NovelToon NovelToon

PASUTRI

Ketahuan bermain api

Pengenalan tokoh

Rei (Reindra Affan Wijaya),

Putra sulung Rico Chandra Wijaya, yang bersedia menikahi Nisa hanya dalam kurun waktu 100 hari.

Nisa (Annisa Handayani),

Gadis pilihan Meta, untuk menjadi istri Rei.

Sean (Sean Argano Putra Djenar)

Putra sulung Tian dan Arini, pewaris utama Indotama Group.

Riri (Risya Afifa Wijaya)

Putri bungsu, Rico dan Meta, adiknya Rei.

Bima (Bima Sanjaya)

Pengawal kepercayaan keluarga Djenar.

Seiyna (Seiyna Arianti Djenar)

Putri bungsu Tian dan Arini.

Selamat membaca.. 🥰

Meta tidak mungkin salah melihatnya. Meta bahkan telah mengucek matanya lebih dari dua kali hanya untuk memastikan bahwa wanita yang sedang memeluk lengan Sean itu adalah Liliyana.

Meskipun Sean terlihat sangat rapi menyamarkan jati dirinya dengan baik ditengah keramaian mall Indotama Times Squares dengan memakai hodie hitam lengkap dengan topi dan masker, namun Meta tidak mungkin tidak bisa mengenali putra sulung Sebastian Putra Djenar dan Arini, yang merupakan pewaris utama kerajaan bisnis Indotama Group dimasa depan itu.

Sean bahkan merupakan sahabat terdekat Rei, putranya. Tapi entah kenapa bisa melakukan hal ini kepada Rei?

Sisi hati Meta sebagai seorang ibu merasa tidak terima, terlepas dari rasa ketidaksukaannya kepada Liliyana, bukan berarti hatinya tidak terluka saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Sean lebih memilih Liliyana daripada Rei putranya, yang notabene sahabatnya sendiri.

Lalu siapa Liliyana?

Liliyana adalah seorang gadis cantik, model yang sedang naik daun karena begitu beruntung bisa menjadi brand ambassador salah satu produk make up yang diproduksi oleh salah satu anak perusahaan Indotama Group.

Liliyana pernah diperkenalkan secara resmi oleh Rei dihadapan daddynya, dan juga dirinya sebagai teman wanita Rei, dan setelah perkenalan itu terhitung telah beberapa kali Rei mengajak Liliyana kerumah.

Meskipun dalam hati, sejujurnya sejak awal mengenalnya Meta langsung merasa tidak sreg dengan Liliyana, tapi Meta berusaha menghargai pilihan Rei.

"Jangan terlalu difikirkan. Anak muda berpacaran itu kan hal biasa.." Meta ingat betul, Rico masih bisa tenang saat dirinya mengajukan keberatan tentang hubungan Rei dengan Liliyana.

"Aku punya firasat buruk, dadd.." imbuh Meta bersikeras.

"Kamu hanya merasa tidak nyaman, karena kamu sedang cemburu.." ledek Rico membuat Meta langsung melotot galak.

"What?? cemburu..??"

"Hemm.."

"Bagaimana mungkin.."

"Mungkin saja."

"Tapi.."

"For the very first time.. karena selama ini putra kesayanganmu itu tidak pernah membawa teman wanita kerumah. Makanya kamu merasa seperti itu.."

"Daddy..!!" rajuk Meta protes dengan kalimat yang sarat dengan muatan godaan milik suaminya itu, namun yang ada Rico malah mengibaskan tangannya acuh sambil tertawa, sebelum akhirnya menghilang diruang kerja yang letaknya bersebelahan langsung dengan kamar pribadi mereka.

Saat itu Meta sempat berfikir.. bahwa bisa jadi Rico ada benarnya, dirinya hanya cemburu karena hingga umur Rei menginjak dua puluh dua tahun, dirinya selalu menjadi wanita pertama dan nomor satu dalam kehidupan Rei.

