NovelToon NovelToon

Ghost Of Death

Lawliet sang pemburu hantu

Kriettttttttttt

Kriettttttttttt

Kriettttttttttt

Suara decitan bergetar menggema di seluruh ruangan kamar yang sempit. Sepasang tangan yang pucat menghitam dengan kuku-kutu panjang gosong dan menakutkan merangkak pelan menyusuri plafon kusam di langit-langit kamar Aura.

Gadis berusia 22 tahun yang tampak tertidur di ranjangnya dengan tenang, rambut ikal bergelombangnya yang berantakan. Wajah cantiknya yang menengadah ke arah langit-langit dengan posisi mulut agak terbuka.

Air liur terlihat sudah kering di kedua sisi mulutnya. Suara dengkuran pelannya seakan menyambut senyuman mahluk tak kasat mata yang mau menghampirinya.

Kik kik kik kik kik hi hi hi hi hi hi

Suara tawa mahluk mengerikan itu.

Semakin terlihat jelas kemana mahluk itu akan bergerak, sosok kurus dengan luka bakar hampir di seluruh bagian tubuhnya. Rambut hitam lurus yang melambai-lambai di udara menutup sebagian bentuk wajah mahluk tak kasat mata itu. Seluruh kulit di tubuhnya yang telah terbakar dan mengelupas menghitam. Gaun putih longar yang dia kenakan tak dapat menyembunyikan luka-luka di tubuh mungilnya itu.

Krietttttttt

Krietttttttt

Kriettttttt

Decitan sang plafon semakin keras terdengar, tangan dengan daging terbakar yang hampir busuk itu terus merangkak mendekat ke arah atas ranjang pemilik kamar.

Tik

Tik

Tik

Tik

Jam weker menunjukkan jam 06:59 pagi, alarm jam itu akan merbunyi tepat saat jam 07:00. Karena si empunya kamar harus bangun jam 07:00 setiap hari. Aura adalah pelajar di sebuah universitas seni, di salah satu universitas ternama di kota itu.

Mahluk menyeramkan dengan gaun putih usang itu masih terus merangkak di atas plafon, dia berhenti tepat di atas tempat tidur Aura. Suara cekikikan pelannya memggema di sekitar kamar itu, mahluk ini senang tapi entah apa yang membuatnya senang.

Kringggggggggggggg.

Jam weker pun berbunyi, karena terkesiap dan kaget. Tubuh Aura secara refleks segera bangkit ke posisi duduk tanpa membuka matanya. Wajah terbakar menghitam dengan posisi terbalik sudah tersenyum di depan wajah Aura.

Tangan Aura berusaha mencari dengan meraba-raba asal suara melengking yang menusuk gendang telinganya itu tanpa membuka matanya. Usaha Aura tak sia-sia tangan mungilnya mendapatkan biang suara yang menjerit keras di dalam kamarnya.

Tek

Dengan sekali pencet suara melengking yang berisik di kamar sempit itu kembali hilang dan kesunyian kembali menyergap telinga Aura, hanya ada suara tawa cekikikan pelan dari mahluk yang masih menggelantung terbalik di depan wajah ayu Aura.

Kik Kik Kik Kik Kik hihihihihihi

Bola mata Aura terbuka sembari suara menguap keluar dari mulutnya.

"Uahhhhhhhhhhh."

Mata kedua mahluk berbeda gravitasi itu saling bertatapan, meski wajah itu terbakar menghitam senyum menyeringai di wajah burik itu masih bisa kentara terlihat.

"Elu nggak bosan apa? Melakukan hal konyol ini setiap pagi?!" gumam Aura dengan nada malas.

"Turun!" perintah Aura, tapi pemilik senyum menyeringai dengan wajah hancur itu hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Elu mau kehilangan kepalamu?! Cepat turun!!!" bentak Aura.

Entah karena kaget atau takut oleh suara teriakan Aura akhirnya mahluk itu turun dari plafon dengan cara merangkak seperti Sepiderman.

"Hobi banget melayang di plafon, apa nggak pusing," desah Aura dengan nada sengau khas bangun tidur.

Langkah kaki telanjang Aura turun menyusuri ruangan kecil kamarnya menuju pintu keluar, dia menuju dapur yang berada di sisi kiri tubuhnya. Aura meminum segelas air putih untuk meredakan dahaga di tenggorokannya.

Apartemen dua kamar dengan ruangan depan yang lapang, dapur, ruang tamu dan ruang TV yang menyatu.

