Note: Ini Novel pertama ku di Novel Toon, jadi aku benar-benar mohon dukungannya buat kelangsungan cerita ini. Satu lagi, BRYAN JUNIOR sama sekali tidak ikut dalam event lomba apapun untuk saat ini.
Jadi buat yang mengira karya ini dikhususkan untuk lomba, jawabannya salah.
OKEE SELAMAT MEMBACA 😘😘
Bagaimana jadinya jika kesalahan satu malam membuatmu menjadi seorang ibu di usia muda?
Ironisnya, kamu bahkan tidak mengetahui siapa ayah dari anak yang kamu kandung.
Tapi berkat anak itu juga kehidupan mu berubah 180°. Terlebih mengetahui bahwa anak itu memiliki kelebihan bisa mendengarkan pikiran orang lain. Lebih mengejutkannya lagi, anakmu sangat mirip dengan CEO tampan yang dikenal gay oleh semua orang.
Itulah yang terjadi pada Maura. Gadis 18 tahun yang memiliki nasib tersial dalam hidupnya. Bukan cuma diselingkuhi pacar, tapi selingkuhan pacarnya itu adalah nenek tirinya.
Lucu? Sangat. Pelakor yang tak lain kakak kelasnya itu juga memikat kakek satu satunya sehingga dia harus menjadi cucu tiri dari selingkuhan pacarnya sendiri.
Tidak habis disitu, Maura harus menanggung malu karena ketahuan hamil di luar nikah. Dia diusir dan diasingkan. Dari situ, Maura bertekad membesarkan anaknya seorang diri. Hidup menjauh dari semua orang yang membencinya. Tanpa tau siapa pria yang sudah menghamili nya.
"Hidupku sudah menyedihkan. Aku lahir karena obat perangsang, dan anakku juga lahir karena obat perangsang. Bedanya, orangtuaku membenciku dan tidak menginginkan kehadiranku sedangkan aku.. sangat berharap anakku menjadi penguat diriku. Aku mencintainya meski belum pernah melihatnya. Karena aku merasakan kehadirannya dalam diriku."
Kata kata itu yang selalu membuat Maura semangat.
Perlahan, nasib baik sepertinya mulai menghampiri Maura setelah memiliki anak dari Mr. X itu.
Anaknya laki-laki. Berparas tampan dan memiliki kemampuan tak biasa.
Namanya Bryan. Bryan Junior.
Bryan Junior, bisa mendengar isi hati orang lain kecuali ibunya sendiri. Bryan juga sangat lihai berdebat dan pemikirannya jauh di atas anak seusianya. Sikapnya yang cuek dan savage kadang membuat orang disekitarnya kesal. Tapi tentu saja tidak berlaku pada Maura. Karena dia adalah pelindung bagi ibu yang paling disayanginya.
***
Bryan Keanu Trafis. CEO sekaligus Pewaris Mafra Grup. Salah satu Perusahaan terbesar di dunia. Bryan memiliki segalanya, nyaris sempurna, terkenal sangat dingin dan arogan. Tapi 1 hal mengejutkan membuat semua orang menyayangkan bahkan berlomba-lomba menormalkannya kembali.
Bryan seorang GAY dan memiliki kekasih pria bernama Steve.
Bertahun-tahun kemudian Bryan ternyata menyimpan sebuah rahasia besar dan pertemuan pertamanya pada seorang anak yang sangat mirip dengannya, membuat dunianya berubah. Bryan bertekad harus mendapatkan miliknya kembali.
Penasaran? Apakah Bryan memiliki hubungan dengan Maura? Lantas bagaimana dengan kekasihnya Steve? Siapa sebenarnya ayah Bryan Junior? Hans mantan pacarnya atau pria lain?
***
COVER DIGANTI
Beberapa bab di revisi ulang! Tapi tenang, tidak mengubah jalan cerita. Baca aja dulu, tapi jangan cuma baca aja ya:) Ayok apresiasinya juga😘😘
Sebelum masuk ke bab selanjutnya aku mau kenalin nih.. visual PU nya siapa aja. (Cuma visual bukan Real)
Maura Kinanti Baverlyn
Memiliki paras cantik, kulit putih mulus, dan otak cerdas siapapun pasti akan mengira bahwa kehidupan Maura sempurna. Apalagi jadi anak satu satunya dari Mauren, sang Pengusaha sukses sekaligus cucu pendiri Marcus Group. Maura juga memiliki kekasih incaran satu sekolah bernama Luis Hans Sandero.
