Dahulu, jauh sekali, pada zaman orang-orang menyebutnya masa kelam, terdapat beberapa peperangan besar antara aliran hitam dan aliran putih. Entah apa yang mereka perebutkan sehingga pertempuran itu pecah.
Namun yang pasti, diantara beberapa pertempuran besar itu, ada peperangan paling terkenal yang dinamakan peperangan para iblis.
Dijuluki begitu, alasannya hanya satu, kelompok aliran hitam membawa bala bantuan dari Benua lain, wujud dari kehancuran, kekuatan tanpa batas, siasat licik yang tidak memiliki bandingan, yaitu Iblis.
Apakah ada yang berhasil menolong kehancuran Benua saat itu? Tentu ada. Sampai saat ini, jika seseorang bertanya tentang pahlawan perang tersebut, jawabannya hanya ada satu yaitu Legenda Dewa Naga!
Dewa Naga, selalu dipuja dan dipuji di setiap zaman yang telah terlewati. Entah itu berapa abad sudah terlewat, buku-buku atau kitab tentang legenda-nya pasti akan selalu muncul sebagai pelajaran anak-anak.
Bahkan sampai saat ini pun legenda-nya masih tetap ada, dikenang setiap orang, diceritakan dari generasi ke generasi sejak dulu, agar mereka mengetahui bahwa kekuatan besar perlu diiringi dengan sifat baik yang juga melekat.
Cukup tentang legenda itu, kita kembali ke masa sekarang, seribu tahun setelah peperangan iblis yang mengerikan.
Di masa ini, Benua Dataran Giok memiliki wilayah lebih banyak dibandingkan seribu tahun yang lalu. Jumlahnya ada sepuluh, meliputi 4 kekaisaran besar dan 6 negara kecil.
Empat kekaisaran besar memiliki nama yang diambil dari mata angin, sementara enam negara kecil memiliki nama mereka sendiri sejak awal terbentuk. Beberapa nama negara dipilih dari usulan dan saran-saran yang masuk ke pemerintahan tetapi negara lain ditentukan dengan cara musyawarah diantara para petinggi pemerintahan mereka.
°°°°
Kekaisaran Giok Utara, Ibukota San Yie. Terdapat seorang remaja bernama Liu Chang. Lahir di keluarga bangsawan Liu ternyata tidak membuat hidupnya jauh dari kata kesengsaraan.
Setelah Liu Chang lahir, ibunya tidak lama meninggal dunia karena kondisinya yang lemah, Liu Chang yang dikandung lebih dari satu tahun menjadi penyebabnya.
Beberapa tahun setelahnya, ayah Liu Chang juga meninggalkannya setelah terbunuh dalam suatu misi. Usia Liu Chang yang masih tiga tahun saat itu tentu sangat butuh perhatian ekstra dari kedua orang tuanya terlepas dari kasih sayang yang juga sangat dibutuhkan.
Setelah kehilangan kedua orang tuanya Liu Chang hidup bersama pamannya yang masih saudara kandung dari ayahnya, hingga usianya menginjak lima tahun Liu Chang menjalani hidup yang cukup tenang walaupun tanpa keberadaan orang tua.
Namun beberapa tahun sebelum ulang tahunnya yang keenam, tanpa alasan yang jelas pamannya tiba-tiba menjual Liu Chang kepada keluarga bangsawan Han yang merupakan salah satu bangsawan besar di kota San Yie.
Liu Chang yang masih lugu dan polos saat itu tentu mengira pamannya ingin mengajaknya berkeliling di kota San Yie, Ibukota Kekaisaran Giok Utara. Nahas pemikiran Liu Chang tidak sedangkal yang diperkirakannya.
Beberapa hari setelahnya Liu Chang baru mengetahui niat pamannya itu setelah beberapa orang dari keluarga Han menjelaskan hal ini kepada Liu Chang. Liu Chang hanya bisa menerima semua itu dengan pasrah tanpa sedikit pun menaruh dendam dan menjalani kehidupan barunya menjadi abdi keluarga Han.
Keluarga Han sendiri termasuk lima bangsawan besar yang menguasai Kekaisaran Giok Utara dan pusat kekuasaan mereka tentu adalah San Yie, kota terbesar di kekaisaran ini.
