NovelToon NovelToon

Love Me Now

Me

Musim dingin di Shanghai mengawali hari pertamaku di Semester Akhir ini. Musim dingin adalah musim favoritku,karena menurutku waktu paling romantis itu saat salju turun. Aku Crystal Wong, mahasiswa kedokteran semester akhir di Universitas Fudan, Shanghai.

"Xiao Xi cepatlah, FanFan sedang menunggumu." Teriak ibuku dari lantai bawah.

Kebanyakan kami orang China memiliki 2 nama, nama kecil yang orang tua kami berikan dan nama resmi yang tertulis di akta lahir.

Xiao Xi sendiri adalah nama kecilku, begitu orang orang terdekatku memanggilku. Xiao berarti kecil, tubuhku memang tak terlalu tinggi. Orang bilang gigiku yang gingsul membuatku terlihat sangat imut.

Keluargaku sendiri bukanlah keturunan dokter. Ibuku seorang Ibu rumah tangga biasa dan ayahku adalah dosen biologi di Universitas Fudan. Biang keroknya bermula dari kakakku Hendery Wong, yang lulus dari Universitas Jinnan jurusan kedokteran dengan nilai terbaik, dari situlah ibu selalu mengarahkanku untuk masuk dunia medical.

Awalnya aku tak berniat menjadi dokter, aku bermimpi menjadi pianis. Aku bahkan berencana masuk fakultas musik bersama sahabatku Xiao Jing. Tapi karena aku mau membuat ibuku bahagia. Jadi yah sudahlah, aku membuang impianku dan masuk sekolah kedokteran. Selain ibuku, ada seseorang yang membuatku termotivasi masuk dunia medical, dia adalah cinta pertamaku.

*/

Setelah selesai bersiap-siap, aku berlari menuruni tangga.

"hati hati, nanti kau jatuh." teriak ibuku.

"Iya ma, aku pergi yah bye bye."

Aku pamit ke ibu lalu bergegas keluar. Dengan tergesa gesa aku berjalan keluar menemui FanFan yang sedang menungguku.

Setiap hari dia datang menjemputku, bukan dengan mobil. Kami naik sepeda bersama ke kampus,karena jarak rumah kami ke kampus yang terbilang cukup dekat. Bukan berboncengan layaknya drama romantis, kami membawa sepeda masing masing. Aku tak mau fans FanFan melempariku dengan batu saat melihatku dibonceng oleh FanFan.

"Pagi? " Sapa FanFan.

"Pagi." sahutku.

FanFan itu bukan pacarku, FanFan sendiri adalah sahabatku sekaligus tetanggaku, kami tumbuh dan besar bersama. Bagaimana tidak? rumahnya berada di samping rumahku. Dari SD, SMP, SMA, bahkan kuliah pun kami selalu bersama.

Fisik FanFan menarik, dia tampan, dia juga murah senyum, hanya saja dia sedikit narsis dan urakan. Bahkan dia menjadi idola di sekolah kami dulu. Di kampus pun dia tak kalah populer. Dia mendapat julukan pangeran disney , karena banyak yang bilang dia mirip pangeran Philips yang ada di dongeng disney.

Dengan fisik seperti itu, mudah bagi FanFan mendapatkan perempuan cantik. Hanya saja dia tidak tertarik, bukan tidak suka sama perempuan, dia 1.000 % normal kok.

Sebenarnya pas SMA, FanFan pernah suka sama seorang gadis di sekolah kami. Dia siswa kelas biologi 2, tetangga kelas kami. Perempuan itu juga suka sama FanFan,bahkan mereka sempat pacaran. Tapi pas kami lulus SMA, perempuan itu pergi, hilang bak buih lautan, entah kemana meninggalkan FanFan. Hal itulah yang membuat FanFan terluka dan tidak mau menjalin hubungan lagi dengan perempuan lain.

Awalnya sih aku heran sama FanFan, dia bahkan tak terlihat seperti anak- anak pintar kebanyakan, kutu buku, suka ke perpustakaan ,atau sejenisnya. Dia lebih terlihat seperti seorang selebgram atau youtuber. Bahkan akun Weìbo miliknya saja sudah memiliki satu juta followers.

