NovelToon NovelToon

Tuan Muda Yang Terhina

Menikahi pria sampah

Happy reading ...

*

Di ibukota ini, siapa yang tidak pernah mendengar nama Adipura. Pengusaha kaya raya yang baru-baru ini menggegerkan jagat maya.

Media bisnis diramaikan dengan kasus manipulasi data yang membuat perusahaannya rugi besar. Sedangkan media hiburan, diramaikan dengan pernikahan beda kasta yang dijalani Natasha Adipura, putrinya.

Perusahaan dan pernikahan, dua hal yang santer diberitakan. Membuat telinga Adipura dan keluarganya panas dengan komentar orang terdekat, juga dari orang yang tidak mereka kenal.

Saat ini, aura ruang keluarga di kediaman Adipura nampaknya mulai menegang. Hal itu lantaran Natasha menentang keputusan sang ayah.

Sebagai putri kandung satu-satunya, Natasha merasa paling berhak atas posisi direktur utama menggantikan ayahnya. Namun nyatanya, Adipura justru memilih anak tirinya yang bernama Joshua.

"Dengar Tasha, salahmu sendiri menolak perjodohan dan memilih menikahi sampah itu. Sekarang tanggung akibatnya. Lihatlah! Dia hanya membuat rumah ini kotor dan menjijikan. Dasar anak tidak berguna. Beraninya kau meminta hak, sedang kau hanya bisa membuat perusahaan kita rugi!" tegas Adipura sembari menatap nyalang pada pria yang bersimpuh di lantai dengan kepala menunduk sangat dalam.

"Itu bukan salahku! Sudah kukatakan berulang kali padamu, Pa," sanggah Natasha.

"Lalu mengapa kau tidak menurut padaku? Apa untungnya menikahi pria seperti dia, Tasha?" Adipura bertanya penuh penekanan, kemudian berlalu dengan kedua tangan yang terkepal.

Pria sampah itu bernama Arjuna. Seorang office boy yang dinikahi Natasha hanya untuk membuat ayahnya murka.

Sejak kecil, Natasha merasa menjadi putri yang diabaikan. Setelah ibunya meninggal, ayahnya menikahi janda dua anak yang sebelumnya merupakan sekretaris Adipura.

Posisinya semakin tergeser, karena kedua saudara tirinya selalu bisa mengambil hati ayah Natasha dengan menjadi penurut. Bukannya menjadi anak yang manis, Natasha justru bertindak semaunya dan memberontak.

Puncaknya, Natasha menolak perjodohan yang dilakukan ayahnya. Perjodohan bisnis agar perusahaan ayahnya-PT. Adipura Land mendapat dukungan dana.

Sementara itu, di salah satu sudut sofa, Joshua menyeringai. Begitu juga dengan adiknya-Kania dan Inge, ibu mereka.

"Istriku, jangan bersedih hanya karena hal sepele seperti itu." Arjuna mencoba menghibur untuk sekedar meredam emosi Natasha.

"Tutup mulutmu, suami sampah! Menikahimu kesalahan terbesar dalam hidupku. Sepele katamu? Dasar bodoh! Mulai besok, aku akan mengurus perceraian kita. Dengar itu!" Bentaknya.

Arjuna dapat melihat istrinya itu sangat marah. Ditatapnya nanar langkah Natasha yang meninggalkan ruangan itu.

Akan tetapi ... bercerai? Jangan mimpi. Pernikahan mereka baru berjalan satu bulan, dan selama itu juga bagi Natasha, Arjuna bukanlah seorang suami, melainkan pria tidak berguna yang mengusik hidupnya.

"Bagus, Jo. Dengan posisimu sekarang, kau bisa mengatur perusahaan sesuai keinginan kita. Abaikan Natasha. Jika perlu, singkirkan saja dia dari perusahaan," tutur Inge datar.

"Tentu. Aku akan melakukan yang terbaik untuk kita. Bukan untuk mereka," desis Joshua.

"Menyingkirkan istriku? Berani sekali kalian!" geram Arjuna yang mulai tersulut emosinya.