Ini adalah unit apartemen yang secara gratis Aura tempati, baginya hantu yang suka melayang di plafon tadi adalah penyelamatnya. Aura bisa tinggal gratis di dalam apartemen sederhana ini karena si kunti yang dia beri nama Jumi itu.

Apartemen dengan fasilitas yang lumayan lengkap, mahasiswi dari desa yang punya keluarga pas-pasan yang cenderung banyak hutang sepertinya. Tak akan mampu menyewa apartemen seperti ini di lokasi sesetrategis pula. Apartemen ini ada di tengah kota dan dekat kampus Aura.

Apartemen yang sudah 10 tahun tak dimasuki oleh orang lain selain Aura. Si Jumi ini adalah wanita yang dulu pernah membakar diri di kamar utama apartemen ini. Hanya itu informasi yang dia dapat dari penghuni apartemen lain di sini.

Si Jumi tak dapat berbicara, memang tak banyak hantu yang suka berbicara di dunia ini.

Tapi si kunti itu selalu berusaha menyerang Aura ketika Aura mendekati kamar utama apartemen itu. Sikap teritorial seorang hantu memang sangat mengerikan.

Lagi pula tujuan Aura si gadis tomboy itu ke sini untuk tinggal secara gratis. Jika Aura menghabisi Si Jumi itu artinya Aura akan kehilangan tempat tinggal meski dibayar cukup mahal.

Seminggu tinggal di apartemen ini ternyata sudah membuat Aura betah. Alasannya sudah jelas, selain gratis, parabot di dalam apartemen ini masih kumplit meski sudah usang.

Aura harus membersihkan apartemen itu selama seminggu agar layak untuk dia huni. Tapi hal itu bukanlah masalah yang besar, selama gadis tomboy itu bisa tinggal di rumah ini apa pun akan dia lalukan.

Jangankan bersih-bersih, meski dia harus berbohong dia tak keberatan. Benar, Aura telah menyebar kebohongan pada semua orang yang tinggal di gedung apartemen itu. Aura mengatakan jika dia pindah dari sana maka Si Kunti Jumi akan semakin meneror warga apartemen lain.

Jadi demi agar Si Kunti Jumi tenang Aura diperbolehkan tinggal di sana secara gratis, gadis bernama lengkap Aura Magisna ini memang terlihat cukup licik. Tapi apa yang dia lalukan tentu ada alasannya.

Aura Magisna, dia berusia 22 tahun bersekolah di universitas bergengsi kejurusan seni pahat. Mimpinya adalah menjadi seniman patung terkenal dari Indonesia.

Tapi tak seperti bayangannya, sekolah di jurusan ini ternyata memakan biyaya yang sangat besar. Sedangkan kedua orang tua Aura bukanlah orang yang cukup berada sekarang.

Pekerjaan Ayah Aura adalah dukun, benar dukun ilmu hitam. Sementara ibu Aura tentu saja berprofesi sebagai pecinta dukun. Alias ibu rumah tangga yang sangat mencintai suaminya yang sok punya aura mistis di dirinya.

Kenapa sok, karena di keluarganya yang telah kondang sebagai keturunan dukun itu, hanya Aura yang dapat melihat hal-hal seperti hantu. Sementara ayahnya yang ngaku-ngaku sebagai Mbah Dukun ilmu hitam itu tak bisa melihat hantu sama sekali. Bahkan hantu yang sudah tinggal lama sebagai penjaga rumah mereka di desa, tak bisa Mbah Sodik lihat.

Kami punya hantu yang sengaja dikontrak oleh leluhur keluarga kami untuk menjaga rumah, dari pencuri dan kejahatan lainnya.

2021 akal manusia yang sudah mulai berkembang, kepercayaan tentang hal mistis yang sudah mulai pudar membuat profesi dukun hanya dianggap sebagai salah satu modus penipuan. Karena hal itu perekonomian keluarga Aura langsung surut seperti sungai di musim kemarau panjang.

Kepepet, terdesak, kejerembab entah disebut apa nasib gadis ini sekarang. Aura harus mencari nafkah sendiri untuk biyaya kuliahnya dan hidupnya di kota besar ini.

Satu-satunya keahlian yang dia punya adalah, bertarung. Aura adalah mantan ketua geng berandal di sekolah SMUnya dulu. Tapi menjadi tukang pukul pun juga bukan pilihan yang bagus untuk seorang mahasiswi.

