NovelToon NovelToon

The Guardian Force

Chapter 01 : Akademi Guardian

Pada tahun 2155 sebuah meteor terjatuh di permukaan bumi yang mana menghasilkan ledakan besar. Hal ini menjadi perbincangan di banyak media masa, meski begitu tak ada seorang yang bisa menemukan pecahan dari Asteroid tersebut. Selang beberapa tahun kemudian mereka muncul.

Hal yang selama ini manusia anggap sebagai rumor belaka kini bermunculan dari luar angkasa dengan jumlah yang tak terbatas, kami lebih suka menyebutnya alien.. alien itu menyerupai seekor nyamuk dan mulai menyerang manusia, sebagai penanggulangan dari hal tersebut pemerintah akhirnya membuat sebuah akademi untuk melatih siswa-siswi berbakat demi mengendalikan Guardian.

Guardian adalah robot besar setinggi 20 meter yang dipersenjatai senjata mutahir, hal itu bisa berupa senapan, pedang maupun senjata lainnya.

Dan disinilah aku berada, ini adalah tahun pertamaku masuk ke akademi itu, Akademi Guardian.

Ngomong-ngomong namaku Rio umur 15 tahun, karena alasan tertentu aku memiliki tubuh lebih pendek dari kebanyakan orang seumuranku.

Aku berada di kelas 1A dimana hanya sekitar 30 orang saja yang menempati setiap kursinya, tidak aneh jika sebagian dari mereka adalah anak pejabat, polisi maupun jenderal yang dari awal memang sudah terlatih di militer.

Untukku sendiri hanyalah orang yang mendapat beasiswa dari penyaringan yang dilakukan dari tiap provinsi di Indonesia.

"Selamat datang di Akademi Guardian, namaku Liliana, mulai sekarang aku adalah wali kelas kalian.. salam kenal."

Saat Bu guru menyambut kami, semua orang berteriak semangat, bagaimanapun orang yang menjadi wali kelas kami adalah wanita cantik berambut pirang yang jarang ditemui di negara ini, itu bukanlah rambut pirang yang dicat pada umumnya melainkan benar-benar terlihat asli, aku berfikir dia berasal dari luar negeri seperti Eropa.

"Pertama-tama ibu ingin mengenal kalian semua satu persatu, silahkan untuk berdiri di depan dan mulai memperkenalkan diri."

"Baik."

Pertama adalah wanita berambut perak, dia terlihat seperti gadis kaya raya yang sombong.

Ia menyibak rambutnya sebelum berkata.

"Namaku Isabel, dari kecil aku telah didik pendidikan militer dengan nilai tinggi entah itu nilai akademis atau non akademis. Hal yang kubenci adalah orang lemah terlebih orang yang bisa hidup santai di era peperangan ini selagi memperhatikan keluar jendela."

Apa dia sedang berusaha menyindirku?

Aku memilih untuk melewatkan seluruh perkataannya hingga ia duduk kembali ke kursinya

Selanjutnya adalah pria yang memakai kacamata, ia memiliki tubuh tinggi dengan rambut gondrong.

"Namaku Nakamura."

Keheningan terasa sesaat di dalam kelas.

"Apa segitu saja?" tanya Bu Liliana.

"Benar, namaku Nakamura."

Kami semua terdiam, aura yang diberikan olehnya benar-benar sangat suram, setelah perkenalan kedua orang aneh di awal aku merasa tidak harus memperhatikan yang lainnya juga.

Selanjutnya adalah giliranku, mengenakan seragam akademi sedikit membuat gugup meski begitu aku berusaha untuk menutupinya.

"Namaku Rio, ke depannya mohon bantuannya."

Isabel mengangkat tangannya.

"Kau lebih pendek dari yang kubayangkan."

"Siapa yang kau panggil pendek, pendek."

"Apa?"

"Sudah sudah, jangan bertengkar."

"Namaku Nakamura."

Pada akhirnya di hari pertama aku malah bertengkar dengan seorang gadis.

Sekembalinya aku ke tempat dudukku ibu Liliana mulai menjelaskan apa saja sistem di akademi ini, selain kamar asrama yang diberikan untuk kami, akademi ini juga memberikan uang jajan yang banyak setiap bulannya serta uang makan tiga kali sehari.

Bukannya ini akademi yang menjanjikan? Terlebih yang membuatku senang adalah kami bisa membuat senjata yang kami inginkan.

Chapter 02 : Rekan

Pada waktu istirahat aku telah terlambat lima menit yang mana menjadikanku berada di barisan belakang, selagi membawa piring makanan, aku mulai mencari bangku kosong, hampir seluruhnya telah terisi penuh kecuali meja dimana kedua orang itu duduk.

