“Apakah harus pergi?”
Alesia tertawa pelan mendengar pertanyaan pelan suami tampanya. Dengan lembut di belainya pipi tirus leon. Wajah tampan pria itu semakin terlihat menawan saat sinar orange matahari sore menyinarinya.
“Aku janji ini yang terakhir kali.”
Leon menghela nafas pelan. Pria tampan dengan rambut kecoklatan itu melengos. Ini pertama kali dirinya akan berpisah jauh dengan istrinya dalam waktu yang tidak sebentar.
Satu bulan tidak seperti satu hari dimana leon bisa menahan rasa rindunya selama berada di perusahaan. Dan leon merasa tidak sanggup jika harus menahan rasa rindunya selama satu bulan pada kekasih hatinya.
“Kak.. Ini yang terakhir kalinya.”
Leon tetap diam. Dari pertama mereka membina hidup bersama dalam sebuah rumah tangga leon sudah meminta untuk alesia berhenti dari profesinya sebagai seorang model tapi alesia selalu menolak dengan halus dengan alasan yang menurut leon sangat tidak cukup untuk di terima.
“Terakhir kali kamu sudah untuk yang kedua kali ini al..”
Alesia tersenyum. Di kecupnya pipi tirus leon lembut. Alesia tau suaminya tidak mau terpisah darinya. Tapi alesia tetap harus melakoni profesinya sebagai seorang model. Kontrak sudah di tanda tangani. Dan alesia tidak mau terkena denda yang tentu saja akan membuat suaminya mengeluarkan uang untuknya.
“Oh sayangku, jangan merajuk. Aku pergi untuk kembali..” Senyum alesia.
Leon tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum. Pria tampan itu sungguh tidak bisa menolak keinginan istri tercintanya. Pesona cantik alesia membuat leon tidak bisa berkutik. Leon selalu tidak berdaya dan terjebak dalam pesona wanitanya yang memang memiliki paras cantik alami.
“Alesia, Kamu tau aku sangat mencintai kamu melebihi pada diriku sendiri. Kamu juga pasti tau kenapa aku tidak setuju kamu pergi.”
“Karna kamu nggak bisa jauh dari aku kan?” Tanya alesia menyela.
Leon terdiam. Berada jauh dari alesia adalah siksaan baginya.
Alesia mengalungkan kedua tanganya di leher leon. Wanita cantik dengan tinggi semampai itu menggesekan hidung mancungnya dengan hidung mancung leon.
“Kamu tau itu.. Tapi kenapa kamu pergi?”
Lagi alesia menghela nafas. Meyakinkan suaminya memang bukan perkara yang mudah.
“Kak.. Aku pergi untuk kembali.. Kamu juga tau itu bukan?”
Leon menatap alesia yang tersenyum manis padanya. Entah apa yang di inginkan oleh istrinya. Padahal leon bisa memenuhi semua kebutuhanya bahkan bila perlu leon bisa menyediakan mall khusus untuk istri cantiknya itu.
“Please kak.. Percaya sama aku..” Mohon alesia lirih.
“Aku percaya sama kamu al. Aku selalu percaya.. Tapi kenapa kamu tidak pernah bisa mempercayakan senuanya sama aku..?”
Alesia menurunkan kedua tanganya dari leher suaminya. Alesia memutar tubuhnya membelakangi leon yang hanya diam menunggu jawaban atas pertanyaanya.
Pandangan alesia terarah pada hamparan laut berwarna orange. Alesia merasa tidak pernah sekalipun tidak percaya dengan suaminya.
“Apa maksud kakak?” Tanyanya sedih.
Leon menghela nafas. Pria itu kemudian memeluk tubuh ramping alesia dari belakang. Kedua lengan kekarnya melingkar dengan lembut di perut rata kekasih tercintanya.
“Maaf.. Aku tidak bermaksud menyinggung kamu..” Katanya menyesal.
Alesia memejamkan kedua matanya. Wanita berambut ikal itu menghirup oksigen di sekitarnya dalam dalam kemudian menghembuskanya berlahan lewat mulut.
“Yah.. Aku mengerti.” Angguknya berusaha untuk memahami perasaan suaminya.
Leon mengecup lembut bahu terbuka alesia. Leon tidak pernah meragukan rasa juga kepercayaanya pada alesia. Leon hanya tidak bisa jauh dari wanitanya. Leon tidak bisa tanpa alesia di sampingnya.
