Seorang gadis tengah bersiap-siap, ia tampak sibuk membenahi wajahnya. Ia berdiri di depan sebuah cermin, terlihat betapa mengerikan wajah nya saat itu. Memar di pelipis juga di sudut bibir nya tampak sangat jelas. Ia pun berjalan kearah lemari pakaian, mengambil beberapa alat make up dan mulai sibuk membubuhkan sesuatu ke wajah nya.
Beberapa saat kemudian, ia pun telah selesai. Kini wajah nya sudah terlihat lumayan, bekas memar yang mengerikan tadi sudah berhasil ia tutupi dengan baik berkat bantuan makeup- makeup itu.
Nama gadis itu adalah Eleeya Fioneer, gadis berusia 20 tahun yang memiliki rambut panjang bergelombang berwarna kecoklatan dengan mata berwarna coklat tua.
Sebenar nya ia adalah gadis yang cantik, bahkan sangat cantik. Namun, ia selalu murung, cenderung pendiam dan agak aneh, di kampus tempat ia kuliah pun ia tak memiliki banyak teman. Anak-anak di kampus nya selalu memandang Eleeya dengan tatapan aneh. Tapi, bagi Eleeya, kampus itu lebih baik ketimbang berada di rumah nya.
"Hah," Eleeya menghela nafas nya.
[Eleeya]
Aku melangkah kan kaki ku menuju kelas dengan malas nya.
"Eleeya..."
Sontak aku menoleh ke asal suara yang memanggilku. Pria tinggi dengan dada yang bidang dan juga mempunyai rambut coklat agak ikal tengah berlari mendekat ke arahku.
"Kak Rui?" ucapku.
Rui adalah satu-satu nya teman dekatku di kampus, dia seniorku juga tetangga ku dulu sebelum aku tinggal bersama paman dan bibi ku. Kami sudah berteman sejak kecil, dia sudah menganggap ku sebagai adik nya, kurasa.
"Kau baik-baik saja? Aku tak melihat mu dua hari ini," ujarnya menanyakan kabarku dengan raut wajah yang cemas.
"Ah iya, aku baik-baik saja. Aku hanya mengambil cuti untuk beberapa saat," jawabku.
Rui adalah pria yang cukup peka, tapi aku sedang tak ingin membahas soal yang terjadi pada wajah ku ini dengan nya sekarang. Namun, terlihat sekali wajah kak Rui kini memasang raut kecurigaan terhadap ku.
Karena aku tau dia pasti akan menatap wajah ku, aku langsung menolehkan pandangan ku ke arah lain. Namun, tiba-tiba tangan yang begitu hangat menyentuh pipiku, sentuhan nya cukup lembut. Sentuhan yang sudah cukup lama tak ku rasakan, ini adalah tangan kak Rui.
"Kau yakin Eleeya?Aku melihat ada yang aneh di sekitar...."
Aku sudah tau bahwa dia pasti akan menyadari memar di wajahku, maka dari itu aku segera menepis tangan nya yang berada di pipi ku.
"Aku baik-baik saja kak Rui, kau tak perlu mengkhawatirkan apapun,"
"..."
Terlihat raut kesedihan di wajah nya, kak Rui memang seperti itu, tapi aku merasa risih setiap dia memperlakukan ku begitu, aku tak ingin di kasihani oleh nya, itu membuat aku semakin terlihat menyedihkan.
"Oi Rui..Apa yang kau lakukan disini?"
"Ya, kami sedari tadi mencari mu,dan kau malah sibuk disini bersama...."
Mereka ini pasti teman-teman nya kak Rui, dan apa-apaan tatapan mereka terhadap ku itu.
"Hei Rui, kenapa kau senang sekali berbicara dengan gadis ini? Nanti kau malah ketularan aneh."
Orang-orang itu memang terlihat berbisik ke kak Rui, tapi sejujur nya suara nya sangat besar, mereka pasti sengaja agar aku dengar kan?
"Ah, kak Rui seperti nya kelasku akan segera dimulai. Aku duluan," ujar ku sambil melangkah kan kaki ku menjauh dari sana.