Mereka adalah Isabel dan Nakamura.

"Boleh aku duduk di sini?"

"Terserah kau," kata Isabel selagi menyibak rambut peraknya, kepribadiannya masihlah buruk seperti biasa.

Aku duduk di sebelahnya tanpa mengatakan. apapun lagi.

~Tatap

Isabel menatapku seakan ada sesuatu yang ingin diucapkannya begitu pula Nakamura yang mendorong kacamatanya.

"Apa yang kalian inginkan dariku?" aku memilih menyerah hingga memutuskan untuk bertanya.

"Begini Rio, seperti apa yang dikatakan Ibu Liliana kita harus membuat grup beranggota tiga orang, jika kau tidak keberatan maukah kau bergabung dengan kami?"

"Meski kau bilang begitu?"

"Tolong lah, aku tidak yakin ada orang lain yang mau bergabung dengan kita, terutama dengannya."

Nakamura menunjuk ke arah Isabel dengan tatapan bersinar.

"Aku? Aku ini siswa terbaik kau tahu? Semua orang pasti ingin bergabung denganku."

"Lihat sendiri kan Rio, gadis ini sangat aneh."

"Kau ingin kuhajar Hah?"

Aku bisa mengerti soal itu, baru pertama masuk kelas dia telah menjadi musuh semua orang. Aku tidak tahu ini akan menjadi pilihan terbaik atau salah, yang jelas saat seseorang meminta bantuanku kurasa aku tidak bisa mengabaikannya, terlebih sampai sekarang aku juga tidak menerima permintaan dari siapapun.

"Baiklah, aku akan bergabung dengan kalian."

"Terima kasih, mulai sekarang aku akan memanggilmu Brother."

"Tidak, tidak, itu terlalu berlebihan."

Di sisi lain Isabel menyodorkan tangannya ke arahku.

"Selamat bergabung, tapi tetap saja aku yang akan menjadi leadernya."

"Aku tidak keberatan soal itu."

"Isabel?" Nakamura memangilnya hingga pada akhirnya Isabel mendesah pelan.

"Aku tahu, kaulah yang akan menjadi pemimpinnya."

"Aku?"

"Kami sudah memutuskan bahwa jika ada satu orang lagi yang bergabung dialah yang akan menjadi leader."

Mereka seenaknya saja, Nakamura melanjutkan.

"Mari perkenalkan diri kita kembali, namaku Nakamura, aku ahli dalam teknologi.. aku bisa meretas sistem apapun di dunia ini."

Itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan kebanyakan orang, dibanding itu yang membuatku lebih terkejut adalah kepribadian Nakamura. Sebelumnya dia terlihat suram akan tetapi dia malah terlihat berbeda sekarang, aku memutuskan untuk bertanya padanya.

"Nah Nakamura, bukannya kau sebelumnya di kelas tidak banyak bicara?"

"Soal itu... sebenarnya aku sedikit gugup jika di lihat banyak orang," balasnya berusaha untuk tidak terdengar siapapun.

"Aku mengerti."

"Aku juga akan menunjukkan temanku yang lain padamu Brother."

Nakamura mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan sosok gadis imut di dalam layarnya, gadis itu berpenampilan seperti raja iblis dari dunia fantasi.

"Ai," tanpa sadar aku mengatakan demikian.

"Benar sekali... namanya Mi-chan, dia adalah asistenku."

"Jadi begitu, ternyata kau lolicon," potong Isabel.

"Siapa yang kau panggil lolicon, aku hanya menyesuaikan tubuh Mi-chan agar pas dengan layar ponselku."

"Banyak alasan."

Aku yang memperhatikan pertengkaran keduanya hanya bisa tersenyum masam.

"Apa kalian berdua sudah saling kenal?"

"Tidak, kami baru kenal beberapa menit di sini," balas Isabel.

Itu baru luar biasa, sekarang giliran Isabel yang memperkenalkan diri.

"Namaku Isabel, aku ahli dalam merakit senjata api, menggunakannya serta bertarung."

Hal seperti itu sudah tidak aneh lagi, hanya tinggal aku saja yang belum memperkenalkan diri.

"Namaku Rio, tidak ada yang menarik tentangku.. aku hanya bisa membuat senjata, tapi belakangan ini aku juga belajar bagaimana membuat Guardian," ketika aku mengatakannya keduanya malah bengong.

Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?