Joshua tergelak sesaat. Dengan senyuman sinis terpasang di wajahnya, ia pun berkata, "Lihatlah siapa yang bicara! Apa kau marah? Kalau begitu minta pada Natasha untuk memohon padaku. Mengerti?" Sambil melewati Arjuna, tanpa ragu Joshua menoyor kepala pria yang merupakan suami adik tirinya tersebut.

Inge menyeringai puas, lalu mengusir Arjuna.

"Pergi dari hadapan kami! Hiburlah istrimu! Itupun kalau dia mau." Decihnya.

Dengan perasaan geram, Arjuna meninggalkan ruangan itu. Ia berlalu ke kamar hendak menghibur istrinya sesuai saran dari Inge.

Natasha nampak sangat frustasi dengan keputusan Adipura. Di meja kerja itu, Arjuna melihat istrinya mengusap kasar wajahnya berkali-kali.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Natasha dengan tatapannya yang nyalang. Melihat sosok Arjuna yang menyedihkan membuat Natasha semakin kesal.

"Pergi dari sini!" Bentaknya kemudian.

"Tasha, Istriku ... aku,-" Arjuna langsung terdiam. Merasakan secangkir teh hijau yang tadi ia sajikan disiramkan ke wajahnya.

"Jika kau berguna sedikit saja, mungkin aku tidak akan sekesal ini padamu." Geramnya.

Arjuna tertunduk sambil mengusap sisa air teh di wajahnya. Suara pintu kamar mandi yang ditutup kasar membuat Arjuna menoleh lalu tertunduk kembali.

"Berguna sedikit saja? Tentu, Tasha. Aku akan melakukan segala cara untuk menghilangkan kekesalan dalam hatimu. Mereka pikir bisa menyingkirkan istriku? Tidak, selama aku masih ada." Gumamnya dengan gigi yang dikeratkan.

Arjuna melangkah ke lemari pakaian dan mengambil ponsel lamanya dari salah satu sudut lemari itu. Ia juga mengambil sebuah kartu dari bawah tumpukan bajunya.

Kartu berwarna dasar hitam itu dilengkapi emas murni di sisi kiri dan atas. Emas itu juga dilapisi berlian. Bank of Dubai First Royal Mastercard, merupakan kartu pemberian seorang pria bernama Ahmed yang ditemuinya minggu lalu.

Seminggu yang lalu, saat Arjuna membawakan makan siang untuk istrinya yang sedang bekerja, seorang pria menghentikan langkah Arjuna. Pria itu sepertinya bukan orang pribumi. Hanya saja, ia fasih berbahasa Indonesia. Dari postur tubuh dan gurat wajahnya, bisa dipastikan pria itu berasal dari Timur Tengah.

"Tuan Muda, senang sekali bisa bertemu anda di sini." Ujarnya.

Arjuna menoleh ke sekitar, tak ada siapapun di sana kecuali ia dan pria itu.

"Perkenalkan Tuan, saya Ahmed. Tangan kanan Tuan Abdullah, kakek anda."

"Abdullah? Apa maksud anda, Abdullah Al-Fatih?" Arjuna mengernyitkan keningnya.

"Benar. Syukurlah anda mengetahui hal itu."

"Tentu. Meski aku tidak pernah melihat wajahnya, aku akan selalu ingat nama itu. Tidak hanya sebagai kakek, tapi juga sebagai seseorang yang telah menghancurkan keluargaku," ujar Arjuna datar dan terkesan dingin.

Ahmed terlihat salah tingkah. Dengan penuh rasa hormat ia pun bertanya, "Tuan Muda, bisa kita bicara sebentar?"

Meski enggan, Arjuna menuruti. Ahmed mempersilakan Arjuna masuk ke dalam mobilnya. Dalam hati Arjuna bertanya-tanya, "Ada apa ini? Mengapa tiba-tiba ada orang kepercayaan Abdullah di sini?"

"Tuan Muda ...."

"Hanya lima menit. Aku tidak ingin istriku menunggu makan siangnya."

"Tentu, Tuan Muda. Maaf bila anda kurang nyaman berbicara di sini."

