NovelToon NovelToon

TAKDIR CINTA (Ghea & Tristan)

AWAL CERITA

10 Tahun yang Lalu.

(Saat ini Fadhil berusia 25tahun, Yasmin 20tahun, Ghea dan Tristan 8Tahun.)

"Ahh Capenya.." Keluh Yasmin yang baru saja selesai pemotretan dan mendaratkan bokongnya disofa saat tiba dirumah dan diantar oleh Fadhil kekasihnya yang baru saja jadian tiga bulan yang lalu.

"Ganti baju dulu Sayang." Sahut Fadhil sambil merapikan anak rambut kebelakang telinga Yasmin.

Entah magnet apa yang menarik perasaan Fadhil hingga begitu tergila-gila pada sosok Yasmin, seorang model berusia dua puluh tahun, dengan wajah cantik dan tubuh yang mempesona.

Fadhil seorang yang bisa dibilang seperti kutub es bisa luluh dan sangat bucin terhadap Yasmin.

"Gheaa.. Gheaaaa." Suara cempreng seorang anak lelaki berusia delapan tahun memanggil Ghea adik Yasmin yang masih berusia delapan tahun.

"Sssttt.. Jangan berisik Tristan." Omel Yasmin kepada Tristan bocah delapan tahun sahabat adiknya sekaligus tetangganya itu.

"Eh kak Yasmin, biasanya gak dirumah, Ghea ada Kak?" Tanya Tristan.

"Mana gue tau, cari aja dikamarnya." Jawab Yasmin dengan nada judes.

Tristan memonyongkan wajahnya, kesal dengan kelakuan Yasmin Kakaknya Ghea, lalu Tristan berlalu dan menuju kamar Ghea dilantai dua.

"Kamu galak banget sama anak kecil sih sayang." Ucap Fadhil sambil menoel hidung Yasmin.

"Abis anak kecil itu berisik banget, aku gak suka sama anak kecil Beib." Jawab Yasmin dengan nada manja dan tentunya sangat disukai oleh Fadhil.

"Titaannnn, balikin Bopii." Teriakan Ghea yang baru keluar dari dalam kamar dan turun menelusuri anak tangga mengejar Tristan yang membawa kabur boneka sapinya.

Bopii (Boneka Sapinya Ghea)

"Ahahahahaa, ayo kejar Ghe kalo mau Bopiinya balik." Ledek Tristan yang berlari menuju luar dan kembali melewati Yasmin dan Fadhil diruang tamu.

Tristan berhasil keluar dari rumah Ghea dan Ghea masih berusaha mengejarnya.

"Ghe bisa gak sih gak usah berisik!!" Omel Yasmin sambil berkacak pinggang.

"Maaf Kak, Tristan bawa kabur Bopii." Adu Ghea yang jelas pasti diabaikan oleh Yasmin.

"Tibang boneka jelek juga, masuk kamar sana, atau kalau mau keluar jangan masuk lagi, berisik tau!! Gue mau istirahat." Kesal Yasmin.

"Yaudah maaf Kak, Ghea main aja deh dirumah Tristan." Jawab Ghea dengan nada pelan dan mulai melangkahkan kakinya.

"Eh mau kemana? ambilin dulu gue minum air dingin, baru keluar." Titah Yasmin.

Ghea berbalik arah menuju dapur, mengambilkan minum untuk Yasmin dan kekasihnya.

Yasmin melangkah menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan membasuh wajahnya. Ghea menaruh gelas berisikan air dimeja, saat itu hanya ada Fadhil seorang diri.

"Terimakasih anak cantik." Ucap Fadhil.

"Sama-sama Om, diminum ya Om, maaf aku tinggal dulu keluar, mau kejar Titan yang udah bawa kabur Bopii." Pamitnya kepada Fadhil.

Fadhil tersenyum dan mengusap puncak kepala gadis kecil berusia delapan tahun itu kemudian Ghea melesat pergi keluar mengejar kembali Tristan sahabatnya yang slalu jahil.

Yasmin kembali duduk bersama Fadhil.

"Anak seumur Ghea dan temannya lagi lucu-lucunya ya, mereka kesal cuma karna berebut mainan." Ucap Fadhil.

"Lucu apanya sih Beib, berisik tau, dia tuh dirumah cuma bikin masalah aja, Bunda aja slalu marah-marah sama Ghea." Jawab Yasmin kesal.