Meta hanya mengikuti kata hatinya saja ketika diam-diam kakinya terus melangkah mengikuti kedua pasang anak manusia yang terlihat mesra itu. Tidak hanya itu saja, bak seorang detektif handal Meta bahkan ikut mengambil beberapa gambar bahkan beberapa potongan video pada setiap adegan yang mencerminkan kemesraan, yang jelas-jelas itu tidaklah wajar dilakukan jika hanya sebatas teman biasa.

"Ini tidak bisa dibiarkan.." Meta berucap pada dirinya sendiri. Sisi hatinya sedikit menyesali mengapa Sean melakukan hal tersebut meskipun sudah jelas-jelas mengetahui bahwa Liliyana adalah pacar Rei, putranya.

Meta tidak rela hubungan persahabatan Rei dan Sean kandas hanya karena wanita seperti Liliyana.

Akhirnya Meta memutuskan berhenti mengikuti Sean dan Liliyana, dan memilih menekan sebuah nomor yang ada didalam ponselnya.

"Halo, Rin.. kamu dimana?"

...

"Ada hal penting yang ingin aku sampaikan dan harus aku bahas sesegera mungkin denganmu.."

XXXXX

PANTI ASUHAN PERMATA HATI

Meta memarkirkan mobilnya ditempat parkiran, tepat bersebelahan dengan sebuah mobil suv keluaran terbaru berwarna putih susu. Meta mengenali mobil itu sebagai mobil Arini.

Dengan langkah pasti Meta melangkahkan kakinya kedalam bangunan panti asuhan milik yayasan Indotama Group tersebut.

Selain Sebastian Putra Djenar, suaminya Rico Chandra Wijaya juga merupakan salah satu donatur terbesar di panti asuhan ini. Tak heran jika selama ini dirinya dan Arini nyaris memiliki aktifitas yang sama yakni ikut serta menjadi pengelola panti asuhan, serta berperan aktif pada beberapa yayasan amal.

Sebulan terakhir ini karena kesibukannya yang kerap mendampingi Rico ke berbagai acara membuat Meta belum sempat datang ketempat ini lagi.

"Assalamualaikum Ibu Meta, ibu sudah ditunggu ibu Arini diruangan.." Nisa, salah seorang pengasuh termuda di panti asuhan nampak menyongsong kehadiran Meta.

Tanpa ragu gadis itu mengambil tangan Meta dan menciumnya dengan takjim.

"Waalaikum salam, Nisa.. tumben sepi, Nis.." tanya Meta begitu menyadari panti asuhan tersebut nampak lenggang tidak seperti biasa yang kerap dipenuhi riuh rendah celoteh, tawa dan bahkan tangis anak-anak.

"Iya bu, anak-anak lagi diajak bunda Fatma pergi main ke waterpark, mumpung lagi weekend juga, dan sudah lama sekali anak-anak tidak pernah diajak berpergian.." Nisa menjelaskan panjang lebar kepada Meta yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Trus.. kamu kenapa gak ikut, Nis?"

"Kalau semuanya ikut, nanti gak ada yang nemenin ibu Arini.." kilah Nisa sambil tersenyum.

"Iya juga sih.." lagi-lagi Meta manggut-manggut, namun kaki mereka terus melangkah kedalam, kearah ruangan dimana Arini berada dalam rangka mengevaluasi semua laporan bulanan panti asuhan, yang rutin dilakukan oleh istri Ceo Indotama Group itu disetiap awal bulan.

"Tadinya bunda Fatma tidak ingin ikut, karena tidak menyangka juga kalau ibu Arini akan datang hari ini. Janjiannya kan nanti senin, tapi kata ibu Arini tidak apa-apa kalau semuanya pergi untuk refreshing.. yang penting semua laporannya sudah beres.." lagi-lagi Nisa menjelaskan panjang lebar, sehingga tidak terasa mereka telah sampai di depan pintu ruangan dimana Arini berada.

"Silahkan masuk, ibu Meta, Nisa pamit untuk bikin air minum dulu. Teh hangat kan?"

Meta tersenyum mengetahui bahwa Nisa bahkan sudah hafal dengan minuman favoritenya.

