NovelToon NovelToon

ILMU HITAM ITU ADA

PELET DIUJUNG GINCU

Posting pertamaku

Carita ini mendapatkan respon bagus di WP.

PELET DIUJUNG GINCU

Topeng Banjet Cinta Kasih Group akan mengadakan pertunjukan di tengah-tengah lapangan bola voli.

Disebuah kampung padat penduduk.

Dengan hanya beralaskan terpal koyak.

Para penambuh gamelan dan Nyai Sindennya duduk berkumpul.

Gamelan pembuka berupa tetabuhan saja tanpa diiringi tembang mulai di bunyikan selepas Isya.

Nyai Sinden sudah siap memoles wajahnya dan mengganti baju biasa menjadi kebaya dan kain.

Semua itu dilakukan diatas terpal koyak ditengah lapang voli.

Dikeliling penonton yang sudah hadir duduk mengitari pinggiran lapangan dengan selembar koran bekas.

Kinasih paling manis dan cantik.

Diantara pesinden lainnya.

Disetiap pertunjukan boleh dibilang Kinasih adalah bunganya.

Pertunjukan Topeng Banjet itu. Ada beberapa segmen.

Sesi goyang Karawang.

Sesi lawakan atau bodoran.

Terakhir adalah sesi atraksi debus.

Yang paling menarik adalah sebelum itu semua dilakukan.

Secara live para penonton bisa melihat langsung wanita muda pesinden itu berdandan.

Mulai dari bedakan. Memakai bulu mata.

Membubuhkan pupur dan eye shadow.

Tidak lupa menotol blush on.

Mereka dengan jari jari lentiknya. Memoles wajahnya.

Seperti juga Kinasih.

Sebuah lipstik hitam di putar.

Dan ketika ujung lipstik sudah menyembul.

Mulutnya komat kamit.

Memantrai gincu merah terang itu.

Terakhir meniup 3x gincu itu.

Seketika ... bibir tipis itu menjelma memerah terang begitu menggoda.

Selanjutnya.

Kinasih memasang konde dengan cekatan.

Setelah make up dan rambut sudah tertata rapi.

Giliran mengganti pakaian.

Disini letak keunikannya.

Bagaimana bisa mengganti baju didepan penonton?

Kinasih masuk kedalam kain sarung.

Tubuhnya ditutupi kain sarung sampai leher.

Dan.

Pemandangan menggoda mata itu dimulai.

Sarung dipegang oleh Nyai Sinden lainnya.

Dapat di bayangkan apa yang tersaji dibalik sarung itu.

Diawali dengan memakai kebaya dilanjut dengan memakai kain panjang.

Setelah baju dan kain sudah dipakai.

Maka sarung berganti kepada Nyai Sinden lainnya.

Singkatnya pertunjukan itu berjalan sesi demi sesi.

Dan Kinasih menjadi Ratunya. Ketika dia menari jaipongan dan menembang. Banyak saweran diperuntukan hanya untuk Kinasih.

Walau saweran nya akan dibagi rata.

Tapi Kinasih tetap akan mendapat lebih dari ketua grup.

Dibelakang panggung tanpa sepengetahuan yang lain.

Kinasih semakin hari semakin berkibar namanya.

Dari group Topeng Banjet keliling berpindah menjadi Biduan Organ Tunggal.

Kinasih merasa diatas angin.

Perbaikan ekonomi keluarga didepan mata.

Bisa merubah penampilan lebih cantik.

Punya rumah dan motor.

Seperti para seniornya yang sudah sukses.

Seminggu lagi Kinasih akan menjadi artis panggung sungguhan bukan sinden gelar terpal koyak lagi.

Akan memakai baju baju model terbaru.

Bukan kebaya jadul lagi.

Dengan membuka tabungannya.

Kinasih membeli peralatan make upnya.

Dan..betapa kagetnya Kinasih ketika mencari gincu merah bertuahnya.

Celaka.

Celakaaaa.

Kinasih tak bisa memejamkan mata setiap malam datang.

Selama seminggu dirundung kecemasan.

Kecemasan atas hilangnya gincu bertuah miliknya.

Betapa kerugian akan menimpanya bertubi tubi.

Lenyap sudah harapannya.

Semua sangsi akan di terimanya.

Sungguh mengerikan.

Mau tidak mau.

Rela tidak rela.

Kinasih manggung juga.

Walau dengan penampilan mengecewakan.

Dengan komsentrasi yang tidak terjaga.