Malamnya, Leon tidak kunjung bisa memejamkan kedua matanya sampai malam larut. Pria dengan rambut acak acakanya itu bangkit dari berbaringnya dan terduduk. Sebuah helaan nafas frustasi keluar dari bibir tipisnya. Leon benar benar tidak bisa melepas alesia pergi besok pagi.
Leon menolehkan kepalanya. Entah memang perasaanya saja yang terlalu berlebihan atau memang hanya sekedar ke khawatiranya saja, tapi leon merasa akan ada sesuatu yang terjadi.
Leon berdecak kemudian memejamkan kedua matanya. Hubungan pernikahan mereka sudah lama terjalin. 2 Tahun bukanlah waktu yang sebentar di tambah dengan masa pacaran mereka yang sampai 3 tahun. Tapi sampai mereka menikah alesia sepertinya masih tidak rela meninggalkan profesinya sebagai seorang model. Mungkin hal itu juga yang membuat mereka tidak kunjung di beri mong mongan. Karna alesia terlalu lelah. Pikir leon.
Sekali lagi leon menghela nafas. Pria itu kemudian memutuskan untuk turun dari ranjang berukuran king zisenya dan keluar dari kamar mereka meninggalkan alesia yang terlelap dengan damainya.
Langkah kaki leon berhenti ketika sampai di ujung tangga. Pria itu mengeryit melihat ruang tengah di lantai 2 rumahnya dalam keadaan terang benderang. Penasaran leon pun melangkahkan kakinya menuju ruang tengah.
Leon mengeryit mendapati tantenya masih mengobrol dengan seorang wanita berpiyama pink. Wanita itu adalah teman dekat tantenya yang memang sering menginap.
“Tante.. Pingkan, Kalian belum tidur?” Tanya leon.
Santi nama tante leon. Santi menoleh mendengar suara leon. Wanita berambut sebahu itu tersenyum kemudian bangkit dari duduknya dan melangkah menghampiri leon.
“Leon.. Kami berdua masih mengobrol tentang pekerjaan..”
Leon mengangkat sebelah alisnya. Pingkan memang wanita single pekerja keras yang leon tau. Tapi tantenya, wanita itu hanya seorang yang setiap harinya di sibukan dengan shopping dan arisan.
“Ah maksud tante pekerjaan pingkan. Kamu tau bukan pingkan adalah wanita pekerja keras yang cerdas juga baik hati..” Katanya melanjutkan.
Leon menoleh pada pingkan yang masih duduk di tempatnya. Pingkan tersenyum malu mendengar santi menyanjungnya.
Sebenarnya leon agak kurang suka dengan wanita bernama pingkan itu. Tapi mengingat jasa tantenya yang sudah menjaga dan membesarkanya leon merasa tidak enak hati jika mengatakan yang sebenarnya pada santi. Leon tidak mau membuat tantenya itu merasa terusik dengan melarangnya berhubungan baik dengan pingkan.
“Ya sudah kalau begitu aku ke bawah dulu tante..”
“Kebawah? Kamu mau ngapain sayang? Alesia mana?” Tanya santi memasang wajah bingung.
Leon terdiam sesaat. Tidak mungkin jika dirinya menceritakan apa yang di rasakanya pada sang tante. Sedang hubungan tantenya dengan istrinya saja tidak sebaik hubungan tantenya dengan pingkan. Memang mereka tidak pernah berantem secara langsung. Tapi sebagai pria yang cerdas leon bisa tau permusuhan dingin antara tante dan istrinya lewat kata kata sindiran yang selalu mereka saling lemparkan.
“Istri aku tidur tante. Ini aku mau ambil minum.” Jawab leon berbohong.
“Minum yah.. Eemm.. kamu minum aja minuman tante leon.. Belum tante minum kok, dari pada kamu capek capek turun ke bawah.. Mending kamu disini aja, ngobrol sama tante sama pingkan.”
Leon melirik segelas orange jus yang ada di atas meja depan sofa kemudian melirik pada pingkan yang hanya diam saja di tempatnya.
“Maaf tante. Tapi aku mau minum air putih saja.”
“Ada yang ketinggalan?”
Alesia menggelengkan cepat kepalanya menjawab pertanyaan suaminya. Wanita dengan jins abu abu panjang itu tersenyum kemudian meraih tangan besar leon.
“Kak...” Panggilnya dengan rengekan manja.
Leon menatap tanganya yang di genggam alesia kemudian beralih menatap alesia. Sungguh rasanya sangat tidak rela jika dirinya harus berpisah dengan istri tercintanya.