(Weìbo\=twitternya orang china, sejenis sosial media mirip Instagram)

"Kok bisa sih dia pintar? dia kan nggak pernah belajar. Aku nggak pernah lihat FanFan serius belajar, atau mungkin dia belajar giat di rumahnya. Ah entahlah, mungkin DNA kali ya, kakaknya kan pintar dan ayahnya adalah dokter" gumamku dalam hati.

Saat kami mendaftar di Universitas Fudan, dia lulus jurusan yang sama denganku dengan nilai ujian tertinggi. Aku tak pernah iri pada kepintaran FanFan karena aku juga bukanlah mahasiswa yang bodoh, aku masuk top 3 mahasiswa terbaik di fakultas kedokteran. Tentu saja FanFan 1 tingkat di atasku, dia ranking 1.

*/

*Di kampus*

(gēgē ; panggilan untuk kakak laki-laki)

"FanFan gēge selamat pagi." teriakan junior kampus kepada FanFan menggema bak fangirl seorang Idol.

Perjalanan ke Kelas pun bak Red Capet bagi FanFan. Dan aku, yah aku merasa seperti manajernya. Banyak junior yang memintaku mengirimkan salam, coklat, atau apalah untuk FanFan.

"Crystal Jìejie tolong berikan coklat ini untuk FanFan gēge yah? eh susu ini juga, blablabla.."

(Jìejie : panggilan untuk kakak perempuan)

Junior memintaku ini dan itu, kadang aku merasa jengkel dengan mereka, tapi aku sudah terbiasa. Yang paling parah adalah sasaeng fans FanFan, fans yang terobsesi sekali sama FanFan, mereka pernah membuat kempes ban sepedaku, membuatku sakit perut, banyak deh. Bahkan mereka menghujatku dengan kata-kata yang kasar.

"Wei apa kau tak bosan nempel pada FanFan terus? pergi sana, dasar Lintah." Aku membayangkan bagimana seramnya fans FanFan yang seperti ini.

Hal seperti ini sudah biasa bagiku, aku bahkan sudah kebal dan hafal dengan kelakuan mereka. Untungnya sejak kami menginjak semester atas, kelakuan mereka agak berkurang.

Banyak orang bilang aku beruntung bisa kenal dan dekat dengan FanFan. Tapi menurutku biasa saja, mungkin karena kami besar bersama. Selain baik,ada satu hal yang aku suka banget dari FanFan, dia punya kakak yang super duper tampan. Kakaknya yang tampan itu juga sahabat kakakku Hendery, mereka bahkan sama-sama menjadi dokter di Rumah Sakit ternama di Beijing.

*/

*Di Lab*

Saat mengerjakan laporan di Lab pun,aku tak bisa berhenti memikirkan kakak FanFan. Sebenarnya aku berteman dengannya di WeChat, tapi aku terlalu malu untuk menyapanya. Di Weìbo nya pun dia tidak pernah update. Jadi, aku sempatkan menanyakan kabarnya ke FanFan.

"Eh, kakakmu kapan pulang?" Tanyaku.

"Mungkin dia tidak akan pulang musim dingin ini." kata FanFan.

Aku cukup kecewa mendengar jawaban FanFan, salah satu motivasiku masuk di dunia kedokteran adalah karena Liu YangYang, kakak FanFan. Maklumlah sudah 1 tahun aku tak bertemu dengannya. Sejak menjadi dokter residence kakak FanFan dan kakakku jarang pulang, dan tahun ini yang paling lama.

(gē \= sebutan untuk kakak laki-laki)

Yang gē adalah cinta pertamaku saat di SMA bahkan sampai saat ini. Dia adalah laki laki yang baik dan tak kalah tampan dari FanFan, hanya sedikit lebih rapi ketimbang FanFan.

"Kenapa kau menanyakan kakakku?, aku tau, kau masih menyukainya ya?" Tanya FanFan.

Bukan hal baru bagi FanFan, dia tau kalau aku menyukai kakaknya, dia bahkan sudah bosan aku paksa untuk memabantuku dekat dengan Yang gē.

"ya sudahlah." kataku sambil menghela nafas.

Bukan kali pertama bagiku mendengar Yang gē tidak pulang, dia terlalu sibuk bekerja di rumah sakit. Bersama dengan kakaku dia menjadi dokter bedah Toraks dan Kardiovaskuler muda di salah satu rumah sakit terbaik di Beijing.

