Sepertinya mereka akan sampai ke sini. Kalau begitu, ada yang ingin mendengar kisahnya? Buku catatan sudah sampai akhir.
"Ya, aku mau!"
"Aku juga."
Sepertinya banyak yang tertarik. Aku juga penasaran, yuk, kita baca bersama kisahnya.
"Ayo, semuanya! Kita pergi ke tempat itu, aku dengar ceritanya menarik."
"Ok, sepertinya cukup banyak yang penasaran. Karena semua sudah berada di sini, aku akan mulai membaca buku pertama ini."
"Ada berapa banyak buku, memangnya?"
"Banyak! Lihat, ruangan ini isinya hanya tentang kisahnya, data-data dunia yang telah dilaluinya, dan kisah yang berhubungan dengannya."
"Kamu sudah tahu, kenapa bertanya?"
"Ehe."
"Ya, sudahlah, kita baca buku pertama ini."
Ini adalah kisah awal dari semua kejadian, bahkan beberapa tahun sebelum kita semua juga beroperasi.
...****************...
Dahulu, di alam semesta yang kosong, ada sebuah bintang yang sangat besar dan terang, yang cahayanya menyinari kekosongan kegelapan alam semesta yang abadi itu.
Setelah waktu yang tak terhitung lamanya, ada sebuah peristiwa penting terjadi di alam semesta itu. Dunia di masa depan menyebutnya 'keajaiban', asal muasal peradaban dimulai.
Sebuah planet pengembara yang memiliki tiga satelit alami mengelilinginya datang ke alam semesta. Planet pengembara yang misterius itu mengelilingi bintang raksasa di semesta tersebut, lalu perlahan mendekatinya.
Planet dan satelit tersebut diselimuti besi baja. Satelit terjauhnya mengalami kebakaran luar biasa, dan sebagian selimut besinya hilang.
Setelah beberapa dekade, planet tersebut mengeluarkan gelombang dahsyat ke luar angkasa, menjauhi bintang besar itu. Namun, satelit terakhir yang rusak tidak mengikuti planet pengembara itu, malah mengarah ke bintang besar lebih cepat.
Meskipun gerakan planet itu sangat cepat, masih memerlukan beberapa puluh juta tahun lagi untuk sampai ke bintang besar itu.
Beberapa juta tahun kemudian, planet pengembara sudah tidak terlihat dan satelit yang terpisah masih mendekati bintang besar itu dengan kecepatan luar biasa. Beberapa puluh juta tahun kemudian, satelit itu sudah sangat dekat dengan bintang besar itu dan tinggal menunggu waktu sebelum termakan oleh bintang besar itu.
Namun, beberapa waktu sebelum satelit tersebut termakan oleh bintang besar, satelit tersebut mengeluarkan gelombang dan cahaya putih terang kecil di dalamnya, dan akhirnya termakan oleh bintang besar itu.
Selang beberapa juta tahun kemudian, 'keajaiban' muncul. Bintang besar tersebut meledak sangat dahsyat. Suhu ledakan tersebut sangat panas, hingga triliunan derajat Celsius. Ledakan dari bintang besar itu memuntahkan material-material baru yang akan membentuk dunia alam semesta yang baru.
Setelah ledakan itu, cahaya super terang yang menyelimuti alam tersebut mulai menghilang. Kegelapan kembali menutup alam semesta, kecuali setitik cahaya terang yang redup keluar di akhir peristiwa itu. Cahaya tersebut perlahan menjauh dari pusat ledakan.
Selang beberapa ratus juta tahun kemudian, bintang pertama di alam semesta itu muncul, dan selama beberapa tahun ke depan, bintang-bintang baru terus bermunculan. Alam semesta yang gelap dan kosong mulai diisi oleh cahaya-cahaya bintang baru.
Beberapa juta tahun kemudian, planet pertama muncul, diikuti oleh planet-planet lain. Setitik cahaya yang muncul setelah peristiwa besar itu masuk ke salah satu planet tersebut dan tidak keluar hingga miliaran tahun kemudian. Setelah miliaran tahun, galaksi pertama di alam semesta baru itu muncul.
Planet yang dimasuki oleh cahaya tersebut tergabung dalam triliunan planet dalam galaksi pertama itu. Planet yang dimasuki cahaya tersebut bereaksi dan mengeluarkan cahaya putih yang menyilaukan sesaat. Selang beberapa waktu kemudian, planet-planet, satelit alami, dan batuan yang berada di sekitar planet bercahaya itu menabrak planet bercahaya itu dan menghancurkannya.
Planet itu tidaklah hancur, melainkan menyatu. Planet, satelit alami, dan batuan yang bertabrakan menyatu kembali.
Dalam peristiwa itu, terciptalah satu planet besar dan empat satelit. Beberapa juta tahun kemudian, planet itu mengorbit pada sebuah bintang besar yang memiliki 14 planet mengitari, dan planet itu mengisi bagian kosong yang cukup luas dan tidak terlalu jauh dari bintang itu.
Planet itu mengisi posisi ke-4, di sinilah peristiwa kehidupan pertama muncul dan sekaligus makhluk penyimpangan (Irregular) muncul.
Beberapa ratus juta tahun kemudian, galaksi-galaksi baru mulai bermunculan. Planet yang dihuni oleh cahaya itu sudah muncul kehidupan pertama. Tumbuhan mulai muncul di sana, kemudian hewan, dan selanjutnya makhluk hidup berakal.
