Aku, Amaira Mudya Putri Anindita Mahemara aku terlahir dari keluarga dengan bergelimang harta
Aku putri sulung di keluarga Mahemara dari pasangan Dion Mahemara dengan Luna Mahemara
Saat ini aku berada di bangku kelas sembilan SMP Negeri 1 sekolah sekolah favorit yang banyak sekali di incar oleh murid murid
Hidupku bahagia apalagi dengan kehadiran adik kecilku yang bernama Delina Putri Mahemara
-
-
-
"Aku berangkat dulu ya ma" ucap ku sambil mencium pipi mama kemudian mencium adik perempuan ku yang ada di gendongan mama
"Hati hati ya" ucap mama
"Siap mama" aku berjalan menuju mobil dan disana sudah ada papa yang akan mengantarkan ku pergi ke sekolah sekalian dengan dirinya yang berangkat ke kantor
Sepuluh menit perjalanan akhirnya kami sampai di sekolah dan aku turun dari mobil setelah mencium tangan papa
"Belajar yang rajin" pesan papa padaku
"Siap papa,,, papa juga kerja yang giat" semangatku pada sosok laki laki yang ada di dalam mobil
Sosok laki laki yang selalu aku idolakan karena dia sosok yang sangat penyayang pada keluarga dan aku berharap di kemudian hari aku akan menemukan sosok pendamping seperti dirinya
Aku memasuki area sekolah dengan berjalan santai
"Pagi nona Amaira" sapa pak satpam
"Pagi juga pak" sapaku balik pada nya dengan sopan
Aku menyusiri koridor dan menaiki tangga untuk menuju kelas ku yang ada di lantai dua
Sesampai di kelas aku di kejutkan oleh teman teman ku
"Dor" ucap mereka sambil keluar dari pintu
"Ck" decak ku
"Happy Birthday My Bestfriend" ucap mereka dengan senyum mengembang karena berhasil membuat kejutan untukku
"Oh makasih" ucapku dengan terharu
Fera, Ana, Nara adalah teman sekaligus sahabat pertamaku saat memasuki sekolah jenjang SMP
"Selamat ulang tahun Ra" ucap Ana
Bukan hanya sahabat ku saja namun seluruh teman sekelas ku juga ikut dalam surprise ini
Setiap tahun kami selalu bergantian untuk merayakan ulang tahun masing masing
Sebuah kue di tangan Ilham sang ketua kelas berada di depanku
"Buat permohonan dulu" ucap Ilham mengingatkan
Aku memejamkan mata dan membuat permohonan sebelum meniup lilin
Semoga di ulang tahun ku kali ini aku ingin menjadi hari ulang tahun yang sangat bahagia dari sebelum sebelumnya ucapku dalam hati
Setelah mengucapkan permohonan aku meniup lilin tersebut
"Makasih ya" ucapku tulus pada mereka semua
"Gimana kalau kita nanti makan makan aku yang traktir" ucapku
"Woooaaaa"
Pukul empat sore aku pulang dari sekolah di jemput oleh Pak Anang supir pribadi ku
Saat sudah sampai aku langsung berjalan dengan riang memasuki rumah
Aku tak sabar kejutan apa yang di berikan oleh keluarga ku kali ini
"Assalamualaikum" ucapku namun tak ada sahutan
Suasana rumah sangat sepi dengan lampu yang di matikan. Aku tahu, ini pasti bagian dari rencana mereka untuk mengejutkan ku
Aku berjalan semakin jauh dan mencari saklar lampu dan..
Deg
Banyak sekali bunga dan balon bertebaran dan di sudut dinding ada ucapan 'Selamat Ulang Tahun Amaira'
Bibirku tersenyum melihat kejutan yang di persiapkan namun kenapa masih saja sepi
Aku menoleh ke sisi lain dan aku sangat terkejut dengan apa yang ada disana
Dua peti mati berwarna putih dengan papa yang duduk dan menangis
Aku berjalan menghampiri nya
Deg
Jantungku seolah berhenti berdetak karena melihat jasad Mama dan Delina di dalam peti tersebut
"Pa" lirihku
"Apa!! Ini semua gara gara kamu anak sialan" bentak papa padaku membuat ku terkejut
Dalam seumur hidupku baru kali ini papa membentakku dengan kasar
Aku tak peduli dengan bentakan papa dan aku duduk dengan lemas di lantai dan menatap tubuh mama yang ada di dalam peti itu
"Ma.. " panggilku dengan suara bergetar
Aku tak yakin jika ini semua nyata. Aku yakin ini hanya sebuah candaan
"Ma bangun ma"
Aku masih berusaha menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mataku
"Ma bangun ma Mama mau buat kejutan untukku bukan"
"Sekarang aku udah ada disini mama bangun"
"Ma buka mata mama"
"Jangan becanda ma" teriakku
Sekuat apapun aku tak mampu menahan air mata ini
"Pa ini semua gak bener kan" tanyaku berharap jika ini semua hanya mimpi
Ini hanya sandiwara mereka aku berharap itu
"Ini nyata!! Mama kamu SUDAH MENINGGAL" ucap papa dengan penuh penekanan
Gak!! Gak mungkin mama ninggalin aku ini pasti bohong!!
