NovelToon NovelToon

Yess My Boss

Ibu... Pergi Untuk Selamanya

Suasana hening di lorong rumah sakit mendadak pecah oleh suara hentakan langkah kaki yang cepat dan terdengar sedikit berlari. Langkah itu kemudian melambat mendekati ruang ICU rumah sakit Harapan Indah. Langkah gontai itu milik seorang gadis muda nan cantik berusia 23 tahun bernama Aura. Wajahnya tampak cemas dengan mata sayu dan sedikit sembab namun tak seutas kata pun terukir dari bibir manisnya.

Melihat sosok Aura, kemudian seorang gadis lebih muda empat tahun mendekatinya sambil menangis.

"Mba... Ibu mba..." ratap Alisha sambil merangkul Aura yang masih diam seperti menahan air mata yang sebentar lagi akan keluar dari pelupuk matanya.

Aura masih tak bergeming. Nampaknya kesedihan yang teramat mendalam membuatnya seolah tak tau harus berkata dan berbuat apa.

Tak lama seorang anak laki-laki berusia 12 tahun mendekat sambil memeluk Alisha. Itu si bungsu Arfan. Alisha dan Arfan pun berpelukkan sambil terus meratap membuat suasan hening pecah oleh tangisan dua kakak beradik itu.

Aura pun tidak menghiraukan tangisan kedua adiknya dan terus melangkah menuju ruang ICU dengan langkah gontai.

Di dalam ruangan serba putih itu, tampak sesosok tubuh kurus terbaring kaku dengan tutup selimut putih tipis rumah sakit. Aura menghela nafas mencoba terus menahan tangisan. Ia membuka perlahan selimut yang menutupi wajah sang Ibunda yang menghembuskan nafas terakhir beberapa menit yang lalu. Ketika wajah Bu Amira terlihat dari balik selimut, barulah Aura benar-benar menangis. Ia membayangkan perjuangan Sang Ibu yang melawan kanker rahimnya selama bertahun-tahun tanpa sosok pendamping yang telah tiada belasan tahun lalu. Ya.. Bu Amira menjanda tepatnya 11 tahun lalu setelah mendiang Pak Brata meninggal akibat kecelakaan kerja di tempatnya bekerja menjadi pengawas proyek kala itu. Bu Amira yang hanya sebagai Ibu Rumah Tangga terpaksa banting stir menjadi buruh cuci, penjaga warung hingga berjualan demi menghidupi ketiga yang saat itu masih kecil.

Impian mulianya agar anak-anaknya mampu mendapatkan kehidupan dan status sosial lebih baik selama ini seolah menjadi tanggungjawab baru bagi Aura.

Aura merintih pilu disamping jenazah Ibunya. Tak satupun kata yang dia ucapkan, namun tangisannya cukup mewakili seberapa sedih perasaannya saat itu.

Terbersit pesan Ibunya beberapa hari lalu.

"Aura, maaf ibu nampaknya akan menyusahkan kamu lagi" desir Ibu Amira dua hari yang lalu.

"Ibu.. enggak ada yang nyusahin Aura kok bu, Aura senang melakukan apapun selama ini." jawab Aura sambil duduk mengupaskan apel disamping ranjang dimana Ibunya terbaring.

"Kamu sudah terpaksa berhenti kuliah demi bantu Ibu bekerja, menyekolahkan Alisha dan Arfan, Tapi... kalau Ibu tiada... Ibu tetap pengen Alisha dan Arfan sekolah dengan layak ya ra"

"Bu.. Aura jamin itu, tapi Ibu tolong jangan bilang begitu, Ibu pasti akan sembuh." jawab Aura sambil memegangi tangan Ibunya.

"Maaf ya Ra... Kamu telah banyak berkorban." lirih Ibu Amira dan tak terasa menetes air matanya.

Suasana hening setelah gelengan Aura menepis kegelisahan Ibunya.

Masih jelas di ingatan Aura pesan terakhir Sang Ibu yang membuatnya menguatkan hati agar tetap sabar dan semangat demi adik-adiknya.

Tak lama pihak rumah sakit membawa jenazah Ibu Amira menuju ruang jenazah untuk diurus untuk kemudian dimakamkan. Aura bertekad bagaimanapun keadaannya dia akan mampu melanjutkan perjuangan Ibunya menjadikan kedua adiknya berhasil.

'Kini Ibu telah pergi selamanya. Tapi mimpinya akan terwujud' batin Aura.