Beberapa ribu tahun kemudian, makhluk berakal di planet itu telah maju dan mulai menjelajahi luar angkasa. Mereka berhasil menduduki empat satelit alami mereka dan membangun beberapa stasiun luar angkasa.
Peradaban di planet terus maju hingga makhluk berakal tersebut berhasil membuat tempat tinggal layak huni di satelit alami mereka.
Selama waktu yang lama, peristiwa aneh muncul di dunia tersebut: planet mengeluarkan cahaya yang mengelilinginya sekejap, namun peradaban planet tidak menyadari bahwa makhluk penyimpangan (Irregular) telah lahir di dunia alam semesta itu.
Makhluk tersebut terus tumbuh dan menjalani hidupnya dengan normal. Dia memiliki kekuatan hebat yang tidak dapat diceritakan kepada siapapun. Dia hidup bahagia hingga meninggal, namun itu hanya kehidupan pertamanya.
Setelah kematian pertama, dia lahir kembali dengan sosok baru setelah beberapa waktu berlalu. Dia menjalani hidup lagi seperti makhluk hidup lainnya, mencari kebahagiaan, pengetahuan, teman, kekasih, dan lainnya sampai dia meninggal kembali dan hidup kembali.
Makhluk Irregular tersebut memiliki kelemahan besar, yaitu setelah kematiannya, kehidupan yang dia jalani akan terhapus dan hanya menyisakan potongan-potongan ingatan, seperti mimpi. Lingkaran kehidupan itu terus berulang.
Sayangnya, peradaban di planet itu tidak abadi. Peperangan skala sangat besar pecah di planet itu, menjadi puncak perang peradaban tersebut.
Puncak perang itu menghancurkan setengah dari satelit alami pertama dan ketiga, membuat pecahan satelit itu menghantam planet, satelit alami kedua, dan keempat. Kerusakan besar terjadi, satelit alami pertama dan keempat hampir tidak bisa dihuni karena kerusakan parah. Separuh planet mengalami kerusakan parah dan tidak dapat dihuni.
Perang besar itu menghancurkan peradaban tersebut. Peperangan terus berlanjut hingga planet dan satelit tidak layak dihuni lagi. Makhluk dunia itu membentuk kelompok-kelompok besar dan mulai meninggalkan planet untuk mencari tempat hunian baru.
Saat semua kelompok besar itu telah pergi, makhluk Irregular itu masih bertahan di planet itu dengan makhluk lainnya yang tersisa sangat sedikit dan dapat dihitung jika dikumpulkan. Untuk pertama kalinya, makhluk Irregular itu merasakan kesedihan luar biasa. Dengan kekuatan di luar nalar dan melawan hukum fisika, dia menciptakan lingkaran cahaya yang menyelimuti planet, menghasilkan ledakan cahaya dahsyat yang menyilaukan, namun tidak menghancurkan planet itu.
Cahaya itu memiliki lapisan kekuatan super dahsyat dari makhluk Irregular itu. Cahaya yang hilang itu menyelimuti dan bertebaran di sekitar planet. Pada saat itu, sang makhluk Irregular mati bersama dengan yang lainnya, mengakhiri peradaban planet itu.
Namun, makhluk itu tidaklah mati. Dia akan hidup kembali, namun bukan di planet itu. Titik cahaya keluar dari planet itu dan menjauhinya, mungkin mencari tempat kehidupan baru.
Pada saat yang sama dengan ledakan cahaya itu, sebuah batu raksasa melintasi planet tersebut. Batu itu tanpa sengaja terisi kekuatan dahsyat dari makhluk Irregular itu. Batu itu mengarungi alam semesta sambil membawa kekuatan dahsyat itu.
Apakah hal itu akan membawa malapetaka atau kebaikan untuk masa depan alam semesta?
Waktu tahun di peradaban era menunjukkan tahun 2128. Ini merupakan tahun di penghujung kehancuran organisasi yang melawan kejahatan dan pelindung terra. Markas rahasia organisasi itu sudah diketahui dan telah terkepung.
"Kepada pemimpin pasukan di bagian pertahanan depan dan tengah, saya perintahkan kalian untuk mundur dan masuk ke bagian pertahanan terakhir dalam bangunan," berbicara melalui radio telekomunikasi dengan suara lantang dan tegas.
"Apa, mundur!? Hey, menurutmu kami akan kalah melawan manusia-manusia sinting ini!" ujar pemimpin pasukan depan kepada suara di telekomunikasi dengan keras.
"Iya, mengapa kami harus mundur? Bagaimana dengan teman-teman kita yang telah mati dengan terhormat melawan manusia sialan ini!" ujar pemimpin pasukan tengah kepada suara di telekomunikasi dengan nada bingung.
"Meskipun kita memiliki perlengkapan teknologi lebih bagus, kita telah kalah dalam jumlah pasukan dan juga dalam hal kekuatan supranatural. Kita perlu mengatur strategi ulang, maka dari itu kalian harus mundur terlebih dahulu untuk menyerang kembali nanti!" ujar suara di telekomunikasi kepada pemimpin pasukan depan dan tengah dengan tenang melalui radio.
"Ah, sial! Aku tidak akan mundur! Aku akan membalas kematian teman-teman kita," ujar pimpinan pasukan depan kepada suara di telekomunikasi dan sambungan dimatikan.
"Hey, Halo? Halo! Sial, diputus! Dasar bodoh, dia sangat gegabah semenjak kematian adiknya," ujar suara di telekomunikasi melalui radio.