Sampai saat ini, Liu Chang tidak pernah kembali atau pun meminta izin untuk mengunjungi keluarganya yang berada di kota Xin Long, 25 km dari San Yie, tempat keluarga Liu tinggal. Menurut Liu Chang perlakuan keluarga Han padanya masih lebih baik daripada keluarganya sendiri.
Meskipun Liu Chang dijual kepada mereka, keluarga Han tidak sedikit pun mengganggap rendah Liu Chang dan memberikannya pekerjaan yang sesuai dengan kemauannya, selain itu Liu Chang juga mendapatkan upah dari pekerjaannya tersebut.
Dua tahun belakangan, Liu Chang mulai memasuki pekerjaan yang berbeda yaitu menjadi pelayan restoran. Sejak dahulu untuk bekerja di tempat ini hanya menjadi angan-angan Liu Chang tetapi saat ini bukanlah omong kosong lagi mengingat dirinya berhasil menjadi pelayan utama.
Dua tahun ini Liu Chang bekerja begitu giat karena sejak kecil impiannya adalah menjadi koki yang disegani di seluruh Kekaisaran Giok Utara. Liu Chang bahkan sering masuk kerja yang bukan jam kerjanya hanya untuk melihat para koki menyajikan masakan yang berkualitas.
Kesempatan melihat hal seperti itu tentu langka karena pelayan hanya ditugaskan untuk mengantar masakan dan mencatat pesanan, selain dua hal itu tentu dilarang. Bakat Liu Chang yang tidak mengarah pada jalan pendekar juga erat kaitannya dengan dijualnya dirinya.
Diibaratkan, untuk apa mengurus sebuah kambing yang kurus dan tidak bisa menghasilkan susu? Lebih baik menjualnya saja 'kan. Seperti itulah yang Liu Chang alami.
Setelah melihat kontribusinya begitu besar, keluarga Han memberikan balasan yang setimpal untuk Liu Chang yaitu mengangkatnya jadi pelayan utama dan menggantikan koki ketika salah satu dari mereka tidak bisa masuk.
“Semua kerja kerasku benar-benar terbayar hari ini! Dua tahun yang tidak sia-sia ...” Liu Chang berteriak keras di samping bangunan restoran, tepat setelah mendapatkan surat pengangkatannya.
Teriakan tersebut membuat orang-orang yang berlalu lalang memandangnya heran. Namun Liu Chang sungguh tidak peduli dengan berbagai pandangan heran dari orang-orang yang lewat tersebut, dia hanya ingin melepaskan kebahagiaannya pada dunia ini.
Ketika Liu Chang ingin mengambil waktu lebih jauh, kepala koki memanggilnya untuk masuk. “Chang'er, kembali ke dalam! Beberapa orang pelayan kewalahan dengan adanya pesanan menumpuk ini, kami butuh bantuanmu!”
“Baiklah, maaf membuat kalian kerepotan.” Liu Chang buru-buru menyimpan surat itu ke kantong belakangnya.
Setelah masuk ke dalam, Liu Chang melihat tumpukan pesanan yang begitu menumpuk di meja koki. “Ternyata hari ini dewa sedang bermurah hati pada restoran Han, berapa banyak koin emas terkumpul dari pesanan ini ...” batin Liu Chang memandang daftar kertas pesanan yang tergantung.
Liu Chang segera ikut membantu pekerjaan para pelayan yang lain, mengantar masakan yang telah siap dan mencatat pesanan yang datang. Tidak lama kemudian datang beberapa orang dari bangsawan Yun, mereka berjumlah lima orang.
Selepas mereka duduk, seseorang dari keluarga bangsawan tersebut memanggil Yun Chang untuk memesan.
"Ah, Tuan Yun ... terima kasih telah memilih restoran ini. Ini menu kami hari ini." Liu Chang memberikan daftar menunya pada orang tersebut.
"Aku datang karena kudengar restoran ini memiliki cita rasa yang khas, Aku memesan ini dan ini sebanyak lima porsi." Tuan Yun menunjuk menu yang dipesannya.