"Eleeya, nanti kita pulang bersama ya!" ujar Kak Rui.
Aku hanya menganggukan kepalaku, terlihat wajah kak Rui berkeringat. Mungkin, ia tak enak hati karena kelakuan teman-teman nya yang kurang ajar itu. Ya, tapi apa peduliku, toh itu hal yang biasa bagi ku. Aku seakan merasa hafal dengan tatapan-tatapan anak yang berada di kampus ini, mereka memandang ku seolah aku ini anak yang harus di jauhi.
Memang apa salahku? Apa yang ku perbuat pada mereka? Terkadang aku tak mengerti, aku sempurna, punya mata dua yang sama seperti mereka, soal kepribadian aku memang begini, aku hanya tak suka perkumpulan seperti yang mereka lakukan itu. Alasan ku tak suka berkumpul yaitu aku tak punya apapun untuk aku ceritakan, bukan seperti mereka yang dengan senang nya bisa menceritakan hal-hal yang mereka lakukan bersama keluarga, liburan, ataupun kisah cinta mereka.
Ah aku jadi ingat, dulu aku pernah punya teman, dia mau berteman dengan ku yang seperti ini, dia anak yang cantik dan baik, kami selalu menghabiskan waktu bersama ketika di sekolah, kupikir aku tak perlu lagi mencari teman lain karena aku sudah punya dia. Suatu hari, ia curhat pada ku bahwa ia sering di siksa ayah tiri nya, ia menangis tersedu-sedu ketika mencerita kan tentang kehidupan nya, hingga akhir nya aku menenangkan nya dan dia ceria kembali seperti biasa. Keesokan hari nya dia pun kembali menangis, ketika ku tanya ada apa, dia bercerita bahwa semalam ia di leceh kan oleh ayah tiri nya itu, aku pun ikut menangis karena nya, karena ia adalah teman ku, aku sungguh mengerti penderitaan dan bagaimana perasaan nya, dia berkata bahwa hanya aku lah satu-satu nya teman yang ia percaya dan ia mengatakan aku sangat berharga bagi nya, sejujur nya aku bahagia karena nya, setelah sekian lama selain kak Rui, aku menemukan teman dalam hidup ku.
Namun, seiring waktu berlalu ia menjadi berubah, ia jarang ada waktu untuk sekadar cerita dengan ku, dia sibuk dengan teman-teman nya yang lain.
Awal nya aku maklum bahwa ia pun punya kehidupan lain, dan tak mungkin hanya fokus berteman dengan diriku saja, tapi lama-kelamaan aku merasa sangat kesepian, ketika aku mencoba menemui nya, teman nya yang lain seakan mencibir dan mengejek nya, karena ia punya teman seperti aku.
Pada suatu waktu, aku mencoba menemui nya lagi, dan kali ini ia kelihatan marah padaku, untuk pertama kali nya ia berkata kasar dan berteriak padaku dan itu pun di depan teman-teman nya, ia mengatakan bahwa aku ini sungguh penganggu dan seperti benalu, ia malu punya teman seperti aku.
Aku sungguh tak mengerti apa yang salah padaku?
Ia mencibirku terus menerus, mengatakan bahwa aku anak yang aneh, hingga semua teman-teman nya pun menertawakan aku, aku tak dapat lagi membendung emosi ku pada nya saat itu, hingga aku mengatakan sesuatu yang kasar padanya.
"Ada apa denganmu?Apa kau sudah lebih baik sekarang?Apa ayahmu tak lagi menidurimu dengan paksa setiap malam?" Itulah yang aku katakan pada saat itu, aku melihat raut wajah nya penuh emosi, dan air mata nya jatuh terus menerus.
Dia meneriaki dan berkata bahwa aku ini gila, dan pada akhirnya itu adalah hari terakhir aku melihat nya karena ia pindah keluar negeri. Sungguh kisah pertemanan yang ironi bukan? Ah, temanku yang malang.
"PFT ,HAHAHAHAAA," Aku tertawa tanpa sadar karena mengingat hal itu.