Suara pintu kamar mandi yang ditutup kasar membuyarkan lamunan Arjuna. Delikan tajam istrinya membuat Arjuna cepat-cepat menutup pintu lemari itu.

"Istriku, ada yang kau inginkan? Bagaimana kalau aku membuatkanmu jus buah yang segar?" tawar Arjuna sambil mengikuti langkah besar Natasha ke luar kamar.

"Aarrgh. Berhenti menggangguku! Aku muak mendengarmu memanggilku, istriku ... istriku. Panggil aku 'nona muda', paham!" Bentaknya untuk yang kesekian kali.

"Paham, Nona Muda." Arjuna mengangguk cepat. Meski Natasha sangat marah, pria itu tersenyum tipis menanggapinya.

Natasha mendelik pada Arjuna. Melihat ekspresi wajah Arjuna, membuat Natasha semakin merasa muak saja.

"Dasar tidak berguna," decih Natasha sembari berlalu meninggalkan Arjuna yang tertunduk menatap langkah istrinya.

Masa lalu

Happy reading ....

*

"Terus ... terus ... ke kiri sedikit, iya sedikit lagi ... sip." Suara remaja tanggung itu terdengar lantang menantang derasnya hujan. Sambil memegang payung milik minimarket, ia mengarahkan satu persatu kendaraan yang hendak parkir di tempat itu.

"Dik, bisa pinjam payungnya?" Seorang pengemudi mobil yang baru saja terparkir memanggil pria muda yang mengenakan rompi oranye bertuliskan 'PARKIR' itu. Di saat yang sama, sebuah mobil membunyikan klakson.

Juru parkir itu pun berlari menghampiri pengemudi tadi dan memberikan payungnya. Di bawah guyuran hujan, ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Sekilas ia melihat seorang anak perempuan turun dari mobil tadi dan menggunakan payung yang dipinjam darinya.

Angin dingin terasa menusuk pori, namun juru parkir yang berada di ujung minimarket itu mencoba menahan meski tubuhnya mulai menggigil. Suara perutnya yang meronta membuat ia tertunduk malu, takut ada orang lain yang mendengarnya.

"Ini, Kak." Juru parkir itu menoleh dan terkesiap mendapati anak perempuan tadi menyodorkan sebungkus roti dan satu cup cappucino panas padanya.

"Te-terima kasih." Ujarnya sambil menerima pemberian itu dengan tangan gemetar.

"Bangun! Dasar pemalas!" Umpatan Natasha membuat Arjuna terhenyak dari mimpinya. Kaki jenjang Natasha menyenggol kasar kaki Arjuna yang saat ini masih berbaring di lantai.

Natasha memang tak mengizinkan Arjuna tidur di tempat tidur bersamanya. Bahkan ia mengusir Arjuna dari kamarnya. Namun Arjuna bersikeras, tempatnya ada di kamar itu bersama istrinya. Meski ia harus rela tidur di lantai beralaskan selimut tipis seadanya.

"Buatlah dirimu berguna. Buatkan aku teh sekarang juga!" Titahnya dengan penuh amarah.

Arjuna menurut, cepat-cepat ia merapikan bekas tidurnya dan dimasukkan ke dalam lemari. Sebelum meninggalkan kamar, ia menyempatkan bertanya, "Apa ada yang kau inginkan lagi?"

"Oh My God, pria ini benar-benar membuatku hilang akal. Pergi dari hadapanku dan kembali dengan secangkir teh untukku. Cepat!"

Natasha benar-benar tak habis pikir. Mengapa Arjuna selalu banyak bertanya. Kedua matanya yang membulat mengantar kepergian Arjuna yang tergesa-gesa.

Tidak biasanya Arjuna bangun terlambat. Semalam, ia menimbang ucapan Ahmed perihal perusahaan Al-Fatih Group yang sudah atas namanya.