Menyebabkan lagu dan goyangannya tidak sedap di saksikan oleh penonton.

Akhirnya Kinasih banyak duduk di kursi biduan dari pada tampil.

Pada penutupan sore itu.

Kinasih baru mendapat kesempatan tampil.

Mengingat biduan lainnya sudah lelah.

Malang tak dapat diraih.

Ketika melangkah kaki ketengah panggung.

Sepatu berhak tingginya menyebabkan Kinasih oleng dan terjatuh.

Wajahnya mencium lantai panggung.

Dan bibirnya koyak dan robek.

Darah mengucur deras.

Seketika menjadi heboh acara diujung sore itu.

Ambulan datang segera.

Dan akhirnya Kinasih dibawa ke RS Daerah.

Bibir tipis itu memang berwarna merah.

Namun.

Bukan oleh gincu berpeletnya.

Namun darah segar yang mengucur tiada berhenti.

Mobil melaju membelah kemacetan jalan raya sore itu.

Para tenaga medis melakukan pertolongan pertama.

Singkatnya.

Tibalah ambulan di depan ruang UGD.

Dengan sigap tubuh Kinasih didorong kedalam ruang tindakan.

Sayang seribu sayang.

Nyawanya tak tertolong karena kehabisan darah.

*************

Disuatu kampung.

Tepatnya ditengah tengah lapangan.

Topeng Banjet tengah bersiap melakukan pertunjukan.

Nyai Sinden sedang berdandan disaksikan puluhan pasang mata..

Dan..

Sari Nyai Sinden yang biasa membantu memasangkan kain sarung untuk Almarhumah Kinasih itu.

Tengah membuka..

Gincu Hitam...

Sari memoleskan gincu bertuah itu.

TAMAT

KARAWANG 3/6/17

23:01

EMAK EHA

PENYIHIR CANTIK

Si Cantik tetap bertahan untuk tidak menyihir anak-anak tukang bully di kelas yang terkenal pintar.

Ketika kalimat terakkhir diucapkan oleh Sukma. Sahabatku itu.. aku menghirup bau mulutnya.

Sepersekian detik. Aku terpejam.

Aku merasakan bau yang menyengat dari kedalaman rongga mulut dan jauh lorong lorong pencernaan Sukma menelanku. Gelap....sangat gelap.

Hitam... mencekam.

"... hey..hallo malah merem..pokonya jangan ada yang kamu kasih tahu. Yang barusan rahasia kita.."

Sukma tersenyum. Sorot matanya memohon padaku.

Aku mengangguk tanda setuju atau aku berterimakasih dia bangunkan aku dari sebuah pelepasan ruhku menuju gerbang kematian.....

Tidaaaakkk...jangan Sukma.

Dia sahabatku. Yang baik hati.

Tapi... gerbang kematian telah aku hirup dari aroma nafas mulutnya saat berbisik ditelingaku.

3 hari kemudian Sukma meninggal dunia.

Aku ingin meraung meratapi kepergian Sukma.

Sebelumnya selama 3 hari itu aku menjauhinya.

Tak bertemu disekolah. Karena aku merasakan ragaku tersedot lemah saat berdekatan dengan orang yang menuju gerbang kematian.

Aku membisu tak tidur selama 3 hari.

Menggigil tapi aku tidak kedinginan.

Penyakit ini sudah ada sejak aku berumur 5 tahun.

Nenek dan kakek juga kerabat dekat yang menuju gerbang kematian dan berhasil aku rasakan.

Membuat aku sakit tapi sehat.

Hanya buyutku yang tahu keadaanku.

Nenek ibuku memanggilku...

Bagaimana kalau aku punya suami?

Ketika aku mencium bau mulutnya ketika berciuman.

Dan bau kematian berhasil aku hirup.

Membayangkannya saja merinding bulu

romaku.

Saat masih sangat kecil usia 5 tahun.

Merasakan main hujan hujanan itu adalah piknik yang mahal.

Karena aku tidak diperbolehkan menikmati guyuran hujan pertama.

Hujan yang turun setelah kemarau panjang.

Konon katanya tubuhku akan langsung menjadi bidadari dan naik pelangi ke langit.

Konon katanya itulah kutukan buat peyihir turunan seperti aku.

Aku yang penasaran dan iseng.

Pernah juga merasakan air hujan ke dua.

Dimana aku bisa menghilang.

Aku lenyapkan tubuhku sendiri.