"Benar kata dia, Pak. Kami harus membalas kematian teman-teman kita yang dibunuh secara tidak manusiawi. Aku akan mengirim mundur sebagian pasukan saya untuk membantu pertahanan terakhir kita. Aku sendiri dan sebagian lainnya akan membantu pasukan depan untuk melawan manusia sialan itu. Lagi pula, kita tidak bisa membiarkan dia bertarung di bagian depan dengan rasa dendam yang menguasai dirinya, itu akan membuat adiknya sedih di alam sana, ya kan? Aku akan membantunya! Sampaikan salam terakhirku kepadanya," ujar pemimpin pasukan tengah kepada sang komunikator dan sambungan dimatikan.
"Apa... Halo? Sial! Dimatikan juga. Bagaimana ini? Radit, sudah dipastikan pasukan depan tidak akan mundur dan pasukan tengah hanya sebagian saja yang mundur," ujar sang telekomunikator kepada Radit.
---
Tiba-tiba terdengar suara ledakan dahsyat di luar markas. Di tempat telekomunikasi dan dalam markas bangunan menyaksikan cahaya ledakan dahsyat tersebut seperti sebuah bom besar meledak.
"Bagaimana lagi, itu yang mereka inginkan. Mungkin sudah takdir dia untuk melawan mereka, mungkin ini juga akan menjadi pertempuran terakhir bagi kita," ujar Radit dengan nada tenang sedikit kecewa.
Prajurit 1 langsung menjawab dengan lantang, "Apa maksudmu dengan pertempuran terakhir! Jika ini adalah yang terakhir, bagaimana nantinya dunia ini tanpa kita!" ujar dengan nada kesal.
Prajurit 2 berkata, "Semoga ketika pasukan tengah kembali, kita bisa bertahan melawan mereka. Jika tidak, kita sepertinya harus melakukan itu," ujar dengan suara tenang kepada semua orang di dalam ruang komando.
"Melakukan itu? Melakukan apa memangnya?" ujar Prajurit 4 dengan bingung.
"Baru-baru ini, kami dari tim penelitian telah menemukan cara untuk kembali ke masa lalu dengan teknologi terbaru ini, dibantu dengan kekuatan super tersembunyimu," ujar Prajurit 3 kepada semua orang di dalam ruangan komando.
"Ke masa lalu!?" Beberapa orang teriak secara bersamaan. "Apa maksudmu kembali ke masa lalu?" ujar Radit dengan nada serius.
"Ya, kembali ke masa lalu. Hey, kamu jelaskan tentang alat ini secara singkat," ujar Prajurit 3 sambil menunjuk Prajurit 5.
"Akhm... ini adalah proyek sampingan yang kami buat secara rahasia. Bahkan hanya beberapa dari kami tim peneliti yang tahu dan mengerjakannya. Ini dirahasiakan agar tidak terjadi penyalahgunaan saat proyek ini selesai, dan itu keputusan yang tepat ternyata. Karena terdesak begini karena si pengkhianat itu, jika dia tahu alat ini mungkin sangat berbahaya sekali bagi kita," ujar Prajurit 5.
Keadaan dalam ruangan komando seketika menjadi sangat tegang dan serius.
"Jadi langsung ke intinya, apa fungsinya alat yang kalian buat? Apakah itu seperti yang ada di film-film atau cerita fiksi ilmiah, kembali ke masa lalu untuk merubah sejarah?" ujar Radit dengan nada bertanya dan serius.
"Ya, kurang lebih seperti itu. Kembali ke masa lalu dan mengubah sejarah, namun ini berbeda. Ini bukan seperti dirimu kembali ke masa lalu dengan tubuhmu. Ini hanya mengembalikan jiwa dan pikiranmu ke masa lalu dan menimpanya dengan jiwa dan pikiranmu di masa itu," ujar Prajurit 3.
"Jadi, saat seperti ini pasti ada yang kembali ke masa lalu dan merubah sejarah. Jadi, siapa salah satu dari kita itu yang harus ke masa lalu?" ujar Prajurit 6 dengan nada serius.
"Tentu saja pendiri organisasi ini, Radit! Dia satu-satunya yang bisa melakukan perjalanan ini. Itu karena dia memiliki jiwa yang aneh dan kekuatan super yang tidak diketahui," ujar Prajurit 5 dengan nada rendah.
Semua orang yang ada di dalam ruangan komando matanya tertuju kepada Radit.
Keadaan ruangan menegang, dan semua orang berpikir tentang rencana itu. Setelah 2 jam berlalu, pasukan tengah telah tiba di markas.
---
"Hei, bagaimana keadaan di medan pertahanan depan tengah?" tanya Prajurit 8.
"Sangat buruk. Saat kembali ke sini, kami sangat kewalahan karena kami berhadapan dengan sekelompok pemilik kekuatan supranatural aneh dengan efek area. Dia menerobos langsung ke pertahanan bagian tengah melalui udara. Itu membuat formasi pasukan tengah dan depan kacau. Lihat, pasukan yang kembali sangat sedikit akibat ulah mereka," jawab salah satu prajurit pasukan bagian tengah yang selamat.
Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara keras di atas bangunan yang ternyata terkena ledakan yang ditembakkan dari arah hutan bagian tengah pertahanan. Semua pasukan memulai operasi pertahanan terakhir mereka.
2 jam berlalu, pasukan bagian luar bangunan telah dikalahkan. Pertempuran di garis akhir dimulai; sebagian musuh berhasil masuk ke dalam. Musuh telah masuk ke dalam bangunan dan mulai menginvasi bangunan tersebut. Kontak senjata dan pertempuran terjadi sangat intensif.