"Baiklah yang ini sudah aku catat ... Anda tidak ingin memesan menu lain?" Liu Chang menanyakan kembali sebelum beranjak pergi untuk menyerahkan menunya pada koki.
"Saat ini hanya itu, Nak. Mengapa kau menanyakan hal itu?" tanya Tuan Yun.
"Hm ... Jika Tuan Yun tertarik, saat ini kami punya hidangan daging siluman serigala berusia seratus tahun, Harga per seratus gramnya adalah 5 keping perak. Anda tertarik untuk memesannya Tuan?"
"Apa?! Daging siluman serigala berusia seratus tahun? Untuk tamuku yang begitu spesial hari ini, aku akan memesan 5 kilogram daging siluman tersebut.”
Pesanan Tuan Yun jelas membuat Liu Chang berubah menjadi sangat senang. Dengan mendapatkan 250 koin emas dari Tuan Yun, maka upah akhir bulannya akan bertambah berkali-kali lipat dari biasanya. Sebab restoran Han sekali pun memiliki pendapatan tidak lebih dari 250.000 koin emas dari cabang San Yie dalam sebulan.
"Baiklah Tuan, silahkan tunggu beberapa saat hingga hidangan tersebut siap." Liu Chang beranjak kembali ke dapur dengan hati penuh kegembiraan.
Ketika Liu Chang baru saja akan melangkahkan kakinya ke arah dapur lebih jauh, lonceng bahaya Kota San Yie berhasil menghentikan langkahnya. Terlihat seluruh pelanggan di lantai dua ini juga berhenti makan karena suara lonceng kota.
Karena rasa penasaran mereka semakin memuncak, sebagian besar pelanggan berlari ke arah jendela lantai dua ini untuk melihat lebih jelas apa yang terjadi.
Setelah beberapa saat melihat kejadian di luar, sebagian besar pelanggan berteriak ketakutan dan berusaha keluar dari lantai dua dengan cepat. Bahkan beberapa pelanggan tidak berusaha menutupi rasa takutnya dan membiarkan celana mereka yang basah terlihat jelas.
Liu Chang yang melihat keributan ini segera menangkap sesuatu yang berbahaya dari wajah-wajah itu, dia menghentikan seseorang untuk bertanya mengenai keadaan kota.
“Hei, apa yang menyebabkan lonceng berbunyi?”
“Ah, saat ini sekumpulan siluman menyerang kota San Yie. Sudah selesaikah? Aku ingin pergi sekarang,” ucap salah satu pelanggan dengan wajah ketakutan yang tidak ditutup-tutupi.
“Siluman?! Aku harus memberi tahu pelayan lain dan manager!” Liu Chang berlari cepat memberitahu para pelayan dan pelayan di lantai satu yang mungkin tidak mendengar suara lonceng itu.
•••
Liu Chang :
Setidaknya kalian sempatkan membaca novel ini hingga 5 Chapter. Jika menurut kalian bagus maka selamat, kalian telah menemukan bacaan menarik...
Sampai Jumpa di Chapter selanjutnya...
Salam dari author..
•Ibnu R
Setelah tiba di lantai pertama, Liu Chang melihat sebagian besar orang telah pergi, sementara para pelayan dan koki sedang berusaha memberi tahu pelanggan lain yang masih duduk dengan tenang.
Bahkan ketika beberapa pelanggan diberitahu situasi berbahaya ini, sebagian dari mereka malah menentang keras apa yang diucapkan para pelayan.
“Apanya yang siluman! Mereka tidak lebih baik dari Pendekar Awal, sialan!”
“Jika kalian tetap bersikeras tinggal di restoran ini, kami tidak akan memaksa kalian lagi. Ayo pergi, sepertinya mereka memang ingin berhadapan dengan sekumpulan siluman itu!’ Kedatangan Liu Chang tiba-tiba membuat ketegangan yang sebelumnya buruk akhirnya kembali menjadi tenang. Para pelayan satu per satu pergi dari restoran, meninggalkan beberapa orang yang bersikeras diam di meja mereka.
Sementara itu, situasi di luar tidak jauh dari kata buruk, gerombolan siluman yang menyerang telah berhasil menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru kota. Penduduk yang sejak awal berniat mengungsi akhirnya hanya bisa pasrah karena jalan mereka telah terkepung.
