenyum padanya.
Ling San lalu memberikan jurus tingkat tinggi yang bernama jurus Seribu Pukulan Angin kepada Ling Yan.
"Ayah, bukankah ini adalah jurus yang menggunakan elemen angin, bagaimana aku bisa mempelajari teknik ini, aku kan hanya memiliki elemen api." Ling Yan bertanya sambil memasang wajah bingung menatap lekat wajah ayahnya yang saat ini sedang tersenyum padanya.
"Ling Yan, ini memang merupakan jurus elemen angin tingkat tinggi milik ayah, ayah mendapatkan jurus ini dari guru ayah dulu yaitu ketua sakte sebelumnya, walaupun jurus ini adalah jurus elemen angin tapi ayah yakin kau pasti bisa mengembangkan jurus ini hingga dapat digunakan olehmu." Jawab Ling San meyakinkan putranya itu.
"Sebegitu yakinkah ayah padaku, aku bahkan belum bisa naik ke tingkat ke 4, mengapa ayah bisa begitu yakin." Tanya Ling Yan pada ayahnya.
"Sudahlah Yan'er, aku percaya kau pasti bisa melakukannya." Jawab Ling San.
"Baiklah ayah, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga." Ucap Ling Yan yang bertekad di dalam hati.
*****
Keesokan harinya
Ling Yan yang terlebih dahulu sudah sarapan, kini ia pagi-pagi sekali menuju perpustakaan Klan Ling untuk meminjam beberapa buku.
Sesampainya di perpustakaan, ia bertemu dengan seorang penjaga perpustakaan bernama Ling Haotian.
Ling Haotian sendiri adalah salah satu tetua Klan Ling yang bertugas menjaga perpustakaan Klan dan memiliki kekuatan pendekar berlian tingkat 5.
Ling Haotian sendiri memiliki pribadi yang ramah dan baik hati, dia adalah satu-satunya orang Klan Ling selain orang tua Ling Yan yang bersikap baik pada Ling Yan.
"Selamat pagi tuan muda Ling Yan, apakah kau datang kemari untuk meminjam beberapa buku." tanyanya sopan.
"Pagi paman Hao, apakah aku boleh meminjam beberapa buku disini." Ling Yan menanggapi pertanyaan Ling Haotian dengan pertanyaan.
"Tentu saja tuan muda, selama anda bisa menunjukkan kartu identitas sebagai anggota Klan, anda bisa meminjam buku-buku yang ada disini." Jawabnya ramah.
Ling Yan lalu memberikan lencana yang merupakan identitas miliknya kepada Ling Haotian. Ling Haotian lantas menerima lencana itu dan memeriksanya.
"Terimakasih tuan muda, ini lencana anda, kau dapat mengakses lantai satu dan dua saja, dan selain kedua lantai itu tidak boleh." Ucap Ling Haotian mempersilahkan Ling Yan.
"Aku mengerti paman Hao, terimakasih telah mengizinkanku." Ucapnya sambil berjalan masuk kedalam perpustakaan.
Saat berada di dalam perpustakaan, Ling Yan secara tidak sengaja bertemu dengan teman masa kecilnya Ling Mei.
Terlihat Ling Mei sedang membaca sebuah buku di atas meja bersama kedua teman perempuannya.
Ling Mei yang menyadari kedatangan Ling Yan di dekatnya langsung mengajak teman-temannya untuk pergi dari perpustakaan.
"Ling Yu, Ling Ling ayo kita pergi, aku tidak ingin membaca di perpustakaan ini jika sampah ini masih berada di sini." Ucapnya sambil pergi bersama kedua temannya.
Ling Mei yang merupakan anak dari ketua sakte Ling Han juga merupakan salah satu jenius Klan Ling yang memiliki kemampuan pendekar pemula bintang 7 sama seperti Ling Feng, naman kekuatannya masih belum stabil karena baru naik ke tingkatan itu 2 hari yang lalu.
Sebenarnya hubungan antara Ling Yan dan Ling Mei sangat dekat saat mereka masih berusia 5 tahun, namun karena pengaruh keluarga serta bakat Ling Yan yang biasa saja, hubungan mereka menjadi senggang dan perlahan Ling Mei mulai menjauh dari Ling Yan.
Setelah sepeninggal Ling Mei dan kedua temannya, Ling Yan hanya bisa tersenyum sinis melihat keduanya pergi dari sana.