Akhirnya dia ingat akan kemampuannya yang tak dimiliki manusia kebanyakan, dia bisa melihat hantu dan menyakiti hantu-hantu itu dengan tinjunya.

Jadi sebuah keputusan dia ambil, Aura memutuskan menjadi pengusir hantu.

Aura si pemburu hantu.

Mungkin nama yang menyeramkan lebih membuat orang percaya.

Lawliet sang pemburu hantu.

Lawliet dari Death Note.

Hantu kupluk

Aura memacu motor Yamaha R25 putih barunya menuju kampus, padahal jalan kaki dari apartemennya ke kampus hanya memakan waktu 15 menit saja tapi gadis tomboy ini sengaja ingin pamer.

Bisnis usaha yang dia jalankan selama 3 bulan belakangan ini berhasil. Tentu saja usaha Pemburuan Hantu, apa lagi.

Aura memasang iklan di media sosial yang dia buat khusus untuk bisnis barunya itu, dengan nama Lawliet sang pemburu hantu. Jadi semua orang di kota itu bisa melihat jasa apa saja yang dia tawarkan.

Mengusir hantu dari sebuah bangunan, layanan itu adalah yang paling diminati pelanggannya akhir-akhir ini. Yaaaa harga bangunan akan turun jika ada hantu di dalam bangunan itu, alhasil bangunan itu akan susah di jual. Jadi untuk jasa ini Aura memasang tarif yang lumayan tinggi.

"Motor baru, Ra?" tanya sebuah suara feminim yang tak asing di telinga Aura.

"Iya dong, Ri!" jawab Aura.

Gadis yang menyapa Aura adalah Utari sahabat Aura. Utari juga merupakan mahasiswa jurusan seni yang sama dengan Aura.

"Nggak beli montor bebek aja, biar bisa jadi penghuni comberan di belakang kampus ono." cerocos Utari, dengan nada khas sundanya.

"Cingire....landep temen yakk!" jawab Aura pake bahasa ngapak, yang sebenarnya tak dia kuasai.

"Apa artinya, Ra.?" tanya Utari bingung.

"Bacot lu,!" Aura pun mentranslate bahasa yang dia gunakan.

"Issssss." desis Utari sang penggila drama korea itu.

Kedua sahabat beda budaya dan aliran serta outfit itu berjalan berdampingan memasuki kampus mereka.

Aura adalah gadis tomboy yang selalu berpakaian serba hitam yang suram. Jaket kulit hitamnya yang menambah kesan begajulan yang kalem, karena visual imut Aura yang bisa menetralisir kesan nakal di setiap penampilan gadis itu.

Sementara Utari adalah gadis imut dengan gaya berpakaian yang selalu cerah dan dia suka mengenakan gaun-gaun yang cantik untuk tampilan di setiap harinya.

"Lu, mau buat apa untuk pameran semester ini?" tanya Utari pada Aura, mereka masih berjalan di lorong menuju kelas mereka.

"Belum tau gue, masih bingung banget!" jawab Aura yang mencoba menerawang apa yang mungkin bisa dia buat untuk event setahun sekali itu, event yang sangat penting untuk para mahasiswa jurusan seni.

"Gue mau buat yang agak berani." kata Utari.

"Jangan bilang kamu mau buat pahatan pantat cowok elu yang baru!" tebak Aura dengan ekspresi wajah jijik ke arah Utari yang tersenyum manis ke arahnya.

"Nggaklah, tepatnya yang di depan pantatnya." kata Utari dengan tanpa sensor.

"Gila lu!!!" kata Aura putus asa.

"Bentuknya benar-benar sempurna, miliknya adalah yang paling luar biasa dari milik semua cowok yang gue pernah lihat, Ra." jelas Utari dengan sangat bersemngat.

Gadis yang tentunya udah nggak perawan ini menjelaskan hal itu tanpa rasa malu sedikit pun pada Aura.

"Serah lu...dasar mesum!" kata Aura yang kembali memasang wajah juteknya.

Aura memang sudah hafal dengan tabiat cewek bernama Kencana Utari Dewi di sampingnya itu, gonta-ganti teman kencan bukanlah sesuatu dosa bagi cewek 23 tahun itu, tapi hal tersebut adalah merupakan sebuah kesenangan baginya.

"Elu, harus lihat kalau udah jadi!" kata Utari.

"Ogah!" kata Aura.