Situasi yang dialami penjaga Kota San Yie juga tidak jauh berbeda. Sebagian dari mereka mati mengenaskan, tewas saat menyelamatkan diri dan berbagai hal buruk lainnya. Beberapa bahkan mengalami nasib lebih buruk yaitu menjadi santapan siluman.
Tidak pernah terbayangkan oleh penduduk sebelumnya, ibu kota San Yie berhasil diporak-porandakan oleh sekumpulan siluman yang tidak mencapai seribu ekor. Jika hal ini sampai tersebar kekaisaran lain, Kekaisaran Giok Utara pasti akan mendapatkan cibiran.
“Oh, tidak. Keluar dari restoran pun sama buruknya!” Liu Chang dan teman-temannya berhasil mencapai tengah kota, tetapi tepat di depan mereka saat ini beberapa ekor siluman yang terlihat menghadang jalan ke luar kota.
Di tengah kota ini sebenarnya terdapat jalur bawah tanah yang mengarah langsung ke hutan luar. Namun kali ini, Liu Chang tahu untuk masuk ke jalan itu pasti tidak akan mudah saat situasi seperti ini.
Hal lain yang baru saja Liu Chang sadari adalah bau darah yang begitu kental setelah cukup lama diam di pusat kota ini. Dalam jarak pandang Liu Chang beberapa orang memang terlihat bergelimpangan di jalanan tak bernyawa, beberapa bahkan hanya berbentuk badan utuh tanpa kepala atau sebaliknya.
“Sungguh biadab. Jika benar para siluman ini diperintahkan oleh sekelompok orang, mereka perlu mendapat perlakuan yang sama ...” Liu Chang terus menggerutu di dalam batinnya sambil mencari cara menyelamatkan teman-temannya yang terduduk frustasi di belakangnya.
Setelah berpikir cukup lama, Liu Chang ingat dia melupakan satu hal dari struktur jalanan dasar Kota San Yie. Pipa air di jalanan ini sebenarnya merupakan pipa sintetis dengan sistem canggih. Berbeda dengan jalur bawah tanah, pipa air hanya bisa di lewati paling banyak lima orang saja, kebetulan Liu Chang melihat jumlah temannya adalah lima orang jika tidak dihitung bersamanya.
Liu Chang mengetahui jalan ini dari seringnya dia melihat para penjaga kota menggunakan jalan rahasia itu untuk mengejar kriminal kota.
“Teman-teman! Kaburlah lewat jalur pipa itu, di sana terdapat jalur rahasia berbentuk lingkaran memutar ke bawah tanah, timpa dengan beberapa batu untuk membuka pintunya! Untuk masalah pengalihan para siluman, biar aku yang mengatasinya.”
Sontak perkataan Liu Chang tadi ditanggapi dengan ketidakpercayaan dari teman-temannya.
°°°°
Di tempat lain saat ini, terlihat ada seseorang yang melihat kejadian besar di Kota San Yie. Dengan santai dia mengamati kejadian itu sambil menunggangi asistennya yang seorang Naga.
“Gang Fei, turun lebih jauh. Kelihatannya tugasku untuk mengangkat satu murid ada di sana.”
“Ah, kau melihat apa yang kulihat ternyata. Di pusat kota itu ya? Seseorang yang menarik memang ...”
Keduanya adalah Feng San dan juga Gang Fei. Feng San adalah Dewa Naga seribu tahun yang lalu, jabatannya berakhir ketika Sang Pencipta kecewa karena Feng San berhasil dikalahkan oleh para iblis tetapi melihat belum ada yang mampu menggantikannya, Feng San akhirnya tetap dipercaya untuk memegang jabatan itu hingga datang seseorang yang pantas untuk menggantikannya.
Sementara Naga-nya yang bernama Gang Fei adalah asisten Feng San yang telah mendampingi beberapa Dewa Naga sebelum dirinya. Umur Gang Fei saat ini mencapai 10.000 tahun, sama dengan leluhur para siluman bumi yang juga memasuki umur yang sama saat ini.