Chapter 03 : Bengkel Akademi

Setelah mendapatkan izin dari Bu Liliana aku akhirnya bisa mengunjungi bengkel akademi, ini sudah seminggu semenjak aku mulai bersekolah di tempat ini.

"Kalian berdua, kenapa mengikutiku datang kemari?"

"Kenapa ? Sudah jelas kita kan team Brother, bukan begitu kan orang kaya?"

"Jangan memanggilku orang kaya, panggil aku tuan putri."

"Hai, hai."

Seperti biasa kedua orang ini tidak pernah membiarkanku sendirian, kami masuk ke dalam bengkel dimana seluruh Guardian berjajar rapih, beberapa dari mereka juga tampak sedang diperbaiki.

Unit yang dipakai di akademi ini berwarna hitam, seorang pria bertelanjang dada berjalan ke arahku, dia memamerkan seluruh ototnya yang penuh keringat, rambutnya bergelombang di ikat ke belakang.

"Apa yang kalian lakukan di bengkelku bocah nakal?" teriaknya.

"Nggak usah muncrat juga kali," potong Isabel menyibak rambutnya.

"Bukannya kau?"

Aku segera memotong.

"Aku sudah mendapatkan izin untuk ini," aku memberikan kertas yang sebelumnya kudapat, pria itu membacanya sekilas lalu menyobeknya begitu saja.

"Jika kau punya kemampuan, lakukan semaumu."

"Terima kasih."

Si pria itu memanggil seorang wanita berambut sebahu yang sedang mengenakan baju bengkel. Hampir seluruh rambutnya dipenuhi debu.

"Ada apa Bos?"

"Anak ini akan bekerja di sini, pastikan dia berkerja sungguh-sungguh atau kalian berdua di pecat."

"Ba-baik."

Setelah kepergian pria berotot itu, si wanita menghela nafas lega.

"Apa-apaan pria itu?" tanya Isabel.

"Namanya Bos Ferdy, dia orang yang bertanggung jawab di sini... ah benar, namaku Nia, aku asistennya."

"Namaku Nakamura, salam kenal."

Nakamura segera mendekat ke arah Nia yang tampak tidak nyaman sampai Isabel menarik kerah seragamnya ke belakang.

"Aku Isabel."

"Aku Rio, kami siswa baru di akademi ini "

"Begitu, mari ikut aku ke ruangan."

Aku mengajukan permohonan untuk bisa membantu di bengkel ini, awalnya kukira aku tidak akan mendapatkan izin tapi pada akhirnya aku diberikan hak seperti ini.

Nia berkata ke arahku.

"Nah Rio, aku boleh tahu kenapa kau ingin membantu di bengkel ini? Setahuku siswa akademi hanya diperbolehkan belajar untuk menaiki Guardian, baru setelah mereka lulus mereka bisa mengambil teknik lanjutan untuk menjadi montir."

"Aku ingin membuat Guardianku sendiri dan pergi ke medan perang."

"Bukannya itu berlebihan, apa kau tahu seperti apa medan perang itu?"

Isabel dan Nakamura hanya diam mendengarkan.

"Karena sudah tahu maka aku harus ikut bertarung."

"Jangan bilang kau tinggal di Jakarta pusat."

"Benar."

Jakarta pusat adalah lokasi yang menjadi sarang para nyamuk alien itu, di dalam kemiliteran kami menyebutnya "Inside" Jakarta pusat yang tadinya kota indah kini berubah menjadi kota mati dimana para Inside berada.

Ibukota negara pun kini telah dipindahkan ke Kalimantan.

Di ruangan itu nona Nia memberikan kami teh lalu memberikan kami formulir.

"Kami juga," ucap Nakamura.

"Kalian sudah datang kemari bukannya sayang jika melewatkan ini, baru sekarang ada murid yang mengajukan diri ke bengkel loh."

"Selama ini pasti siswa-siswa di akademi sangat malas."

Kami membiarkan perkataan Isabel berlalu begitu saja.

"Kalian berdua tidak perlu ikut merakit mesinnya, akan lebih baik jika kalian menjadi penguji saja... hmm, sebenarnya kami kekurangan orang di bagian itu."

Nakamura dan Isabel menggebrak meja hingga aku sedikit terbatuk-batuk.

"Nona Nia yakin, kami masih kelas satu loh, bukannya siswa bisa mengendarai Guardian di tahun kedua."

"Tak masalah, aku yakin Bos juga akan berkata begitu."

"Aku menerimanya."

"Aku juga ingin tahu bagaimana cara mengendalikan benda itu," tambah Isabel sementara Nia tersenyum kecil.

Entah kenapa dia terlihat sedang merencanakan sesuatu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!