"Kamu gak boleh gitu sayang, kalau nanti kita nikah gimana? Kelakuan anak kecil kan memang seperti itu."Ucap Fadhil menjelaskan.

"Nikah? aku tuh belum kepikiran nikah Beib, apalagi punya anak, umurku masih 20tahun, gak mau nikah muda. Bunda juga ngelarang aku nikah muda, Kata Bunda puas-puasin dulu berkarier mumpung job masih banyak, Bunda juga maunya aku go internasional jadi model nanti diparis."

Fadhil hanya bisa menghela nafas, pasalnya dia sudah sangat ingin menikah setelah lulus S2 nya, dan tentunya wanita pilihannya adalah Yasmin.

***

Dimarahin Kak Yasmin lagi ya Ghe?" Tanya Tristan saat melihat Ghea murung duduk dirumput halaman rumah Tristan yang bersebrangan dengan rumahnya.

"Aku salah terus ya Tan?" tanya Ghea lirih sambil memeluk Bopiinya.

"Kamu gak salah Ghe, kak Yasmin aja yang lebay." Jawab Tristan sambil merangkul sahabatnya itu.

"Tapi aku slalu disalahin sama Kak Yasmin dan Bunda, aku kan juga mau disayang Bunda dan Kak Yasmin Tan." Lirih Ghea.

"Udah Ghe.. kan ada aku sama Bang krisna yang sayang sama kamu, ada Papa dan Mama aku juga, kalau kamu lagi gak nyaman dirumah, nyebrang aja kesini main dirumah aku." Ucap Tristan menguatkan Ghea.

***

"Yah, besok Ghea final olimpiade matematika antar sekolah." Ucap Ghea saat makan malam bersama pada Erick sang Ayah.

Vika sang Bunda hanya tersenyum kecut dan berdecak "Ck, cuma olimpiade antar sekolah aja udah bangga kamu Ghe, masih kecil jangan terlalu over pede Ghe, lihat nih kakak kamu, Yasmin bentar lagi mau go Internasional jadi model diParis." Sahut Vika.

Seketika Ghea menunduk, matanya mulai berkaca-kaca namun tak ia perlihatkan pada keluarganya.

"Wahh Ghea hebat, besok Kakak datang ya lihat Ghea." Sahut Bryan sang kakak tertuanya.

Sementara Ghea hanya menunduk dan mengaduk-ngaduk makanan dihadapannya. Dan Erick sang Ayah hanya diam seribu bahasa karna jika bicarapun ia akan salah dimata istrinya.

Ghea berjalan gontai menuju kamarnya dilantai dua, dia duduk dibalkon pagarnya sambil memeluk kedua lututnya dan ditemani Bopii boneka sapi kesayangannya hadiah dari Tristan.

"Bunda gak sayang aku, Bunda cuma sayang Kak Yasmin. Ayah juga gak sayang aku, Ayah cuma sayang Kak Bryan." Gumam Ghea dan meneteskan air mata yang sedari tadi ia tahan.

dari sebrang rumahnya, Tristan pun memperhatikan Ghea, kamar mereka sama-sama berhadapan, membuat Tristan dengan mudah memantau gerak gerik Ghea.

***

Pagi menjelang, Ghea harus sudah sampai disekolah sebelum acara dimulai, ia harus berlatih dengan grup nya.

"Ghe.. semangat" Ucap Bryan memberi semangat sambil mengepalkan tangannya keatas.

Ghea tersenyum, setidaknya dirumah ini masih ada satu Kakaknya yang perduli akan dirinya.

"Bry, Meeting dimajukan jam sembilan pagi." sahut Erick.

"Tapi Yah, Bryan udah janji mau datang nonton olimpiade matematikanya Ghea." jawab Bryan dihadapan Ghea.

"Meeting dengan klien lebih penting Bry, ini tender besar, jangan kamu sia-siakan. Cuma kamu penerus Ayah diperusahaan nanti." Ucap Erick dengan tegas dan meninggalkan Bryan bersama Ghea.

Bryan tidak dapat berkata-kata. Matanya tertuju pada Ghea sang adik yang terlihat memaksakan senyumnya.