Ini bohong!!
Aku menangis histeris di samping peti mati mama
Ini hari ulang tahun terburuk yang pernah ada!!
"Mama jahat!!" teriakku
"Bangun ma"
Luna yang sedang sibuk mempersiapkan kejutan untuk putri sulungnya dan di bantu dengan pelayan yang lain.
"Ah iya kue bagaimana bisa aku lupa membelinya" ucap Luna
Luna memgambil Delina yang sedang berbaring di box nya dan membawanya
"Biar non Delina sama saya aja nyonya" ucap salah satu pelayan
"Gak usah saya bisa kok" ucap Luna
Luna masuk ke dalam mobil dan meletakkan bayinya di samping yang sudah di lengkapi dengan set khusus
Sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Luna membuat konsentrasi wanita itu buyar
"Hallo pa ada apa" tanya Luna
"Mama dimana" tanya papa pada wanita itu
"Lagi di jalan mau beli kue buat Amaira" ucap Luna
"Yaudah hati hati ya" ucap papa kemudian menutup sambungan telepon
Namun sebelum panggilan itu benar benar selesai Luna mendengar sebuah suara wanita yang memanggil suaminya dengan sebutan sayang
Beberapa menit dia melamun tanpa sadar sebuah truk dengan rem blong berjalan ke arahnya
Brakk
Kecelakaan besar terjadi truk itu menghantam mobil Luna dengan sangat keras membuat mobil itu terguling hingga membentur sebuah tebing
Beberapa menit dari kejadian itu polisi sudah ada di tempat kejadian dan langsung membawa Luna dan Delina ke rumah sakit terdekat
Namun sayang di tengah perjalanan keduanya sudah menghembuskan nafas terakhir
Di sisi lain Dion yang sedang bermesraan dengan wanita lain terkejut dengan berita yang dia terima jika istrinya sudah meninggal dunia karena kecelakaan
Namun bukannya sedih lelaki itu malah tertawa dan bahagia di atas kematian istrinya sendiri
"Kenapa sayang" tanya Tara yang merupakan selingkuhan Dion
"Harapan kita tercapai sayang Luna meninggal dan nantinya kita bisa menikah" ucap Dion dengan bahagia sambil memeluk Tara
"Hah!! Akhirnya setelah sekian lama aku menunggu waktu itu datang juga" ucap Tara
-
-
-
Amaira menjadi terpuruk karena kehilangan mama tercintanya begitu juga dengan adiknya yang baru saja lahir di dunia ini di saat bersamaan
Kehilangan orang yang di sayangi di saat hari ulang tahunnya
"Ma mama buka matanya ya" ucap Amaira sambil mengusap pipi mamanya yang sudah pucat
"Mama sayang kan... sama.. a.. aku" ucap Amaira dengan terbata bata karena menahan tangis
Bahunya terguncang keras dan air matanya kembali pecah
Dua orang yang sangat dia cintai kini sudah pergi dan kini dia hanya memiliki papa nya saja
Ini semua gara gara kamu anak sialan bentakan papa nya waktu itu seolah berputar putar di kepalanya di tambah dengan rasa sakit dan kehilangan di saat bersamaan
Pov Amaira
"Dek kamu gak ninggalin kakak juga kan" kini aku berganti ke pada Delina yang ada di samping mama
"Kamu biasanya nangis kan sekarang nangis dong kakak kangen sama tangisan kamu" ucapku dengan suara serak
"Kamu mau apa? Es krim? Susu? atau apa kakak akan belikan asal kamu bangun dan nangis lagi"
"Cukup mama kamu jangan" ucapku sambil memeluk tubuh kecil adikku
"Ma"
"Mama jangan pergi dong"
"Nanti tiap pagi gak ada yang teriak teriak bangunin aku"
"Gimana kalau nanti aku gak bisa bangun"
"Mama buka mata mama"
"Mama gak boleh ninggalin aku"
"Kalau mau pergi ajak aku juga kenapa hanya adek"
"Mama pilih kasih ajak aku juga ma" tangisku kembali pecah dengan aku yang menunduk di tengah keduanya
Hidupku seakan hancur
Aku tak memiliki semangat hidup lagi