"Tuan Muda, Anda harus tahu bahwasanya Al-Fatih Group menghasilkan ratusan triliun setiap tahunnya. Tuan Abdullah sudah lama mengetahui perihal kondisi anda yang sulit. Hanya saja, mungkin karena masih ada ego dalam hati beliau, Tuan Abdullah belum sepenuhnya menerima anda sebagai satu-satunya Tuan Muda Al-Fatih. Tapi Tuan, sekarang beliau memutuskan untuk menyerahkan apa yang sudah seharusnya anda dapatkan sejak lama."

Tuan Muda Al-Fatih? Ya, dari buku nikah orang tuanya Arjuna tahu bahwa dirinya putra Zaid Abdullah Al-Fatih. Namun ia tidak pernah menyangka, bahwa keluarga ayahnya itu sangatlah kaya. Dari almarhumah nenek, Arjuna mengetahui sedikit masa lalu kedua orang tuanya.

Dulu, untuk membantu perekonomian keluarga, Rahma-ibu Arjuna menjadi tenaga kerja wanita di Timur Tengah. Setelah dua tahun, Rahma kembali. Namun sebulan kemudian, seorang pria Timur Tengah datang ke rumah sederhana mereka.

Namanya Zaid Abdullah, yang kemudian diketahui merupakan putra dari mantan majikan Rahma. Pada ayah Rahma, pria itu meminta izin untuk menikahi putrinya.

Ayah Rahma langsung setuju. Siapa yang bisa menolak pesona Zaid? Pria kaya, tampan, namun sangatlah sopan. Berbeda dari kebanyakan pria kaya yang biasanya bersikap arogan.

Rahma dan Zaid pun menikah. Dua minggu kemudian, Rahma ikut suaminya kembali ke rumah majikan yang kini berstatus sebagai mertua.

Nenek tidak pernah tahu apa yang terjadi. Tiga bulan kemudian, Rahma kembali. Namun tidak bersama Zaid, melainkan seorang diri. Bukan, bukan seorang diri. Karena dari pengakuannya, Rahma tengah berbadan dua.

Sejak mengandung, kondisi Rahma sangatlah memprihatinkan. Ia sering sakit-sakitan, seolah ada beban dipikirannya yang tak bisa ia bagi dengan siapapun juga termasuk orang tuanya. Satu tahun setelah melahirkan Arjuna, Rahma meninggal dunia.

Saat ini, Arjuna mulai menimbang situasi yang dihadapi istrinya. Ia mulai berpikir untuk membantu Natasha dengan apa yang dimilikinya sebagai Tuan Muda Al-Fatih.

Di dapur, tak ada pelayan yang berani menyapa Arjuna secara terbuka. Mereka memilih menjauh, seolah Arjuna sebuah bom yang akan meledak tiba-tiba.

Secangkir teh hijau telah tersedia, untuk Natasha-istrinya tercinta. Saat melewati kamar Joshua, Arjuna tanpa sengaja mendengar percakapan kakak beradik Joshua dan Kania dari pintu yang sedikit terbuka.

"Kapan kakak akan menempatkanku sebagai wakil direktur utama di perusahaan. Aku muak berada di ujung telunjuk Natasha."

"Sabarlah sebentar lagi. Aku tidak mungkin bisa melakukannya secepat itu. Kau tahu, perusahaan sedang di ujung tanduk. Aku harus bisa mencari dukungan dana untuk menyelamatkannya. Jika tidak, tua bangka itu tidak akan menyerahkan posisinya begitu saja." Joshua terdengar sangat kesal.

"Apa maksud kakak? Bukankah kemarin dia sudah memutuskan untuk menempatkan kakak di posisi itu?"

"Apa kau bodoh? Apa artinya keputusan sepihak seperti itu, heh? Aku akan diakui hanya jika dia mengumumkan keputusannya di rapat dewan komisaris. Dan kau tahu, pria tua itu semalam datang padaku. Dia bilang, 'aku beri waktu kau satu bulan, untuk membuktikan kau pantas di posisi itu'. Kau mengerti artinya? Aku harus bekerja keras untuk memperbaiki keadaan perusahaan, baru akan duduk sebagai Direktur Utama PT. Adipura Land. Tidak ada yang gratis di dunia ini, Kania."