Dengan membaca mantra keinginanku.

"...aku mau main hujan..aku mau hilang.."

Dan...sim sala sim sim...

Aku bisa menembus hujan..

Walau aku tak merasakan tubuhku basah kuyup..

Tapi aku bisa keluar rumah dan bergabung dengan anak kecil lainnya.

Sungguh sangat mengesankan....

Ketika hujan masih deras. Dan aku berlarian sibuk kesana kesini.

Orang tua dan saudaraku sibuk mencari aku.

Mereka pergi keluar rumah.

Ada 5 payung warna warni ke segala arah mencariku.

Aku memdengar namaku di teriaki.

Ah dasar anak kecil penyihir.

Keok juga aku dengan teriakan ayahku.

Aku berlari ke halaman rumah.

Dan aku lihat dari kejauhan.

Hanya nenek buyutku yang berdiri di pintu depan.

Wajahnya tersenyum. Dan melambaikan tangan kepadaku.

"Loh kok bisa dia melihatku?"

Bathinku.

Setelah masuk rumah.

Aku bicara dengan Nenek buyutku.

Dan kami berdua berbincang agak lama.

Ketika mamah pulang hujan masih gerimis juga bertepatan dengan azan maghrib berkumandang.

Ayahku menenangkan Mamah yang menangis.

Sedangkan saudara lainnya masih mencariku.

"...ayok masuk kekolong ranjang mu Penyirhir cantik.

Pura pura tidur..biar Mamah gak nangis..

Nenek ada di belakang ya..."

Setelah berkata demikian.

Nenek pergi beranjak ke belakang.

Aku pun ditemukan oleh Ayah dibawah kolong tempat tidur.

Dengan tubuh sudah normal kembali...

Hanya dengan Nenek Buyut aku banyak bicara. Karena orang rumah punya kesibukan sendiri sendiri.

Belakangan Nenek Buyut pamit pergi.

Dan tidak kembali saat aku haid pertama.

Dan kata ayah Nenek buyut sudah meninggal saat Ayah berusia 17 tahun.

Jadi Nenek pergi karena tugas menjagaku sudah selesai.

Beranjak remaja aku mulai resah.

Kekuatan sihirku dan kemampuanku merasakan makhluk gaib dan alam ruh semakin kuat.

Suatu siang selepas pulang sekolah aku menemukan buku harian diatas bantalku.

Lalu sambil leyeh leyeh tanpa membuka baju seragam pramuka aku membaca buku tebal dan usang itu.

Lelah sekali siang itu.

Kantuk menyerangku.

Antara mengantuk dan terjaga aku terus membaca buku harian itu.

Dan ternyata itu buku harian Nenek buyutku saat berusia sepertiku.

Ada banyak cerita seru.

__________________________

Isi diary Nenek Buyut.....

"... Sofia..kamu ke ruang guru.."

Sabtu siang itu aku belajar untuk menerima teguran.

Yang selama 9 tahun bersekolah di sini aku tidak pernah mendapatkannya.

SD, SMP dan SMA aku sekolah di sini.

Aku adalah murid rata rata biasa saja.

Tidak cantik dan juga bukan yang pintar.

Tapi..

Aku memang berbeda.

Aku punya kekuatan sihir.

Cerita Nenek buyutku sungguh membuat penasaran

Apakah Nenek akan mendapat teguran keras?

Aku beranjak dari tempat duduk.

Keadaan kelas kacau baalau.

Hanya sisa aku duduk sendiri di meja pojok kiri paling belakang.

Seisi kelas tiarap dan berlindung dibawah kolong meja masing masing.

Tas berserakan.

Gorden juga lepas lepas.

Meja kursi bergeser dari tempatnya.

Kelas seperti baru terkena gempa.

Hening...

Aku melangkah perlahan melewati teman temanku yang ketakutan.

Semua menahan nafas.

Semua takut pada kekuatan sihir luar biasa yang baru saja terjadi.

Sihir pertama yang aku perlihatkan.

Karena aku terpojok.

Karena aku begitu merasa teraniaya.

Jalan satu satunya yang tidak bijak.

Aku koyak koyak seisi kelas.

Karena sebuah hal yang membuat aku tantrum.

Berkali kali aku menahan diri agar tantrum hebatku tidak keluar.

Saat Wanisar di bully , aku sudah ingin menyihir tambang tali bendera menjadi rantai yang melilit ke 9 orang itu.

Dan menjemur mereka dilapangan upacara.