“Aku..”
“Leon, tante nggak ikut nganter yah.. Ada urusan penting soalnya.”
Alesia berdecak dan memutar kedua bola matanya jengah. Alesia kemudian melepaskan lengan kekar suaminya.
“Kak.. Aku masuk ke mobil duluan.” Katanya.
Yah.. Itulah alesia. Baginya lebih baik menghindar dari pada harus meladeni tante dari suaminya. Toh dirinya juga tidak akan mendapatkan pembelaan dari suaminya.
Leon menoleh. Pria itu tersenyum tipis mendapati tantenya yang memang sudah rapi dengan pingkan yang seperti kacung di sampingnya.
“Ya tante. Nggak papa.”
Santi melangkah pelan mendekat pada leon. Dengan lembut di usapnya bahu tegap leon.
“Kamu langsung pulang setelah dari bandara yah..” Titahnya.
Leon hanya menganggukan kepala dengan senyuman tipis yang terukir dibibirnya kemudian menyusul istrinya masuk ke dalam mobil.
“Alesia..”
“Aku nggak mau bahas tentang tante kamu kak.. Kamu tau aku dan tante memang tidak pernah sependapat.” Sela alesia pelan.
Leon menghela nafas pelan. Jika obrolan itu di teruskan dirinya dan alesia pasti akan ribut.
“Baiklah.. Kita jalan sekarang..”
Alesia mengangguk dengan senyuman di bibirnya. Alesia sendiri masih bingung. Dari dulu sampai sekarang tante leon tidak pernah menyukainya. Wanita itu juga pernah melarang leon menikahinya. Bahkan sampai sekarang santi masih suka menjodoh jodohkan kenalanya dengan leon. Pingkan salah satunya.
Alesia memejamkan kedua matanya merasa bingung juga frustasi. Hidup di benci memang tidak enak. Tapi alesia tetap harus menjalaninya. Segala upaya sudah alesia lakukan agar rasa tidak suka tantenya bisa berubah suka atau setidaknya sedikit terkikis. Tapi nyatanya semua upayanya tidak berhasil. Wanita itu bahkan semakin gencar mempersulit hubunganya dengan leon.
“Kak.. Boleh tidak aku minta sesuatu?”
Leon menoleh sekilas pada istrinya kemudian kembali menatap lurus ke depan karna dirinya sedang mengemudi.
“Apapun akan aku lakukan untuk istriku tercinta.” Senyum leon tulus.
Alesia tersenyum mendengarnya. Meskipun memang dirinya tau kemauanya belum tentu di kabulkan oleh leon, tetapi alesia pikir tidak ada salahnya mengatakanya lebih dulu.
“Bisa tidak sepulangnya aku dari bali kita pindah aja?”
Leon mengerem mendadak mobilnya yang menimbulkan suara decitan yang cukup keras karna gesekan permukaan ban mobilnya dengan aspal keras jalanan yang di lewatinya.
Dan melihat respon terkejut suaminya alesia sudah bisa membacanya.
Alesia melengos menghindari tatapan leon. Leon pasti akan menolaknya dan membujuknya untuk tetap tinggal seatap dengan tantenya.
“Aku...”
“Aku sudah tau jawabanya. Sebentar lagi jadwal pesawat aku segera tiba.. Ayo jalan lagi..” Selanya tanpa mau menatap leon.
Leon memejamkan sejenak kedua matanya kemudian mengangguk. Hubunganya dengan alesia memang tidak mudah. Sering kali mereka harus pandai pandai sendiri dalam mengesampingkan egonya. Seperti sekarang ini contohnya, alesia sengaja mengalihkan topik pembicaraan demi menghindari perdebatan dengan leon. Dan leon sangat menghargai itu.
Leon kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ketika melewati sebuah taman leon pun kembali menghentikan mobilnya.
“Kenapa berhenti?” Tanya alesia bingung.
Leon tersenyum. Tanpa berniat menjawab pertanyaan istrinya pria tampan itu turun dari mobilnya.
Melihat itu alesia mengeryit bingung. Alesia menatap suaminya yang melangkah mengitari bagian depan mobilnya hingga akhirnya berhenti dan membukakan pintu mobil untuknya.
“Turun sebentar yuk?” Ajak leon mengulurkan tanganya.
“Tapi kak..”
“10 Menit aja. Please...”