Tapi siapa sangka, kehidupan Maura lebih kejam dari apa yang dibayangkan. Mungkin lebih baik, berhentilah membayangkan.
Bryan Keanu Trafis
Siapa yang tidak kenal Bryan Keanu Trafis?
Dari kalangan Pengusaha, model, hingga artis sekalipun mengenal CEO muda tampan paling berpengaruh di dunia bisnis. Bukan cuma ketampanannya yang membuat gempar, tapi kelainan seksual yang dimiliki Bryan malah menarik perhatian banyak wanita yang ingin menormalkan pria itu atau sekedar membuktikan rumor yang beredar, kalau CEO tampan dan arogan itu, seorang gay.
Alexander Hans Sasendro
Wajahnya tampan dan murah senyum. Hans juga dikenal sebagai siswa teladan dan menjabat sebagai Ketua OSIS.
Dia adalah kekasih dari Maura, sayangnya semua tidak seperti yang terlihat. Hans, menginginkan lebih pada diri Maura yang tidak mau diberikan kekasihnya itu sehingga membuat Hans melakukan hal lain.
Bryan Junior Trafis
Putra paling berharga bagi Maura. Anak yang terlahir karena satu kesalahan yang dilakukan tanpa pemberontakan. Itu semua karena obat terlarang itu. Bryan, tidak tau siapa ayahnya. Bahkan Maura sendiri tidak tau siapa yang menghamilinya.
Bryan Junior terkenal dingin, angkuh, dan pandai berdebat di usia yang masih 5 tahun. Jika anak anak seusianya bermain mobil mobilan, Bryan melakukan lebih dari itu. Dan dia, juga dianugrahi kelebihan bisa mendengar isi hati orang lain, kecuali ibunya.
William Frazhendra Martin
Fraz adalah seorang pria yang dijodohkan dengan Maura. Itu semua ulah sang kakek demi kepentingan bisnisnya. Fraz berumur tidak jauh dari Maura. Dia cukup populer meskipun kemajuan perusahaannya masih di bawah milik Bryan Keanu Trafis. Fraz adalah pria lembut dan perhatian namun tertutup oleh wajah cueknya. Meski dijodohkan dengan Maura, ternyata Fraz memang jatuh cinta pada gadis bermata indah itu.
Chiara Moreno Gabriella
Cantik, imut, dan sangat menggemaskan. Itulah Chiara Moreno Gabriella. Gadis kecil yang selalu berbuat jahil, cerewet, dan berusaha mencari perhatian Bryan Junior, teman sekolahnya. Di mata Chiara, Bryan adalah anak laki-laki paling dingin dan cuek yang pernah dia temui. Chiara bertekad untuk menjadikan Bryan sebagai temannya sekaligus pacarnya.
Steve Edward Collin
Pria tampan yang memiliki kelainan seksual. Steve terlahir dari keluarga kaya, orangtuanya sudah meninggal. Selain mengidap kelainan seksual, Steve juga seorang masokis. Satu hal bagi Steve yang paling berharga di dunia ini adalah kekasihnya, Bryan Keanu Trafis.
Devano Zico Abraham
Zico merupakan asisten pribadi Bryan sekaligus sahabatnya. Hampir setiap hari, Zico harus meladeni tingkah kekanak-kanakan Steve dan kecemburuan pria itu. Zico sendiri sudah mengabdi pada keluarga Bryan dari kecil karena dia memang bukan anak orang kaya. Ayah Zico adalah sekretaris ayah Bryan. Zico juga terkenal cuek dan kejam. Tapi ketampanannya mampu membius siapapun.
Aqeela Friska
Friska adalah sahabat Maura. Cantik, cerewet, pengagum cogan cogan hot, dan sudah menganggap Maura sebagai saudaranya sendiri. Namun sesuatu tak terduga membuat persahabatan mereka merenggang, lantas bagaimana kah ke depannya?
Bertabur visual semua ya✌
Segitu dulu, disambung di part berikutnya..
Jangan lupa follow akun aku readerss🤣🤣
Welcome to Bryan Junior's Family 🥳🥳🥳🥳
HAPPY READING 😘
***
Pagi ini Maura mendapatkan kesialan seumur hidupnya. Bagaimana tidak?
Sudah bangun telat. Terpeleset di kamar mandi. Memakai seragam ketat yang membentuk lekuk tubuhnya. Dan terakhir, menerima kabar yang ingin membuatnya tenggelam saja.