Cast : Aura Malayeka Puteri

Courtessy : Google

Kabar Gembira Untuk Alisha

Sudah seminggu sejak Bu Amira meninggal dunia, namun Alisha dan Arfan masih sesekali meratapi kepergian Ibunda tercinta.

Lalu bagaimana dengan Aura? Apa dia tidak sedih dengan kepergian Sang Ibu? Tentu sedih, namun mau bagaimana, hidup harus terus berjalan dan Aura tulang punggung sekarang. Ya.. tulang punggung dimana dia menjadi satu-satunya pencari nafkah dalam keluarganya saat ini.

Aura yang hanya tamatan SMA tentu takkan mudah mendapatkan pekerjaan dengan bayaran tinggi. Seandainya dia berasal dari keluarga mampu mungkin saat ini dia sudah sarjana atau bahkan sedang melanjutkan kuliah magister. Namun impian itu segera ditepis Aura. Saat ini ada dua orang adik yang harus dia nafkahi dan dia jamin pendidikannya hingga tercapai cita-cita.

Saat Alisha menyapu halaman rumahnya, tiba-tiba tukang pos datang membawakan sebuah amplop berisi surat. Alisha sempat bertanya-tanya surat apa yang dibawakan pak pos di pagi hari itu.

"Alisha Rania Puteri?" sapa Pak Pos disambut anggukan Alisha.

Masih dengan sapu ditangannya, Alisha sedikit berlari menyambangi ke depan pagar rumahnya dan menyambut surat dari Pak Pos.

Setelah menandatangani bukti terima surat, Alisha duduk diteras lalu meletakkan sapu tepat disampingnya. Dengan penuh tanda tanya dan hati-hati dia membuka amplop surat.

Kata demi kata dibaca Alisha. Tak lama wajah bingungnya mulai berubah. Nampak senyuman mengambang dibibirnya. Mungkin ini kali pertama senyum bahagia muncul di wajahnya lagi semenjak kepergian Bu Amira.

"Alhamdulillah... Ya Allah... Ga nyangka" teriak Alisha senang.

Wajahnya tampak berbinar. Ia tak sabar menunggu Arfan pulang sekolah dan Aura pulang bekerja. Ia ingin sekali menyampaikan kabar gembira bahwa dia lulus seleksi penerima beasiswa kuliah di salah satu Universitas Negeri Ternama di Ibukota Negera, Jakarta.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\= **** \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sore harinya, Aura datang dari pekerjaannya sebagai penjaga toko di pasar baru tak jauh dari rumahnya. Alisha menyambutnya dengan gembira. Aura sempat heran apa gerangan yang membuat adiknya itu begitu ceria dan bersemangat.

"Mba.. liat ini" kata Alisha sambil menyerahkan surat yang diterimanya pagi tadi.

Aura membacanya dengan teliti, tak lama senyum simpul tersungging di bibirnya.

"Alhamdulillah.. Adik Mba memang pintar." sahut Aura menatap adiknya dengan wajah berbinar.

Tapi kemudian senyum Alisha mulai memudar membuat Aura bingung.

"Loh.. kan mau dapat beasiswa, mau kuliah di kampus terbaik negara, masa cemberut." goda Aura.

"Alisha senang dan bangga Mba, tapi.. "

"Tapi apa sha?" tanya Aura

"Tapi Mba ini jauh dari sini, butuh belasan jam naik kereta api."

"Ya Alisha nanti kost aja disana." usul Aura.

"Mba.. itu jadi beban baru buat Mba." kata Alisha lirih.

"Sha... Insya Allah Mba bisa."

"Mba ada dua dapur yang akan mba hidupi. aku ga tega Mba kerja lebih keras lagi. Membiarkan Mba kehilangan masa muda." Alisha mulai berkaca-kaca.

Aura tampak terdiam sejenak lalu kembali berujar.

"Gini aja, kita pindah aja ke Jakarta sekeluarga. Mba cari kerjaan baru disana. Jadi lebih hemat kan kalau kita tinggal bersama."

Alisha tampak senang dengan keputusan Aura.

"Rumah ini coba Mba cari kalau ada yang mau ngontrak, uangnya lumayan untuk perjalanan kita kesana, dan modal hidup sampai Mba dapat kerja baru. Gimana?" kata Aura semangat.

"Arfan mau Mba.. Yey ke Jakarta." sahut Arfan yang tiba-tiba muncul dari kamarnya.