Dan..

Saat Ira dilecehkan tata bahasanya.

Aku pun membayangkan sihir face off menimpa mereka.

9 orang itu aku tukar tukar wajahnya.

Gila kan , khayalan mantra sihirku.

Tapi...

Aku tidak boleh main kasar.

Aku takut.

Melanjutkan baca diary Nenek Buyut.

Dikelas terdiri dari 56 siswa dan siswi.

Dan ada 9 orang yang selalau kompak dikelas.

Sayang kompak mereka menindas teman lainnya.

Mereka 9 orang dengan prestasi baik dan ternama disekolahan ini.

Jago Matematika , bahasa dan olahraga.

Belum lagi Ira yang di skak mat gegara grammar dan vocab bahasa Inggris yang kebolak balik.

Ira habis habisan di kritik dan di kata katain kasar.

Ibu Merlin guru bahasa Inggris yang bijaksana menjadi penengah kegaduhan.

Ira manangis malu dan izin pulang.

7 hari Ira alasan sakit tidak masuk kelas.

Kelompok Nine merasa menang lagi telah menelanjangi Ira.

Dan lagi lagi sisa anggota kelas tidak bisa apa apa.

Walau didada mereka ikut panas.

Apadaya menangnya di jumlah doang.

Iya aku penyihir cantik yang penakut

" ... Jaka yang pendek mengajukan diri menjadi pemain basket.

Dan Nine grup menyerang mengata ngatai fisiknya ,

miris hati saya.

Saya membela. Saya di hina rame rame oleh Nine grup.

Saya kasihan sama Jaka..akhirnya saya koyak koyak kelas dan saya sembur Nine grup .."

Bu guru BP hanya mendengarkan dan diam saja.

Sampai selesai kalimat terakhir.

"... sesuai peraturan.

Kamu harus kena sangsi.

Sementara sangsi penyihiran membuat gaduh dan sarkasme tindakan belum ada sangsi yang tepat,

kamu belajar dirumah 7 hari ya.."

Sangsi yang memalukan.

7 hari dengan oleh oleh PR yang seabreg.

Dengan syarat dikerjakan secara alamu tidak dengan satu kata mantra apapun ya.

7 hari dirumah.

Selain belajar. Tubuhku di bersihkan.

Ayah mendatangkan ahli nujum dan ahli sihir.

Mencoba membantu membuang sebagian kekuatan sihirku.

Dan menyebar kekuatan alami sihirku untuk 7 keturunanku.

Syaratnya hanya satu keturunan ke 3 ku bisa menyerap ilmu sihirku dan dan dia harus perempuan.

Selama belum haid aku akan menjaganya.

Dan ilmu sihirku dimasa depan akan berguna bagi banyak orang.

Ilmu sihir dan terawang bisa membantu pencarian korban kecelakan dan korban

bencana alam.

Akhirnya.

Aku menemukan diriku terlahir baru menjadi gadis normal.

Baiklah.

Kalau memang manfaat ilmu sihir, terawang dan cenayang ini akan mendatangkan manfaat bagi banyak orang.

Maka. Mulai saat ini aku akan abdikan diriku untuk membantu sesama.

Melalui penjelajahan dunia internet.

Akhirnya aku bertemu dengan manusia sejenis aku.

Mereka sudah sering bekerja dibelakang layar bersama team SAR untuk mencari titik jatuh pesawat atau mencari orang tenggelam dan kapal karam.

Aku masih penyihir cantik yang main cantik.

Apabila ada berita kecelakaan pesawat dan akhirnya black box di temukan bisa jadi itu aku yang kerjakan.

Karawang, 26/8/17

15:43

Emak Eha

KOIN BERDARAH

Tidak semua keluarga calon pejabat perwakilan pemerintahan Belanda. Suka cita mau ditempatkan di Nusantara.

Mereka yang masih punya hati nurani , tahu pasti dibalik kerjasama perdagangan rempah rempah...ada tujuan kejam akan mereka wujudkan dalam menjajah bumi pertiwi.

Dalam keadaan terpaksa. Keluarga Nonny Wilhelmina mau ikut juga didalam perjalanan laut menuju Nusantara.

Nonny Wilhelmina adalah gadis yang harus berpisah dengan William. Kekasihnya yang bukan golongan pejabat pemerintah.

Rakyat biasa.

****

Dapat dipastikan jarak jauh itu, membunuh paksa bunga bunga cinta yang mekar.