Aku masuk ke kelasku, mata pelajaran ini sangat jauh dari minatku, tapi alasan aku mengikuti mapel ini adalah pria yang ada disana. Di pojok sebelah sana terlihat laki-laki tampan. Ah tidak, dia sangat tampan, rambut hitam yang pekat, tubuh yang bagus, dan senyum yang menawan. Dia adalah ketua BEM disini. Selain tampan, dia juga cerdas, dia ramah dan selalu dikelilingi oleh banyak orang, sangat berbanding terbalik dengan ku. Dia adalah satu-satu nya semangat ku di kampus ini, dengan hanya memikirkan nya saja aku sudah sangat senang.
Nama nya adalah Yohan, percaya atau tidak, setiap malam aku selalu memikirkan nya, tapi seperti nya dia ada banyak pacar, para perempuan disini selalu menempel pada nya bagai parasit. Ah, memikirkan nya saja sudah membuat ku ingin muntah. Andai aku cantik dan juga populer, Yohan sudah pasti menjadi milik ku. Aku selalu berkhayal berpacaran dengan Yohan, berjalan dengan nya, makan bersama dengan nya dan atau mungkin tidur bersama dengan nya. Ya, itu pasti akan menjadi hari yang indah dalam hidup ku yang suram ini.
Tanpa di sadari aku jadi terkikik setelah memikirkan semua hal itu. Aku jadi tak fokus ke pelajaran gara-gara Yohan, sejujur nya setiap memikirkan dia, itu selalu membuatku bergairah.
*
"Ha..."
"Akhir nya hari ini pun sama saja seperti hari-hari biasa nya," gumam ku sambil menghela nafas.
Terlihat di ujung sana lelaki berambut coklat ikal melambaikan tangan nya kepada ku. Aku pun kemudian membalas lambaian tangan nya dan berlari kecil ke arah nya.
"Kau mau langsung pulang? Atau kau ingin makan dulu?"
Sejujur nya tawaran kak Rui yang mengajak ku makan itu sangat menggiurkan, aku pun juga sedang enggan pulang kerumah sekarang.
"Apa boleh kalau kita makan dulu?" tanya ku dengan perasaan malu. Terlihat senyum di bibirnya mengembang yang membuat kedua mata nya menghilang, ia lalu mengusap kepala ku.
"Tentu saja boleh" jawab nya.
Tak lama kemudian kami telah tiba di salah satu tempat makan di kota ini.
"Pilih lah apa saja yang kau mau," ujarnya. Aku mengambil buku menu, dan agak malu sebenar nya, walaupun kak Rui memang orang yang seperti ini, tetap saja aku masih agak canggung ketika bersama nya.
"Aku yang ini saja," ujarku setelah memutuskan. Aku memilih macaroni dan keju setelah sedari tadi bingung memikirkan makanan apa yang harus aku santap hari ini.
"Hanya ini?" tanya nya dengan wajah yang kurang yakin.
"Memang nya aku boleh tambah lagi?" aku bertanya dengan polos nya.
Kali ini kak Rui melebarkan senyuman nya, seperti nya ia akan tertawa. "Pft,"
"..."
Wajah ku memanas, aku malu sekali. Tapi aku memang lapar, aku harus memanfaat kan kesempatan ini. Dan pada akhirnya, aku memesan banyak makanan hari ini. Aku melirik ke kak Rui, raut wajah nya seperti akan mengatakan sesuatu. Sebelum ia yang berbicara, sebaik nya aku duluan saja yang berbicara.
"Ah Kak Rui, apa ujian tes mu masuk akademi kepolisian berjalan lancar?" Sebisa mungkin aku mencari topik agar kak Rui tak bisa bertanya hal yang macam-macam. Terlihat ia menghela nafas nya.
"Tes nya akan dilaksanakan minggu depan, maukah kau mendoakan ku?"
Ya, kak Rui selalu begitu kalau ia akan melakukan suatu hal, dan biasa nya aku akan tersenyum sambil menjawab, "Tentu saja," Dan itu lah yang ku lakukan sekarang.
"Sayang sekali, kita jadi tak bisa sering bertemu nantinya," ujarku.
"Aku akan sering mampir kesini."