"Gapapa Kak Bry, dan makasih semangatnya. Ghea berangkat dulu ya." Pamit Ghea pada Bryan yang masih mematung.

Ghea berangkat diantar oleh supirnya, biasanya dia akan berangkat bersama Tristan dan diantar oleh Papanya Tristan sekalian berangkat kekantor, namun karna hari ini Ghea harus berangkat awal, dia memutuskan diantar oleh supir keluarganya.

"Semangat Ghe.. kamu pasti bisa!!" gumam Ghea menyemangati pada diri sendiri.

Tristan melihat dari balkon kamarnya kepergian Ghea, dia sangat tau hari ini Ghea akan menghadapi Final olimpiade matematikanya, sahabatnya itu memang sangat cerdas dalam pelajaran, tak jarang Tristanpun sering diajari oleh Ghea.

Keluarga Tristanpun sangat menyayangi Ghea, pasalnya Monica sang Mama sangat menginginkan anak perempuan, namun kedua anaknya semua lelaki, Monicapun divonis tidak bisa lagi memiliki anak lagi karna kandungannya yang sangat lemah.

"Mama nanti jadikan kesekolah Tristan?" Tanya Daniel Papanya Tristan.

"Jadi Pa, mama mau lihat Ghea, kasian anak itu, pasti keluarganya tidak ada yang datang." Jawab Monica.

"Makasih Ma.." ucap Tristan pada sang Mama.

Monica hanya tersenyum sambil mengusap lembut kepala Tristan.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....

LDR PALING JAUH

Lima Tahun kemudian.

(Saat ini Fadhil berusia 30tahun, Yasmin 25tahun, Ghea dan Tristan 13Tahun dan duduk dikelas 2 SMP).

"Aku belum mau nikah Beib, aku masih mau kejar impianku jadi model. Bunda juga belum mengijinkan aku untuk menikah." Jawab Yasmin saat Fadhil mencoba melamarnya disebuah restoran mewah.

"Hubungan kita sudah lima tahun berjalan Sayang, setidaknya kita punya tujuan, umurku juga sudah tiga puluh tahun, keluargaku slalu mendesak aku untuk menikah." Ucap Fadhil berusaha meyakinkan dengan nada kecewa.

"Kamu tau kan Beib, aku gak bisa nikah sekarang-sekarang. Kalau menikah bagaimana dengan Karir aku? belum lagi jika aku hamil lalu bentuk tubuhku berubah, agency mana yang mau pake aku Beib?" Yasmin berkata dengan nada sedikit tinggi.

Fadhil menarik kembali cincin didalam kotak bludru berwarna merah itu dan menutup kotaknya kembali.

"Kasih aku waktu lagi Beib, Aku baru saja perpanjang kontrak sampai lima tahun kedepan, dan Agency yang mengontrak aku ini benar-benar agency yang profesional, semua model pasti mau bekerjasama dengan Agency ini, dan aku beruntung bisa tandatangan kontrak langsung selama lima tahun kedepan."

Fadhil hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Dia tak habis pikir kekasihnya menolak diajak untuk menikah, tapi dia juga tidak ingin meninggalkan kekasihnya walaupun keluarganya tidak menyetujui hubungan mereka karna notabennya Yasmin seorang model yang slalu berpakaian sexy.

***

"Pokonya Bunda gak mau ya Yas kalau kamu menikah dengan Fadhil sekarang-sekarang, Bunda sebagai manajer kamu gak mau sampai kamu membayar denda penalty yang bukan sedikit jumlahnya Yas." tegas Bunda kepada Yasmin saat mereka diperjalanan pulang kerumah.

"Iya Bun, Yasmin udah tolak koq lamaran Fadhil, dan Fadhil masih mau nunggu Yasmin." jawab Yasmin.

"Harusnya kamu tuh dekat dengan Fathan kakaknya Fadhil, dia sekarang jadi CEO diperusahaan orang tuanya. Sementara Fadhil masih gak jelas, dia hanya wakil direktur dan masih sempat-sempatnya dia mengajar menjadi dosen gak jelas. Gak ada yang bisa dibanggain dari Fadhil."

"Ya gimana lagi Bun, Mas Fathan kan udah nikah, udah Yasmin deketin gimana juga dulu sebelum mas Fathan menikah tetep aja setia sama yang sekarang jadi istrinya, malah Fadhil yang deketin Yasmin."