"Kakek mau menikah lagi. Sudah lama kakek jadi duda, lagian kakek nggak mau mempermainkan wanita terus. Untuk apa kaya kalau kesepian. Masa' cuma masuk lubang aja, nikahin enggak. Setelah mencoba menerobos satu lubang yang buat kakek merasa lebih hidup, akhirnya kakek memutuskan untuk menikahi dia."
Maura tercengang. Makanan yang saat ini dikunyahnya, muncrat. Apa kakeknya tidak berpikir mengatakan kalimat sevulgar itu?
"Kakek gak bercanda, kan? Usia kakek udah di atas 50 tahun loh. Gak muda lagi."
Protes Maura.
"Keputusan kakek mutlak. Usia kakek masih 57. Kamu lihat?"
Memperlihatkan tubuhnya yang berbalut jas hitam.
"Fisik kakek masih sehat bugar. Bahkan kakek masih kuat meski disuruh main 10 ronde sekaligus."
Maura meneguk ludahnya. Kakeknya beneran gila! Sudah bau tanah, bukannya tobat malah makin menjadi.
"Sebenarnya apa yang ada dipikiran kakek gila ini? Udah tua, masih mesum aja."
Maura memang tinggal berdua saja dengan kakeknya di rumah mewah ini. Mewah? Kaya? Kebutuhan terpenuhi?
Mungkin iya.
Tapi tidak dengan cinta dan kasih sayang.
Maura hanya anak brokenhome yang takut pada kegelapan. Dari kecil, dia tidak pernah merasakan kasih sayang orangtuanya karena Maura, bukan anak yang diinginkan.
Dia lahir cuma karena kesalahan satu malam, akibat ulah kakeknya. Papa dan Mama Maura dijodohkan. Tidak ada cinta diantara mereka berdua.
Suatu hari, karena sang kakek ingin keturunan dari anaknya khususnya laki-laki agar bisa memimpin perusahaan, kakek Maura tega mencampurkan obat perangsang pada makanan agar orang tuanya melakukan hubungan suami istri.
Lalu, lahirlah Maura. Anak perempuan. Satu-satunya. Karena setelah itu orang tuanya tidak pernah lagi melakukan hubungan itu.
Dia diabaikan begitu saja. Umur 8 tahun, orang tuanya bercerai. Sang ayah ke Amerika, ibunya menikah lagi dengan pria impiannya.
Ya, begitulah kehidupan. Persis sinetron bukan?
Tapi memang itulah kenyataan yang harus dihadapi Maura.
"Pokoknya aku nggak mau kakek nikah lagi."
"Memangnya kamu mau ngurus kakek?"
Maura terdiam. Kalau kakeknya seperti para kakek umumnya mungkin Maura mau. Tapi ini Marcus Jovandra. Pria tua banyak maunya.
"Tapi kakek nikahnya sama perempuan yang umurnya gak beda jauh sama aku. Kakek gak mikir apa?"
Ya, itulah masalahnya. Kakeknya mengincar daun muda.
Kakek Maura, Marcus tersenyum tipis.
"Daun muda lebih menarik. Kalau kamu bukan cucu kakek, sudah kakek bawa kamu ke ranjang. Sudah pergi sana."
Astaga!
Ingatkan Maura untuk membunuh kakek gilanya kalau dia sudah tidak menyayanginya lagi..
Kemudian Maura baru sadar kalau dirinya sudah sangat terlambat ke sekolah.
"Terserah kakek. Pokoknya Maura gak setuju. Perempuan seumur Maura pasti nikahin kakek karena harta, bukan cinta."
"Itulah gunanya jadi pria kaya. Termasuk kamu. Kakek sudah menjodohkan mu dengan anak rekan bisnis kakek."
Ujar Marcus seenaknya.
Maura melotot. Yang benar saja. Dia bahkan baru merasakan menjadi kekasih most wanted sekolahnya.
"Kakek gila!! Maura udah punya pacar kakek. Gini deh, kita atur dan urus hidup masing-masing."
Marcus memasang smirk di wajahnya.
"Mau fasilitas yang kakek berikan dicabut? Kamu bisa urus kehidupanmu sendiri kalau mau jadi gelandangan."
Maura mengacak rambutnya. Dia sangat marah. Terlebih kalau hidupnya diatur. Ancaman kakeknya juga gak main main.
"Kakek egois!!"
Maura menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan sang kakek begitu saja.
"Dasar tua bangka serakah!!"
Bathin Maura kesal.
"Anak itu. Kenapa memakai seragam ketat begitu? Ah, membuatku gerah saja. Untung dia cucuku."