"Apakah dia sudah punya pacar di Beijing sana? di Beijing kan banyak perempuan cantik? ah nggak mungkin deh. Jangan mikir yang macem macem deh Crystal…” pernah terpikir seperti itu dibenakku, tapi aku selalu memotivasi diriku. Melihat karakter Yang gē yang pendiam, tidak mungkinlah dia begitu.

Aku bergumam, "Aku hanya berhayal, Yang gē kan bukan Dery gē yang pecicilan dan mata keranjang."

Aku mulai asyik berkhayal tentang Yang gē sambil senyum senyum sendiri. Bunyi Telpon FanFan membangunkanku dari dunia khayalanku.

"Wei, ponselmu bunyi tuh." kataku.

"Sudahlah, angkat aja aku lagi sibuk nih. Palingan Dari Mama." jawabnya.

Aku pun mengambil ponsel FanFan di dalam tasnya. Saat melihat layar ponsel FanFan aku tercengang, sekaligus gembira melihat nama orang yang menelpon. Kakak FanFan menelpon.

"Yang gē? Yang gē menelpon?" kataku dalam hati.

♡♡♡♡♡

Mood

Perasaan apa ini? bahagia, gugup, bercampur menjadi satu. Mungkin karena sudah lama aku tak mendengar suara Yang gē. Aku pun mengangkat telponnya.

(gē \= panggilan untuk kakak laki-laki)

"Halo? Yang gē, ini aku Xiao Xi. FanFan sedang sibuk sekarang, jadi aku yang angkat." jawabku dengan suara manis nan lembut. Tapi setelah beberapa lama, kenapa Yang gē diam saja?

"Helo Yang gē? "

Setelah beberapa saat, terdengar suara tawa ngakak di telpon. Suara yang tak asing di telingaku.

"Haahahaha, dasar kau Xiao Xi. Rupanya kau masih sama saja ya? SURPRISE!! ini aku, kakakmu yang paling tampan, Hendery Wong hahhaha."

Mendengar suara kakakku itu membuatku merasa sangat jengkel. Aku kira Yang gē yang akan bicara, eh ternyata malah kakakku yang jahil.

"Kau betul betul jahat Dery gē. Kenapa kau mempermainkanku?" ketusku.

"Aku tak bermaksud begitu, aku pengen ngasih tau aja kalau aku dan YangYang akan pulang merayakan Tahun Baru bersama. Aku menelpon pakai ponsel YangYang karena batrei ponselku lowbat." jawab kakakku.

"Tapi Xiao Xi, kenapa suaramu berubah setelah tau aku yang nelpon, bukan YangYang? dasar kau yah adik durhaka." timpalnya dengan nada bergurau.

"Ah eggak kok, eh ngomong-ngomong kapan kalian pulang?" tanyaku yang penasaran.

"Mungkin minggu ini, kami akan cuti 1 minggu." kata kakakku.

Mendengar kabar mereka akan pulang, tentu saja aku senang bukan main. Aku senang sekali, orang yang aku suka akan pulang. Ah sudah lama aku tak melihat Yang gē, aku sungguh merindukannya.

*/

*DI KANTIN*

Istirahat makan siang.

FanFan pergi memesan makanan, sementara aku duduk di kursi kantin sambil bermain ponsel. Tiba-tiba FanFan datang dan mengambil ponselku.

"Eeh, berhentilah bermain ponsel, tadi kakakku ngomong apa ke kamu?" Tanya FanFan.

"Itu bukan kakakmu tapi kakakku, dia meminjam ponsel Yang gē karena batrei ponselnya lowbat" jawabku dengan lemas.

"Kau pasti kecewa kan? hahahha, lalu dia ngomong apa?" Sambung FanFan.

"Sedikit, tapi tau nggak? aku seneng banget, kakak kita bakal pulang ke Shanghai, mereka akan merayakan tahun baru disini bersama kita, wah senangnya." lontarku sambil terseyum sumringah.

"Benarkah?, eh sudahlah, ayo makan lagi." ujar FanFan.

Sembari makan kami bercerita banyak hal, seketika itu sahabat kami datang. Oh iya, selain FanFan aku punya sahabat lain. Namanya Xiao Jing, dia sahabatku dari SMA, dia juga teman FanFan. Tapi saat masuk Universitas dia memilih jurusan musik, karena dia sangat berbakat dalam bermain biola.