"Apa? Heh, pria tua sialan!" Umpatnya.

"Tenang saja, aku akan mencari cara agar bisa secepatnya duduk di posisi itu. Jika perlu akan kusingkirkan siapapun yang menghalangi jalanku menuju ke sana. Sekalipun itu Adipura, ataupun Natasha."

Arjuna tertegun mendengarnya. Amarahnya mulai meletup, namun sebisa mungkin Arjuna meredamnya. Ia meneruskan langkah mengantar teh untuk istrinya.

Arjuna terkesiap, tidak ada yang meragukan pesona Natasha Adipura. Wanita anggun mempesona setiap mata yang menatapnya. Bahkan dalam balutan pakaian formal, Natasha terlihat sangat elegan dan tentunya menawan.

"Apa yang kau lihat?" Kening Natasha berkerut dengan tatapannya yang menajam. Ia tidak pernah suka jika Arjuna menatapnya.

"Kau selalu terlihat cantik, Tasha." Ujarnya dengan senyum terukir di wajah.

"Jangan pernah menyebut namaku dengan mulutmu itu. Aku memang beruntung dianugerahi wajah yang cantik. Tapi sayangnya, aku tidak beruntung karena dianugerahi suami seperti dirimu." Decihnya.

Arjuna tersenyum lebar mendengar Natasha mengakuinya sebagai suami meski dengan berat hati. Namun senyum itu seketika memudar, mendengar ucapan Natasha selanjutnya.

Dengan ekspresi yang dingin, Natasha berkata, "Hari ini, aku akan minta Adam mengurus perceraian kita."

"Aku tidak mau," sahut Arjuna cepat.

"Jangan membantahku!" pekik Natasha.

"Kita tidak akan berpisah. Tidak, selama aku masih hidup." Tegasnya.

"Beraninya kau!" Dengan langkah yang lebar Natasha menghampiri Arjuna. Tangannya hampir saja melayang akan menampar pria yang jadi suaminya itu. Arjuna sudah pasrah sambil memejamkan mata. Namun ternyata Natasha urung melakukannya dan memilih menggertakkan gigi sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Keluar sekarang juga. Keluar!" Pekiknya.

"Tentu. Ini tehmu, Istriku. Selamat bekerja, aku akan mengantarkan makan siang untukmu."

Al-Fatih Group

Happy reading ....

*

Beberapa hari ini, karyawan di bagian departemen keuangan merasa kurang nyaman dalam bekerja. Kehadiran beberapa orang yang tergabung dalam tim audit menggangu kinerja mereka.

Tim audit itu mengindikasikan telah terjadi manipulasi data serta adanya dokumen palsu pada banyak transaksi besar dalam kurun waktu satu tahun terakhir. Sebagai direktur keuangan, Natasha menjadi orang pertama yang dicurigai dan tersudutkan.

Mereka kesulitan menginvestigasi, karena manager keuangan telah berganti. Sejak empat bulan yang lalu, Kania yang menduduki posisi itu menggantikan Irwan.

Di ruangannya, Natasha terlihat sangat frustasi mengetahui Irwan tak dapat dihubungi. Satu minggu ia mencari tahu perihal pria itu, selama itu pula waktunya terbuang sia-sia.

"Bagaimana, ada kabar apa?" tanya Natasha pada Rama, Asistennya yang baru memasuki ruangan.

"Belum ada, Nona. Irwan tetap tidak bisa dihubungi. Alamatnya juga sudah berganti. Menurut pemilik baru rumah itu, kemungkinan Irwan dan keluarganya pindah ke luar negeri."

"Sial. Apa dia sengaja melakukan ini padaku? Rama, apa menurutmu ini memang sudah direncanakan? Tapi bagaimana bisa? Cari cara agar bajingan itu ditemukan. Aku tidak bisa berkilah apa-apa jika dia tidak ada. Seenaknya saja memalsukan tanda tanganku." Geramnya.

"Dimana Kania?"

"Di ruangan wakil dirut, Nona."

"Panggil sekarang juga!" Rama mengangguk hormat dan berlalu dari ruangan itu.