---
"Hey, bagaimana ini? Kita sudah terpojok," ujar Prajurit 1.
"Masuk ke sini, kalian semua, cepat!" ujar Prajurit 3.
"Kita menuju ke bawah lagi? Bukankah bangunan ini lantai bawahnya hanya sampai 5 lantai saja, bukan?" tanya Prajurit 1 dengan nada bingung.
"Ini menuju ruangan eksperimen rahasia, yaitu alat seperti mesin waktu yang kita bicarakan tadi, dan sekarang saatnya kita mengaktifkan alat itu," jelas Prajurit 5.
Seketika, sekumpulan orang-orang di sana yang menuju lantai terdalam terdiam. Sesaat kemudian, mereka telah sampai ke lantai terdalam bangunan ini.
Mereka mengaktifkan keamanan tingkat tinggi. Gerbang paling depan yang sangat tebal terdiri dari 3 lapis gerbang telah tertutup rapat. Pasukan yang berjaga di depan gerbang tersebut sudah siap melawan, dan para peneliti mulai mengoperasikan alat tersebut.
---
15 menit kemudian, ledakan terdengar di arah gerbang. Setelah dicek, ternyata gerbang 1 telah ditembus. Para peneliti mulai cepat-cepat mengoperasikan alat tersebut. Beberapa menit kemudian, gerbang terakhir berhasil ditembus, dan prajurit di depan gerbang melakukan kontak bersenjata.
Salah satu peneliti menghampiri Radit dan menarik lengannya menuju ke tengah ruangan yang berlapis kaca. Lalu, beberapa peneliti lain dan Prajurit 5 menghampiri Radit.
Salah satu peneliti berkata kepada Radit, "Ingat, alat ini baru pertama kali digunakan, tidak ada uji coba sebelumnya. Kemungkinan alat ini sukses 50:50, dan karena ini akan meniban, atau bisa dibilang menyatukan, jiwamu dan pikiranmu masa lalu dengan masa sekarang, itu akan ada kemungkinan membuat jiwa dan pikiran rusak. Taruhan ini berkisar 80% akan gagal saat penyatuan dan membuatmu mengalami kerusakan dalam jiwa dan pikiranmu."
"Tak apa, semua percobaan dan jalur yang kita hadapi tidak selalu sukses 100%. Aku siap melakukannya. Lagi pula, hanya ini satu-satunya jalan, bukan?" ujar Radit.
---
Peneliti itu tersenyum pahit kepada Radit.
Lalu datanglah seorang gadis menuju Radit. "Kamu bilang kamu siap, tapi yang aku lihat, muka kamu tampak seperti orang cemas saja," ujar gadis tersebut.
"Tentu saja, walaupun aku bilang begitu, tetap saja aku khawatir. Aku kan jadi bahan uji coba pertama kali alat ini. Siapapun pasti akan takut, lagi pula alat ini tidak begitu diketahui seberapa parah efeknya," ujar Radit dengan senyuman pahit.
"Perjalanan waktu ini akan menuju ke tahun 2117. Jangan lupa temui aku dan buat rencana masa depan untuk mengalahkan mereka. Juga, berkencanlah dengan gadis itu, lalu lindungi, jangan sampai dia jatuh dikendalikan musuh," ujar gadis dengan senyumnya.
"Oh, hebat sekali. Sekarang kamu menyuruhku untuk berkencan dengan gadis itu, ah, atau mungkin aku kencani kalian berdua saja. Mungkin sejarah akan berubah juga karena ini," ujar Radit dengan tertawa.
"Haha, dasar kamu. Yah, semoga saja diriku di masa lalu akan memukulmu jika kamu lakukan itu," ujar gadis tersebut sambil tersenyum kepada Radit. Kecemasan Radit pun hilang.
"Hei, jika aku kehilangan ingatan, bagaimana aku mengingatmu? Mungkin saja kita tidak akan pernah bertemu nanti? Bagaimana jika ingatan di masa ini hanya sebuah mimpi yang mungkin membuat diriku di masa itu akan sangat sakit hatinya," ujar Radit kepada gadis itu.
"Tenang saja, kamu akan baik-baik saja. Kamu ini kan memiliki kekuatan yang luar biasa dan aneh. Aku jadi mengingatnya kembali, kamu waktu itu memperkenalkan diri seperti orang aneh, itu lucu sekali," ujar gadis tersebut sambil tertawa kecil.
"Hahaha, memang, saat kamu bilang begitu dan mengingatnya lagi, itu sangat memalukan sekali," ujar Radit sambil tersenyum.
Peneliti dalam ruangan tersebut berteriak, "Persiapan sudah selesai, waktunya menjalankan alat ini," ujar salah satu peneliti tersebut.
Mesin menyala, dan 6 orang yang memiliki kemampuan supranatural mengeluarkan energinya. Seketika di sekeliling tubuh Radit muncul cahaya kecil seperti bintang yang mengelilingi tubuhnya, dan cahaya yang sedikit demi sedikit menutupi tubuhnya mulai dari kaki hingga ke kepala.
Lalu pada saat itu, terdengar suara tembakan di dalam ruangan itu; musuh telah berhasil mengalahkan prajurit penjaga di gerbang terakhir.
Musuh secara membabi buta menembak dan mengeluarkan kekuatan supranaturalnya ke para prajurit yang tersisa. Semua teman-teman Radit membuat benteng yang mengelilingi Radit.
Lalu Radit seketika ingin berkata sambil berusaha bergerak, namun tidak bisa karena energi mistis yang mengelilinginya.