"Hahaha!! bahkan Ling Mei yang sudah aku anggap sebagai adikku sendiri sudah pergi menjauhiku, nasibku memang sangat malang, Hahahaha." Ling Yan tertawa sinis meratapi nasibnya.
"Aku harus menjadi kuat agar bisa mendapatkan pengakuan dari Klan ku dan juga membanggakan kedua orang tuaku." Batinnya.
Ling Yan lalu berjalan naik menuju lantai 2 perpustakaan dan memilah-milah buku yang ada di sana.
Setelah memilah buku beberapa saat, akhirnya Ling Yan menemukan sebuah buku yang berhasil menarik perhatiannya.
Terlihat diatas buku itu tertulis sebuah judul bernama menembus tingkatan, namun setelah membaca isinya Ling Yan hanya bisa menghela nafasnya karena tidak menemukan apa yang menyebabkan dirinya tidak dapat menembus tingkatannya saat ini.
Dia lalu menyimpan buku itu lagi di tempat sebelumnya dan kembali memilah-milah buku yang ada di rak sebelah.
Setelah beberapa saat Ling Yan akhirnya memutuskan untuk meminjam dua buku yang masing-masing berjudul dasar pelatihan dan pelatihan tenaga dalam.
Ling Yan berpikir daripada mencari penyebab ia tidak dapat menerobos tingkatannya, lebih baik ia mempelajari tentang dasar pelatihan pendekar yang mungkin dapat membantunya mengetahui masalah pada tubuhnya.
Ling Yan lalu membawa kedua buku yang ingin ia pinjam menuju meja Ling Haotian.
"Paman, apakah aku boleh meminjam kedua buku ini." Tanyanya pada Haotian sopan.
"Tentu saja tuan muda Ling Yan, selama buku itu kau dapatkan di lantai satu dan dua." Jawab Ling Haotian.
"Terimakasih paman, kalau begitu aku akan mengembalikan kedua buku-buku ini setelah aku mempelajarinya." Ucap Ling Yan berterima kasih.
"Sama-sama tuan muda, aku titipkan salam ku pada tetua pertama." Ucapnya.
"Baiklah kalau begitu aku pamit dulu, aku akan menyampaikan salam mu pada ayahku." Ucap Ling Yan yang kini berlalu.
Setelah mengatakan itu Ling Yan lalu berjalan keluar membawa kedua buku yang ia pinjam dan berjalan kearah bukit tempat kesukaannya.
Sepeninggal Ling Yan dari perpustakaan, terlihat seorang anak perempuan seumuran dengan Ling Yan keluar dari ruangan Ling Haotian dengan wajah yang sedikit memerah.
"Ayah, kemana kak Ling Yan pergi." Ucapnya sedikit malu.
Anak perempuan itu adalah putri satu-satunya dari dari Ling Haotian yang bernama Ling Xuilan. Karena suatu peristiwa, ibu dari Ling Xuilan meninggal dan kini Ling Xuilan hanya tinggal bersama dengan ayahnya.
"Anak perempuan ayah memang sudah dewasa, bahkan ia sudah menyukai seorang pria tampan yang baru saja berada disini." Ucap Haotian menggoda putrinya.
"Ayah menyebalkan." Ling Xuilan yang merasa malu karena perkataan ayahnya langsung masuk keruangan ayahnya lagi dan menutup pintu dengan keras.
*****
Sementara itu Ling Yan yang sudah berada di bawah pohon besar yang terletak di bukit tempatnya terjatuh kemarin, terlihat ia sedang membaca salah satu buku yang ia pinjam dengan judul dasar pelatihan pendekar.
Dengan wajah yang begitu serius, Ling Yan mempelajari buku itu dengan seksama hingga menemukan bahwa kekuatan seorang pendekar juga dipengaruhi oleh kekuatan fisiknya.
"Dikatakan disini seorang pendekar tidak hanya bisa mengandalkan kekuatan tenaga dalam semata dalam bertarung, kekuatan fisik seseorang juga akan berpengaruh besar terhadap kekuatan serangannya." Ucap Ling Yan sambil membaca buku itu.
"Kalau begitu aku harus meningkatkan kekuatan fisikku terlebih dahulu, dari pada mengumpulkan tenaga dalam yang sewaktu-waktu akan menghilang, lebih baik aku melatih kekuatan fisikku agar fondasi tubuhku menjadi lebih kuat." Batin Ling Yan.
Setelah membaca isi buku itu Ling Yan lalu bersiap untuk melatih kekuatan fisiknya dengan cara berlari naik turun bukit sebanyak 100 kali setiap hari.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!