"Tapi kamu jangan naruh hati sama Fadhil Yas, siapa tau besok ada CEO yang tertarik sama kamu dan mau kamu jadi istrinya." Bunda seakan mengompori Yasmin.

Yasmin hanya diam sambil santai membuka medsos diponselnya.

***

Bryan menikah dengan seorang gadis bernama Maura, Bryan dijodohkan lantaran dua perusahaan besar bergabung dalam artian menjalin kerjasama.

Bryan yang tidak bisa menolak perjodohan tersebut akhirnya menerima, Maura gadis yang baik dan cantik, dia lulusan S2 di London. Sikapnya yang lembut perlahan membuat Bryan yang kaku menjadi sosok yang hangat. Maura pun sangat dekat dengan Ghea dan menyayanginya. Namun Bryan dan Maura sudah tidak tinggal bersama lagi dirumah Erick dan memilih untuk tinggal dirumah mereka sendiri, membuat Ghea kembali menjalani hari-harinya seperti biasa kembali.

"Ghe, PR dong." Ucap Tristan meminta contekan.

"Ya ampun Titan, PR bahasa indonesiapun lo gak bisa ngerjain?" Tanya Ghea.

"Otak gue gak sampe Ghe, ayolah Ghe, lihat dong." Bujuk Tristan.

"Ambil ditas gue aja Tan." Jawab Ghea.

"Nah gitu dong, makasih kesayanganya Titan." Ucap Tristan dengan senyum mengembang.

***

Empat Tahun Berlalu.

Pada akhirnya, Yasmin menerima lamaran Fadhil dan akan menikah tahun depan bertepatan dengan habisnya masa kontrak Yasmin dengan Agencynya.

Keluarga Fadhil pun terpaksa menyetujuinya, mereka berfikir mungkin memang sudah jodohnya Fadhil seperti ini. Mereka hanya berharap suatu saat Fadhil dapat merubah Yasmin dari segi pakaian maupun prilakunya yang kurang berkenan dikeluarga Fadhil.

Kini Ghea dan Tristan Sudah menginjak usia Tujuh belas tahun dan duduk dikelas tiga SMA.

^^^"Kesayangan Titan lagi apa?"^^^

^^^Sebuah Chat Tristan untuk Ghea.^^^

Ghea dan Tristan Tidak satu kelas, biasanya mereka slalu bersama saat Pergi dan pulang sekolah, juga di jam istirahat. Namun untuk hari ini Tristan harus berlatih basket.

Sebagai ketua tim basket, Tristan berlatih untuk pertandingan terakhirnya sebelum akhirnya harus melepas jabatannya karna dikelas tiga SMA akan fokus untuk menghadapi Ujian Nasional.

Lama Tristan menunggu balasan dari Ghea, akhirnya Ghea membalas pesan yang dikirim dari Tristan. Melihat Ghea membalas pesannya, membuat Tristan tersenyum.

^^^"Ghesayang nya Titan lagi haus tapi mager, pengen teh kotak kayanya seger deh, tapi gak ada yang beliin."^^^

^^^Balas Ghea.^^^

Itulah Ghea, sering mengkode dirinya hanya pada Tristan, sahabat yang mungkin terlihat seperti teman tapi mesra tersebut.

Tristan melempar bolanya pada Fariz, "Gue kekantin sebentar, Queen gue minta dibeliin minum." Ucap Tristan pada Fariz.

Tristan berlari kecil dan membeli teh kotak dingin yang diminta oleh Ghea, setelah membayarnya Tristan langsung berlari kekelas Ghea.

Tristan yang tadinya ingin masuk kedalam kelas Ghea terpaksa menahan langkahnya saat melihat Algi sedang duduk bersama Ghea dan memberikan Teh kotak juga untuk Ghea, bahkan mereka asik ngobrol dan tertawa bersama.

Tristan tau, dia tidak bisa memaksa Ghea, meskipun mereka saling ada rasa mencintai dan nyaman, namun mereka tidak sama, Ghea dan Tristan beda agama dan itulah LDR paling jauh yang sulit disatukan, ya keyakinan mereka berbeda. Sakit bukan?