Marcus menghabiskan makanannya cepat lalu menelfon seseorang untuk memuaskan nafsunya pagi ini.
Pukul 08.15 Maura baru sampai di sekolahnya.
Dia beruntung karena pagar masih terbuka.
"Ahh.. Keberuntunganku."
Maura masuk ke dalam sekolahnya, tapi tidak satu pun siswa yang dia temui.
"Kemana mereka?"
Berpikir sejenak, Maura baru ingat kalau kekasihnya Hans mengatakan mereka kedatangan tamu penting hari ini.
"Oh iya. Aku harus cepat cepat ke aula."
Dengan secepat mungkin Maura berlari ke aula karena dia yakin pasti sudah terlambat.
Sampai di aula, semua mata tertuju padanya. Mata sang kekasih yang berdiri di samping panggung, mata para pria berpakaian serba hitam itu, para siswa, dan terakhir. Tatapan setajam elang yang membuat Maura ketakutan.
"Kenapa semua liatin gue begitu? Kan gue cuma terlambat sebentar. Lagian juga bukan jam sekolah."
Ujar Maura dalam hati.
Tanpa mempedulikan mereka, Maura segera duduk di bangku dan untung di samping sahabatnya.
"Lo kemana aja, hah? Terus kenapa baju sama rok lo ketat banget? Mau sekolah apa mau ketemu om om?"
Bisik Friska.
Maura melirik bajunya. Benar. Seragamnya sangat mencetak tubuh indahnya.
"Sorry tadi gue ketiduran terus berurusan dulu sama pria tua yang lagi mabuk asmara. Kalau masalah seragam, ini seragam lama. Baju gue kotor kemarin."
Friska geleng-geleng kepala.
"Liat tuh. Para cowok ngelirik lo kayak santapan lezat. Dan itu tuh, kak Hans ngeliatin lo tajam banget. Dia pasti marah."
Maura juga melihat Hans yang menatapnya tajam. Aishh..
"Tapi gue ngerinya malah sama pria berjas hitam itu. Tatapannya kayak mau bunuh gue aja. Belum lagi wajah tegasnya.. duh.."
"Oh ya, soal kakek lo dia gak salah sih. Gue aja mau jadi nenek tiri lo. Kakek lo gak tua, umur hanya lah angka. Dia masih sangat hot tau."
Celetuk Friska.
Maura mendesis. Tapi kenapa auranya tiba-tiba dingin? Maura merasa ada yang memperhatikannya.
Dan benar saja.
Mata itu masih mengawasi Maura.
"Ka, dia siapa?"
Friska mengikuti arah pandang Maura.
"Dia tamu penting hari ini. CEO kaya raya dari Amerika. Ganteng banget, kan? Mana masih muda lagi. Kalau gak salah umurnya baru 24 tahun. Gila gak tuh?"
Maura mengangguk. Lalu menghela nafas panjang. Karena pria itu sudah tidak menatapnya lagi. Dia mulai berbicara dan seketika semua siswi di aula ini heboh.
"Suaranya seksi, gilak!!"
Puji Friska.
Maura tidak memungkiri kalau pria yang ada di atas panggung itu sangat tampan dan hot. Tapi pria yang ada di samping panggung, adalah kekasihnya. Dia juga tampan. Dan Maura bangga akan hal itu.
"Hans tetap pemenang di hati gue."
Friska melirik Maura.
"Iyain deh. Bucin."
"Makanya cari pacar sana. Atau deketin tuh CEO ganteng incaran lo."
Friska yang bersemangat tiba-tiba berubah sendu.
"Berat."
"Kenapa? Takut kalah saing?"
Friska menggeleng.
"Terus? Gak pede karena dia CEO sedangkan lo anak SMA?"
Lagi lagi Friska menggeleng.
"Takut gak direstui keluarganya, lo? Gampang, ajak aja dia ke hotel terus buat lo hamil anaknya. Minta pertanggungjawaban, deh."
Oceh Maura gak jelas.
"Omongan lo kejauhan."
"Lah terus?"
Friska mengarahkan pandangan Maura pada cowok yang duduk di bangku belakang panggung.
"Kenapa cowok itu? Ganteng sih, tapi gantengnya cantik gitu. Terlalu imut."
Komentar Maura.
"Bukan masalah imutnya."
"Terus?"
"Dari tadi dia gak hentinya natap Bryan, apalagi matanya tajam banget natap para siswi yang curi pandang ke Bryan."
Maura tak mengerti.
"CEO itu namanya Bryan?"
Friska mengangguk.