Untuk apa aku hidup jika semuanya akan meninggalkan ku
Keesokan harinya
Hari ini adalah hari pemakaman mama dan Delina
Aku sudah bersiap dengan menggunakan pakaian serba hitam untuk mengantarkan mama ke tempat peristirahatan terakhir
Pemakaman berjalan dengan hikmad dan setelah selesai orang orang mulai pergi satu persatu
Awan menghitam menggantikan matahari yang semula cerah
Di pemakaman mama aku tak mampu menahan tangis lagi
Air mata ku luruh karena harus menerima kenyataan bahwa mama kini sudah pergi bersama Delina
Kini aku tidak bisa bercanda tawa dengan mama lagi. Dan mulai hari ini aku tak akan pernah mendengar ocehan mama di pagi hari
Dan kini mau tidak mau aku harus menerima kenyataan bahwa mama pergi untuk selama lamanya
Aku kehilangan mama
Aku harus jauh dari mama gara gara ulang tahun sialan ini
Aku merutuki hari ini
"Ma" lirihku dengan suara bergetar sambil memeluk batu nisan yang bertuliskan nama mama
Aku tak sanggup berkata kata lagi
Satu per satu air hujan mengenai tubuhku yang berbalut baju hitam
Dan dalam waktu beberapa detik hujan turun dengan sangat deras. Namun aku masih tak ingin beranjak dari sini. Ingin rasanya aku menghabiskan waktu disini bersama mama. Aku tak sanggup jauh dari mama
"Lebih baik kamu pulang ngapain disini kamu nangis darah pun gak akan bisa balikin mama kamu" ucap papa dengan ketus
"Pa mama meninggal dan papa dengan mudahnya ngomong gitu"
"Apa papa sudah lupa dengan cinta dan sayang papa yang dulu" tanyaku
"Heh!! Kamu gak tau apapun anak. kecil" umpat papa padaku
Mengapa papa berubah
Aku berjalan pelan dengan basah kuyup menuju mobil dan disana pak Anang sudah menunggu
"Non gak papa" tanya Pak Anang
"Gak papa pak" ucapku padahal itu bohong
Aku terluka, kecewa ingin rasanya aku marah namun tak tau pada siapa
Lima menit kemudian kami sampai di rumah dan aku langsung turun dan ingin segera mengganti pakaian
Namun aku di kejutkan dengan papa yang duduk di ruang tamu. Bukan papa yang membuatku terkejut tapi wanita yang ada di sampingnya dengan memeluk lengan papa mesra
"Dia siapa pa" tanyaku pelan dengan menunduk
"Apa itu urusanmu" bentak papa
Ingin aku menangis karena mendengar bentakan papa namun aku berusaha menahannya
Mungkin saat ini papa sedang terpuruk karena kehilangan mama dan melampiaskan nya padaku dengan membentakku
Aku harus mengerti!!
"Maaf pa" ucap ku
Aku masih tak berani menatap wajah sang papa yang merah marah
"Oh ya kenalkan dia Tara dia calon istri papa dan sebentar lagi akan menjadi ibu tiri kamu" ucap papa membuatku terkejut bukan main
Kali ini aku memberanikan diri untuk menatap wajah papa
"Pa mama baru aja di makamkan dan papa mau nikah lagi apa secepat itu rasa cinta papa ke mama hilang" tanyaku dengan nada tinggi
Entah keberanian dari mana aku bisa mengucapkan hal itu
Padahal seumur hidup aku tak pernah berkata dengan nada tinggi pada papa bahkan aku selalu hormat pada papa
Plakk
Sebuah tamparan dari papa lagi lagi membuatku heran dan terkejut. Selama ini papa tak pernah sekali pun memarahi ku apalagi sampai menampar ku
Mengapa di saat aku kehilangan mama aku juga harus kehilangan papa. Bukan kehilangan papa namun aku harus kehilangan papa yang dulu yang sayang dan cinta pada keluarga nya
Dia seolah menjadi pelindung bagi kami namun mengapa sekarang berbeda. Yang ada di hadapanku ini bukan papa yang ku kenal dia orang lain
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!