Kilas balik
tepat pada tanggal 2 juli 2019, Adella ayu Prasetyo membuat pesta perayaan ulang tahun yang ke 15, juga sebagai perayaan kelulusan gadis berambut coklat tersebut, karena sebentar lagi, masa putih abu-abu nya akan segera dimulai.
perayaan ulang tahun ini tidak begitu besar, hanya dihadiri keluarga besar dan sahabat terdekat saja. Sejak tadi Adella menunggu kedatangan sang ayah yang mendadak pulang telat karena beberapa urusan, acara tiup lilin sudah berlalu setengah jam yang lalu tanpa kehadiran ayahnya.
Sesekali gadis itu melirik ke arah pintu yang tertutup, berharap ketika ia menoleh ayahnya sudah berdiri di sana dengan sebuah hadiah, tapi hingga detik ini hanya ada harapannya. ia tahu pekerjaan ayahnya membutuhkan waktu lebih, ia juga tidak menuntut apapun karena ayahnya tahu apa yang harus diprioritaskan.
Berulang kali ia mencoba menghubungi ayahnya, tapi yang menjawab justru operator menyebalkan yang tidak lelah memberitahunya jika handphone ayahnya tidak aktif.
Hingga seseorang datang dengan keadaan kacau, Adella melongo melihat baju yang basah kuyup. "Kenapa?" tanya Adella pada laki-laki itu.
Mendadak jantungnya berdetak hebat, perasaannya mulai gelisah, tanpa sebab ia ingin menangis padahal laki-laki berusia 20 tahun itu belum mengatakan apapun.
"Tuan Wijaya mengalami kecelakaan saat hendak pulang, sekarang sedang menuju rumah sakit."
Hancur.
satu kata itu yang menggambarkan dirinya. tanpa basa basi lagi, Adella berlari keluar dan meminta siapa saja untuk mengantarnya ke rumah sakit ditemani sang ibu dan kakaknya.
Ia pernah meminta kepada tuhan untuk membuat keluarganya bahagia, tapi ia lupa untuk meminta membiarkan orang-orang yang ia sayangi bertahan lebih lama.
Sesampainya di rumah sakit, pertama kali yang Adella lihat adalah alat pendeteksi jantung yang di samping brankar. hatinya berdenyut nyeri melihat tubuh ayahnya dipasang banyak alat, saat itu juga tangis nya meledak, meminta ibunya untuk segera membangunkan dirinya dari mimpi buruk yang tak pernah ingin ia singahi.
satu tahun lalu, mereka merasakan duka mendalam akibat kepergian kakak pertama Adella, Tiara kemuning Prasetyo. Tiara ditemukan tewas dengan luka tusuk dibagian dadanya. miris sekali, karena polisi menyatakan jika Tiara menjadi korban pembunuhan. namun sayangnya, polisi belum menemukan siapa yang dengan sengaja membunuh kakaknya itu, dan setelah satu tahun kemudian, Adella tidak rela jika ayahnya ikut pergi menemui Tiara.
"Ayah, ayah janji buat kasih Adel hadiah, Ayah janji kan mau anterin Adel di hari pertama masuk sekolah nanti, Ayah juga janji buat kasih Adel tiket liburan kalo Adel dapat juara," ujar Adella diiringi air mata yang terus menetes tanpa henti.
Dibandingkan dengan ibunya, Adella justru lebih dekat dan lebih manja dengan sang Ayah. Setiap bangun tidurnya, ia selalu bertanya dimana ayah. Adella terbiasa mengganggu kegiatan ayahnya di akhir pekan dengan meminta banyak hal, minta ditemani ke supermarket, jogging, beli makan ikan, dan lebih sering memintanya untuk makan di restoran kesukaannya.
Adella tidak suka jika di akhir pekan, ayahnya masih berkutat dengan pekerjaan kantor. Maka dari itu, ia melakukan segala cara agar ayahnya menghabiskan waktu dengannya dan keluarganya.
Karena ia anak bungsu, maka sudah pasti apapun yang ia minta akan dituruti. mungkin kalimat sibungsu yang dimanja memang benar, untuk dirinya tentunya. Kini, Adella hanya meminta agar ayahnya kembali seperti semula.