"Terus?"
"Lo terus terus mulu entar nabrak, makanya dengerin sampai selesai."
Maura malah cengengesan mendengar kekesalan Friska.
"Sorry. Dilanjut neng."
Friska berbisik, memastikan tidak ada seorang pun yang mendengar suaranya selain Maura.
"Dia, CEO itu.. Seorang gay."
Sumpah demi kolor lorengnya Seojun, ini hal tergila dari semua hal yang Maura dengar pagi ini.
***
Kita lanjut tampilin visualnya.. ingat cuma cast dari tokoh ini, bukan Real mereka ya:)
Sementara ini dulu kalau ada yang mau aku tambahin nanti aku pikirin lagi..
Selamat mengikuti alur cerita:)
Christianne Mikaila Comborgh
Parasnya cantik, dia adalah sekretaris di salah satu Perusahaan Bryan sang Pengusaha terkenal. Mikaila adalah teman Zico karena mereka juga berasal dari Columbia. Diam diam selain menjadi partner gosip Zico, Mikaila adik dari ayah Chiara ini menyukai asisten bosnya itu. Siapa lagi kalau bukan, ayo tebak!
Jessica Amora Kellyana
Wanita kepercayaan Maura yang sudah menemani Maura selama beberapa tahun terakhir. Kelly, yang menjaga dan membantu Maura mengurus toko rotinya. Bagi Kelly, dia sudah menganggap Maura sebagai atasan sekaligus saudaranya.
Cecilia Pricander
Bagi Maura, Cecilia tidak lebih dari seorang wanita murahan. Karena Cecilia, kehidupan Maura sepenuhnya hancur. Cecilia seorang wanita penghibur. Dia juga kakak kelas Maura di sekolah.
Bagi Cecilia, harta adalah segalanya. Cinta? Baginya cuma kata sampah yang harus dijauhkan darinya.
Riana Charles
Model terkenal yang terobsesi pada Bryan. Riana atau dipanggil Ana suka mengoleksi barang barang branded dan membayangkan bisa bercinta dengan Bryan. CEO muda, hot, dan kaya raya.
Kakek Marcus
Papa Mauren
Joshua Adipati Trafis
Alea Monalisa Cambrella
Yuk tinggalkan jejak 🤗🤗
"Kamu anak pembawa sial!! Siapa yang minta kamu lahir, hah?!! Kenapa kejadian satu malam itu langsung menjadi benih?!! Arghhh..."
Dania, setelah melayangkan satu pukulan pada Maura kecil, memukul kepalanya sendiri.
"Setidaknya kalau lahir seorang anak, harusnya laki-laki!!! Bukan perempuan lemah seperti kamu!!"
Emosinya lagi. Bagi Dania, Maura bukanlah anak yang diinginkan.
Air mata Maura jatuh. Dia masih kecil. Tapi tidak tau kenapa orang tuanya begitu membencinya. Dia meringkuk ketakutan.
Benarkah wanita dihadapannya ini adalah mamanya?
"Maafin Ara, Ma."
Ujar Maura menangis. Dia takut mamanya akan mengurungnya lagi di gudang.
Selama ini, tugas Dania cuma melahirkan Maura. Sedangkan yang mengasuhnya adalah Asisten Rumah Tangga.
"Kau apakan dia, hah?!!"
Teriak Papa Maura saat masuk ke kamar.
"Aku memukulnya, kenapa? Ini semua karena kamu. Kamu yang tidak bisa mengendalikan diri akhirnya aku harus melahirkan anak pembawa sial ini!!"
Mauren menggeram. Dia menarik rambut istrinya kasar.
"Cih.. Untuk apa juga aku mau menyentuhmu! Kalau bukan karena obat perangsang itu, mana sudi aku memasukkan milikku pada lubang kotor milikmu!! Dan ingat, malam itu kau juga menikmatinya bahkan menggodaku lebih dulu!!"
Dania mendorong tubuh suaminya.
"Jangan mimpi!! Lebih baik aku pergi dari sini! Ingat, sebentar lagi kita akan bercerai. Aku muak dengan kalian berdua!!"
"Kau pikir aku tidak muak?"
Maura semakin menangis kencang. Setiap kedua orang tuanya di rumah, selalu pertengkaran yang terjadi.
"Ma, Pa, hentikan. Ara takut.."
Cicit Maura. Di luar sedang hujan. Petir menggelegar seolah bertarung di atas langit.
"Pergilah!!" Usir Mauren.
"Memang aku mau pergi."
"Dasar ******!"