Dua orang pria berbeda ras itu datang ke bumi untuk sebuah tugas. Sebagai penebusan atas kesalahannya dahulu, Feng San mendapatkan tugas untuk mengangkat seorang murid dari bangsa manusia, dan tugas itu secara langsung diperintahkan oleh Sang Pencipta sendiri.
Feng San saat itu hanya bisa menurut karena secara otomatis jika dia menolak, dia akan dilenyapkan oleh Sang Pencipta walaupun dikatakan Dewa memiliki tubuh Abadi.
“Kita akan berhenti di atap itu, tetapi sebelumnya kau berubah jadi manusia dahulu agar tidak menimbulkan kehebohan!” Feng San mengingatkan Gang Fei beberapa hal sebelum mendarat.
“Selesai, bagaimana penampilanku?” Gang Fei melirik Feng San dengan tatapan penuh rasa penasaran namun melihat ekspresi Feng San yang tidak bermaksud menanggapi, Gang Fei tidak bertanya lebih jauh.
“Oh, baiklah. Dia memang seperti itu sejak pertama berdampingan denganku, haha.” Setelah berucap demikian Gang Fei menyusul Feng San yang telah lebih dulu masuk ke dalam kota. Feng San terlihat tepat mendarat di atas atap tanpa sedikit pun membuat kehebohan karena gerakannya yang senyap.
Gang Fei menyusul dan berdiri tepat di samping Feng San saat ini, dia mendarat dengan senyap juga beberapa saat tadi.
“Aku belum pernah melihat manusia setulus dia ... menolong teman sampai membahayakan nyawanya sendiri ...”
“Ah, aku pernah melihatnya, Gang Fei. Seribu tahun lalu atau lebih jauh lagi ... sepertinya sudah waktunya kita menolong, kau atasi beberapa siluman yang menyebar! Sementara aku mengatasi siluman di sini.”
“Oh, akhirnya aku bertarung juga. Lima puluh tahun ini tanganku memang sedikit gatal tidak merasakan pertarungan dan darah yang berceceran.” Setelah berkata demikian Gang Fei membelah tubuhnya menjadi 4 bagian, masing-masing berpencar ke arah mata angin yang terdapat sekumpulan siluman.
Saat tiba-tiba serangan siluman berhenti, para penduduk yang telah pasrah menjadi berpandangan satu sama lain dengan heran.
“Apa ini perbuatan dewa?” tanya salah seorang penduduk pada seorang pria di sampingnya.
Terlihat di depan mereka saat ini, para siluman mati mengenaskan dengan luka satu serangan tetapi keanehannya adalah tidak ada tanda-tanda orang yang terlihat menyerangnya.
“Antara benar dan tidak tetapi setidaknya para siluman ini telah mati, ayo kita selamatkan penduduk lain yang tertimpa dinding bangunan!” balas orang tersebut seraya memberi isyarat tangan pada para penduduk yang masih memiliki tubuh sehat.
Di pusat kota juga tidak kalah menarik situasinya, Liu Chang yang telah berhasil menyelamatkan teman-temannya, tiba-tiba mengalami kejadian aneh.
Sekumpulan siluman yang telah siap menerkamnya tiba-tiba saja mati dengan luka sayat di urat leher mereka. Terlihat Sangat senyap dan hening tanda kematian para siluman di sini.
“Hah, aku selamat tetapi siapa yang berhasil membunuh mereka?” Liu Chang mencari ke sekelilingnya, tidak ada orang selain dirinya di sini.
“Aku yang menyelamatkanmu, berterima kasihlah!”
Suara bergema dengan nada ditekan itu sampai di telinga Liu Chang, begitu dekat tetapi tidak terlihat siapa yang mengucapkannya. Liu Chang mencari ke sekelilingnya dengan wajah panik dan berkeringat dingin.
Liu Chang akui dia memang tidak takut terhadap siluman atau monster tetapi jika hantu dan sejenisnya, Liu Chang hanya bisa mengangkat tangannya.
“Dia sepertinya tidak melihatku ...”
“Hah, suara siapa itu?!” Liu Chang kembali mendengar suara dengan nada yang sama.
Ketika tiba-tiba sesosok tubuh transparan dengan wajah seperti dewa kematian muncul, Liu Chang yang melihatnya sejenak langsung tak ubahnya orang yang melihat hantu.