"Eh... tunggu, jika aku kembali, bagaimana keadaan kalian semua nantinya?" ujar Radit dengan nada panik.
Para peneliti tersenyum, dan salah satu dari mereka berkata, "Ada dua kemungkinan: pertama, kami yang di masa ini akan menghilang, dan kedua, mungkin kami akan terus hidup dan tetap bertarung melawan mereka sampai titik darah penghabisan. Namun, kemungkinan pertama lebih masuk akal, ini seperti memutar ulang waktu ketimbang kembali ke masa lalu," ujar salah satu peneliti itu.
Radit mulai panik mendengar itu dan memberontak, tapi tidak bisa bergerak karena tubuhnya sudah diselimuti cahaya kecuali kepalanya.
---
Perempuan itu mendekati Radit dan berbicara dengan nada pelan sambil sedikit mengeluarkan tetesan air mata dan tersenyum.
"Ubahlah masa lalu dan ciptakan kehidupan yang damai. Aku berharap di dunia itu kamu akan melamarku, tidak hanya menjadi pacarku saja. Aku pasti akan sangat bahagia."
Gadis itu lalu mencium Radit. Setelah itu, berkata:
"RADIT, AKU MENCINTAIMU. SAMPAI BERTEMU KEMBALI DI DUNIA MASA LALU."
Gadis itu tetap tersenyum, lalu membalikkan arah mukanya ke hadapan musuh sambil memegang sebuah pistol.
Radit hanya bisa berteriak memanggil namanya, lalu menangis dan tidak bisa berbuat apa-apa, padahal emosinya terasa hampir hilang. Lalu berkata pada dirinya sendiri, "Ya, aku pasti akan mengubah sejarah dan menciptakan dunia yang ideal. Lalu akan berjanji akan melamarmu dan dia! Aku janji! Dengan sumpah seorang pria."
Setelah itu, cahaya terang menyelimuti ruangan tersebut. Ruangan penelitian yang saat ini sedang rusuh dengan suara tembakan di mana-mana, itu tiba-tiba terhenti akibat dari cahaya yang sangat terang tersebut.
Waktu berputar, semua terulang kembali.
Radit telah tiba di masa lalu.
---
Radit melihat sekelilingnya penuh dengan orang-orang, sepertinya dia sedang berada di pusat kota, lalu melihat tangannya yang kecil.
Radit merasakan ada ponsel di kantongnya, lalu ia mengambilnya dan membuka kamera depan. Ternyata, dia telah berhasil kembali ke masa dia SMA. Tiba-tiba, dia kehilangan keseimbangan lalu pingsan.
Semua orang di sekitarnya sangat kaget melihat Radit pingsan. Bahkan seorang wanita yang sangat cantik yang berada di dekatnya langsung menelpon layanan darurat rumah sakit.
Semua teman-teman Radit yang di sekitar pun juga panik.
Tahun 2117, Radit kembali ke masa itu, di mana masa darah mudah remaja masih sangat membara. Radit terbaring lemas di rumah sakit yang berada di pusat kota.
Radit pingsan karena mengalami efek dari alat mesin waktu dan kekuatannya yang membuat kesadaran hilang. Mungkin juga Radit pingsan karena dia mengalami trauma yang sangat pedih karena telah meninggal teman-teman, kekasihnya, dan atau trauma lainnya yang lebih jauh lagi.
Radit terbangun dari tidurnya. “Huh… di mana ini? Tanganku di infus? Ada apa denganku?” Radit tampak kebingungan, lalu pintu kamar terbuka dan masuk seorang laki-laki ke kamar tersebut. Laki-laki itu menghampiri Radit.
“Hei… Radit, kamu sudah bangun. Bagaimana keadaanmu, apakah ada yang sakit?” ucap pria itu kepada Radit.
“Tidak, aku baik-baik saja. Raka, aku di mana? Dan aku kenapa?” ujar Radit.
“Sekarang kamu lagi di rumah sakit. Kamu pingsan saat kita ingin pergi ke mall. Dasar kau ini, bikin aku dan lainnya kaget tiba-tiba saja. Kamu seperti orang linglung dan muka kamu pada saat itu sangat cemas sekali dan keringatmu banyak sekali. Setelah kamu membuka kamera di ponselmu, kamu tiba-tiba pingsan. Dasar menyusahkan orang sekali,” ujar Raka.
“Benarkah? Maaf, aku sama sekali tidak mengingat apa-apa. Aku hanya merasa seperti bermimpi terlalu lama,” ujar Radit.
“Kamu bermimpi apa memangnya?” ujar Raka.
“Entahlah, aku sama sekali tidak mengingatnya, hanya saja mimpi menyedihkan,” ujar Radit. Suasana menjadi sunyi, tiba-tiba pintu terbuka.
“Hello… Hello… di sini ada Amelia, wanita cantik dan seksi,” ujar Amelia dengan nada keras.
“Pelankan suaramu, bodoh, ini di rumah sakit,” ujar Laras.
“Ayolah, orang-orang di sini jika mendengarkan suaraku pasti mereka melayang-layang karena keindahan suaraku,” ujar Amelia dengan percaya diri.
“Hei… pelacur, kau ini berisik. Kuping sangat terasa panas ketika mendengar raunganmu,” ujar Leonardo dengan sinis.
“Apa! Aku bukan pelacur, dasar laki-laki jahat,” ujar Amelia membalas perkataan Leonardo dengan kesal.