Rupanya dia sedang menguping sedari tadi.

"Nguping aja kerjaan nih bocah." sahut Alisha sambil mencubit gemes pundak Arfan.

Wajah Arfan yang polos tengah kesakitan mengundang tawa kedua kakaknya.

Hari itu adalah hari pertama ketiga bersaudara itu tertawa lepas setelah mendiang Ibu mereka tiada.

Cast karakter Alisha Rania Puteri.

Courtessy : Google

Jakarta, It's Newly Home

Aura, Alisha dan Arfan menjejakkan langkah kaki mereka di kota Jakarta, Kota Metropolitan untuk kali pertama. Aura menghela nafas, mencoba menyemangati diri menyambut kehidupan baru, di rumah baru, lingkungan baru, dan tantangan baru. Sementara Alisha merasa masa depannya semakin jelas terlihat. Universitas tempatnya akan bersekolah sangat ternama dan terbaik di Indonesia. Dia takkan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk meraih impiannya menjadi seorang dokter nantinya. Bagi Arfan petualangan baru akan segera dimulai. Sekolah baru, teman baru, guru baru dan lingkungan baru yang telah lama ia nantikan.

Disebuah gang kecil dipinggiran kota Jakarta mereka akan tinggal. Rumah kontrakan mereka tidak sebesar rumah dikampung halaman yang telah mereka kontrakkan. Namun cukup untuk menampung mereka bertiga. Lagipula harga sewa nya lumayan murah untuk sebagian besar orang.

"Kita mulai hidup baru disini. Semangat baru, lingkungan baru dan semua serba baru." kata Aura memberikan semangat bagi adik-adiknya.

"Tapi sepatu Arfan ga baru nih." Canda Arfan.

"Eh bocah." seru Alisha. "Tunggu Mba mu ini lulus dan jadi dokter nanti, jangankan sepatu, muka mu aja nanti kubuat baru."

"Wah... keren... mau dong... tapi yakin bisa jadi dokter?" goda Arfan.

"Enak aja." sahut Alisha sambil menjitak kepala adiknya.

Aura tersenyum sambil terus merapikan barangnya ke lemari.

"Sha, besok pas mau ke kampus buat registrasi ulang, tolong ajak Arfan cari sekolah dulu ya. Yang dekat-dekat sini aja, asal sekolahnya bagus." kata Aura masih sibuk membenahi peralatannya."Mba besok coba cari kerja deh."

"Langsung cari kerja Mba, ga istirahat dulu." tanya Alisha.

"Kita itu enggak boleh sia-siakan waktu, karena mulai sekarang kita harus bekerja lebih keras." Jawab Aura sambil menatap dalam kepada Alisha.

"Iya Mba. Semoga besok Mba langsung dapat kerja ya." kata Arfan.

"Kita harus yakin." angguk Aura.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Keesokannya Aura sudah berada di bus yang membawanya ke pusat kota Jakarta. Tujuannya tak lain ingin mencari pekerjaan di pusat kota. Karena kelelahan, sialnya Aura tertidur dan tak menyadari perhentian semestinya telah terlewat.

Tepat satu jam lebih setelah halte yang dia tuju terlewat barulah Aura terbangun dari tidurnya. Awalnya Aura biasa saja karena dia memang belum mengenal Jakarta. Tapi semakin jauh suasana ramai yang menjadi identik pusat kota tak kunjung dia lihat. Akhirnya Aura menanyakan kepada orang disebelahnya.

"Bu.. Halte Kemayoran masih lama?" tanya Aura pada Ibu disampingnya.

Ibu itu menyerngitkan dahinya lalu berkata "Neng mau ke Halte Kemayoran?" disambut anggukan Aura.

"Aduh Neng itu udah lewat 1,5 jam lalu. Ini mah kita arah tanggerang." kata si Ibu dengan logat khas Sunda.

Aura langsung panik. Ia celingak celinguk merasa ingin segera keluar dari bus yang membawanya melaju kearah Tanggerang.

"Pak supir." teriak Aura. "Saya stop di halte selanjutnya."

Pak Supir menatap Aura lewat kaca spion depan lalu menjawab "Beres Neng."

Tepat di Halte selanjutnya Aura turun dari bus. Wajahnya masih panik. Bingung harus kemana. Handphone nya pun habis batrai. Aura tambah bingung. Tiba-tiba hujan turun menyadarkan Aura dari kebingungannya. Ia segera berlari menuju sebuah perkomplekkan. Dilihatnya satpam komplek tengah asyik menonton televisi. Iapun segera masuk kedalam komplek sambil mencari tempat berteduh.