"Eh kalian berduaan terus? Eh kau tidak takut fansnya FanFan marah, hah?" Ledek Jing.

"Nggaklah, udah biasa." ujarku seraya menghela nafas.

FanFan dan Jing tertawa mendengar jawabanku. Aku memang tak punya sahabat dekat selain mereka. Ada satu lagi sahabat kami, tapi dia kuliah di Hongkong. Bahkan sekarang aku sudah jarang bermain dengan Jing, karena kami sibuk dengan kuliah masing-masing. Yah mau nggak mau sama FanFan, kemana-mana sama FanFan.

"Eh FanFan, hari minggu lusa, temenin aku cari dress baru buat tahun baru ya? eh Jing kamu ikut juga yah?" kataku.

" Maaf ya Xiao Xi, aku ada persiapan buat konser malam tahun baru, jadi aku bakal sibuk banget." kata Jing.

"Ya udah lah, aku bareng FanFan aja."ujarku.

Aku tak perlu mendengar jawaban FanFan karena dia pasti akan pergi denganku.

"Eh FanFan, aku dan Jing ada janji. Kami pergi dulu yah, bye bye! see ya on Sunday."

"Eh, kalian meninggalkanku lagi yah?" teriak FanFan.

Setelah makan di kantin, aku pergi dengan Jing. Aku mau menemaninya latihan hari ini. Kebetulan sudah lama sekali aku tak bermain piano.

*/

*Ruang Latihan Musik Universitas Fudan*

"Aku rasa kemampuan bermain pianoku menurun drastis Jing, iya kan?" keluhku pada Jing yang sedari tadi berlatih biola.

"Oh! bahkan lebih buruk" jawabnya sambil tertawa.

Aku memang sudah jarang bahkan tidak pernah bermain piano sejak lulus SMA. Apalagi pas kuliah, saking sibuknya mau istirahat tidur siang saja susah.

"Eh Jing, kau sama sekali tidak pandai menjaga perasaan orang yah,kau memang bukan sahabatku." gerutuku pada Jing.

Jing hanya bisa tertawa mendengar perkataanku. Lalu dia pun mulai bertanya-tanya padaku, aku sih wajar mungkin dia rindu padaku.

"Eh, kau dan Yang gē gimana? apa ada perkembangan?jangan-jangan kau belum mengungkapkan perasaanmu padanya yah? apa dia sudah kembali dari Beijing? lama juga yah?" tanya Jing.

Inilah sifat asli sahabatku Jing, sahabatku ini memang cerewet. Kalau sudah bertanya dia akan menginterogasiku seperti detektif.

"Kau cerewet banget sih Jing. Hmm...kalau masalah Yang gē, yah gitu deh. Eh tau nggak dia sama kakakku bakal balik dari Beijing minggu ini."

Aku yang semangat menceritakan tentang rencana kepulangan Yang gē ke Jing dan hal.itu membuat Jing semakin penasaran. Jing mengambil buku musiknya, lalu duduk di sampingku.

"Eh, apa kau tak bosan? dari SMA kau menyukai Yang gē, udah berapa lama ya.? carilah laki laki lain, kenapa nggak sama FanFan aja, dia kan ganteng, baik lagi sama kamu." kata Jing.

Belum selesai Jing bicara, aku langsung memotongnya, "Jing, FanFan itu sahabatku, dia bocah kecil yang udah aku anggap sebagai saudara, mana mungkin aku sama dia? aku nggak pernah menganggap dia sebagai laki-laki, lagian aku lebih tua darinya."

"Xiao Xi, kau itu lebih tua satu hari dari dia, jadi jangan melebih-lebihkannya, dasar kau gadis tengik."

Sejenak Jing terdiam, lalu dia kembali mengoceh, "Eh Xiao Xi, aku punya teman, dia pemain piano juga. Dia juga jago banget main gitar dan yang nggak kalah penting suaranya bagus, tampangnya nggak kalah kok dari Yang gē."

Jing yang semangat, mulai berusaha mengenalkanku pada temannya. Aku sih tak pernah meresponnya secara serius.