“Kalian berdua ini berisik. Selalu saja bertengkar, lebih baik kalian berpacaran saja. Kalian sangat serasi tahu, kalau kaya begini,” ujar Hana kepada Amelia dan Leonardo.
“Apa, berpacaran dengan dia! Tidak akan mungkin!” jawab Amelia dan Leonardo bersama-sama.
“Tuhkan, kalian sangat serasi sekali,” jawab Hana dengan muka datar setelah berbicara kepada Radit.
“Radit, kau sudah sadar. Pas sekali, aku membuat masakan baru. Mau kau mencicipinya?” ujar Hana.
Radit melihat makanan itu dan ia hanya tersenyum. Lalu Raka juga ikut melihatnya dan Raka pun tertawa, Hana pun menjadi bingung.
“Bagaimana sih kamu, Hana. Radit masih belum boleh memakan makanan berminyak seperti ini,” ujar Raka.
“Ah… maaf, aku tidak tahu. Radit, maaf banget, aku tidak tahu.” Hana menundukkan kepalanya dan merasa malu.
"Wow... sudah abad ke-21, masih tidak tahu rumah sakit. Hebat sekali wanita ini," ujar Amelia.
“Haha… tidak apa-apa. Di keranjang itu, kamu membawa sandwich, bukan?” ujar Radit melihat keranjang yang dibawa Hana di tangan kanannya.
“Oh ini, kenapa kamu bisa tahu kalau aku juga membawa sandwich, Radit?” ujar Hana dengan bingung dan penasaran.
“Ah, hanya firasatku saja. Lagi pula, mana mungkin kamu membawa makanan berminyak kepadaku. Kamu kan bukan orang yang ceroboh. Pastinya makanan ini kamu persiapkan untuk yang lainnya, bukan?” ujar Radit dengan tersenyum kepada Hana. Hana hanya terdiam dan tersipu malu mendengar ucapan dari Radit.
“Wow… muka Hana memerah. Radit, aku tidak tahu kalau kamu sangat jago dalam menggombal,” ujar Laras.
“Ah, tidak kok, haha… mana mungkin aku bisa menggombal. Aku hanya bilang kenyataannya saja,” ujar Radit. Mendengar ucapan Radit yang spontan membuat Hana semakin malu dan dia duduk di samping Raka.
Raka berdiri menuju tempat tidur Radit, lalu memegang pundak Radit. “Hei, kawan, lebih baik kau diam saja. Jika kamu terus lanjutkan, dia ini akan mati karena malu,” ujar Raka.
“Owh… ok, aku akan diam,” Radit menuruti perkataan Raka dan tampak kebingungan.
“Hei, Radit, kau tampak semangat. Kapan kamu akan keluar dari sini?” ujar Leonardo kepada Radit.
“Entahlah, aku baru saja bangun jadi tidak begitu tahu,” ujar Radit.
“Oh begitu. Raka, apakah kau tahu kapan dia akan keluar dari sini?” ujar Leonardo kepada Raka.
“Hm… entahlah, mana saya tahu, saya kan bukan dokter di sini. Tapi ketika aku mau menuju ke ruangan ini, kata suster di bawah, nanti dokter yang merawat Radit akan datang. Sepertinya sebentar lagi akan datang,” ujar Raka.
Tiba-tiba seorang masuk ke dalam ruangan menggunakan pakaian berjas putih. “Waduh, ramai juga di sini,” dia adalah Dokter George yang merawat Radit.
“Pak George!” teriak Amelia.
“Hei, bocah, jangan teriak, ini di rumah sakit. Kau ini tidak tahu tata krama rumah sakit, ya? Dan satu lagi, jangan panggil aku dengan nama itu, panggil aku Dokter Azel, mengerti!” ujar Dokter George dengan kesal.
“Heh... kenapa? Padahal George itu nama yang keren, seperti nama seorang bangsawan Barat, bukan?” ujar Amelia.
“Nama itu aneh, tidak enak sekali didengar dan susah diucapkan. Jadi, jangan panggil aku seperti itu lagi. Jika tidak, aku akan melakukan eksperimen kepadamu lagi,” ujar Dokter George kepada Amelia dengan nada mengancam.
“Dasar licik, beraninya mengancam perempuan. Dasar pria lemah,” ujar Amelia dengan muka menyeringai.
“Kau bilang apa tadi?” ujar Dokter George dengan muka kesal.
“Ah... tidak kok, Dokter Azel. Kamu salah dengar, hehehe...” ujar Amelia.
“Baguslah, untung aku hanya salah dengar...” ujar Dokter George.
“Amelia, aku penasaran, bagaimana kamu bisa mengenal Dokter Azel?” ujar Laras, lalu orang yang berada di ruangan itu seketika juga menunjukkan muka penasaran.
“Oh... dia pernah merawatku saat aku sakit 2 tahun lalu karena terjatuh dari tangga dan tulang kakiku retak. Dalam masa rehabilitasi, dialah yang merawatku sampai 1 tahun ke depan. Yah, itu parah sekali, padahal sudah lulus SMP dan menikmati masa liburan, tapi malah berbaring di rumah sakit doang. Suram sekali,” ujar Amelia.
“Oh begitu, yah. Kasihan sekali... jadi kamu sudah mengenal Dokter George cukup lama dan sepertinya kalian cukup akrab. Sepertinya di sini ada yang merasa tersaingi,” ujar Laras, berkata sambil melirik Leonardo dengan muka tawa jahat.
“Hei, kutu buku, apa kau lihat-lihat!” ujar Leonardo kepada Laras dengan nada kesal dan tubuhnya seperti mengeluarkan aura hitam.