Maura melihat mamanya pergi tapi papanya tidak mencegah.
"Pa, mama mau kemana? Maura mau tidur sama mama."
Mauren menatap Maura sekilas.
"Tidur sendiri. Jadi anak jangan manja. Mama kamu gak bakal mau tidur sama kamu. Papa sibuk. Mending main sama boneka sana. Papa pergi dulu."
Tanpa kasihan papanya pergi meninggalkan Maura sendirian. Dalam kegelapan, ketakutan, dan suara hujan yang semakin menyeramkan.
"Ara takut.."
***
"Akkhhhrr"
Maura terbangun. Dia segera turun dari ranjangnya dan mengambil segelas air putih.
"Mimpi itu lagi. Kapan aku berhenti memimpikan masa lalu suram itu?"
Maura lalu mengambil sesuatu di dalam laci. Foto pernikahan kedua orang tuanya, tanpa raut wajah bahagia. Yang ada hanya senyuman terpaksa di wajah mereka.
"Ma, Pa. Kapan kita bisa foto bareng?"
"Aku nggak pernah minta dilahirkan dalam kondisi seperti ini. Aku nggak pernah mau dilahirkan cuma jadi bahan ambisi kakek. Aku tau sekarang, alasan dia tidak membuangku. Karena dia bisa menjual ku pada rekan bisnisnya. Kakek tega melakukan hal yang sama lagi. Menjodohkan aku."
Maura menghapus bulir bening yang mengalir di pipinya.
Lalu tangannya bergerak pada benda pipih berwarna golden. Menampilkan layar utama fotonya tengah memeluk Hans. Maura kemudian membuka galeri. Terlihat koleksi fotonya dan foto Hans, pria incaran satu sekolah yang sekarang menjadi pacarnya.
Maura sangat mencintai pria itu.
Maura memiliki impian dan harapan besar bersama Hans. Menikah, punya anak, dan hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka hingga menua bersama.
"Hans.. Aku mencintaimu."
.
.
Keesokannya, saat berangkat ke sekolah Maura dikejutkan dengan kedatangan tamu di rumahnya. Pagi-pagi sudah cuci mata saja dia.
Seorang pria berambut blonde memakai setelan jas hitam tengah menyeruput teh hangat. Hidungnya sangat mancung dan alisnya tebal. Wajahnya, terpahat indah.
"Siapa dia? Apa rekan kerja kakek?"
Maura sedikit terpesona dengan ciptaan Tuhan di depannya ini. Tapi, dia segera menepis kekagumannya pada pria itu. Hans tetap no.1
"Kamu sudah disini. Ayo, kakek kenalkan padanya."
Sang Kakek yang entah muncul dari mana membawa Maura ke hadapan pria itu.
"Ini Maura, Fraz. Cucu kesayangan saya. Gadis paling cantik di dunia."
Hah? Maura tidak salah dengar? Barusan kakeknya bilang apa?
"Kenapa tiba-tiba gue jadi pengen muntah? Dia kayak lagi promosiin barang aja."
Pria bernama Fraz itu langsung berdiri dan menatap takjub gadis di hadapannya.
Sangat cantik.
"Halo Maura, aku Fraz."
Fraz mengulurkan tangannya, berharap bisa menyentuh telapak tangan lembut Maura tapi sayang, uluran tangannya tidak disambut baik.
"Maura."
Balas Maura cuek. Dia yakin kalau pria itu adalah orang yang akan dijodohkan dengannya.
Dasar kakek tua!
"Ya udah aku mau ke sekolah dulu."
"Tunggu Maura. Kamu lebih baik diantar Fraz. Sekalian dia juga mau berangkat ke kantor."
Fraz tersenyum manis sembari mengangguk. Tapi bagi Maura terlihat sangat menyebalkan.
"Aku naik taksi aja. Gak usah diantar."
"Kamu pikir itu permintaan atau penawaran? Bukan. Tapi perintah dari kakek. Sekarang kamu pergi ke sekolah bersama Fraz. Tidak ada penolakan."
Tegas sang kakek.
Maura menghentakkan kakinya. Pagi pagi sudah dibuat kesal saja oleh kakek gilanya.
"Gak mau. Kok kakek maksa, sih? Lagian aku udah punya pacar. Kalau Hans cemburu liat aku sama Fraz gimana? Kalau aku diputusin kakek mau tanggungjawab?"
Marcus kakek Maura, tersenyum angkuh.
"Bagus kalau dia memutuskan mu. Supaya tangan kakek tidak perlu ikut campur memisahkan kalian secara paksa."