"Iya Nisa, terima kasih ya.."

Nisa pun mengulum senyum, sebelum akhirnya berlalu menuju dapur, sementara Meta mendorong pintu ruangan tersebut, dan mendapati Arini yang duduk dimeja dengan beberapa dokumen diatasnya.

.

.

.

Bersambung..

Supportnya jangan lupa yah.. 🤗

Thx and Lophyuu all.. 😘

Menantu idaman

Arini menaruh ponselnya keatas meja, usai melihat semua bukti baik gambar maupun video yang telah di share Meta ke ponselnya. Ia terlihat termanggu.

"Bagaimana menurutmu, Rin..? aku benar kan? itu benar-benar Sean kan?"

Arini mengangguk sambil menatap Meta sejurus. Tentu saja itu Sean, dan jika Meta bisa mengenalinya dengan baik apalagi Arini.

Arini mengambil ponselnya lagi, wajahnya terlihat dingin saat menekan sebuah nomor dan menunggu panggilannya direspon dari seberang.

"Halo, mommy.."

"Halo juga, sayang.. lagi dimana, nak?"

"On the way, Momm.. ada apa?"

"Dengan siapa?"

Hening sejenak, sebelum suara diseberang kembali menjawab Arini dengan nada perlahan.

"Seorang teman, Momm.."

Arini termanggu, kemudian berucap to the point.

"Sean, apa kamu sedang bersama gadis bernama Liliyana?"

Hening lagi, namun helaan nafas berat Sean diseberang tidak bisa membohongi Arini.

"Sean, kenapa kamu jalan dengan teman wanita Rei, nak..?" nada kecewa jelas mewarnai suara Arini.

Masih hening.

"Sean.."

"Momm, bisakah aku menjelaskan semuanya nanti dirumah?"

Mendengar ucapan Sean yang perlahan membuat Arini menahan nafasnya. "Baiklah, mommy akan menunggumu dan semua penjelasanmu dirumah. Tapi sekarang mommy harus mengatakannya kepadamu, bahwa Liliyana bukan perempuan yang baik. Perempuan yang baik, tidak akan melakukan hal itu kepada dua orang pria, apalagi jika keduanya bersahabat.."

"Momm.. i'm sorry.."

"Sean, mommy kecewa padamu."

Klik.

Arini memutuskan pembicaraan itu dengan wajah yang keruh.

"Huhu.. teganya Sean berbuat seperti itu.. kalau Rei tau Rei pasti akan sedih, Rin.." Meta terlihat tidak bisa lagi menahan kesedihannya, sejak tadi ia menyimak pembicaraan Arini dan Sean, dan akhirnya ia tidak tahan untuk tidak menangis dihadapan Arini yang malah mengerinyit.

"Meta.. kenapa kamu menangis? memangnya kamu sesuka itu pada Liliyana?"

Meta menggeleng cepat. "Sejak awal aku sangat tidak menyukainya, Rin.. aku tidak mau punya menantu seperti itu. Tapi Rei malah menyukainya.. dan Rico juga tidak mau mendengarkan aku.."

"Kalau begitu tidak usah bersedih. Ini kesempatanmu untuk meminta Rei berpisah dengan perempuan itu.. ini juga kesempatanmu untuk meminta ketegasan Rico.."

"Lalu Sean bagaimana?"

Arini menghembuskan nafasnya dengan berat. "Aku terlalu khawatir dengan pergaulan Sean.. rasanya seperti kembali melihat daddynya di masa muda. Selalu berpetualang dengan wanita tanpa henti. Sean tidak seperti Rei yang tidak berpacaran seenaknya seperti Rico, Sean justru benar-benar menjadi duplikat Tian dimasa muda." gerutu Arini.

"Lalu apa yang ingin kamu lakukan untuk masa depan Sean?"

"Aku sudah membicarakannya dengan Tian. Aku ingin Sean menikah muda, mungkin dengan begitu.. Sean akan berhenti bermain-main.."