“Ah tidak... aku hanya berbicara sendiri,” ujar Laras kepada Leonardo sambil berpura-pura lanjut membaca buku yang dipegangnya.
Dokter George mendekat ke Radit dan duduk di sampingnya. “Hei Radit, sepertinya kau sudah tampak lebih baik dan sehat. Apakah ada yang sakit?” ujar Dokter George kepada Radit.
“Aku sudah merasa baik kok, Dok,” ujar Radit.
“Baguslah kalau begitu, soalnya saat kau tertidur selama 3 hari ini, terkadang aku melihatmu seperti kesakitan,” ujar Dokter George. Hana ikut berbicara tentang hal yang dilihat Dokter George ketika Radit tertidur.
“Hah... ya, aku juga pernah melihatmu seperti itu. Muka kesakitan dan kamu sampai mengeluarkan air mata juga. Aku sampai kaget dan kamu juga terkadang berbicara minta maaf?” ujar Hana kepada Radit dengan muka sedih.
“Ah, aku tidak terlalu mengingat mimpi itu, tapi itu mimpi yang sangat menyedihkan sekali, dan rasanya itu bukan seperti mimpi tapi seperti kenyataan,” ujar Radit sambil menunjukkan muka sedih. Suasana ruangan terdiam, menghayati cerita Radit, Hana, dan Dokter George.
“Itu sepertinya hanya mimpi buruk yang kau alami karena pingsan saat berjalan terlalu jauh bersama temanmu waktu itu. Jadi tenang saja,” ujar Dokter George kepada Radit. “Saya harap begitu,” ujar Radit.
“Oh iya, aku lupa bilang. Kamu boleh keluar dari rumah sakit besok,” ujar Dokter George.
“Hari sudah gelap, ayo kita pulang sebelum hari gelap,” ujar Leonardo sambil melihat kaca.
“Ah iya, sudah sore. Waktu berjalan cepat sekali, tidak terasa sudah sore. Kita balik yuk,” ujar Amelia.
Teman-teman Radit keluar dari kamar dan mengucapkan selamat tinggal kepada Radit.
“Hm... sepertinya aku juga harus pergi karena aku ada acara seminar malam ini. Mungkin sepertinya besok aku tidak bisa melihatmu keluar dari sini. Aku minta maaf ya,” ujar Dokter George.
“Ah tidak apa-apa kok... Terima kasih ya, sudah merawatku selama 3 hari ini. Jika saya merepotkan Anda, saya minta maaf,” ujar Radit.
“Tidak usah terlalu formal, panggil saja aku Dokter Azel. Lagi pula itu tidak merepotkan, sudah tugas saya untuk merawat pasien. Jadi, sampai jumpa lagi, mungkin kita akan bertemu kembali suatu saat nanti,” ujar Dokter George dengan senyum sambil berjabat tangan dengan Radit, lalu dia pergi.
Saat ini ruangan itu sepi. Radit melihat ke arah jendela kamar yang memandangi terbenamnya matahari di sela-sela bangunan gedung bertingkat. Radit masih terus memikirkan tentang mimpi buruk itu.
ESOK HARINYA PADA PUKUL 9.00 A.M.
Radit pulang bersama keluarganya. Lalu, untuk 2 hari ke depan, Radit masih berada di rumah. Dia tidak masuk ke sekolah karena dianjurkan oleh orang tuanya agar beristirahat lebih banyak.
2 hari berlalu, di sekolah, Radit datang lebih awal ke sekolah hari Senin pukul 6.15 AM. Dia yang pertama datang di kelasnya, tiba-tiba pintu terbuka, lalu muncul sosok gadis dengan rambut berwarna coklat bergaya ikat kuda.
“Hei Hana, selamat pagi,” ucap Radit ke Hana sambil tersenyum.
“Selamat pagi juga, Radit. Kau sudah masuk sekolah lagi,” ucap Hana ke Radit sambil malu-malu.
Hana menaruh tasnya dan lalu menuju tempat duduknya Radit yang berada di tengah, sebelah kiri, di samping kaca.
“Ah iya, nih, 5 hari gak masuk, terhitung juga hari Sabtu dan Ahad, lama juga liburnya,” ujar Radit.
“Hahahaha… 1 minggu penuh tidak masuk, jangan lupa tugas-tugas minggu lalu dikerjakan,” ujar Hana sambil tertawa.
“Ah, sial, gawat… baru saja masuk sudah mendapat beban banyak. Hana, maukah kamu kasih tahu hasil jawaban dari tugas-tugas minggu lalu?” ujar Radit dengan muka memohon.
“Gak mau ah... keenakan kamu, tinggal tulis saja. Coba kerjain sendiri,” ujar Hana kepada Radit. Muka Radit terlihat kecewa.
Tiba-tiba pintu kelas terbuka lagi dan masuk 2 orang laki-laki. “Hei... Hei, pagi sudah berduaan saja. Jangan-jangan kalian abis melakukan itu ya,” ujar Leonardo dengan muka jahat.
“Sialan kau, aku hanya bertanya soal tugas-tugas minggu lalu,” ujar Radit.
“Melakukan itu? Apa maksudnya itu?” ujar Hana dengan kebingungan.
“Eh... kalau kalian menghindarinya dengan muka panik gitu, itu malah semakin mencurigakan tau,” ujar Leonardo dengan muka jahat. Hana berpikir sejenak, dan tiba-tiba mukanya memerah dan menunduk ke bawah.