"Kalau Maura nya gak mau, gak papa. Saya maklumi karena mungkin ini pertama kalinya kita bertemu."
Sela Fraz masih mempertahankan senyumnya.
"Hello!! Mau pertemuan pertama, kedua, ke seratus, sampe seribu sekalipun aku gak bakal bisa suka sama kamu. Udah ah.."
Saat melangkahkan kakinya, langkah Maura tertahan mendengar ucapan kakek selanjutnya.
"Jalan satu langkah lagi, kamu keluar dari rumah ini. Silakan jadi gembel di luar sana."
"Sialan."
Umpat Maura penuh dendam.
***
Di gerbang sekolah..
"Kenapa kamu liatin saya begitu?"
Fraz menahan nafas sekaligus debaran jantungnya yang menggila saat wajah cantik Maura berjarak beberapa inci saja dari wajahnya. Tapi, gadis itu langsung menjauhkan wajahnya setelah tersenyum sinis.
"Kamu ganteng. Keliatan orang baik baik. Penerus Perusahaan terkenal. Dan dari keluarga terpandang."
Fraz tersenyum mendengar pujian dari calon istrinya.
"Tapi--"
"Tapi?"
"Tapi bego!"
Teriak Maura.
"HARUSNYA ANDA BISA MENCARI GADIS SENDIRI. PACAR SENDIRI. ISTRI IMPIAN ANDA, BUKAN MALAH MAU DIJODOHKAN DENGAN ORANG YANG GAK DIKENAL!!!"
Siapapun tolong Fraz sekarang. Telinganya berdengung mendengar teriakan keras Maura. Untung mobilnya kedap suara.
"Saya menyukai kamu, Maura. Kamu cantik."
Maura tersenyum tipis.
"Ada gak sih, cowok zaman sekarang yang gak mandang fisik? Kalau aku jelek, yakin masih mau? Pokoknya minta ke kakek supaya perjodohan kita dibatalkan. Bye!!"
Seketika Maura menutup pintu mobil kasar dan berlari meninggalkan Fraz yang mengelus dadanya.
"Menghadapi remaja sangat sulit ternyata. Tapi, sepertinya ini akan menyenangkan."
Fraz kembali tersenyum smirk, melajukan mobilnya kencang.
***
Jam Istirahat..
Maura persis seperti orang gila sekarang. Berlari kesana-kemari mengelilingi sekolah, mencari seseorang. Ke perpustakaan, taman belakang, toilet pria, kantin, ruang OSIS semua sudah Maura jelajahi. Tapi dia masih belum menemukan orang yang dia cari.
"Hei!!"
Tepukan di pundaknya mengagetkan Maura.
"Hah! Eh! Cumi kering!"
"Hahahha..."
Friska tertawa kencang. Lucu melihat ekspresi kaget sahabatnya.
"Apaan sih lo ngagetin gue aja. Gue lagi panik nih, capek juga. Bagi minum dong."
Tanpa izin si pemiliknya, Maura meminum air mineral itu sampai tandas.
"Ahh segarnya.."
"Kok dihabisin sih?! Gue baru beli, njir.."
Maura menatap kesal.
"Air 5000 doang. Besok besok pabriknya gue beli sekalian."
"Mentang kaya lo. Ya wajar juga sih, anak satu satunya, cucu juga satu satunya."
"Lo pikir bahagia? Jadi anak tunggal kaya raya kurang kasih sayang itu udah kayak bencana."
"Gak bersyukur banget lo. Makanya kalau udah nikah sama Hans buat anak banyak banyak. Kalau perlu bisa bentuk pemain sepak bola tuh."
Maura tersenyum membayangkan kalau dia beneran menikah dengan Hans nanti. Punya anak banyak yang lucu lucu, ah.. kapan waktu itu datang?
"Udah, berhenti senyum senyum gak jelas lo. Serem gue liatnya. Bucin banget jadi cewek. Btw mana tuh pacar kesayangan? Perasaan belakangan ini jarang banget nempel sama lo."
Perlu diketahui Maura cuma memakai embel-embel lo-gue sama Friska saja. Karena bagi Maura, Friska adalah orang yang paling dekat dan mengerti dirinya. Kalau sama Hans? Masa iya dia pacaran tapi pake lo gue. Katanya gak etis. Gak romantis juga.
"Nah, makanya ini gue lari lari gak jelas dari tadi nyariin dia. Tapi gak ketemu, gue tanya temannya mereka bilang Hans udah gak di kelas sejak jam istirahat tadi."