"Kau pasti sudah gila ya Jing, sini aku periksa otakmu. Kau saja jomblo, dan mau sok-sok an menjodohkan aku. Dasar kau." candaku sambil memegang jidat Jing.

Saat kami asyik bercerita dan tertawa di ruang latihan, tiba-tiba datang seorang laki-laki menyapa Jing.

"Eh Jing, ini kertas musik yang kamu minta kemarin, ada beberapa note yang udah aku perbaiki." ujar laki-laki itu.

"Makasih yah Shangyan." kata Jing.

Saat berbicara dengan Jing, aku menatap laki-laki bernama Shangyan itu. Dia cukup tampan, alisnya tebal dan hidungnya mancung, suaranya juga indah. Mata kami tak sengaja bertemu. Tatapannya sangat tajam.

Setelah itu Shangyan pergi. Jing kembali duduk disampingku sambil membaca kertas yang penuh dengan note balok itu.

"Eh gimana?" Tanya Jing padaku.

"Apanya yang gimana?" Aku balik bertanya pada Jing.

"Bukankah dia tampan? dia itu Shangyan laki laki yang mau aku kenalkan padamu. Kita sebaya, ganteng kan? dia jomblo loh? blablabla.."

Panjang lebar Jing, berusaha membujuk ku agar mau berkenalan dengan Shangyan . Tapi aku tak bergeming, aku akui Shangyan memang tampan, tapi di hatiku hanya ada Yang gē seorang.

"Ih, apaan sih? nggak ah kau aja sana, aku kan udah ada Yang gē." tolak ku sambil tersenyum membayangkan Yang gē.

"Dasar, ya sudahlah. Eh ayo kita pulang udah sore nih."

Arah rumahku berbeda dengan Jing, jadi aku pulang sendiri. Sore hari aku mengayuh sepedaku melewati Huángpǔ Jiāng (sungai HuangPu) sejenak aku berpikir, "Dulu aku dan FanFan sering sekali kesini, dia dulu masih bocah ingusan, sekarang dia sudah jadi laki-laki dewasa, hahaha dasar bocah itu."

Terngiang ingatan masa kecilku bersama FanFan, tanpa sadar aku tersenyum mengingat momen-momen kami dulu. Sore ini indah sekali, walau udara dingin, matahari masih bersinar untuk menghangatkan. Aku pulang ke rumah dengan mengayuh sepedaku sambil bersenandung, entah kenapa moodku bagus hari ini.

Mungkin karena tidak ada tugas? apa karena aku bertemu sahabatku Jing setelah sekian lama? atau mungkin karena Yang gē akan pulang? Hah entahlah, aku hanya bahagia hari ini.

♡♡♡♡♡

Jangan lupa LIKE 👍 Dan kasih star 5 yah ⭐⭐⭐⭐⭐

Saran dan Kritik juga 😉

XÌEXÌE 😍

Mohon Dukungannya.

Liu FanFan

Sabtu Pagi

Hari ini hari Sabtu, hari ini aku tak ada jadwal kuliah atau tugas praktik. Tapi aku bangun lebih awal. Rencananya aku mau pergi jogging, suhu tidak begitu dingin, jadi aku berencana olahraga diluar.

"Ma, aku keluar dulu yah, bye bye."

Setelah berpamitan, aku pergi menjemput FanFan. Aku tidak ada janji sih sama dia, hanya saja aku akan merasa bosan kalau harus jogging sendiri.

Aku mengetuk pintu rumahnya, tak lama berselang perempuan paruh baya yang cantik muncul dari balik pintu dengan senyuman keibuan di wajahnya.

"Selamat pagi bibi." sapaku pada ibu FanFan.

Ibu FanFan ramah, hanya saja sedikit cerewet, mungkin karena dia tidak punya anak perempuan, dia begitu perhatian kepadaku.

Ibu FanFan memelukku seolah-olah sudah setahun aku tak kerumahnya, padahal baru 3 hari yang lalu aku mengantarkan makanan untuknya. Aku kemudian masuk dan menyapa ayah FanFan yang sedang membaca koran.

" Apa kabar paman?"

"Ah Xiao Xi, ayo sini duduk dan minum teh. Apa kau mencari FanFan?" tanya paman Liu.