Beberapa saat kemudian datang seorang pria ke hadapan sosok transparan itu, dia memiliki paras tampan yang mirip dengan para malaikat di Alam Para Dewa.
“San'er, aku telah menyelesaikan misi ini.”
“Ah, terima kasih, Gang Fei. Lihatlah pemuda ini, dia pingsan ketika melihatku. Menurutmu apa yang menyebabkannya?”
“Ah, aku memang tidak ketakutan melihatmu tetapi wujudmu mirip dengan mitologi manusia bernama Xie Ni itu, wajahnya sangat hitam dan sorot matanya tampak dingin, haha.” Gang Fei menghentikan senyuman mengejeknya ketika sosok transparan tersebut melihatnya begitu dingin.
“Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
“Aku akan membawa pemuda ini ke Dimensi Kematian!”
“Dimensi Kematian?! Kau yakin, itu telah kau tinggalkan seratus tahun, bagaimana jika iklim dan cuacanya tidak membuatnya bertahan hidup?” tanya Gang Fei kembali.
“Aku bisa merubahnya sesuka hati, kau tenang saja. Pergilah ke Alam Para Dewa dan beritahu orang-orang di sana bahwa aku tidak akan kembali sekitar satu tahun ke depan!” Sosok transparan tersebut berusaha menyakinkan.
°°°°
Beberapa jam berlalu sejak kejadian mengejutkan itu, akhirnya Liu Chang terbangun dengan napas terengah-engah dengan keterkejutannya yang lain menyertainya.
•••
Tbc...
Berikan Like dan komen kalian pada Chapter ini, dengan begitu novel ini bisa lebih berjaya ke depannya.
Ibnu R
“Hah, mimpi yang mengerikan!” Liu Chang bangun dengan sekujur tubuhnya berkeringat, dia bermimpi teman-temannya berakhir terbunuh setelah dia selamatkan. Liu Chang beruntung kejadian itu hanya mimpi yang tidak nyata.
“Kau sudah bangun ...”
“X-Xie Ni! Apa kau akan memakanku?!” Liu Chang terperanjat untuk kedua kalinya melihat sosok mitologi manusia, Xie Ni, berada di hadapannya saat ini.
“Sekali lagi wujudku disamakan dengan tampang wajah seram dan bodoh itu, aku bunuh kau!” Sosok berwujud transparan dan seram di hadapan Liu Chang tidak lain adalah Feng San, Dewa Naga ke-7 saat ini. “Aku Dewa Naga, Feng San. Beri aku penghormatan!!”
Liu Chang terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Feng San, memang wujud Feng San berbeda dengan Xie Ni yang menjadi mitologi manusia setelah Liu Chang melihatnya cukup lama.
Apalagi setelah Liu Chang lihat lebih jelas, hanya tubuh Feng San yang transparan sementara wajahnya sama sekali tidak mirip Xie Ni, karena Feng San lebih menyerupai seorang pria paruh baya.
“M-Maafkan aku, jangan hukum aku atas kelancangan manusia bodoh dan rendah ini, Dewa.” Liu Chang langsung bersujud setelah menyadari kebodohannya.
“Ah, kau ternyata cukup penurut. Kupikir kau adalah manusia yang sering menentang ... Siapa namamu?” Feng San tersenyum puas.
“Syukurlah dia Dewa yang baik ...” Liu Chang menghela napas lega. “Ah, ya. Margaku Liu, dan namaku Chang.”
“Hm, Liu Chang ... nama yang bagus, kebanyakan marga Liu yang kukenal juga mempunyai sifat kurang lebih mirip seperti dirimu ...” Feng San tersenyum kecil, seolah mengejek. “Bodoh, dan terkadang pintar.”
Liu Chang sebenarnya terkejut dan ingin marah mendengar perkataan Feng San tetapi dirinya tidak cukup berani untuk mengungkapkan kekesalannya secara langsung.
“Terima kasih, Dewa. Sepertinya tempat ini bukanlah bumi, di mana lokasi kita?” Liu Chang menarik kursi di dekat Feng San, beberapa saat setelah dirinya diajak Feng San minum teh bersama.