Dalam perjalanan panjang, dengan kapal laut itu.

Willhelmina menyendiri.

Menjauh dari kumpulan penumpang lain.

Papah dan Mamahnya sudah membujuk dengan lembut.

Surat surat untuk Wiliam akan dititipkan apabila ada pejabat yang akan pulang ke Belanda.

Atau kalau sudah lulus sekolah Wiliam bisa bekerja di pemerintahan lalu meminta untuk ditugaskan menyusul ke Indonesia.

Bujukan itu, hanya sampai telinga gadis bule itu.

Hatinya tetap tinggal di Belanda.

Hatinya hancur.

Hatinya marah...

Ingin rasanya membuang badan , menelankan raga kedalam laut yang luas dan dalam.

Cinta pertama menjelma menjadi dendam.

Dendam yang haus untuk dipuaskan.

Dalam diam gadis itu, menyusun rencana sendiri.

Tujuannya adalah dia bisa dipulangkan sendiri ke Belanda dan menikah denga William hidup tenang dan damai.

Walau harus menjadi rakyat biasa.

Walau turun kasta , demi cinta dia rela.

Perjalanan Belanda ke Indonesia dengan kapal laut sungguh lama.

Wilhelmina membunuh waktunya dengan berbagai kegiatan yang ia sukai.

Menyulam dan melukis.

Sulaman inisil nama kekasihnya disulam dengan benang emas.

Akhirnya menjelma sebuah syal yang elok.

Dan lukisan yang dibuatnya merupakan lukisan abstrak misterius.

Butuh pendalaman yang penuh untuk dapat mengungkap arti lukisan itu.

Beberapa lukisan yang sudah rampung digulung.

Malam itu, udara laut menggigit seklali.

Tapi panas di jiwa sang Nonny.

Membawa gadis itu menuju dek melawan hawa dengan memakai mantel tebal.

Sebuah koin tanda cinta dari kekasih hati.

Koin itu diberikan oleh William sebagai kenang kenangan yang bisa kapan saja dibawa oleh Wilhelmina. Tanpa terlihat oleh orang tuanya.

Papahnya yang kurang menyetujui apabila William menikahi putrinya.

Karena berbeda kasta.

Mamahnya yang lembut hati, tahu pasti perasaan anak gadisnya.

Walau tak bisa berkutik dengan keputusan suaminya.

Suaminya yang tegas dan sangat loyal kepada atasanya itu.

Koin itu dikecup kecil.

Air mata Wilhelmina menetes.

Sementara lautan bagai hamparan permadani yang nyaris tanpa riak.

Dilangit bintang bertaburan Indah.

Tapi hati yang patah tetap muram, walau seluruh bintang dipindahkan kedalam hati gadis itu.

Entah setan apa yang berbisik. Jahat.

Sesampainya di Nusantara.

Wilhelmina akan membuat Papahnya malu, sehingga harapannya segera terwujud.

Dia bisa dipulangkan.

Walau tanpa harga diri.

Kembali koin itu digenggam.

Erat kuat..sangat kuat.

Saking kuatnya genggam itu.

Dari sela sela Jari jemari gadis itu keluar darah segar.

Dan air matanya tidak keluar lagi.

Hanya dendam yang membara.

Yang menggelora bagai bara api yang siap membuat air laut mendidih

Sampailah rombongan di Batavia.

Mereka langsung di tempatkan dibeberapa wilayah.

Setiap keluarga pejabat itu langsung ditempatkan dirumah dinas yang sudah disediakan.

Lengkap dengan berbagai fasilitas dan pembantu dari kalangan bangsa kita.

Rumah dinas Belanda yang gaya arsitekturnya khas.

Ada serem seremnya juga.

Tak membuat hati Wilhelmina betah.

Dia terlihat tak bergairah banyak melamun dan murung.

Mamahnya melihat keadaan ini.

Dan langsung memberikan saran agar dicarikan teman sebaya untuk Wilhelmina.

Yang bisa menemani jalan jalan atau kegiatan apa saja yang cocok untuk anak gadis di zaman itu.

Pilihan jatuh kepada Ningsih anak gadis seusia Wilhelmina. Ningsih putri wedana yang pandai berbahasa Belanda.

Sehingga dapat berkomunikasi dengan baik dengan Wilhelmina.

Putri Wedana dan ningrat masih beruntung dapat menikmati bangku sekolah.

Dan bisa belajar bahasa Belanda.