"..."
"Eleeya, apa mereka menyiksamu lagi?"
Raut wajah ku kini berubah menjadi datar, akhirnya kak Rui menanyakan hal itu, aku tak ingin membahas nya, tapi dia pasti akan selalu bertanya, lalu ia pun pasti tak akan percaya kalau aku menjawab tidak.
"Eleeya, aku bertanya padamu!"
Pada akhir nya aku menganggukan kepala ku.
"Kau tak bisa berbohong dengan baik,"
"..."
"Bedak mu itu sudah habis,memarnya sangat lah jelas."
Aku terperanjat, aku melupakan hal yang cukup penting, pasti wajahku terlihat sangat menyedihkan sekarang. Aku melirik ke depan ku, terlihat kak Rui menghela nafas nya beberapa kali, ia memegang kepala nya sekarang, seakan dia sangat depresi gara-gara hal ini.
"Apa yang mereka lakukan pada mu?"
Aku ragu untuk menceritakan hal ini, dan pada akhirnya aku tak mengatakan nya.
"Kau tak mau cerita pada ku?"
Sekarang nada bicara kak Rui cukup menekan, seperti nya ia sedang menahan kekesalan nya. Sebenar nya untuk apa ia seperti itu, toh yang mengalami nya kan aku bukan nya dia.
"Dua hari yang lalu aku melakukan kesalahan dan paman menghajar ku, setelah nya aku demam tinggi maka dari itu aku jadi tak bisa masuk kuliah," jelasku.
"Astaga, orang tua gila itu benar-benar."
Tentu saja itu bukan cerita sebenar nya, aku tidak mungkin bilang bahwa aku habis diperkosa oleh anak nya pamanku bukan?
Flashback on*
Aku ingat betul, dulu hidup ku tidak seburuk ini. Ayah dan ibuku sangat menyayangi ku. Teman pertamaku adalah kak Rui, saat itu aku berumur 5 tahun, keluarga kami hidup bahagia. Tapi itu tidak berselang lama, karena ayah dan ibu ku meninggal akibat kecelakaan, lalu aku tinggal bersama dengan nenek ku. Nenek sudah terlalu tua untuk mengurusi anak kecil seperti ku, dan pada umurku yang ke 7 tahun, nenek ku pun meninggal.
Mau tidak mau, aku pun ikut bibi ku dan tinggal bersama nya, tapi aku yang berumur 7 tahun itu sudah harus merasakan melakukan pekerjaan orang dewasa. Pernah aku melakukan kesalahan dan mendapat hukuman tidak boleh makan seharian, alhasil aku sakit beberapa hari dan harus mengurus diriku sendiri.
Lalu, pada umurku yang ke 12 tahun, untuk pertama kali nya aku di leceh kan oleh paman ku. Dia memperkosa ku satu kali pada waktu itu, dan bibiku tak tau hal itu, aku tak bisa mengadukan hal itu ke bibiku karena aku terlalu takut, lalu sejak saat itu paman seperti menghindari ku dan tak memperdulikan ku, mungkin ia menyesal telah melakukan itu padaku, dan itu adalah pikiran terbodoh ku selama aku hidup. Aku selalu menjalani hari-hari yang berat di rumah itu, setiap hari nya aku selalu di marahi bibi dan paman, mereka juga tak segan-segan menghajar ku kalau aku membuat kesalahan.
Mereka mempunyai anak laki-laki yang lebih tua 5 tahun dariku, dia sering membantu mengobati memarku yang habis di pukuli orang tua nya itu. Kukira dia orang baik, tapi lagi-lagi aku berpikiran bodoh. Semua orang di keluarga ini sakit jiwa. Lalu, tepat pada umurku yang ke 17 tahun, aku di lecehkan kembali, kali ini bukan pamanku, namun anaknya lah yang melecehkan dan menyiksa ku. Mentalku begitu buruk saat itu, itulah mengapa aku menjadi seperti sekarang ini. Aku bisa kuliah karena uang dari mendiang orang tua ku, untung nya keluarga gila itu masih membiarkan ku kuliah.