“Sialan, mau kuhajar kau... kampang!” ujar Radit dengan kesal dan langsung berdiri. Saat Leonardo ingin membalas perkataan Radit, tiba-tiba Raka memukul kepala Leonardo menggunakan kertas. “Sudah, hentikan, pagi-pagi udah panas-panasin orang lain,” ujar Raka ke Leonardo.
“Maaf, ini udah kebiasaan, lagian seru godain mereka berdua,” ujar Leonardo dengan muka tidak bersalah.
“Dasar anak ini,” ujar Raka.
Raka dan Leonardo menaruh tasnya dan menuju tempat duduk Radit. Raka melihat Hana masih memerah mukanya dan mengucapkan kalimat dalam hatinya, 'Anak ini terlalu mendalami arti kata “itu”.'
“Lalu, ada apa dengan tugasnya, Radit?” ujar Raka kepada Radit.
“Oh, ini Hana gak mau ngasih jawaban tugas-tugas minggu lalu,” sambil melihat Hana, lalu kembali melihat Raka.
“Jadi, apakah kamu mau memberikan hasil tugas kemarin kepadaku?” ujar Radit ke Raka dengan muka memelas.
“Mau saja, tapi tidak gratis, ada syaratnya!” ujar Raka.
“Apa persyaratannya?” ujar Radit dengan serius.
“Selama 2 hari ini, makanan Hana yang diberikan kepadamu akan menjadi milik aku!” ujar Raka dengan muka jahat.
“Apa! Ayolah, makanan Hana sangat enak sekali. 1 hari saja tentu sudah cukup,” ujar Radit.
“Ok, baiklah, 3 hari,” ujar Raka.
“Eh, tunggu, kok nambah?” ujar Radit dengan bingung.
“4 hari,” ujar Raka.
“Eh, tunggu, baiklah, 3 hari,” ujar Radit.
“5 hari,” ujar Raka.
“Siap-siap, ok, baiklah, 4 hari. Jangan tambah lagi,” ujar Radit dengan nada panik.
“OK, deal, 5 hari,” ujar Raka.
“Apa! 5 hari!” ujar Radit.
“Mau tambah?” ujar Raka.
“Ah... tidak-tidak, baiklah, 5 hari,” ujar Radit dengan muka kesal.
“Bagus jika kau mengerti,” ujar Raka dengan senyum jahatnya.
“Dia ternyata lebih kejam dariku,” ujar Leonardo dengan heran.
“Hei, Hana, kau kenapa?” ujar Leonardo ke Hana.
Hana, yang melihat Radit dan Raka memperebutkan jatah makanan buatannya, merasa malu dan ditambah lagi Radit bilang bahwa makanannya sangat enak, membuat dia makin merasakan rasa malu yang sangat tertahankan.
Saat percakapan berlangsung, siswa lain masuk satu per satu ke kelas hingga akhirnya kelas menjadi ramai, dan bel masuk kelas berbunyi. Jam 11 siang, saat waktunya istirahat, Raka, Radit, Leonardo, dan Hana pergi ke ruang klubnya, yaitu klub Penolong, di mana kegiatan klub itu tugasnya menolong klub-klub lain yang sedang bermasalah dan terkadang juga menerima konsultasi pribadi. Laras dan Amelia yang berbeda kelas juga menuju ke ruang klub.
“Hei, apakah hari ini tidak ada kegiatan?” ujar Amelia ke lainnya sambil tertidur lemas di alas tikar.
“Sepertinya tidak ada,” ujar Laras sambil melihat kertas kegiatan klub.
Raka yang melihat berita acara TV tiba-tiba berkata, “Akhir-akhir ini banyak sekali orang yang korupsi, bunuh diri, ya, dan terlebih lagi pembunuhan. Hampir setiap hari sepertinya melihat berita seperti ini.”
“Hah... iya, sepertinya memang hampir setiap hari, yah. Kalau begini terus, bagaimana ya kedepannya nanti dengan dunia ini,” ujar Amelia.
“Mungkin saja akan terjadi perang nanti, hahaha...” ujar Leonardo.
“Hei, jangan bicara seperti itu, dong. Kalau terjadi perang nanti, kecantikanku tidak bisa dilihat oleh seluruh dunia,” ujar Amelia.
Radit, yang melihat berita acara itu, tiba-tiba seperti melihat serpihan potongan gambaran. Radit memegang kepalanya dengan bercucuran keringat yang banyak.
“Hei, Radit, ada apa denganmu?” ujar Laras. Yang lainnya langsung melihat ke arah Radit.
Tiba-tiba Radit berbicara, “Maafkan aku.” Lalu Radit berdiri dan menghampiri Leonardo lalu memegang kerah bajunya. Hana, Laras, dan Amelia melihat Radit seperti tampak ketakutan dan bingung harus berbuat apa.
“Tolong, maafkan aku,” ujar Radit dengan suara pelan.
“Hei Radit, ada apa denganmu?” Leonardo berusaha melepaskan genggaman tangan Radit yang kuat di kerah bajunya.
Raka memegang tangan Radit dan membantu melepaskan genggaman tangan Radit dari Leonardo.
“Hei Radit, kau kenapa?” Tiba-tiba saja, secara spontan Radit mendorong Raka dengan kencang, dan Raka terpental, mengenai meja di belakangnya.
Leonardo merasakan genggaman tangan Radit mulai melemah, dan Leonardo menatap mata Radit. Leonardo merasakan tatapan yang kosong, seperti orang yang tidak memiliki tujuan hidup, lalu Radit menutup matanya dan pingsan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!