Akhirnya mereka sampai di dalam kelas mereka, tentu saja kelas jurusan kesenian sangat berbeda dengan kelas di jurusan lainnya.

Ruangan yang berantakan dengan banyak atribut kesenian yang belum selesai dibuat para mahasiswanya, menghiasi seluruh ruangan itu.

Meja yang lebih luas dan ruang yang longar di balik meja, adalah bonus khusus untuk pelajar di jurusan seni.

Tak lama seorang dosen lelaki dengan pakaian yang rapi memasuki ruangan itu.

Namanya pak Imanuel, dia pria berkebangsaan Roma tapi sekarang menetap di negara ini. Lelaki berwajah super tampan dan badan tegap perkasa itu telah menikah dengan salah satu wanita di kota ini.

Para mahasiswa di kampus ini juga tak tau persis siapa wanita yang sangat beruntung itu, yang telah dinikahi pria gagah perkasa yang baru saja masuk ke dalam ruangan kelas Aura.

Aura dan Utari segera mempercepat laju langkah kaki mereka ke arah tempat duduk mereka masing-masing karena kedatangan dosen tampan itu.

Hari ini Pak Imanuel hanya membahas beberapa karya seniman patung terkenal, dan dari mana inspirasi karya itu mereka dapat.

Semakin lama kita di kelas seni, maka semakin kita hafal nama-nama aneh yang asing didengar telinga orang Indonesia.

Tempat-tempat luar biasa yang ingin kita kunjung jadi berbeda dari sebelum kita masuk jurusan ini. Italia, Milan, Roma itu menjadi kiblat para seniman pahat di dunia ini. Aura pun jadi punya mimpi bisa tinggal di salah satu kota itu untuk menambah pengetahuan akan seninya.

"Ini sudah saatnya kalian bersiap untuk karya pameran semester ini, bapak harap kalian segera memikirkan apa yang ingin kalian tuangkan di karya kalian nanti." kata Pak Imanuel dengan bahasa Indonesia yang lumayan lancar.

"Baik, Pak!" kata semua mahasiswa di ruangan ini, ya jawaban yang akan selalu diberikan oleh para siswa untuk setiap nasehat gurunya.

Pak Imanuel langsung keluar begitu saja dari dalam kelas Aura, tanpa kata-kata lain. Dia memang termasuk dosen yang dingin dan pendiam.

"Eh lu entar malem ada acara enggak, Ra?" tanya Utari.

"Kenapa emangnya." tanya Aura, matanya segera memandang ke arah Utari yang duduk di depan mejanya.

"Gue mau nemuin cowok, adik kelas kita. Dia bilang dia pengen deket sama elu!" kata Utari.

"Males banget gue ngurus yang kayak begituan." Aura segera memasang raut jengah di wajah imutnya.

"Elu, nggak lesbi-kan?" tanya Utari, dengan nada yang mengintimindasi.

"Sebaiknya lu mulai perawatan di rumah sakit jiwa, sebelum lu telanjang di jalan raya sambil narik akua kosong yang ditali rafia." kata Aura.

"Imajinasi lu kelewatan, gue cuma pengen lu bergaul sama mahasiswa lain." kata Utari.

"Gue mana ada waktu buat hal nggak penting seperti itu, gue harus kerja nanti malam." kata Aura.

"Semoga elu ketemu hantu ganteng yang bisa dipacarin." kata Utari.

Gadis berambut panjang yang diwarnai perak di beberapa bagian rambutnya itu, segera berdiri untuk meninggalkan Aura yang tengah sibuk dengan buku gambarnya.

Jemari mungilnya menyapukan ujung hitam pensilnya ke kertas putih, lagi-lagi Aura mengambar sosok seram lagi.

Aura memandang ke arah pojok ruangan ini, hantu yang sudah lama ada di sana. Hantu lelaki dengan tubuh basah kuyup dengan kepala yang hampir plontos serta memakai kupluk putih.

Hantu lelaki itu bertubuh tegap yang cukup berotot dengan jumpsuit hitam. Jumpsuit yang sama yang biasa Aura kenakan saat dia mengerjakan karyanya agar bajunya tak terkotori oleh tanah liat yang menjadi bahan dasar untuk membuat patung.

Hantu itu hanya berdiri di sana dan memandangi setiap mahasiswa yang masuk ke ruangan itu.

Aura sudah melihat hantu itu sejak dia pertama kali memasuki ruangan itu dari awal semester kuliahnya.