Adella hanya bisa berharap diiringi dengan doa, agar sang ayah bisa secepatnya membuka mata, berbicara dengannya, memeluknya, dan bisa mengajaknya berjalan-jalan seperti semula. Jika ia bisa meminta, maka berikan saja semua rasa sakit ayahnya pada dirinya, tubuh rapuh yang kini terbaring itu sudah terlalu banyak menahan sakit.
"*Ayah, bukannya ayah pernah janji kalo ayah yang akan nganterin Adella di hari pertama sekolah, ayah juga pernah bilang kalo ayah akan lihat bagaimana putri ayah ini menjalani sama orientasinya?"
Adella melihat pita yang terikat ditangannya, pita itu dulu diberikan oleh ayah sebagai hadiah, kata ayahnya anggap saja sebagai pita keberuntungan.
ia melepaskan pita tersebut dan memasangkannya di pergelangan tangan kiri sang Ayah, "Aku selalu beruntung dengan pakai gelang pita pemberian ayah ini, aku juga pengen ayah seberuntung aku ketika memakai ini."
"Gapapa kok ayah ga hadir di ulang tahun aku kali ini, tapi ayah harus janji kalo ayah akan mengganti kehadiran ayah di ulang tahun aku berikutnya, ayah juga harus kasih kompensasi untuk janji ayah yang diingkari, maka dari itu ayah harus buka mata dulu*."
***
11 Juli 2019
Adella resmi menjadi salah satu siswi Mandala INTERNATIONAL School, Adella melewatkan masa orientasi siswa yang telah di laksanakan selama 3 hari kemarin. Jika saja keadaannya tidak sehancur ini, mungkin dengan senang hati ia akan mengikuti seluruh kegiatan sekolah, tapi musibah yang menimpa keluarganya membuat dirinya bahkan enggan untuk keluar dari ruangan ayahnya.
Adella menghentikan langkahnya ketika ia tiba disebuah kelas. Berada di jurusan IPA adalah keinginan terbesar ayahnya, tetapi ketika ia mewujudkannya, justru sang ayah tidak bisa melihatnya.
Ia membuka pintu kelas tersebut, yang pertama ia lihat adalah seluruh mata tertuju padanya, mendadak ia risih dengan tatapan beberapa orang terutama para laki-laki, ingin sekali Adella mencolok mata mereka.
Adella memutuskan untuk duduk di kursi belakang, karena hanya beberapa kursi di belakang saja yang tersisa.
"Kita sekelas lagi, seneng banget sih gua, kita jodoh banget tandanya," ujar salah satu siswi yang duduk di sebelah Adella.
Adella memilih menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya, bukannya ia tidak mendengar, hanya saja ia sedang malas mengeluarkan suaranya.
gadis di sampingnya ini bukanlah teman barunya, melainkan sahabat lamanya. Jadi bukan masalah besar jika Adella mengabaikan gadis tersebut, dia adalah Calista Devika, sahabat Adella sejak sekolah menengah pertama.
Tentang kalimat Caca sebelumnya, alasan mereka bisa sekelas adalah karena permintaan kakak laki-laki dari gadis itu, karena Caca tidak ingin pisah kelas dengannya, mengingat Caca sulit beradaptasi di lingkungan baru.
"*Del, Lo tahu ga Arasya Alfian?" Adella menggeleng dengan posisi yang masih sama, "kalo kata Abang gua ayah dia pebisnis yang punya hubungan erat sama ayah Lo." Adella mengangkat kepalanya, lalu menoleh pada Caca.
"Terus?"
"Lo ga mau deketin dia buat cari tahu? dari dugaan keluarga Lo sebelumnya, kecelakaan ayah Lo itu disengaja dan kemungkinannya adalah saingan bisnis ayah Lo yang iri, ya kan?" ujar Caca.
"Tapi Lo ga usah asal nuduh juga, kalo malah jadi fitnah gimana?"
"Ya makanya gua suruh Lo selidiki, dodol."
Adella kembali merebahkan kepalanya, ia sudah pusing melihat kondisi ayahnya yang tak kunjung membaik*.
***
seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, tepat pukul 07.00 wib gerbang sekolah sudah harus tertutup. Hampir saja gadis mungil itu terlambat, tapi hari ini ia lolos dari hukuman maut guru BK.