“Aku yakin kau akan bertanya begitu, bagaimana jika kita keluar untuk memastikan lokasi kita?”
Setelah berucap demikian, Feng San membawa Liu Chang ke halaman depan rumahnya atau lebih tepatnya Feng San menyebutnya gubuk.
Setelah melihat ke sekeliling Dimensi Kematian, Liu Chang cukup takjub karena tempat seindah ini ternyata benar-benar ada. Sejak dulu, Liu Chang pikir hanya akan menemuinya setelah mati.
“Ini mirip seperti dongeng dalam buku-buku cerita itu ... rerumputan yang terbentang luas, suhu yang tidak terlalu panas dan juga angin sejuk ini ...” Liu Chang tersenyum tipis.
“Sepertinya kau menyukai iklim di sini, bagaimana jika berlatih di bawah bimbinganku, Chang'er?”
“Eh! M-Maksudnya, Anda ingin menjadikan seorang pelayan sepertiku murid?”
“Huh, kau ini ... di mata kami, semua profesi adalah sama. Jika mereka menentang Dewa, mau itu Walikota atau Kaisar sekalipun pasti akan kami lenyapkan. Jangan berkecil hati dengan profesimu. Bagaimana? Kau mau?”
“Mungkin seperti ini rasanya masih memiliki ayah, ya? Dewa berbicara denganku seolah tahu semua hal yang kulalui adalah sulit ...,” gumam Liu Chang sambil terus memikirkan perkataan Feng San tadi.
“Hei, jangan melamun, jawab pertanyaanku. Kau mau tidak?” Feng San melambaikan tangannya di depan mata Liu Chang.
“Ah, ya. Aku bersedia menjadi murid Anda!” Liu Chang menunduk hormat dan bersujud tiga kali di hadapan Feng San.
Feng San menanggapi perkataan dan sikap Liu Chang dengan senyuman tipis, dia merasa Liu Chang memang orang yang tepat untuk menjadi muridnya. Feng San menerawang jauh, tentang bagaimana mengajarkan dan melatih seorang manusia seperti Liu Chang, apa lagi usianya yang masih belasan tahun.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat beberapa jam, Liu Chang terlihat menoleh ke matahari buatan yang telah menunjukkan waktu siang, jam saat ini adalah waktunya untuk makan siang.
“Dewa, Anda tidak memakan sesuatu untuk makan siang? Mari makan roti coklat ini bersamaku, Anda pasti kelaparan.”
“Kau ini memang tidak tahu atau bodoh? Aku dan para Dewa lain sama sekali tidak perlu makan siang seperti kalian, kami ini tidak akan mati karena tidak makan, atau dengan kata lain, abadi.” Feng San menjelaskan.
Liu Chang mengangguk pelan kemudian melanjutkan memakan roti selainya. Liu Chang merasakan roti kering dengan selai seperti ini bisa lebih nikmat dikala tidak ada makanan lain di tempat seperti ini.
*
“Kau sudah selesai? Aku telah menunggumu sejak lima belas menit yang lalu.”
“Ah, sebentar, Dewa. Roti ini ... pe-perlu air untuk masuk ke dalam ...” Liu Chang menepuk-nepuk dadanya untuk mendorong roti yang tersangkut.
“Ah, akhirnya masuk juga. Apa yang ingin Anda tunjukkan?”
“Hm, aku ingin menunjukkan penduduk di tempat ini padamu, tetapi hanya kotanya saja. Satu lagi, berhenti memanggilku dengan sebutan formal seperti Anda atau Dewa, cobalah mulai menyebutku dengan Guru Feng!”
Mulut Liu Chang membentuk huruf O besar, tanda dirinya mengerti. Liu Chang selanjutnya mulai membiasakan menyebut Feng San dengan sebutan Guru Feng, walaupun masih terdengar canggung di telinganya.
Setelah menunggu Liu Chang membereskan beberapa alat yang dia gunakan untuk makan tadi, Feng San segera mengajaknya untuk berkeliling di dimensi ini.
“Hei, cepat. Kenapa jalanmu sangat lambat?” Feng San menoleh ke belakang
“Bukan jalanku tetapi langkah guru yang terlalu cepat ...” Liu Chang menggerutu pelan, dia segera menyusul Feng San dengan berlari tetapi tetap tidak bisa menyamai langkahnya sedikit pun.