Paman Liu juga sangat baik, sama seperti ibu FanFan, dia juga memperlakukanku seperti putrinya. Di keluarga FanFan tidak ada anak perempuan. Itulah kenapa ibu FanFan sering bercerita padaku kalau dia sangat kesepian.

"Iya, aku akan mengajaknya Jogging paman" kataku.

Paman Liu menyuruhku naik ke lantai 2 rumahnya untuk memanggil FanFan. Aku berjalan menaiki tangga, rumah FanFan tak jauh berbeda dari rumahku, dindingnya di penuhi foto masa kecil FanFan dan Yang gē. Sebelum masuk ke kamar FanFan, langkah kakiku terhenti karena melihat foto tua yang terpajang di rak buku. Sejenak aku melihat foto-foto yang terpajang di lantai 2 rumah FanFan itu.

"Bukankah ini aku dan FanFan saat kami masih TK? rupanya fotonya masih ada yah? Dan ini Yang gē, dia imut sekali di foto ini." kataku.

Aku mengetuk pintu kamar FanFan, tapi tak ada suara. Lalu aku masuk dan melihat FanFan masih molor di atas tempat tidurnya.

"Hey, ayo bangun! ayo kita jogging. Dasar pemalas." Aku membangunkan FanFan sambil menarik selimutnya.

FanFan, "Eh hentikan, berhenti menarik selimutku, atau kau akan menyesal."

Apa yang bisa aku sesali? begitu pikirku. FanFan pasti hanya berusaha menghindari ajakanku. Aku menarik selimut FanFan dengan kuat dan melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat.

"kenapa kau tidak pakai baju?" teriakku.

"Ini kan kamarku, untuk apa aku harus pakai baju?" jawabnya.

FanFan yang santai, menarik kembali selimutnya. Sementara aku yang malu berjalan keluar dari kamarnya. Aku malu sekali saat melihatnya telanjang dada. Kami memang besar bersama, tapi kami kan sudah dewasa.

*/

* Sungai HuangPu*

"Kalau di pikir pikir FanFan memang sudah besar, dia laki-laki dewasa sekarang. Hah? Xiao Xi, ayo sadarlah, kau sudah gila ya?"

Aku berusaha untuk tidak memikirkan kejadian di kamar FanFan tadi dan melanjutkan joggingku. Aku memasang

airpodsku sambil mendengarkan lagu Diana Wang " i don't know". Seketika seseorang menepuk pundakku.

"Eh kau marah ya? atau kau terpesona dengan otot perutku?"

FanFan tiba-tiba datang dan pamer kepadaku. Tanpa rasa malu, dia terus memamerkan otor perutnya yang tidak sengaja aku lihat tadi pagi.

"Dasar gila! mana mungkin. Aku terpesona? hah? mimpi kau FanFan." kataku.

"Beneran nih? Eh kau beruntung tau, gadis-gadis lain mau melihatnya tapi tak bisa, dasar kau."

Mendengar jawaban FanFan, aku pun menendang kakinya hingga ia merintih kesakitan sambil berteriak "Apa kau pegulat?"

Pada akhirnya dia menemaniku jogging ditepi sungai HuangPu. Kami bercerita tentang masa kecil kami, tugas kuliah, dan lain-lain. Aku yang sedang berjalan tidak sengaja menemukan airpods seseorang.

"Tunggu sebentar, kau menjatuhkan airpods mu." teriakku pada laki-laki yang berjalan di depanku.

Aku memanggil laki-laki di depanku yang menjatuhkan airpodsnya itu. Dia pun berbalik ke arahku.

"Terima kasih." sahutnya.

Walau wajahnya terhalau sinar manatahari tapi suaranya terdengar familiar.

"bukankah kau Shangyan? Kau teman Jing kan? Kita pernah bertemu di ruang latihan musik." kataku.

Aku baru ingat, dia Shangyan laki-laki ber-alis tebal dan berahang runcing yang aku temui di ruang latihan musik kemarin. Dia menaikkan alisnya, lalu senyum terpancar dari bibirnya yang tipis.

"Ah kau temannya Jing yah?" sapanya dengan suara lembut.

"iya." kataku.

"Apa kau mengenalnya? dia temanmu yah?" Tanya FanFan.