Tak berselang lama, Kania masuk ke dalam ruangan dengan gayanya yang angkuh. Natasha mendelik melihat raut wajah saudari tirinya tersebut.

"Apa yang kau lakukan di ruangan Joshua? Apa kalian sedang menertawakanku, atau berencana menyingkirkanku? Di perusahaan ini, posisimu Manager Keuangan, bukan Asisten Joshua. Jadi tetaplah di ruangan dan kerjakan tugasmu!" Tegasnya.

"Kau yang membuat masalah, Tasha. Kenapa aku yang harus memikirkan dan mencari solusinya? Sebaiknya kau perbaiki keadaan ini secepatnya. Aku muak berada di departemen yang sama denganmu!" sahut Kania sinis.

"Lancang!" Natasha melemparkan beberapa berkas ke wajah Kania. Sorot matanya menajam melihat amarah di mata Kania yang sedang mengepalkan tangannya.

"Keluar! Menyebalkan, tidak tahu diri!" Kania berlalu menahan amarahnya mendengar pekikan Natasha.

Di ruangan direktur utama, Adipura terlihat sangat frustasi dan putus asa. Sejak satu bulan terakhir, tekanan datang silih berganti dari para pemegang saham. Mereka meminta Adipura mencari solusi sendiri atas apa yang terjadi.

Besarnya nominal uang yang harus dibayar berbanding terbalik dengan kondisi perusahaan yang merugi. Daftar utang jangka pendek yang harus dibayarkan beserta interest-nya menjadi mimpi buruk Adipura karena para investor menarik diri.

Sialnya, Natasha menolak angin segar yang ditawarkan pemilik PT. Sinar Jaya. Jaya Diningrat bersedia membantu dengan syarat Natasha menjadi istri dari putranya yang tuna daksa.

Di tempat lain, dengan mengendarai motor bebek era 80-an, Arjuna menuju Al-Fatih Group cabang Indonesia. Ia akan bertemu dengan Ahmed di sana.

"Berhenti, Mas. Mau ke mana?" tanya security yang menghentikan laju motor Arjuna.

"Mau ke sini, Pak," tunjuk Arjuna.

"Mau apa, Mas? Kalau mau melamar kerja, belum ada lowongan. Sudah sana, putar balik lagi!" Usirnya.

Belum sempat Arjuna menjawab, sebuah mobil yang akan menuju basement membunyikan klakson sangat panjang. Security itupun memaksa mendorong mundur motor Arjuna. Pengendara mobil itu menyembulkan kepalanya.

"Ckck, merusak pemandangan aja tu motor butut. Udah nggak zaman, Kong. Haha, Engkong gue juga belum tentu mau motor butut begitu." Decihnya dengan tatapan menghina.

Mendengar hal itu, Arjuna hanya menyeringai tipis. Tak ada keinginan meladeni ocehan pria tersebut.

"Nih, Pak. Kasih ke dia. Ckck kasian. Udah butut, mogok lagi. Buang aja! Mana ada yang mau beli motor butut begitu," ujar pria itu sok tahu, kemudian melaju ke basement untuk memarkirkan mobilnya.

Security itu terlihat bingung. Namun kemudian memberikan uang nominal sepuluh ribu pemberian pria tadi pada Arjuna.

"Untuk bapak saja. Motor saya nggak mogok kok," ujar Arjuna sambil menempelkan ponselnya di telinga.

Security itu mendelik pada Arjuna. Pikirnya, sikap Arjuna yang gengsi menerima pemberian pemilik mobil tadi tak sepadan dengan penampilannya yang sangat sederhana.

Arjuna kembali memasukkan ponsel ke dalam tas slempang miliknya. Sambil tersenyum kecut, ia meminta izin pada security itu untuk menunggu sebentar saja.

Tak lama, Ahmed terlihat keluar dari lobi gedung. Dengan langkah yang tergesa-gesa, pria itu menghampiri Arjuna.

"Tuan Muda. Maaf telah membuat anda menunggu."

"Tidak apa-apa, Pak eh Tuan."