Tepat dua hari yang lalu aku di hajar habis-habisan oleh anak dari pamanku itu, dan dia dengan bejat nya menggeliat di bawah ku untuk melampiaskan nafsu nya yang menjijikan itu. Aku sudah tak tahan lagi, hari itu ketika seluruh keluarga gila itu sedang tak ada dirumah, aku melarikan diri dengan berbekal uang tabunganku, aku menyewa apartemen biasa untuk aku tempati sekarang.
Terkadang aku ingin tertawa, menertawai diriku yang begitu bodoh , kenapa aku tak melarikan diri dari dulu. Ya, itu karena aku terlalu takut pada mereka. Maka dari itu aku bilang bahwa aku sangat mengerti perasaan teman ku dulu ketika dia mengalami kekerasan dan pelecehan seksual dari ayah tiri nya, itu semata-mata bukan hanya untuk menghibur nya, tapi karena aku sudah melalui nya.
Flashback off*
Kak Rui benar-benar marah pada saat itu, tapi aku sudah memberi tahu kalau aku sudah pergi dari rumah itu, dan sekarang aku tinggal sendirian, aku juga sudah bilang kalau aku ingin mencari pekerjaan secepat nya. Sebenarnya aku merasa was-was, barangkali paman atau pun Leo (anak dari pamanku) bisa saja menemukan ku, bisa-bisa aku diseret kembali ke dalam neraka itu. Kak Rui meminta ku untuk berhati-hati, dan tak lupa dengan tatapan nya yang lagi-lagi mengasihaniku. "Memuakkan," batinku.
Sejujur nya aku sangat membenci tatapan seperti itu, terkadang aku juga merasa benci pada kak Rui. Dulu saja aku menganggap sikap nya itu seperti pernyataan cinta. Tapi, ketika aku menyatakan perasaanku, dia malah menolak ku. Aku ingat betul saat itu bagaimana tatapan nya kepadaku.
"Hah," lagi-lagi aku menghela nafas.
Aku mengadahkan kepalaku ke langit, hari sudah hampir sore, aku sudah dekat dengan Apartemenku, tapi rasa nya enggan sekali untuk pulang kesana, aku pun memutar balik arah, menghabiskan waktu hanya untuk sekadar jalan-jalan saja. "Huh?" Sosok tampan dengan rambut hitam nya melintasi jalan dan berpapasan dengan ku. Aku membeku karena laki-laki idaman ku baru saja lewat didepan mata ku, tapi siapa yang sedang bersama nya itu? Seorang wanita bertubuh seksi dengan genitnya menggeliuti lengan nya yang kokoh itu. Mungkin ia sadar bahwa aku sedang menatap nya, bola mata nya yang hitam kini sedang melihat ku, dan ini untuk pertama kali nya. Aku mencoba untuk memberikan senyum ku, tapi mata nya sekarang sudah beralih ke pandangan lain. Dan lagi, tanpa sadar aku jadi mengikuti kemana mereka pergi.
"Apa mereka pacaran?" gumamku.
Mereka memasuki sebuah kafe untuk beberapa saat, dari jauh sini aku bisa melihat yohan selalu tersenyum kepada wanita itu. Andai saja aku yang berada disana. "Hah, aku mulai berkhayal lagi,"
Cukup lama aku menunggu disini, hingga akhirnya mereka pun keluar dari kafe itu.
*
Cess,
Bunyi genangan air yang kuinjak begitu terdengar jelas.
"Disini sangat sepi, ini dimana ya?" pikirku.
Karena rasa penasaranku pada Yohan, akhirnya tanpa sadar aku sudah berada di tempat ini, sebuah komplek perumahan yang sunyi. Aku bersembunyi di balik pepohonan yang besar, yang dapat menutupi semua tubuhku dengan sempurna.
"Ah, mereka masuk kerumah itu," gumamku.
Aku melihat Yohan dan wanita itu baru saja masuk ke rumah besar yang berada tepat disebrang ku. "Apa itu rumah Yohan?" batinku.
Mataku memelototi rumah itu, perasaan ku sungguh campur aduk. Bagaimana tidak, laki-laki yang aku cintai sedang berduaan bersama seorang wanita di dalam sana.