Dengan santai, ia berjalan melewati lorong yang masih ramai dengan para siswa siswi yang berlalu lalang atau hanya sekadar diam memperhatikan lapangan sebelum bel berbunyi. Rambut coklat Curly milik gadis itu mengayun indah seirama dengan langkah kakinya.
Adella ayu Prasetyo, tidak banyak orang yang mengenal gadis cantik blasteran ini, Adella bukan tipe cewe famous yang suka mengejar-ngejar laki-laki, bukan juga si kutu buku yang hobi berdiam di jajaran rak, bukan juga tukang buat onar yang sering keluar masuk ruang BK. Adella hanya siswi biasa pada umumnya yang datang untuk belajar dan pulang setelah selesai, bahkan ia tidak menggeluti ekstrakulikuler apapun, dan tidak terlibat satupun organisasi.
jika ditanya apakah Adella pintar? jawabannya mungkin iya dan mungkin biasa saja, karena ada kalanya Adella terlihat pandai dan ada kalanya juga tidak, seperti ketika bertemu dengan pelajaran seni budaya, maka Adella berada di opsi kedua.
Mungkin bagi yang melihatnya, Adella hanya gadis membosankan yang tidak pernah menikmati kehidupan. Tapi, ada satu hal yang tidak pernah diketahui orang-orang, rahasia tersembunyi seorang Adella.
Adella berbelok ke arah pintu besi, tujuannya pagi ini bukan kelas, melainkan kantin. Untuk apa? jelas untuk makan dan bergosip.
"Bu bos datang," ujar seorang perempuan sebayanya dengan rambut yang terurai. Dia adalah Calista Devika biasa dipanggil Caca, dia adalah salah satu sahabat Adella sejak kelas satu SMP. Caca adalah tipikal cewe yang sangat butuh kasih sayang dan perhatian orang lain, maka dari itu dialah satu-satu nya di antara mereka bertiga yang paling bucin dan manja.
"Berisik banget sih ember bocor satu ini," sahut gadis yang duduk di sebelah Caca. itu Fira Ratu Simphony, sebenarnya tingkah Fira dan Caca tidak ada bedanya, keduanya hobi berbicara dan sangat memalukan, bedanya Fira suka mempermainkan banyak cowo sedangkan Caca bergantung pada satu cowo. Fira adalah salah satu anak konglomerat yang sangat terkenal di Indonesia, namun kesibukan orang tuanya tidak menjadi penghalang untuk memberikan sebuah kasih sayang, tidak seperti kebanyakan anak broken home, Fira tergolong anak paling beruntung di dunia ini.
Fira sangat dimanja oleh keluarganya, selalu dituruti apapun keinginannya, dan itulah yang membuat Fira menjadi anak yang selalu bertingkah semaunya, merasa semua yang ia inginkan akan ia dapatkan. Tapi Fira itu baik, ramah, suka menolong, dan tidak sombong, hanya minus di kelakuan saja.
Adella kini sudah duduk di hadapan kedua sahabatnya, jika ditanya siapa diantara mereka bertiga siapa yang paling ceria, seharusnya jawabannya itu ya mereka bertiga, tapi sayangnya itu hanya ada di dua tahun lalu, sebelum kejadian na'as yang menimpa ayah Adella.
entah apa yang membuat Adella berubah, kedua sahabatnya pun tidak tahu alasannya gadis periang seperti Adella berubah jadi raga yang hidup seolah tak memiliki jiwa. Hidup Adella terasa menoton bagi Fira dan Caca, dulu mereka bertiga sering menghabiskan waktu untuk menonton film sepulang sekolah, menginap untuk bergosip ria, nonton bioskop sambil cuci mata, atau hanya sekadar jalan-jalan di mall untuk numpang ngadem.
Tapi mereka tidak pernah lagi merasakan nikmat dunia itu, Adella menjadi sosok pendiam yang penuh dengan teka-teki, setiap gerakannya seolah membawa ribuan jawaban yang tidak mereka mengerti.