"Apa aku juga harus menikahkan Rei secepatnya agar bisa lepas sepenuhnya dari perempuan seperti Liliyana? tapi.. Rei masih muda. Lagipula dengan siapa aku harus menikahkannya? kemana aku harus mencari perempuan baik-baik agar bisa aku jadikan menantu..?" Meta seolah bertanya pada dirinya sendiri.

Pembicaraan mereka terjeda begitu mendengar suara pintu yang diketuk dari luar beberapa kali, diiringi Nisa yang muncul disana dengan sebuah nampan ditangan.

"Nisa boleh masuk kan, bu?" bertanya takjim kepada Arini dan Meta dengan senyum yang khas.

"Tentu saja boleh, Nisa.. ayo masuk.." Meta yang menjawab lebih dahulu, sementara Arini hanya tersenyum.

Nisa menaruh teh hangat keatas meja, tepat dihadapan Meta dan Arini "Tadi pagi Nisa buat bolu pisang juga, cobain, bu.." ucap Nisa sambil tersenyum malu saat menaruh sepiring kue bolu pisang keatas meja.

"Wah, kelihatannya enak nih.. mau dong, Nis.." Arini berucap ramah sambil menatap penuh minat kearah bolu pisang yang ada diatas meja.

"Sebentar, Nisa ambilin.." ucap Nisa sambil meraih dua buah piring kecil yang ia bawa sekaligus, mengisinya masing-masing dengan sepotong bolu pisang yang ia buat.

"Wahh.. Enak. Meta, cobain deh.." ujar Arini kearah Meta yang masih duduk terpekur sambil menatap Arini yang sedang menikmati bolu pisang buatan Nisa. Bukannya tidak doyan.. tapi saat ini Meta benar-benar sedang tidak berselera, karena fikirannya yang kalut memikirkan Rei.

"Kalau urusan dapur Nisa terampil banget deh. Benar-benar calon menantu idaman.. beruntung banget yang bisa dapetin menantu kayak Nisa.." seloroh Arini.

"Ibu Arini bisa aja, bikin Nisa malu.." wajah Nisa nampak bersemu merah, digoda seperti itu oleh istri Ceo Indotama Group itu.

Arini tertawa kecil, seiring dengan pipi Nisa yang semakin merona, berbeda dengan Meta yang malah tercenung.

Kalimat terakhir Arini cukup mengusik Meta yang langsung menatap Nisa lekat.

Sebenarnya kalimat candaan itu kerap kali dilontarkan Arini kearah Nisa untuk menggoda gadis manis yang sangat ramah dan rajin itu, namun entah kenapa baru kali ini Meta merasa berdebar mendengarnya.

"Nisa, jadi menantu ibu saja yah.." ucap Meta dengan wajah serius, cukup membuat Nisa dan Arini sama-sama terpana mendengarnya.

"I-ibu Meta.."

"Nisa.. ibu serius. Nanti ibu akan bicara dengan bunda Fatma, biar ibu bisa melamar kamu secara resmi."

"Ibu Meta.. t-tapi.."

"Ibu akan datang lagi kesini secepatnya, bersama daddy-nya Rei. Ibu mau kamu dan Rei bisa menikah.."

Nisa yang mendengar itu hanya bisa terpana, mulutnya terasa kelu, jantungnya berdebar.

'Rei..?'

Tentu saja Nisa mengenalnya. Pria tampan itu adalah teman sekampus Nisa.

Rei juga sering menemani ibu Meta ke panti asuhan, bahkan sempat ikut berpartisipasi dalam beberapa acara amal.

Ramah, kalem, bahkan bisa dibilang sedikit pendiam. Tapi lebih dari semuanya, satu hal yang membuat Nisa begitu menyukai Rei adalah caranya memperlakukan ibu Meta, terlihat sekali betapa ia sangat menyayangi ibu Meta.

'Kebaikan hati seorang pria terlihat dari cara dia memperlakukan ibunya. Pria yang baik tau bagaimana cara menghargai surganya..'

Dan Rei adalah pria itu. Pria idamannya.. yang senantiasa tersebut tanpa sengaja dalam setiap lantunan doanya.