Mutia

Aura hanya membuat sketsa abstrak dari Hantu Kupluk itu. Di dalam hati Aura, dia selalu bertanya kenapa hantu lelaki itu hanya berdiri saja di sana selama ini.

Jika dia menunggu sesuatu apa yang hantu itu tunggu. Kenapa, apa pun yang ditunggu hantu itu tak pernah muncul. Padahal Aura sudah kuliah di kampus itu selama 3 tahun, tapi dia tak pernah melihat hantu itu pergi dari tempatnya berdiri.

Dasar hantu bego,

Sesuap nasi aja harus dikejar.

Kenapa malah berdiri diam di sana selama bertahun-tahun.

Udah jadi hantu masih saja hidup dengan sia-sia.

Karena bosan dan kesal dengan tingkah laku Hantu Kupluk itu, Aura akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan kelasnya. Dia meninggalkan buku gambar dengan sketsa Hantu Kupluk itu, begitu saja di atas mejanya.

Di kampus ini banyak sekali hantu, tentu saja. Tapi yang paling populer adalah Monika, hantu perempuan berwajah cantik yang sangat ramah. Monika adalah salah satu penghuni perpustakaan kampus, dia sangat cerewet dan tak bisa berhenti jika diajak bicara.

Aura sebenarnya malas untuk bertanya pada Monika, tapi mau tak mau Aura harus bertanya. Dia tak mau rasa penasaran mengganggunya.

Aura adalah orang yang tak bisa menahan apa pun, apa lagi rasa penasaran yang sudah dia pendam selama dia menuntut ilmu di universitas itu.

Aura tak masuk ke dalam perpustakaan dia hanya berdiri di dinding samping perpustakaan. Aura membisikkan nama Monika di dinding, biasanya hantu cantik itu akan selalu muncul dengan panggilan pelan Aura.

Kali ini pun Monika juga langsung muncul di samping Aura, yang tengah sangat nyaman bersandar di tembok berwarna karamel di belakangnya.

"Kau memangilku?" tanya Monika.

Tubuh transparan milik Monika melayang dari sisi kiri Aura ke sisi kanannya, hal itu membuat bola mata coklat Aura mengikuti arah pergerakan hantu Monika.

"Bisa diem ngak sih, Lu. Pecicilan banget!" komentar Aura dengan nada galaknya.

"Maaf....ada apa? Tak biasanya kamu mencariku? Ada perlu apa? Kau tak sedang memburuku-kan?!!" rentetan pertanyaan keluar dari mulut Monika untuk Aura.

"Elu kenal cowok yang ada di kelas seni pahat?" tanya Aura.

"Tidak, lelaki yang selalu di pojokan?!" kata Monika, ternyata Monika tau hantu itu.

"Iya."

"Lelaki itu, dia di sana sudah lama bahkan sebelum aku di sini." kata Monika.

"Elo di sini dari kapan?" tanya Aura.

"20 febuari 2012, itu hari kematianku." kata Monika dengan wajah yang ditekuk ke bawah, hantu cantik itu terlihat sedih.

"Cantik banget tanggal kematian, Lu? Kayak direncanain." kata Aura.

"Sayangnya aku tak ingat apa pun tentang ingatan saat aku masih hidup, aku bahkan lupa namaku." kata Monika.

"Lalu Monika itu nama siapa?" tanya Aura bingung.

"Pak Imanuel yang memberikan nama itu padaku!" jelas Monika.

"Pak Imanuel, dosen seni di kelas gue?" tanya Aura kaget.

"Iya."

"Dia bisa ngelihat elu?" tanya Aura.

"Sayangnya Pak Imanuel tidak bisa melihat kecantikanku, lelaki tampan itu terkadang datang ke perpustakaan saat malam hari dan berdiri di tempat mayatku ditemukan.

"Dosen ganteng itu selalu menyebut nama Monika, jadi aku pasti Monika yang dia maksut." jelas Monika.

"Ngaco, Lu!" desah Aura.

Aura hanya merasa tak senang saat seseorang mempunyai kemampuan seperti dirinya di sekitarnya. Karena bagaimana pun juga Aura tak mau sampai ada yang tau, bahwa dia bisa melihat mahluk halus.

Yang paling penting identitasnya sebagai Lawliet tak boleh sampai terbongkar. Baginya cukup Utari saja yang tau siapa dirinya.