"Mau pesan apa?" tanya Fira. Karena hari ini hari Jum'at jadi mereka bisa bersantai hingga 30 menit ke depan. Sekolah nya selalu masuk pukul setengah delapan setiap hari Jum'at, karena sebenarnya harus beres-beres kelas terlebih dahulu, tapi karena kemalasan Fira dan Caca, jadilah mereka bertiga selalu absen di kegiatan tersebut.
Adella menggeleng, menandakan jika ia tidak ingin memesan apapun.
"Ih lucu deh ada pameran buku sama kostum, kita kesini yuk pulang sekolah," kata Caca sembari menyodorkan ponselnya ke hadapan Adella.
Adella melihat sebentar poster dengan judul "Karya anak bangsa" lalu mengembalikannya pada Caca.
"Ca, Lo tahu gua ga bisa," jawab Adella membuat Caca memajukan bibir bawahnya, "Biasanya lo bucin sama si Rafa, kenapa ga ajak dia?" tanya Adella.
Caca menarik napas lalu menghembuskannya dengan kasar, pertanda ia mulai kesal, "gini Bebep gua sayang, gua udah sering jalan sama itu bocah, udah ga kehitung malah, ya masa tiap kali gua mau jalan harus sama dia, gua pengen sekali-kali jalan sama kalian berdua, udah lama banget loh ga hangout bareng, payah banget sih kalian," kata Caca yang kini tengah bersandar di sandaran kursi sambil melipat kedua tangannya di atas perut.
Fira hanya mengangguk membenarkan perkataan Caca. Adella selalu saja tidak bisa jika mereka ajak keluar, memang ada apa di luar? takut ketemu orang? atau takut pada cuaca panas?
saat Adella hendak mengeluarkan suaranya, Fira lebih dulu berbicara, "kalo alasan nya karena ayah Lo, ga kita terima, come on Del, Abang Lo sama mamah Lo selalu siaga di sana, sekali aja pasti di bolehin kok," rengek Fira.
Adella berpikir sejenak, mereka tidak tahu apa yang harus Adella lakukan di setiap harinya. setiap detiknya sangat berharga untuk ayahnya.
Akhirnya gadis berkulit putih dengan tinggi 160cm itu mengangguk setelah keduanya merengek dan hampir menangis dihadapannya. lihat kan? betapa manjanya dua bocah ini. Jika Adella tidak menurutinya maka kedua manusia itu akan meraung dan membuat gempar satu sekolah. Belum lagi, Caca akan mengancamnya mengadukan dirinya pada kakaknya yang notabenenya sebagai pemilik dari sekolahan elit ini, jika itu terjadi bisa-bisa ia dihukum untuk kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.
"lagian acara itu kan setiap bulan ada, kenapa harus bulan ini?" tanya Adella yang merebut minuman milik Caca dan menyesapnya hingga setengah.
"Temanya kali ini lucu banget, gemes tau ga sih." Caca kembali memperlihatkan deretan foto kostum yang akan dipamerkan di pameran nanti. "Temanya kartun, ih lucu tau, mau ya Del?" tanya Caca dengan nada yang memohon.
Adella menghembuskan napasnya kasar, biasanya ia tidak pernah kalah berdebat dengan dua orang ini mengenai hal semacam ini, tapi entah kenapa kali ini Adella merasa tidak enak hati untuk menolak permintaan kedua sahabatnya.
mereka sudah sangat mengerti dirinya selama dua tahun ini, tidak pernah sekalipun mereka marah atau kecewa pada keputusannya, mereka tidak menghakimi dirinya yang berubah, mereka selalu mendukung apapun langkahnya. Berkali-kali ia menolak ajakan mereka, tapi mereka selalu memakluminya.
"Oke, kali ini gua mau." lantas kedua sahabatnya itu langsung bersorak riang mendapati jawabannya.
***
Alaska Regantara, laki-laki yang tengah duduk di antara kedua temannya dengan satu mangkuk bakso yang sedang dilahap oleh laki-laki itu. Alaska adalah salah satu laki-laki yang banyak dikagumi oleh kaum hawa, memiliki tinggi yang ideal, tubuh yang tegap, serta wajah yang tampan.