Alesia terdiam. Wanita itu tidak bisa menolak ajakan suaminya. Alesia menyambut tangan besar leon dan ikut turun dari mobil mewah pria tampan itu.
“Kita mau ngapain disini?”
Leon tersenyum lagi. Di raihnya pinggang alesia kemudian di dorongnya lembut.
“Ayo..” Ajaknya.
Sesampainya di tengah taman alesia menutup mulutnya terkejut saat melihat hamparan bunga yang begitu sangat indah dengan kupu kupu yang berterbangan di atasnya. Bunga dengan warna dan jenis yang berbeda beda itu di tanam dengan bentuk love yang membuat siapa saja akan terpana melihatnya.
“Ini bukan aku yang nyiapin. Aku nggak sengaja nemuin tempat ini dan ingin aku tunjukan sama kamu. Gimana? Kamu suka nggak?”
Alesia menganggukan kepalanya cepat. Hamparan bunga itu sangat indah di pandang oleh mata. Warna warnanya yang cantik membuat siapa saja tidak akan bosan menatapnya.
Leon ikut menatap hamparan bunga itu kemudian menoleh pada alesia yang masih terkagum kagum dengan pemandangan indah di depan matanya.
“Al..” Panggil leon lembut juga pelan.
Alesia menoleh menatap wajah tampan suaminya dari samping menunggu apa yang ingin di ucapkan suaminya.
“Aku tidak pernah membayangkan sekalipun akan jauh dari kamu dalam waktu yang sangat lama.” Katanya.
Alesia menghela nafas pelan. Leon memang sepertinya sangat keberatan dengan kepergianya.
“Tapi jika dengan melakoni profesi model kamu merasa bahagia aku tidak bisa melarang.” Lanjutnya.
“Terimakasih untuk pengertian kakak..” Senyum alesia merasa senang.
“Tapi al.. Apa kamu tau aku ingin kamu seutuhnya meluangkan waktu kamu hanya untuk aku?”
Senyum di bibir alesia memudar. Semua suami mungkin menginginkan istrinya selalu berada di sampingnya.
Alesia meraih tangan besar leon. Dengan lembut alesia menggenggamnya erat.
“Aku janji kak.. Setelah kontraknya selesai aku akan berhenti..”
Leon menoleh mendengarnya.
“Aku pegang janji kamu..” Balasnya tersenyum.
Senyum di bibir pink alesia kembali mengembang. Wanita itu langsung berhambur memeluk tubuh kekar suaminya. Leon sudah sangat berbesar hati selalu mengikuti kemauanya.
“Janji sama aku ya kak.. Jangan pernah berubah. Tetaplah menjadi kak leonard yang super pengertian.” Pinta alesia.
“Itu pasti.” Bisik leon sambil mencium rambut ikal kecoklatan istrinya.
Sekitar 7 Menit mereka menghabiskan waktu di taman bunga tersebut. Leon juga diam diam memetik bunga dan menyerahkanya pada alesia. Meskipun memang pada akhirnya leon harus membayar denda karna ketahuan merusak pemandangan indah itu oleh penjaga taman.
Sesampainya di bandara leon dan alesia segera turun. Tidak ada siapapun yang mengantar kepergian alesia ke bali selain suaminya. Semua itu memang karna alesia yang hidup sebatangkara sejak dulu. Alesia bahkan di besarkan di panti asuhan dan mulai meniti karirnya seorang diri. Tanpa dukungan dari siapapun.
“Jaga diri kamu baik baik sayang.. Cepat pulang. Dan jangan lupa selalu menelfon aku..”
Alesia tertawa mendengarnya. Leon berkata seperti itu seolah mereka akan terpisah sangat lama.
“Kakak jangan berlebihan. Aku akan secepatnya menyelesaikan projek ini. Dan setelah itu aku akan menjadi ibu rumah tangga yang super baik untuk kakak..”
Leon tidak bisa untuk tidak tersenyum. Meski hatinya terasa teriris karna sebentar lagi akan berpisah jauh dengan kekasih hatinya.
“Aku selalu pegang kata kata kamu.”
Tidak lama pengumuman untuk semua penumpang pesawat yang akan menuju bali terdengar. Alesia mencium seluruh wajah leon juga memeluk erat tubuh kekar pria itu sebelum benar benar melangkah masuk ke dalam bandara meninggalkan leon yang mematung di tempatnya.
“Tuhan.. Tolong jaga istriku.. Aku sangat mencintainya.” Lirih leon menatap punggung istrinya yang terus menjauh darinya.