'Apakah ini jawaban dari setiap doaku..?'

Bathin Nisa seolah enggan mempercayai apa yang barusan ia dengar dari mulut ibu Meta.

"Nisa.. mau kan?"

Tenggorokan Nisa tercekat, tidak bisa berucap sepatah katapun. Ingin mengangguk tapi rasa rendah diri menghalanginya. Tiba-tiba saja Nisa seperti terbangun dari siuman.. begitu menyadari siapa dirinya yang begitu berani mencoba memantaskan diri.

Dan dirinya bertambah gugup begitu jemarinya yang gemetar digenggam Meta dengan kuat, seolah ingin mengalirkan rasa percaya dirinya yang sedang terkikis.

"Nisa, ibu bersungguh-sungguh. Tapi jika Nisa menolak, ibu tidak bisa berbuat apa-apa selain menelan kecewa.."

"Ibu Meta.. Nisa hanya.."

"Nisa adalah gadis yang baik. Apakah Rei pantas untuk Nisa?"

Nisa terhenyak mendengarnya.

"Jika Rei tidak pantas, maka.."

"Tidak ibu, bukan begitu.." tepis Meta.

"Kalau begitu ijinkan ibu untuk meminta Nisa jadi menantu ibu. Nisa mau kan?"

Tatapan mata Meta menembus hingga ke sanubari Nisa yang terdalam, membuat Nisa tak kuasa menahan untuk tidak mengangguk, sebelum kembali tertunduk dengan wajah bingung campur merona.

.

.

.

Bersambung..

Dukung author yah kesayangan.. 🥰

Thx and Lophyuu all.. 😘

Rencana licik

'Pasangan kekasih yang bertengkar itu biasa, tapi bukan berarti.. seorang sahabat bisa menikung dengan seenaknya.'

.

.

.

Sean masih tercenung lama, menatap ponsel ditangannya dengan lunglai.

Ia baru saja menerima telpon dari Rei, yang terdengar sangat marah dan kecewa padanya, dan kalimat terakhir Rei cukup ampuh memukul hati sekaligus bathinnya dengan cukup keras.

"Seharusnya sejak awal, aku memang tidak terlibat.. " desis Sean, rasanya ingin membanting ponsel saking gemasnya.

Seumur hidupnya Sean sudah mengenal Rei. Sahabat sejak masa kanak-kanaknya itu tidak pernah sekalipun memperlihatkan emosi berlebihan, apalagi kemarahan padanya. Tapi pembicaraan singkat barusan benar-benar mencerminkan betapa besar kekecewaan Rei sehingga bisa bicara tanpa henti seolah tidak ingin memberikan dirinya kesempatan untuk menjelaskan panjang lebar.

Suara ketukan di daun pintu kamarnya yang terpentang membuat Sean menoleh.

"Den Sean, ditunggu ibu diruang baca.." ucap bik Atik yang berdiri tepat di daun pintu.

"Iya bik, nanti aku akan kesana.." jawab Sean dengan lunglai.

"Baiklah, den.. kalau begitu bibik ke dapur dulu yah."

"Iya bik.." Sean mengangguk.

"Here we go.."

Ujar Sean dalam hati, seolah sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan mommy nanti.

Tidak lain dan tidak bukan.. nasehat panjang lebar telah menanti..

XXXXX

"Sial..! sial..!! sial..!!!"

Liliyana mengumpat kesal. Saking kesalnya ia langsung melempar high heels enam centi yang dipakainya begitu saja kearah rak sepatu.

Baru saja merasakan kebahagiaan yang tak terhingga, bisa meyakinkan pria ter-most wanted, idaman semua wanita, memonopoli seharian full waktu dengannya meskipun harus dengan jalan menyusun sebuah skenario drama murahan, namun dalam sekejap semua usahanya digagalkan.

"Sialan. Dasar perempuan tua diktator!!"

Liliyana mengumpat keras saking kesalnya, karena pada akhirnya segenap usahanya dalam beberapa hari ini sirna tak berbekas, terkalahkan dengan mudahnya oleh wanita tua yang tak lain ibunya Sean yang sering disapa ibu Arini itu.