Selepas berjalan beberapa menit, Feng San dan Liu Chang berhenti di bukit kecil, sebelah barat dari gubuk Feng San. Dari tempat ini, Liu Chang bisa melihat sebuah kota kecil, di arah utara.
“Kota kecil seperti ini, siapa yang menempatinya, Guru?” Liu Chang segera bertanya tentang kota kecil itu, seperti biasa Feng San pasti akan tersenyum tipis melihat Liu Chang yang aktif ketika berbincang dengannya.
“Ah, penduduk di sana disebut suku Langit. Seingatku yang pindah ke sini hanya para pria dan wanita yang sepuh saja. Sementara sisanya yang masih memiliki fisik prima aku biarkan membangun negeri mereka sendiri ...” Feng San melirik Liu Chang yang masih termenung. “Jika nanti kebetulan kau bertemu mereka, sapalah mereka dan kenalkan dirimu, Chang'er!”
Liu Chang hanya mengangguk pelan mendengar semua penjelasan Feng San, selama ini Liu Chang selalu bisa mengerti berbagai hal rumit yang dijelaskan Feng San walaupun intensitas mereka berbincang belum genap satu hari.
Selepas mengenalkan beberapa tempat lain seperti gunung, bukit dan beberapa sungai lagi, Feng San kemudian mengajak Liu Chang untuk kembali ke gubuk karena matahari buatan perlahan mulai terbenam.
°°°°
Setelah beberapa hari tinggal bersama Liu Chang, Feng San mulai menyadari satu hal aneh yang sering Liu Chang lakukan yaitu memasak. Menurut Feng San tingkah laku Liu Chang cukup unik, karena biasanya para lelaki yang ditemuinya tidak terlalu menyukai kegiatan seperti itu.
“Chang'er, kemarilah! Aku ingin membicarakan sesuatu!!” Feng San berteriak memanggil Liu Chang yang sejak tadi asyik bermain di dapur.
Tidak lama kemudian Liu Chang keluar dengan membawa beberapa kudapan, sejak beberapa hari lalu kegiatannya begitu terfokus membuat hal ini. Menurut Liu Chang sendiri dapur di gubuk ini cukup menarik karena api yang digunakan bersifat abadi.
“Ya, Guru Feng.” Liu Chang duduk bersila di hadapan Feng San, sambil menunggu Feng San berkata Liu Chang beberapa kali menyantap kudapan dan meminum teh yang ia buat.
Feng San menatap murid satu-satunya itu dengan lembut. Feng San terdiam sejenak, pikirannya seolah menerawang jauh, dia merasa harus mengajarkan banyak hal pada Liu Chang mulai saat ini.
“Kau sudah menguasai pengetahuan umum?” Feng San menatap Liu Chang tajam. Dalam dunia pendekar, pengetahuan umum adalah salah satu syarat tidak tertulis di kehidupan pendekar, paling tidak saat keadaan pertarungan sedang tidak menguntungkan, pengetahuan umum bisa berguna untuk membuat taktik dan rencana.
Liu Chang menggelengkan kepalanya pelan, sejak bekerja di kediaman keluarga Han, dia tidak pernah belajar tentang pengetahuan umum atau yang sejenisnya. Namun Liu Chang pernah mendengar beberapa hal tentang etika saat berhadapan dengan orang yang lebih tua atau menghargai orang yang lebih muda dan berbagai hal lainnya.
“Baiklah, sebelum memasuki latihan pendekarmu, aku akan mengajarkan beberapa hal tentang pengetahuan umum yang harus kau pelajari. Kita akan mempelajarinya mulai besok.”
Feng San mengelus kepala Liu Chang, anak muda di hadapannya bahkan seharusnya memanggilnya leluhur karena umur Liu Chang dengan dirinya terpaut sangat jauh.
Liu Chang tersenyum kecil melihat tingkah Feng San, tidak seperti biasanya seorang Dewa bersikap seperti ini, tetapi bagaimanapun Liu Chang cukup senang akhirnya latihan pertamanya akan dimulai meskipun harus memulainya dari pengetahuan umum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!