Meski Utari adalah gadis yang minim akhlak, tapi sifat setia kawannya pada Aura telah teruji secara klinis. Utari tak akan membocorkan apa pun menyangkut Aura. Apa pun.

Setelah mengikuti beberapa kelas lain, Aura bergegas untuk pulang. Karena dia sudah menerima perkerjaan dari tukang rongsokan di pingiran kota.

Penjelasan dari tukang penjaga gudang rosokan itu hanya mengatakan, bahwa selama seminggu ini gudangnya selalu berisik dengan suara tembakan senjata api di malam hari. Tapi penjaga itu sama sekali tak bisa menemukan asal suara itu.

Alhasil penjaga gudang itu menghubungi Lawliet sang pemburu hantu untuk melakukan pengusiran setan di gudang itu.

Aura akhirnya sampai di apartemennya jam 4 sore, dia tak bisa melihat Si kunti Jumi di ruangan depan di apartemen itu. Manik mata gadis itu masih saja berpendar menelisik ke seluruh ruangan luas itu untuk mencari kawan serumahnya.

Hantu itu pasti berada di kamar utama, pikir Aura.

Karena suara rintihan dan isakan tangisan menggema dari dalam ruangan itu.

Aura pun tak mau mengusik kesedihan si kunti itu, bagi Aura tak ikut campur dengan urusan para hantu adalah hal yang sangat pintar. Dia segera masuk ke dalam kamarnya dan mengganti tasnya dengan tas ransel khusus.

Isi dari tas itu adalah beberapa senjata yang diberikan oleh kakeknya, untuk menghabisi para hantu yang mengganggu Aura semasa gadis itu masih kecil. Tapi senjata itu masih sangat berfungsi hingga sekarang.

"Jumi, gue kerja dulu elu mau gue beliin apa pas pulang nanti?" tanya Aura, ternyata Aura juga punya sedikit rasa simpati pada Jumi.

Tak lama Jumi keluar dari kamarnya tanpa membuka pintunya, dia berjalan pincang kearah Aura.

"Boneka." kata Jumi dengan nada seperti mendesis sangat pelan.

Aura cukup tersentak saat Jumi mengatakan sebuah kata, meski tak terlalu jelas di pendengarannya.

"Ok, jangan nakal, jangan berkeliaran, apa lagi mengganggu orang lain!" nasehat Aura.

Jumi menjawab dengan angukan dan senyum menyeringai yang seram.

Ni kunti kenapa serem banget yakkkk,

Tapi nggak papa lah.

Yang penting gue bisa tinggal gratis di mari.

Aura segera menggendong ransel hitamnya dan tanpa berganti pakaian dia langsung pergi keluar lagi.

Di parkiran bawah, seorang ibu-ibu berlari ke arah Aura. Dia menghentikan niat Aura untuk naik ke atas motor putihnya.

"Makasih lho Dek Aura, gara-gara kamu mau tinggal di apartemen itu Si Kunti nggak mengganggu penghuni lain lagi!" kata ibu itu.

"Iya buk nggak papa. Memang Si Kunti itu sangat menyeramkan tapi dia sangat baik padaku! Dia jahat karena butuh teman, itu saja!" kata Aura.

Aku bohong lagi untuk mendapatkan tempat tinggal.

"Padahal pas masih hidup, Mutia adalah gadis yang baik!" kata ibu itu, Aura mengeryitkan dahinya untuk mencoba menyaring perkataan ibu itu di otaknya.

"Mutia?"

"Iya Aura, dia membakar dirinya sendiri di kamar utama apartemen itu!" kata ibu itu dengan nada bicara yang dipelankan, seakan takut seseorang mendengar obrolan ini.

"Ibu tau alasannya?" tanya Aura.

"Nggak tau." ibu itu mengelengkan kepalanya perlahan. "Saat alarm kebakaran berbunyi semua penghuni langsung turun tanpa tau kalau pemicu alarm adalah kebakaran di unit 130, unit yang ditempati Mutia.

"Seorang petugas pemadam kebakaran bilang saat ditemukan, Mutia telah terbakar hangus tapi masih hidup...

"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya Aura, ibu harus pulang!" pamit ibu itu. Perempuan paruh baya itu terlihat gugup saat membicarakan tentang Mutia, entah karena apa.

Aura pun hanya menunduk sopan untuk mengiringi kepergian ibu-ibu tadi.

Jadi nama Si Jumi itu Mutia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!