Sudah lama Tristan tau bahwa Algi menyukai Ghea, mereka sama-sama dekat karna mereka sering mengikuti olimpiade bersama. Tristan pun tidak bisa melawan takdir jika akhirnya Ghea menerima hati Algi yang jelas seiman dengannya.

Dengan perlahan Tristan menjauh dari kelas Ghea dan kembali kelapangan.

"Ngomong sih kalau cinta." Ucap Fariz sambil menepuk pundak Tristan saat duduk dipinggir lapangan basket.

"Tanpa gue ngomong juga Ghea tau gue cinta sama dia, gue juga tau Ghea cinta juga sama gue. Tapi keyakinan kita gak sama Riz, mau dipaksain gimana juga gak bisa. Diterusinpun sama aja seperti menunda perpisahan." Jawab Tristan dengan nada lemas.

"Tapi Algi makin dekat sama Ghea Tan." Sahut Dimas.

"Ya mau gimana lagi, gue juga gak bisa maksa Ghea kan Dim." Jawab Tristan.

"Titann.. Ghea pulang diantar Algi boleh? mau ketoko buku dulu, atau Titan mau ikut?"

Sebuah pesan masuk dari Ghea.

Tristan membacanya dan menghela nafas.

"Tuhan, aku harus gimana? Aku tidak ingin membuat Ghea berpaling dari tuhannya, tapi aku juga ingin memiliki Ghea." Batin Tristan sambil mentautkan jemari-jemari dikedua tangannya.

^^^"Titan ada latihan basket Ghe, Titan gak bisa temenin Ghea dulu ya, Have fun ya Ghesayang."^^^

Balas Tristan dengan hati yang sedikit tercubit.

Mereka saling memanggil sayang, mereka saling mencintai, mereka saling nyaman satu sama lain, namun apalah daya jika keyakinan mereka tidak sama.

Tristan melihat dari jauh Ghea yang dibonceng motor oleh Algi, mereka sangat dekat, Algi mampu merebut posisi Tristan dari sisi Ghea.

***

"Ma.. Tristan jadi ya nanti kuliah di luar negri." Ucap Tristan.

"Lho koq tiba-tiba Tan, ada apa? Berantem sama Ghea ya? terus kamu nanti jauh dari Ghea dong?" Tanya Monica bertubi-tubi.

"Tristan gak lagi berantem sama Ghea koq Ma, lagian kan ini untuk masa depan Tristan juga Ma." Jawab Tristan mengalihkan pembicaraan.

"Terus Ghea gimana Tan? Katanya kamu mau sama-sama ama Ghea terus, koq pisah?" Monica bertanya dengan nada sedih.

Tristan menghela nafas. "Pada akhirnya juga Tristan sama Ghea gak bisa bersatu Ma, keyakinan Tristan sama Ghea kan beda Ma, kalaupun sekarang Tristan masih bersama Ghea, Tristan cuma menunda perpisahan. Ghea juga berhak bahagia Ma, gak mungkin Tristan gantung terus, meskipun Ghea dan Tristan sama-sama nyaman, tapi kita beda Ma." Tristan menundukan wajahnya dan tubuhnya bergetar.

Monica sangat memahami kondisi hati anak bungsunya itu, dia memeluk sang putra yang tengah menangisi takdirnya, tidak bisa memiliki cinta pertamanya.

Memang hubungan mereka tidak bisa dipaksakan, jelas karna keyakinan mereka berbeda, mereka berada di Iman yang berbeda.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....

TERHALANG BENTENG

Ghea baru sampai dirumah jam tujuh malam, Algi mengantarnya hingga depan rumah Ghea.

"Selamat malam Ghea, mimpiin Algi ya Ghe." Ucap Algi dengan manis.

Ghea hanya tersenyum, "Makasih Al udah anterin gue pulang, maaf ngerepotin lo ya Al." Jawab Ghea.

Diam-diam Tristan memperhatikan Ghea dari jendela kamarnya, "Ini sakit yang tak berdarah Tuhan." Batinnya.

Plakkk

Sebuah tamparan mendarat halus dipipi mulus Ghea.

"Bun..." Lirih Ghea.

"Bagus ya kamu, jam segini baru pulang." Omel Vika.

"Bun.. Ghea habis dari toko buku. Cari buku untuk materi olimpiade Sains nanti" jawab Ghea menjelaskan.

"Halah, alasan kamu. Mulai ganjen ya kamu pergi sama laki-laki."