Dalam perjalanan dari bandara ke rumahnya leon terus memikirkan alesia. Padahal baru beberapa menit mereka berpisah tapi leon sudah merasakan rindu di hatinya.
Leon benar benar tidak bisa menyelami isi hati dan pemikiran alesia. Semuanya bisa leon berikan. Hartanya sudah berlimpah. Kasih sayang sudah tercurah, namun semua itu tidak membuat alesia mau anteng di sampingnya. Alesia selalu mempunyai kesibukan sendiri.
Leon tau alesia memang wanita mandiri juga pekerja keras. Tetapi seharusnya alesia juga sadar diri siapa dirinya saat ini. Bukan bermaksud membatasi. Leon hanya ingin alesia tidak selalu menyibukan diri karna profesinya.
“Alesia.. Sampai kapan kamu akan terus seperti ini..” Gumam leon menghela nafas pelan.
Leon menghentikan laju mobilnya ketika tiba tiba ada segerombol orang yang menghalangi jalanya.
“Apa apaan ini.”
Leon turun dari mobilnya dan menatap satu persatu 6 orang berwajah sangar yang menghalangi jalanya. Mereka menatapnya dengan tatapan tajam penuh kebencian seakan leon pernah membuat kesalahan pada mereka.
“Saya mau lewat. Tolong menyingkir sebentar.”
Ke 6 pria berpenampilan berantakan seperti preman itu langsung tertawa mendengar apa yang di katakan leon. Padahal leon merasa dirinya tidak mengatakan sesuatu yang lucu.
“Kenapa kalian tertawa?” Tanya leon tidak mengerti.
“Alah nggak usah buang buang waktu. Ayo kita serang dia.”
Leon terkejut mendengarnya. Dengan cepat leon kembali masuk ke dalam mobilnya dan segera menghidupkan kembali mesin mobilnya menghindar dari ke 6 preman tersebut.
Leon melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Bukan karna takut dan tidak berani. Tapi leon tau mereka pasti tidak akan menyerah meskipun kalah. Mereka akan kembali menyerangnya di lain waktu.
Harapan leon mereka tidak mengejarnya ternyata hanya sebuah harapan belaka. Nyatanya ke 6 preman itu mengejarnya menggunakan 3 motor dengan berboncengan. Mereka bahkan berjarak sangat dekat dengan mobil leon.
“Sit !!” Umpat leon menambah lagi kecepatan laju mobilnya.
Leon terus memantau 3 motor di belakangnya meskipun laju mobilnya memang sangat cepat.
“Apa yang mereka inginkan sebenarnya.”
Merasa jengah leon pun memutuskan untuk menghadapi mereka. Leon memperlambat laju mobilnya hingga akhirnya berhenti tepat di jalanan yang sangat sepi.
“Apa mau kalian sebenarnya?!”
Leon menggulung kemeja abu abunya merasa emosi pada ke 6 preman yang terus saja mengejarnya.
“Hahahaa sikat !” Teriak salah satu dari ke 6 preman tersebut.
Leon terkejut karna ke 6 nya langsung menyerangnya secara bersamaan. Meskipun memang leon sempat merasa kewalahan bahkan sampai mendapat beberapa pukulan di wajah tampanya namun pada akhirnya ke 6 preman itu dapat leon kalahkan.
Dengan nafas tersengal leon melangkah mendekat pada salah satu dari ke 6 preman tersebut. Leon mencengkram kasar kerah baju preman tersebut dan menatapnya dengan penuh emosi.
“Katakan siapa yang menyuruh kalian?!” Tanya nya dengan nada tinggi.
Tanpa sepengetahuan leon diam diam salah satu dari preman preman itu bangkit. Pria berkulit coklat gelap dengan wajah sangar itu meraih sebuah balok yang berada tidak jauh dari tempatnya tersugkur kemudian berlahan mendekat pada leon.
“Jawab ?!”
Bukk !!
Cengkraman tangan leon pada kerah baju preman itu berlahan melemah. Rasa sakit hebat leon rasakan di kepalanya yang di pukul dengan keras menggunakan balok panjang oleh preman berkulit coklat gelap tersebut.
Sorak tawa ke 6 preman itu membuat rasa sakit di kepala leon semakin terasa. Leon mengetatkan giginya mencoba menahan rasa sakit itu namun berlahan semuanya terlihat mengabur hingga akhirnya gelap. Leon tergeletak tidak sadarkan diri.