Alaska bukanlah tipe kebanyakan bad boy yang ada di sekolah, Alaska hanya satu dari banyaknya siswa lawak disekolah ini. hanya saja laki-laki itu mulai terkenal karena saat kelas 10 ia memenangkan pertandingan bola basket one by one dengan senior yang juga menjadi incaran para siswi di sekolah. Dari pertandingan itu, kini Alaska menjadi ketua basket karena skill nya tidak diragukan lagi dan sudah diuji langsung oleh ketua sebelumnya.
Selain memiliki wajah yang sempurna, Alaska juga seorang anak yang berasal dari keluarga terpandang dan sangat berpengaruh di Indonesia, meskipun laki-laki itu awalnya tidak mengakuinya tapi ia tidak bisa menutupi identitasnya lebih lama jadi ia sudah tidak mengelak lagi. Ayahnya merupakan pemilik perusahaan yang tengah naik dari beberapa tahun sebelumnya, Ibunya seorang model papan atas yang suka wara wiri di televisi maupun media cetak, Kakak pertama Alaska, Albiru Regantara adalah lulusan Oxford university dan dia adalah pemilik salah satu saluran televisi. Alaska juga memiliki adik kecil yang masih berusia 9 tahun bernama Alika Rahmania Regantara, di usianya yang masih sangat muda, Alika sudah berhasil memenangkan beberapa lomba modeling hingga kamarnya dihiasi oleh piala-piala miliknya.
Banyak yang iri dengan kehidupan Alaska, mungkin saat pembagian keluarga, Alaska berdiri di paling depan hingga mendapatkan segala hal yang bisa dibilang kehidupan yang diimpikan banyak orang.
"Gimana ceritanya bisa telat, tumben amat," ujar Rafa yang tengah mengaduk es teh manisnya. Oh iya, gini-gini Alaska juga murid teladan, tidak pernah telat, tidak pernah merokok, tidak pernah berulah eh berulah dalam bertengkar kalo berulah dengan para siswi Alaska jagonya, ya beda hal jika ada yang mengganggu dirinya dan orang-orang terdekatnya, maka Alaska bisa berubah menjadi singa yang ganas.
Rafa Ardiansyah, Dia adalah anak dari salah satu pengusaha properti di Indonesia, satu-satunya sahabat Alaska yang waras, karena sahabat satunya lagi sedikit bergeser. dia lah yang sudah mengambil hati Caca dan menjadikannya kekasih.
"Ban motor gua bocor," ujarnya sambil memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
"Motor doang bagus tapi ban bocor, mending Vespa gua noh ban nya ban karet." Bukan Rafa yang berbicara, melainkan Arasya Alfian, biasa dipanggil Alfi, laki-laki yang tingkat kepedeannya melebihi rata-rata, ia juga suka tebar pesona dan merasa dirinya lah yang paling tampan di antara kedua temannya.
"Emang lo pikir ban motor gua terbuat dari apa? besi? baja? apa emas?" tanya Alaska beruntun.
"Berarti ban Lo jelek," celetuk Alfi diiringi tawa.
"Pala Lo yang jelek," ujar Rafa sambil menoyor kepala sahabatnya itu.
Alaska menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya yang saat ini saling beradu argumen, masalah ban bocor aja melebar kemana-mana, memang pada dasarnya tom and Jerry tidak akan pernah akur.
Matanya tak sengaja melihat gadis berhasil lolos darinya, padahal hanya berbeda beberapa detik saja. sepertinya satpam sekolahnya tadi menunggu gadis itu agar masuk terlebih dahulu lalu menutupnya dan tidak membiarkan dirinya masuk.
"Mata Lo bae-bae copot tar ga ada gantinya," ujar Alfi saat menyadari jika sahabatnya ini tengah memperhatikan seorang gadis.
"Cantik ya?" tanya Rafa menggoda Alaska yang kini memutar bola matanya. Rafa itu pendiam, beda halnya jika bersama dua sahabatnya yang otaknya perlu di perbaiki.
"Cantik sih, tapi bukan kriteria gua, terlalu bawel, galak, dan nyebelin." Rafa dan Alfi saling bertatapan, wah apa yang tidak diceritakan sahabatnya ini mengenai gadis itu.
"Sejak kapan Lo kenal dia?" tanya Alfi yang sangat penasaran karena Alaska tidak pernah tertarik pada siapapun di sekolah ini, ya kecuali satu orang yang pernah mengisi hatinya dulu.