Walau Ningsih menahan rasa pemberontakan dijiwanya, apabila melihat kurang beruntungnya teman sebayanya yang rakyat jelata. Bodoh dan miskin.

Kedua hati remaja putri itu penuh rasa rindu dendam.

Darah muda yang menggelegak.

Dipaksa manut oleh situasi dan kondisi yang kurang berpihak.

Papah Wilhelmina, mempunyai rencana.

Agar anak gadisnya melupakan kekasihnya.

Kenapa tidak mungkin gadisnya dijodohkan saja dengan Raden Bayu. Anak dari wedana juga. Darah biru.

Bukannya apabila keluarga Bayu setuju akan semakin mudah pekerjaanya dalam memikat hati pemerintahan pribumi.

Dan ikatan pernikahan akan mengekang langkah kaki putrinya agar lupa pulang.

Apakah semudah itu kisah terkutuk ini akan berakhir?

Koin itu, selalu menemani Wilhelmina.

Koin itu dibungkus kain dijahit tepiannya.

Agar tidak terlihat koin itu dijadikan bros yang di tutup benang renda dan peniti.

Bulan berganti, akhirnya setahun sudah.

Surat surat tak terbalaskan.

Penantian semakin memuakkan.

Tahukah kamu.

Bahwa kekasihmu telah meninggal kecelakaan yang tragis. 3 Bulan lalu.

Kecelakaan maut yang didalangi ayahmu.

Dan surat surat itu hanya sampai meja Ayahmu dibaca lalu menjadi abu.

Ayah yang kejam.

Dan tidak ada kejahatan yang sempurna.

Arwah William datang dalam mimpi gadis nonny Belanda itu.

Dalam keadaan mengenaskan.

Wajah tampan itu berlumuran darah dan rusak.

Bola matanya memerah.

Dan menceritakan apa yang menimpanya.

Menceritakan kesengsaraanya menanggung beban rindu.

William menunggu kematian kekasihnya.

Menunggu pengantin wanitanya.

Wilhelmina terbangun dan menjerit jerit.

Memanggil nama kekasihnya.

Memukul mukul dadanya dengan tanganya.

Serta mengacak ngacak rambutnya sendiri.

Malam itu...

Begitu mencekam lolongan tangisan mengiris hati.

Membelah malam.

Lalu mulut sang gadis menceracau memaki maki Ayah kandungnya sendiri.

Dan anak gadis manisnya berubah berantakan.

Ketika sang Ayah datang ingin menenangkankan.

Willhelmina menyerang ayahnya.

Membabi buta.

Lalu ayahnya gelap mata.

Diambilnya sepucuk senjata api.

Dan menembak dada anak kandungnya.

Tetapi peluru itu memantul karena mengenai koin yang ada didalam bros yang disematkan didada kiri Willhelmina.

Secepat kilat,

Peluru itu bagai mencari dan lalu...

Kepala itu berlumuran darah segar.

Van de tsaar pejabat bertangan besi itu ambruk. Mati dan dengan mata melotot seram.

Mamah sang gadis, pingsan dan tak sadarkan diri.

Koma sampai menemui ajalnya beberapa waktu kemudian.

Willhelmina yang selamat jantungnya terlindung koin itu.

Koin itu menyerap semua energi buruk sang gadis.

Koin itu ada disana.

Tetap di tangan gadis yang berdarah.

Bedanya.

Gadis itu gila, hidup dalam pasungan.

Karena sewaktu waktu akan mengamuk.

Ningsih merawat baik sahabatnya.

Sampai sembuh.

Tapi mungkin tidak akan pernah sembuh.

Disuatu pagi.

Ketika Ningsih mengantarkan makanan.

Ningsih dikejutkan.

Willhelmina meninggal dipasungan.

Dengan nadi leher tersayat koin terkutuk itu.

Ternyata..dalam pasungan.

Koin itu digosok setiap hari , berbulan lamanya.

Sehingga pinggirannya menjadi tajam. Setajam silet.

Dan..satu keluarga itu dikuburkan dibelakang rumah dinas itu.

Rumah yang akhirnya angker dan tak berpenghuni.

Koin tahun 1868 itu...akan terdengar menggelinding... lalu mengeluarkan bunyi seolah olah sedang di gosok gosok diatas lantai.

Di setiap malam kematian Wilhelmina, selalu terdengar bunyi itu.....

Tamat

Karawang, Sabtu 20/5/17

21:25

Mak EHA

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!