Sebuah rumah mewah tak jauh dari portal komplek dengan pohon rindang di depan pagarnya membuat Aura memutuskan untuk berteduh di bawah pohon tersebut sambil bersandar di pagar rumah. Tiba-tiba pagar rumah terbuka dan Aura sedikit kaget.

Pemandangan dari balik pagar yang begitu indah membuat Aura tanpa sadar melangkah memasuki pekarangan. Rumah itu memang tidak terlalu besar namun terkesan mewah dan arsitekturnya modern. Aura nampak terkagum-kagum meliatnya. Jendela besar di depan rumah membuat ruang tamu tampak jelas terlihat dari luar. Peralatan di dalamnya pun terlihat mewah dan mahal.

courtessy : pinterest

Aura pun begitu tertegun meliat rumah indah itu. Dia menempelkan wajahnya ke jendela besar itu sambil membayangkan andai dia bisa memiliki rumah secantik ini. Tiba-tiba Aura melihat jendela samping terbuka sedikit. Nampaknya sang pemilik rumah lupa merapatkan dan menguncinya kembali. Entah mengapa Aura nampak semakin penasaran untuk masuk kerumah itu. Ia menarik jendela, dan... terbuka. Sambil menatap sekitar Aura masuk kerumah melalui jendela yang terbuka itu.

'Wow... Ini rumah bagus banget.' batin Aura. Ia mencoba duduk di sofa nya dan merasakan betapa empuknya sofa mahal itu.

"Apa enggak ada orang dirumah ini?" Batin Aura bertanya. Tiba-tiba dering telepon berbunyi mengagetkan Aura. Ia coba melayangkan pandangannya keseisi ruangan kemudian bersembunyi dibalik sofa ruang tamu, takut kalau si empunya rumah datang mendengar dering telepon. Tapi hingga dering berhenti tak ada yang datang.

"Kayaknya memang enggak ada orang nih. Tapi rumah sebagus ini ditinggalin dengan pagar terbuka dan jendela tak terkunci. Ceroboh banget yang punya rumah. Untung aku bukan maling."

Mendadak Aura berinisiatif mengelilingi rumah tersebut. Dia menaiki tangga menuju lantai atas. Tambah takjub dia meliat lantai dua rumah itu. Benar-benar indah dan tertata rapi. Di lantai atas hanya ada dua buah kamar. Aura membuka kamar pertama. Dan kosong. Aura mencoba membuka kamar kedua dan... terkunci.

Tak berapa lama Aura tersadar apa yang dilakukannya sungguh tidak baik. Ia masuk kerumah orang tanpa izin walaupun dia tidak berniat jahat sedikitpun. Ia bergegas turun kebawah dan berniat meninggalkan rumah karena hujan sudah mulai reda.

Saat dia menuruni anak tangga tiba-tiba telepon kembali berdering. Aura dengan perlahan mendekati pesawat telepon dan menganggat gagangnya kemudian meletakkan ditelinganya.

"Hallo.." sapa Aura.

"Hallo, bisa bicara dengan Tuan Raga Adinata?" tanya suara di seberang sana.

"Tuan.. Tuan Ra.. Raga nya lagi enggak ada. Ada pesan." sahur Aura terbata-bata.

"Saya bicara dengan siapa?"

"Saya.. saya.. Aura, saya.. saya... emmm.. anak Tuan Raga." jawab Aura sekenanya.

"Oh baik. Tolong sampaikan ke Tuan Raga, kami belum bisa mengirim Asisten Rumah Tangga dalam waktu cepat, karena kebetulan agency kami tengah mengalami kekosongan ART. Jika Tuan Raga mau coba agency lain kami persilakan. Tapi jika tidak ada konfirmasi kami akan mengirimkan ART nya dalam waktu 2-3 minggu mendatang."

"Iya.. nanti saya sampaikan." jawab Aura dengan wajah cemas.

"Baik, terimakasih."

Aura buru-buru menutup telepon, dan segera keluar melewati jendela rumah yang terbuka tadi. Naas, saat di pekarangan menuju kearah pagar untuk keluar. Pagar sudah terbuka lebar, dan tak lama sebuah mobil sedan hitam meluncur masuk. Mata Aura terbelalak. Pemilik rumah telah tiba. Bagaimana nasib Aura selanjutnya?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!