"Kata siapa dia bawel?" tanya Rafa tiba-tiba.
sontak dua orang itu langsung menoleh ke arahnya, "Temenannya sama kaset rusak begitu pasti dia juga sebelas dua belas sama temennya," ujar Alaska.
"Kenal baik dulu baru komentar." itulah kalimat terakhir yang keluar dari mulut Rafa sebelum akhirnya laki-laki itu meninggalkan Alaska dan Alfi yang kebingungan. mereka berdua tidak pernah tahu jika Rafa mengenal teman dari kekasihnya itu.
***
Sepulang sekolah Alaska di sidang oleh kakaknya. Laki-laki yang berusia lebih tua 5 tahun di atasnya itu tengah memegang selembar kertas dan Alaska hanya duduk manis di sofa, sementara kakaknya berdiri sambil memijat kepalanya.
"Apa-apaan ini Alaska?Kenapa nilai Lo ada yang merah begini?" tanya sang kakak yang terdengar frustrasi.
Alaska menyandarkan kepalanya saat ceramah sang kakak dimulai, dan inilah kekurangan dari semua kesempurnaan yang terlihat. nyatanya tidak ada yang sempurna bukan? jika berkaitan dengan pelajaran Alaska berada di posisi terbawah. ia sangat lemah dalam hal berhitung, baginya pelajaran hitung-hitungan adalah neraka dunia. tapi jika dalam bidang olahraga, dia adalah juaranya terutama basket.
"Udah gua bilang Lo tuh harus les biar pintaran dikit, ini kalo mamah tau nilai fisika Lo merah begini bisa nangis-nangis, Alaska," ujar Albiru yang masih berdiri dan menatapnya tajam.
"Oke, nanti gua bakal belajar lebih baik lagi," putusnya dan beranjak pergi menuju kamarnya.
Sebenarnya mamahnya tidak sampai menangis juga, ia tidak pernah dituntut untuk selalu dapat nilai sempurna seperti Albiru, tapi minimal tidak merah seperti nilai ulangan fisikanya.
Alaska melempar tubuhnya ke kasur, ia merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih yang sedari tadi tidak ia mainkan. Ada beberapa notifikasi yang muncul tapi ia lebih tertarik pada pesan yang dikirim oleh Alfi yang beruntun.
Alfi: Namanya Adella oi
Alfi: temennya Fira tuh wkwkwkla
Alfi : Cantik juga Al, dah sikat bro
Alfi :lumayan buat bikin mantan panas ya ga
Alfi : Otw bikin sinetron Indosiar judulnya Pacarku teman mantanku. HAHAHAHA
Alaska mengutuk Alfi yang meledeknya tapi ia tetap membalas pesan Alfi yang tak berfaedah menurutnya.
^^^Terus gua harus bilang wow gitu ? : Alaska^^^
Alfi : Yakin nih kaga mau? buat gua aja kalo gitu.
Alaska menutup layar ponselnya dan meletakkannya di atas kasur, ia tidak tertarik dengan gadis itu.
***
Sepulang sekolah Adella menunggu seseorang di parkiran, bukan tanpa alasan ia mau menunggu seperti ini. ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu pada orang tersebut agar lebih cepat karena ia sudah tidak sabar untuk segera pergi dari sekolah ini.
Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya dan berkacak pinggang.
"Lo yang ngempesin ban motor gua?" tanya orang itu. Alis Adella bertautan ketika mendengar pertanyaan unfaedah dari manusia yang tidak ia kenal.
Adella menoleh ke arah motor yang ditunjuk oleh laki-laki itu, tadi memang ada beberapa orang disana, ketika ia datang orang-orang tersebut langsung pergi, tapi ia tidak tahu itu siapa.
"Untungnya buat gua?"
"Lo mau caper kan sama gua?" kata Alaska. Tingkat kepedean laki-laki di hadapannya ini mengingatkan dia dengan Fira yang sama, sama-sama kepedean.
"Lo kali yang caper sama gua, ga ada bukti aja nuduh sembarangan." Setelah itu ia memilih masuk kembali ke area sekolah untuk menemui orang yang sedari tadi ia tunggu. ia tidak suka berbicara dengan orang asing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!