Ternyata rumor yang beredar itu benar adanya. Tidak Sean yang terlihat sangat badboy.. tidak Rei yang justru sangat kalem dan penurut.. kedua lelaki penerus kerajaan bisnis orangtua mereka yang kaya raya itu sama saja. Dua-duanya tak lebih dari pria pecundang yang selalu berada diketiak ibu mereka..!

Huhh..!

Liliyana tidak bisa menebak dengan pasti entah apa yang telah diucapkan ibunya Sean, karena pada kenyataannya, begitu menerima telpon dari ibunya wajah Sean langsung berubah pias.

Otak Sean seperti telah dicuci dengan begitu cepat sehingga sikap pria itu yang awalnya hangat dan empati mendadak menjadi dingin dan tidak bisa dibujuk lagi.

Sialnya saat Liliyana nekad merayu dengan jalan mencoba mendapatkan ciu man Sean, tanpa berfikir dua kali Sean langsung menepikan mobilnya dengan ekspresi sedingin es dikutub utara.

"Turun."

"Sean ada apa?" Liliyana terhenyak menyadari Sean sedang berusaha mengusirnya dari dalam mobil. Jemarinya yang menyentuh lembut jemari Sean bahkan langsung ditepis.

"Liliyana, turunlah.."

"Tidak." Liliyana bersikeras sambil menggeleng berkali-kali. "Sean, apa salahku..? kenapa mendadak kamu berubah mi menjadi seperti ini..?" air mata buaya betina miliknya meluncur deras membasahi pipi, tapi bukannya kasihan, kali ini Sean malah melengos.

"Liliyana.. sejak awal aku sudah tidak setuju dengan semua sikapmu yang berlebihan kepadaku, dan aku bahkan sudah mengatakannya. Lalu kenapa barusan kamu mau.. mau.." Sean terlihat menelan ludah, enggan menanyakan alasan mengapa tadi Liliyana nekad ingin menciumnya.

"Sean.. aku.. sebenarnya aku sangat menyukaimu.."

"Astaga.." Sean bergumam pelan seraya memijit keningnya.

"Aku bersungguh-sungguh, Sean, aku menyukaimu. Selama ini aku memendamnya karena tidak ingin menyakiti Rei.."

"Just stoped it."

"Sean, aku serius.."

"Turun."

"Sean.."

"Liliyana, tolonglah.. aku tidak ingin kamu salah memaknai kebaikanku. Aku memang brengsek.. tapi merebut pacar teman itu sama sekali bukan sifatku.."

"Tapi hubunganku dengan Rei sudah berakhir.. jadi tidak ada istilah merebut.."

"I don't care. Selama ini pundakku ada untukmu layaknya seorang teman. Tapi bicara tentang cinta itu tidak mungkin. Kamu masih bersama Rei atau tidak.. aku tidak mungkin menjalin hubungan denganmu. Tidak hari ini.. tidak juga dimasa depan. Sampai disini kamu paham tidak?"

Liliyana terpekur.

Menjadi pacar Reindra Affan Wijaya saja sudah membuatnya senang bukan kepalang, tapi bagaimana pun seorang Sean Argano Putra Djenar tetaplah berbeda.

Serakah?

Oh.. no.. Bagi Liliyana semua yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah proses untuk investasi masa depan.

Seleksi..

Koleksi..

Eliminasi..

Dan dia sudah telanjur berangan-angan bisa mengeliminasi Rei dan berhasil menggantikannya dengan Sean, kalau saja mommynya Sean yang rese itu tidak menghancurkan semua jalan skenarionya dalam sekejap mata.

Dan Sean..

Meskipun tetap mengantarnya sampai kedepan pagar kostnya, jangankan menerima ajakannya untuk turun sejenak, menoleh pun tidak sudi.

Menolak mendapatkan zonk alias tidak mendapatkan apa-apa membuat Liliyana berfikir cekatan.