"Panggil saja saya Ahmed. Silahkan, Tuan."

Arjuna mengangguk canggung, lalu meminta izin pada security itu lagi.

"Pak, maaf nih. Ikut parkir dulu ya." Security itu tersenyum kikuk.

"Pak, parkirkan motor Tuan Muda di tempat yang teduh. Jangan sampai joknya panas," titah Ahmed tegas.

"Baik, Tuan."

Security itu terlihat bingung dengan sikap Ahmed yang merupakan CEO di perusahaan ini. Ahmed sangat sopan pada tamu yang katanya Tuan Muda itu.

"Mana ada Tuan Muda bajunya belel begitu." Decihnya sambil menempatkan motor Arjuna.

***

"Silahkan duduk, Tuan muda."

"Ahmed, jangan memanggilku begitu. Panggil saja Arjuna."

Arjuna menatap sekitar ruangan itu. Sebagai owner, ia memiliki ruangan khusus yang tidak bisa diakses sembarang orang.

"Maaf, saya tidak bisa melakukannya. Anda, Tuan saya."

"Baiklah. Terserah saja. Aku ingin meminta satu hal padamu."

"Silahkan, Tuan. Apapun itu akan saya laksanakan."

"Sembunyikan identitasku."

"Apa? Maksud anda ... baiklah."

"Ahmed, aku belum mengerti banyak tentang bagaimana menjalankan perusahaan. Tolong pelajari masalah yang terjadi di perusahaan Adipura Land. Berikan aku solusi untuk mengeluarkan istriku dari masalah itu. Secepatnya."

"Tentu, Tuan. Sebelumnya, Adipura Land menawarkan kerjasama dengan perusahaan ini. Namun melihat kondisi terkini, kami berpikir ulang untuk investasi."

"Investasi? Apa itu artinya kita bisa memegang kendali perusahaan itu."

"Tentu. Jika anda mau, jangankan investasi, kita bisa membeli perusahaan itu."

"Benarkah? Tapi tidak, aku yakin Adipura tidak akan menjualnya."

"Kita bisa membeli sebagian besar saham mereka. Dengan begitu, kita akan berperan penting dalam setiap kebijakan pada rapat dewan komisaris."

"Oke. Aku minta lakukan secepatnya."

"Baik, Tuan. Siang ini saya akan menemui Tuan Adipura."

Arjuna mengangguk-anggukan kepalanya, lalu berkata : "Ahmed, aku akan belajar banyak padamu. Tapi sekarang, aku harus memasak makan siang untuk istriku. Mungkin kita akan bertemu di sana, ingatlah untuk berpura-pura tidak mengenaliku."

Ahmed mengangguk hormat walau dalam hati belum mengerti kenapa Arjuna memintanya melakukan itu.

Arjuna menolak diantar Ahmed ke luar gedung. Dengan menggunakan lift khusus eksekutif, Ia meninggalkan lantai itu. Saat melewati lobi, tatapan Arjuna tertuju pada pria yang tadi mencemoohnya.

"Nona, siapa pria itu?" tanya Arjuna pada seorang karyawati yang ditemuinya sambil menunjuk pria yang dimaksud.

Karyawati itu mengernyitkan alis melihat penampilan Arjuna. Menyadari hal itu, Arjuna hanya bisa tersenyum tipis.

"Itu Pak Rio, Manager Personalia." Sahutnya datar dan berlalu begitu saja.

Arjuna menyeringai melihat Rio, dan meneruskan langkahnya ke luar gedung Al-Fatih Group.

"Terima kasih, Pak. Jok motor saya jadi nggak panas," ujar Arjuna sembari mengenakan helm-nya.

"Kalau bukan Tuan Ahmed yang meminta, saya nggak mau mas. Saya heran, kenapa Tuan Ahmed menyebut mas ini tuan muda," delik Security itu.

"Sama, saya juga heran. Haha ... permisi Pak."

Arjuna mengendarai motor lamanya menuju pasar terdekat. Dalam benaknya ia mencoba memikirkan menu apa yang akan dibuat untuk makan siang Natasha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!