"Bunda!!" Ghea tidak terima akan perkataan sang Bunda.

Sementara Yasmin hanya tersenyum licik melihat sang adik yang kena omelan bahkan tamparan dari sang Bunda.

Erick hanya diam tidak memberikan pembelaan kepada Ghea.

Andai dirumah itu masih ada Bryan, mungkin hanya Bryan yang akan membelanya.

Ghea menangis didalam kamarnya, dia tidak mengerti mengapa orang tuanya begitu tidak perduli dengan dirinya.

Ghea duduk dibalkon memandang lurus kedepan tepat kamar Tristan. Lampu kamar Tristan sudah gelap, "mungkin Tristan sudah tertidur." Gumam Ghea.

Tanpa Ghea sadari, didalam kamar Tristan yang gelap, Tristan memperhatikan Ghea dari balik jendela, dia melihat Ghea yang menangis.

"Pasti Ghea kena omel lagi, harusnya gue tadi larang Ghea pergi, pasti Ghea akan aman." Gumam Tristan.

"Ghe, gimana gue bisa tenang ninggalin lo, kalau lo bikin gue khawatir terus." Ucap Tristan sambil terus melihat Ghea dari dalam kamarnya.

Mata Tristan tertuju pada halaman rumah Ghea saat orang tua Ghea dan kakaknya keluar dan meninggalkan rumah dengan mobilnya bersama.

"Bawa koper besar, pasti Kak Yasmin ada pemotretan diluar kota atau luar negri, Bundanya pasti ngikutin dan Ayahnya pasti seperti biasa tinggal diapartemen dekat kantornya jika Bunda dan Kak Yasmin berangkat." Ucap Tristan yang sudah hapal betul dengan kegiatan keluarga Ghea.

Tristan turun dari kamarnya dan keluar menuju rumah Ghea.

"Tan.." panggil Monica saat Tristan hendak membuka pintu.

"Iya Ma.." jawab Tristan.

"Temani Ghea ya, Mama lihat dia sedang bersedih, dan kasih Ghea makan." Monica menyodorkan kotak makan untuk Ghea, Tristan menerimanya. "Mama yakin Ghea belum makan Tan, pastikan princess Mama baik-baik aja ya Tan." ucap Mama.

Tristan tersenyum, "Makasih Ma.."

Tristan masuk kedalam rumah Ghea setelah asisten rumah tangganya membuka pintu rumahnya, dia langsung naik kekamar Ghea.

Kini Ghea duduk diranjang sambil memeluk Bopiinya dan menunduk.

"Ghee.." Panggil Tristan pelan.

Ghea mendongakan kepalanya, "Titann." Lirih Ghea.

Tristan begitu terkejut melihat pipi Ghea yang sedikit membengkak, "Ini...?" Tanya Tristan yang tidak diselesaikannya.

"Sakit Tan, tapi hati gue lebih sakit dari pada tamparan Bunda. Bunda bilang gue ganjen pulang malam sama cowok. Padahal gue cuma cari buku Tan." Lirih Ghea.

Tristan memeluk Ghea, Ghea menangis sejadi-jadinya didalam pelukan Tristan.

"Kalau gue gak diharapin ada, ngapain gue dilahirin Tan, harusnya mereka gugurin gue waktu gue masih dikandungan Bunda, atau harusnya mereka buang gue kepanti asuhan pas gue baru lahir ya Tan, biar gue gak nyusahin mereka." Ghea terus mengungkapkan kekecewaannya.

Monica yang tadi menyusul Tristan karna khawatir dengan kondisi Ghea pun hanya bisa diam dari ambang pintu kamar Ghea. Monica tak habis pikir, mereka menyia-nyiakan anak kandungnya sendiri. Sungguh Monica rasanya ingin merebut Ghea dan membawanya pergi dari rumah ini.

Tristan dengan telaten mengompres pipi Ghea, sesudahnya dia menyuapi Ghea makan.

Ghea tertidur setelah merasa kenyang dan lelah karna habis menangis.

Tristan merapikan anak rambut Ghea dan menyelipkannya dibelakang telinga Ghea.

"Gue sayang lo Ghe, tapi jarak kita jauh banget Ghe." Lirih Tristan.