Usai melempar high heels untuk meluapkan amarah, Liliyana mulai mengatur nafas yang awalnya memburu, berusaha tenang sebelum akhirnya mengambil telpon genggamnya untuk menghubungi Rei.

Nyaris satu bulan sejak ia meminta cooling down, setelah mereka berdua berselisih paham.

Liliyana lelah memaksa Rei untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih tinggi meskipun ia tau persis bahwa Rei menolak bukan karena tidak ingin, tapi semata-mata karena ibunya belum bisa menerima dirinya sebagai wanita yang dicintai putranya.

Meskipun awalnya Rei menolak ide cooling down darinya, namun pada akhirnya pria itu mengalah dan mengikuti kemauan Liliyana, yang memang sengaja melakukannya untuk memprovokasi Rei agar bisa lebih keras membujuk ibunya.

Rei setuju memberi waktu, tidak bertemu dan saling memberi kabar. Belum seminggu keadaan itu berlalu, dan Liliyana tetap bersikeras pada pendiriannya, terlebih saat menyadari Rei terus mengirimkan pesan perhatian sepanjang hari, meskipun Liliyana tidak pernah membalasnya.

'Selamat pagi my sweetheart..'

'Jangan lupa makan..'

'Selamat bekerja..'

'Good night my sweetheart.. have a nice dream..'

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat manis lainnya.

Belum sampai seminggu berlalu, sore itu Liliyana menghadiri sesi pemotretan untuk iklan produk sebuah brand kecantikan milik salah satu anak perusahaan Indotama Group, tak disangka ia bertemu Sean di lokasi, sedang mengawasi jalannya pemotretan di sore itu.

"Bagaimana kabar hubunganmu dengan Rei? masih aman dong.." sebenarnya saat itu Sean terlihat hanya berucap sambil lalu, sebagai basa-basi semata, namun pikiran liciknya tiba-tiba memikirkan hal yang lain.

Liliyana memasang tampang sendu seolah artis papan atas kenamaan yang sedang beradu akting, cukup mencuri perhatian Sean yang langsung mengerinyit.

"Lili.. ada apa dengan wajahmu? kamu baik-baik saja kan?" Sean terlihat khawatir, seraya menatap wajahnya lekat. Pria itu bahkan terlihat sedikit panik begitu menangkap bulir bening yang menghiasi pipi Liliyana.

"Ghosting.." ia menatap Sean, berpura-pura sedih untuk mencuri perhatian.

Sean terlihat menggeleng tak percaya. Meskipun Sean sendiri kerap melakukan hal itu kepada para wanita, tapi Sean meyakini bahwa Rei tidak seburuk dirinya.

"Tidak mungkin. Rei tidak mungkin melakukannya.."

"Pada kenyataannya.. itulah yang terjadi.."

Dan tangis Liliyana pecah begitu saja, cukup ampuh membuat Sean kelabakan, apalagi Liliyana menangis dengan kondisi make up berat karena sesi pemotretan yang belum usai.

"Tunda dulu pemotretannya.." titah Sean kepada crew pemotretan, menyadari Liliyana yang sudah terisak hebat.

Dan saat pria itu mengulurkan sebuah kotak tissue yang ada diatas meja tepat dihadapannya, Liliyana tidak lagi membuang kesempatan untuk menghambur memeluk tubuh Sean yang kekar dengan aroma wangi maskulin yang memabukkan. Tersedu-sedu disana dengan tangisan menyayat hati.

Liliyana tersenyum menang.. saat menyadari tubuh Sean yang awalnya kaku mulai melunak.. dan tangan kekar Sean mengusap rambutnya beberapa kali sebagai bentuk atensi atas apa yang sedang dialami Liliyana.

"Jangan menangis.. you have to trust me, please. Everything will be fine.."

Bisik Sean.. seolah ingin menenangkan Liliyana, yang justru tersenyum licik dalam pelukan hangat milik Sean.

.

.

.

Bersambung...

Like, Comment, Favoritekan, Rate 5, and Vote, 😍

Thx and Lophyuu all.. 😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!