“Kita apain dia boss?" Tanya salah satu preman tersebut pada temanya.
“Kita tinggalkan saja. Boss bilang supaya kita tidak membunuhnya. Cukup memukul bagian kepalanya saja.”
Ke 6 preman itu kembali menaiki motornya kemudian berlalu dengan kecepatan penuh meninggalkan leon yang tergeletak tidak sadarkan diri di jalanan sepi itu.
Deringan ponsel dalam tas santi membuat tawa wanita berambut sebahu itu terhenti. Wanita dengan dress kuning menyala itu merogoh tas mahalnya meraih benda pipih bercasing putih miliknya.
“Eem.. Sebentar, saya angkat telpon dulu.”
Santi bangkit dari duduknya dan sedikit menjauh dari teman arisanya untuk mengangkat telpon yang masuk ke ponselnya.
“Hallo..”
“Ya hallo..Ini dari kepolisian..”
Santi menelan ludahnya. Wanita itu menjauhkan ponselnya dari telinga untuk mengecek bahwa yang menelponya memang benar adalah leon keponakanya.
“Maaf.. Tapi ini nomor keponakan saya.. Ada apa ya pak? Dan kenapa hp keponakan saya ada sama bapak?”
“Kami mau mengabarkan bahwa pak leonard ada di rumah sakit sekarang. Keadaanya kritis.”
Santi terkejut mendengarnya. Padahal belum lama leon pergi bersama alesia untuk mengantarkan alesia ke bandara.
“Ya tuhan, leon..” Lirih santi tidak menyangka.
“Pak tolong kirim alamat rumah sakitnya pak. Saya akan segera kesana.”
Santi langsung memutuskan sambungan telponya setelah itu. Dengan sedikit berlari santi menghampiri sekumpulan teman arisanya.
“Ada apa san?” Tanya salah satu dari mereka.
“Aku harus pergi sekarang. Keponakanku di rumah sakit.” Jawab santi sambil meraih tasnya kemudian pergi begitu saja dari caffe tempat dirinya dan teman temanya berkumpul.
“Keponakan santi? Maksudnya CEO tampan bernama leon itu?” Tanya wanita berambut ikal hitam yang juga adalah teman santi.
“Mungkin.”
Santi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menuju alamat rumah sakit tempat leon berada sekarang. Rasa khawatir menguasai hati dan pikiranya saat ini. Meskipun leon tidak mau mendengarkanya dengan tetap menikahi alesia tetapi santi tetap menyayangi keponakan satu satunya itu. Karna bagaimanapun juga leon adalah amanah dari kedua kakak juga kedua orang tuanya sebelum meninggal.
Sesampainya di rumah sakit santi segera menuju UGD. Disana sudah ada dua orang polisi yang mungkin tadi menghubunginya.
“Pak polisi bagaimana keponakan saya?” Tanya santi begitu sampai di depan 2 polisi tersebut.
“Anda siapa?” Tanya balik polisi itu menatap santi bingung.
“Saya santi. Saya tante dari leonard kevin sanjaya.” Jawabnya cepat.
“Saat ini pak leonard masih dalam penanganan dokter. Dan besar kemungkinan pak leonard di rampok.”
Santi menutup mulutnya tidak percaya. Keponakanya sangat jago dalam ilmu bela diri. Tidak mungkin jika hanya di rampok.
“Mbak al mau cemilan?”
Alesia menggelengkan kepalanya menolak tawaran rekan kerjanya. Entah kenapa perasaanya mendadak khawatir. Pikiranya terus tertuju pada leon yang sangat tidak rela melepas kepergianya.
Alesia menatap ke kaca yang menyuguhkan pemandangan di bawahnya. Pesawatnya sudah terbang sejak 15 menit yang lalu.
“Mbak al kenapa? Ada masalah?”
Alesia kembali menolehkan kepalanya. Dan sekali lagi alesia menggelengkan kepala menjawab pertanyaan rekan kerjanya.
“Aku nggak papa kok. Hanya sedikit jenuh.” Katanya.
Wanita dengan gaun coklat tua itu menganggukan kepalanya. Namanya tania, dia juga seorang model yang sering satu projek dengan alesia.
“Aku juga sering merasa jenuh saat di pesawat mbak. Dan satu satunya cara menghilangkanya ya dengan makan.”
Alesia tertawa geli mendengarnya. Tania memang orang yang lucu juga tidak sombong.
Tuhan.. Tolong jaga dan lindungi cinta kami.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!