Tristan mendekatkan wajahnya kewajah Ghea, dengan beraninya mengecup bibir Ghea yang sedang tertidur.

***

"Titaannn..." Pekik Ghea memanggil Tristan dengan panggilan kesayangannya sedari kecil.

"Gak usah teriak Ghe, gue gak gak budeg." jawab Tristan.

Ghea hanya nyengir merasa tidak bersalah.

"Tan, gue lolos masuk final olimpiade sains." Ucap Ghea.

"Ahh kesayangan Titan emang pinter banget sihh." Tristan mencubit kedua pipi Ghea.

"Sakit Titaaann." Keluh Ghea sambil mengusap kedua pipinya.

"Gue janji Ghe, akan dampingin lo, Mama, Bang Krisna dan Papa juga pasti akan datang Ghe."

"Makasih Titan Sayang, gue seneng banget, keluarga lo baik banget sama gue."

Algi menghampiri Ghea yang sedang bersama Tristan.

"Ghe, dipanggil pak Bambang, kita mulai latihan diLab Kimia." Ucap Algi.

"Tan, gue latihan dulu ya, lo mau balik duluan?" Tanya Ghea.

"Gue tunggu lo aja, gue juga ada latihan basket." Jawab Tristan.

"Biar gue yang anter pulang Ghea aja Tan." sahut Algi.

"Sory Al, bukannya gue gak bolehin lo anter Ghea, tapi keluarga Ghea taunya Ghea pulang sama gue, gue cuma gak mau Ghea kena masalah." Jawab Tristan dengan tegas.

Algi mengernyitkan dahinya.

"Masalah? masalah apa ya?" Tanya Algi dengan heran.

"Terakhir lo anterin Ghea pulang malam, Ghea kena omel nyokapnya. Ghea gak boleh pulang malam." jawab Tristan.

Algi menatap Ghea, "Beneran Ghe?" Tanya Algi.

"Gapapa koq Al, itu udah lewat. Yuk kita latihan." Ajak Ghea memecah ketegangan.

"Ghe, nanti susul gue ke lapangan basket ya." Teriak Tristan.

"Oke Titan sayang, Byee." Jawab Ghea dengan ceria.

Begitulah Ghea, slalu terlihat baik-baik saja didepan orang, hanya didepan Tristan dia bersikap apa adanya dan menunjukan dirinya sendiri.

"Hubungan lo sama Tristan giman sih Ghe? koq panggilnya sayang-sayangan?" Tanya Algi penasaran sambil menelusuri koridor kelas.

"Ya gue sama dia gede bareng Al, dari masih TK, SD, SMP, SMA kita slalu sama-sama." jawab Ghea.

"Kenapa gak jadian aja sama Tristan?" Tanya Algi dengan perasaan sedikit cemburu.

"Gue sama dia beda Al, kita gak seiman, keyakinan kita berbeda." lirih Ghea.

"Tapi lo cinta sama Tristan?" Tanya Algi mendalam.

"Mungkin gue sama Tristan saling cinta, tapi terhalang benteng Al, gue cuma berharap smoga gue dan Tristan tidak saling menyakiti, dan akan bahagia dengan pasangan masing-masing nantinya." Jawab Ghea.

"Ada harapan dong Ghe buat gue?" Tanya Al.

"Semua orang pasti punya harapan kan Al?"

Algi hanya tersenyum, dia merasa ada angin segar karna sudah lama menyukai Ghea.

***

"Yeayyy kita juara." Ghea mengepalkan tangannya keatas saat olimpiade sainsnya selesai dan dimenangkan oleh dirinya dan regunya yang mewakili nama sekolahnya.

Monica, Daniel, Tristan dan Krisna menghampiri Ghea dan memberikannya selamat. Dari jauh, Ghea melihat Bryan dan Maura yang perlahan mendekatinya juga.

"Kak Bry, kak Maura." lirih Ghea.

"Anak nakal, olimpiade sains sebesar ini gak ngabarin Kakak." ucap Bryan.

Ghea tidak dapat membendung lagi air matanya dan berhambur memeluk Bryan.

"Jangan pernah berfikir Kakak gak perduli sama Ghea, Kakak sayang Ghea." ucap Bryan sambil membelai kepala Ghea.

.

.

.

.

...Dukung Author yuk, dengan Vote, like dan coment agar tetap semangat....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!