"Cih, wanita murahan!" aku mengutuk nya.
Disisi lain, tubuh ku pun mulai bergetar, tak henti aku mengigit kuku ibu jari tanganku. Itu karena aku merasa kesal, aku cemburu, tapi rasa penasaranku menahanku untuk tetap disana. Lalu, disaat yang bersamaan,aku merasa ada sesuatu yang aneh di belakang ku.
PUUKK...
Seseorang menepuk pundak ku, aku sangat terkejut dan langsung menoleh kebelakang. Seorang pria tua berdiri tepat di belakangku dengan tangan yang masih berada di bahu ku. Baru saja aku mau membuka mulutku, pria tua itu pun memindahkan tangan nya.
"Sedang apa disini nak, disini sepi, tidak aman bagi perempuan sepertimu berkeliaran disini sendirian." ujar pria itu dengan raut wajah nya yang datar.
Aku tak bisa membuka mulutku untuk berbicara, aku seperti orang idiot yang bersembunyi di balik pohon sambil gemetar mengigiti kuku jari tanganku. Mungkin itu lah yang di pikirkan oleh orang ini sekarang.
"..."
Melihat aku yang hanya mematung tak berbicara, pria tua itu akhir nya pergi.
"Ah, dia pergi," gumamku sambil melihat orang itu pergi.
"Aish, aku lupa bertanya siapa pemilik rumah itu." ujarku sambil melihat kembali rumah yang ada di sebrang ku itu.
"Sangking panik dan bingung, aku jadi tak sempat bertanya apapun dan malah menjadi orang idiot," Aku mengutuk diriku sendiri.
Aku harus pulang, hari juga sudah mulai gelap, dan lagi kalau aku masih disini, aku pasti di kira stalker, kan. Pada akhir nya dengan langkah gontai, aku pun kembali.
*
Aku melihat langit-langit kamarku, sungguh tak menarik sedikit pun. Kulirik jam dinding ku, sekarang sudah pukul 8 malam, "Aku rindu Yohan," gumamku.
Aku meraba-raba bagian sampingku, berniat mengambil ponsel ku. Aku membuka sosial media dan mengetik nama nya disana.
"Yohan Alc."
"Oh Alc ini pasti singkatan nama belakangnya, Alcester,"
Semua postingan nya sangat menghibur hati ku yang tengah merindukan nya. "Yohan begitu populer, sedangkan aku? Sangat berkebalikan dengan nya,"
Aku mengikuti semua media sosial nya,aku tau semua tentang dia. Aku melihat postingan terbaru nya, dia memakai baju yang sama yang ia kenakan tadi.
"Hei, siapa wanita tadi? Apa yang kalian lakukan di dalam rumah itu? Apakah itu rumah mu?" teriak ku.
Yohan hanya tersenyum.
Maksud ku, aku berbicara pada yohan yang ada di postingan nya itu. Aku begitu mengagumi Yohan. Wajah nya yang tampan, senyum nya yang indah, dan lihatlah lengan nya yang kokoh itu, aku yakin sentuhan nya pasti benar-benar lembut.
Sensasi aneh yang menyenangkan ketika memikirkan nya begitu menenangkanku, pikiran ku hanya di penuhi oleh nya saat ini. Gairah sensual ku memuncak bahkan ketika aku menyebut nama nya.
"Yo..han..."
Aku menyusupkan tanganku sendiri kedalam celanaku, sambil memejamkan mata, aku mulai berfantasi dan membayangkan Yohan yang melakukan hal itu padaku. Walau hanya sebuah khayalan rasa nya itu menyenangkan, aku tidak merasakan kesepian ketika membayangkan semua hal tentang dia.
"Hah," aku menghela nafasku yang berat.
Seutas senyum mengembang di wajahku yang sudah sangat memerah. Jantungku berdebar sangat kencang, deru nafasku bahkan sudah tak beraturan lagi karena nya.
"Luar biasa, sesaat aku lupa kalau hidup ku ini sungguh berantakan," ujarku sambil membenamkan kepalaku di bantal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!