"Lah? Kemana tuh orang?"
Maura menggeleng.
Lalu seorang siswa berkacamata menghampiri Maura dan Friska.
"Permisi kak. Kakak yang namanya, Maura?"
Maura mengangguk. Mungkin adik kelas, pikirnya.
"Ada apa?"
Tanya Friska datar.
"Kakak dipanggil Ibu Cleo. Disuruh ke ruangannya kak."
"Oh oke. Makasih ya."
Siswi itu mengangguk lalu pergi. Dia takut kalau harus berdekatan dengan seniornya. Ada aura yang mencekam menembus kulit. Padahal Maura dan Friska santai saja.
Apa aura senior begitu menakutkan?
"Ngapain lo dipanggil guru galak itu?"
Tanya Friska setelah adik kelas itu pergi.
"Biasa. Palingan Bu Cleo minta bantuan lagi. Secara gue ini murid kesayangannya dia."
"Aishh mentang jago fisika lo. Songong!!"
"Kalau gitu gue temuin dia dulu. Lo ikut gak?"
"Gak deh. Gue mau berduaan sama doi."
"Hmm..nanti kalau ketemu Hans kabarin gue ya."
"Siap boss"
Friska mengangkat satu tangannya, bergaya hormat.
Kemudian Maura pergi menemui Bu Cleo dan ternyata dia disuruh mengambil peralatannya yang ketinggalan di laboratorium. Kebetulan laboratorium Fisika ada di lantai bawah, letaknya paling ujung dan sangat jarang dilalui siswa. Ramainya cuma saat ada praktek.
"Kenapa laboratorium ruangannya harus di tempat yang terpencil gini, sih? Dari sebanyak ini ruangan di sekolah kenapa letaknya malah di ujung, bawah tanah pula."
Maura terus mengomel sepanjang jalan, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti ketika mendengar des-- ah, gak mungkin, kan?
Seketika tubuh Maura merinding. Dia memang bukan gadis polos yang tidak tau suara apa yang baru saja dia dengar.
"Tapi masa iya? Apa mbak kunti sama om Uwo kali yang begituan. Mungkin mereka cinlok disini karena bosan, bisa aja, kan?"
Maura berkutat dengan pikirannya sendiri. Kenapa dia malah menganggap makhluk halus yang lagi 'main'?
"Gila. Gak mungkin ada yang ngena di sekolah, kan?"
Gumamnya saat sampai di depan pintu.
Karena penasaran, Maura berjalan perlahan.
Pintu masuknya tidak dikunci, jadi Maura bisa masuk tanpa susah payah.
"Kayaknya dari ruangan itu deh."
Tunjuknya pada sebuah ruangan kecil di dekat lemari.
"Lebih cepat sayang.. ahhh..."
Suara-suara penuh kenikmatan itu semakin jelas. Maura merinding sendiri dibuatnya.
Perlahan dia mulai mendekat, bersiap membuka pintu tapi pintunya di kunci dari dalam.
"Yah, dikunci. Padahal penasaran siapa yang mesum di sekolah." Gumamnya lagi sangat pelan.
Maura berusaha mendengar dengan cara menempelkan telinganya di pintu.
"Aku mau meledak sayang.."
Jleb.
Jantung Maura seolah berhenti seketika. Suara itu. Suara yang sangat jelas di pendengarannya.
Suara yang hampir setiap malam dia dengar saat telfonan dan selalu berakhir dengan kalimat I Love You. Suara yang membuatnya merasa jadi wanita paling bahagia di dunia.
"Kita keluar sama-sama sayang.."
"Ahhh.."
Maura lebih mendekatkan lagi telinganya. Matanya sudah panas dan dadanya sesak seperti kekurangan oksigen.
"Gue harus memastikan sendiri."
Berpikir keras, akhirnya Maura mendapat cara memastikan apakah dia orangnya atau bukan.
Ada kaca di atas lemari, yang bisa melihat langsung ke dalam ruangan kecil itu.
Dengan sekuat tenaga Maura memanjat dan saat dirinya sudah ada di atas lemari...
Matanya terpejam. Dia memegang dadanya yang semakin kekurangan oksigen, tubuh Maura lemas seperti kehilangan tulang tulangnya.
Apa yang baru saja dia lihat.. di depan matanya.. pria yang begitu dia cintai..
Bulir bening sukses lolos dari mata cantik Maura. Beginikah rasanya dikhianati? Kenapa rasanya sangat sakit?
"Hans.."
Lirih Maura ketir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!