Aku menceritakan pertemuanku dengan Shangyan pada FanFan. Kami pun berkenalan dan setelah itu Shangyan pergi. Sementara aku dan FanFan pergi ke minimarket untuk membeli makanan

*/

*Di Mini market*

FanFan pun mulai bersikap manis, aku mulai merasa tidak

nyaman dengan sikapnya. Dia hanya akan bersikap seperti ini ketika ada maunya saja.

"Kau tunggu disini, biar aku yang melayanimu." ujar FanFan.

Dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan aku menunggu FanFan di depan mini market, sementara dia masuk ke dalam untuk membeli makanan. Tidak biasanya FanFan bersikap seperti ini, ini pasti ada maunya. Tak lama berselang, FanFan kembali dengan membawa ramen cup untukku.

"Hah? kau sakit ya?" tanyaku padanya sambil menempelkan tanganku ke jidatnya.

"Kau bagaimana sih? aku baik salah? jahat pun salah? Kau plin plan sekali. Aku hanya ingin meneraktirmu karena sudah membuatmu bad mood tadi pagi." katanya.

Aku, "Ah itu, wah betul banget. Kau memang sahabatku."

Aku memuji FanFan, tanpa sadar aku mengelus-elus kepalanya seperti anak anjing yang patuh pada majikannya.

"Wah gege itu romantis sekali. Mama kalau aku besar aku mau punya pacar seperti gege itu." ujar anak kecil itu ke ibunya sambil menunjuk-nunjuk FanFan.

Aku, FanFan, dan ibu anak itu hanya bisa ketawa melihat kelakuan anak kecil itu.

"Hah, kau lihat itu? anak kecil itu saja mengakui ketampananku. Seleramu memang tak biasa Xiao Xi." pamer FanFan padaku.

FanFan, seperti biasa dia akan besar kepala dan menjadi narsis seketika ada orang yang memujinya. Aku hanya terdiam mengiyakan celotehan FanFan itu.

"Baiklah,baiklah, kau memang tampan, baik, dan pintar. Kau adalah sahabatku yang paling sempurna. Nah sahabatku, bisa tidak sekarang kau belikan aku air, sebelum otakku kehabisan oksigen karena mendengar celotehanmu yang penuh dengan CO² itu." kataku.

Aku menyuruh FanFan bergegas membeli air minum. Kalau tidak, dia akan berceloteh sampai malam. Setelah beberapa saat, FanFan tidak kunjung keluar dari Mini Market. Aku yang penasaran pun masuk ke dalam mini market. Aku melihatnya sedang mengobrol dengan petugas kasir. Aku merasakan hawa-hawa tidak menyenangkan pada petugas kasir itu, dan benar saja, sesuatu telah terjadi.

"Kau tampan sekali, boleh minta id WeChat ?" tanya petugas kasir itu ke FanFan.

Aku berpura-pura tak mendengarnya, kalau tidak FanFan akan pamer lagi padaku. Tapi tiba-tiba FanFan mengatakan sesuatu yang membuatku ingin memukulinya.

"Maafkan aku, tapi aku sudah punya pacar." jawab FanFan sambil menarik dan merangkulku.

"Aku? " bisikku pada FanFan.

Sontak saja aku kaget, dan tentu saja jawaban FanFan itu membuat petugas kasir itu malu.

"Maafkan saya." ucap petugas kasir itu, sambil menunduk menahan malu.

Aku dan FanFan pun pergi dari mini market itu.

*/

*Jalan pulang*

"Kau memanfaatkan aku yah? dasar kau yah!" protesku ke FanFan.

"Hahahah nggak lah, bukankah tadi menarik?" Ujarnya sambil mengelus rambutku.

Apa maksudnya dia berkata begitu? Apanya yang menarik?

Dia tidak pernah se so sweet ini, apa mungkin hanya perasaanku saja. Aku hanya merasa ada yang berbeda dalam diri FanFan, dia benar-benar sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang.

Anehnya aku merasa nyaman ketika bersamanya, mungkin karena dia selalu bersamaku sedari kami kecil. Aku bahagia

melihatnya tersenyum, dan aku juga sakit ketika melihatnya. Apa ini yang dinamakan sahabat sejati?

♡♡♡♡♡

Jangan lupa untuk Like + Rate ☆☆☆☆☆ +coment yah.

Saran dari readers sekalian akan sangat membantu 😉

XìeXìe 💕

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!