NovelToon NovelToon

My Personal Tour Guide

Ajeng Kencana

...Novel ini adalah lanjutan dari novel pertama (My Butler) dan novel kedua saya (Sekar & Raja Phinisi). Bila berkenan boleh dibaca dari novel pertama & kedua terlebih dulu. ...

...Tapi Jika Tidak Juga Gak Apa-Apa...

...🚐🚐🚐...

...Cheers...Happy Reading ...

_____________

Maldives, 17:46

_____________

 

Tilulit…Tilulit…Tilulit…

“Good evening, Ajeng speaking, how may I assist you?” (Selamat sore, Ajeng berbicara, ada yang  bisa saya bantu?) Jawab Ajeng menerima panggilan dari handphone kerjanya.

Handphone miliknya itu hampir berdering setiap menit. Paling tidak 5 menit sekali selalu berdering. Apalagi saat Resort tempat dia bekerja sedang ramai tamu.

“Good evening darling! Buruan kau ke sini. Acara farewell party (pesta perpisahan) udah dimulai!” suara perempuan ini tidak asing di telinga Ajeng. Dia adalah Lusi. Lusi adalah Manager Sales & Marketing di resort tempat dia bekerja.

Ajeng mengenal Lusi sejak 4 tahun yang lalu ketika dia bergabung bekerja di COMO Resort Maldives. Saat itu Ajeng hanyalah seorang waitress di resort itu. Tapi lama kelamaan, posisi Ajeng itu naik secara bertahap. Jabatan dari seorang waitress biasa naik menjadi Admin setelah 2 tahun. Di tahun ketiga, kinerja Ajeng yang bagus itu diapresiasi oleh para manager dan direktur. Dia diangkat lagi menjadi PA atau Personal Assistant untuk GM (General Manager) di resort itu. Yang lebih umumnya biasa disebut sebagai sekretaris.

“Bentar, kak. Aku masih harus ngirim email. Lima belas menit lagi aku sampai sana,” balas Ajeng dengan mengecek jam tangannya.

“Hihh! Ini kan farewell party bos kamu. Tinggalin dulu lah tuw kerjaan, Jeng. Kamu bisa lanjut ntar malem lagi,” Lusi semakin mendesak agar teman kerjanya itu lebih memprioritaskan acara farewell party. “Mr William bakal cabut malam ini dari pulau setelah party selesai. So stand up from your chair and come here soon!” (Jadi berdiri dari kursimu dan cepat datang ke sini!)

“Iya, kak. Coming, see you there.” (Meluncur, sampai jumpa di sana) Ajeng berlanjut mematikan panggilan itu.

Meskipun masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Ajeng harus tetap menghadiri pesta perpisahan yang diadakan manajemen untuk General Manager mereka. General Manager yang bernama Mr. William itu sangat berperan penting dalam karir yang Ajeng peroleh saat ini. Bukan karena sangkut paut masalah personal, tapi karena Ajeng memang memiliki potensi yang bagus untuk berkembang. Sehingga dengan bantuan Mr Wiliam, Ajeng mampu menjadi seperti saat ini.

Di pulau kecil itu Ajeng selalu bepergian dengan sepeda kayuh kemana pun dia pergi. Dia cukup gesit mengayuh sepeda. Awalnya agak kesusaan karena jalannya banyak diselimuti pasir pantai. Tapi lama kelamaan Ajeng sudah terbiasa dengan medan jalan yang seperti itu. Setelah sampai di taman tengah pulau, Ajeng menyetandarkan sepedanya itu.

“Tuh lihat, biar kamu tahu. Cewek tu namanya Kak Ajeng Kencana. Asli orang Solo. Dia adalah sekretarisnya Mr Wiliam. Padahal dulunya dia cuma kayak kita ini. Waitress biasa yang angkat-angkat nampan bawa piring dan gelas kotor. Tapi karena orangnya ulet, ya jadi seperti sekarang ini,” ujar salah satu waiter laki-laki yang berasal dari Bali.

“Itu sih namanya nasib mujur, bli (kakak laki-laki tua dalam bahasa Bali). Jarang banget karir orang biasa dari waiter bisa nanjak kayak dia,” sambung waiter yang diajak ngobrol.

“Ya pokoknya bli cuma mau ambil contoh yang baik buat kamu. Baru 2 hari kerja masa kemarin sama hari ini kamu telat masuk kerja. Padahal kita ini kerja di kawasan pulau kecil kayak gini harusnya gak boleh telat. Untung gak diberlakukan sistem thumb print cap jempol waktu masuk sama selesai kerja,” melanjutkan untuk menasihati rekan kerjanya yang masih baru.

Tak lama kemudian Ajeng muncul di hadapan kedua orang yang sedikit cekcok itu. Mereka memandangi Ajeng dengan penuh hormat.

“Good evening, kak Ajeng!” sapa waiter yang berasal dari Bali.

“Good evening, bli! Apa kabar?” tanya Ajeng balik.

“Kabar baik. Ini perkenalkan anak waiter baru dari Semarang. Baru join kerja sejak kemarin,” kata bli itu.

“Hai…” Ajeng mengajak anak laki-laki itu untuk berjabat tangan. “Welcome to Island life, Como Resort,” (Selamat datang ke kehidupan pulau, Como Resort) ucap Ajeng dengan senyuman ramah. “Saya sudah lihat CV (Curriculum Vitae) milikmu sebelum kamu datang kemari. Kamu hebat banget baru 19 tahun bisa dapet kerja di Maldives. Semoga kamu betah dengan kehidupan di pulau. Kalau butuh bantuan apa jangan pernah sungkan untuk bilang ke saya atau bli ini. Bli ini udah mulai betah kerja di sini sekarang. Awalnya emang agak susah beradaptasi dengan kehidupan di sini. Karena gak kayak di kota metropolitan yang banyak hiburan dan kebebasan.” Ucap Ajeng dengan mengingat bagaimana awalnya dia menitih karir di Maldives.

Semuanya sudah Ajeng lewati. Hanya satu yang belum bisa Ajeng gapai. Dia belum berhasil membawa pacarnya yang bernama Gery untuk kerja di Maldives. Padahal pacarnya itu memiliki kemampuan berhahasa Inggris, Prancis, Spanyol dan Arab yang bagus. Tapi entah kenapa setiap ada kesempatan interview dari COMO Resort, dia selalu gagal saat mendapat interview akhir dengan Mr. Wiliam.

“Baik bu Ajeng. Nanti kalau ada apa-apa saya cerita ke bu Ajeng,” kata waiter yang berasal dari Semarang itu. “Tiga hari yang lalu pas datang ke sini saya juga udah dikasih tahu sama GM perempuan yang baru waktu kami satu pesawat seaplane. Kalau saya butuh apa-apa bisa bilang ke dia.”

“Wah… bagus deh kalau gitu. Berarti kamu juga udah kenal dong sama Miss Eva, GM kita yang baru? Aku aja belum sempat ketemu sama atasanku yang baru.” kata Ajeng lagi. “By the way (Ngomong-ngomong) jangan panggil aku ‘bu’. Panggil aja kak atau mbak.”

“Hehee iya kak...” kata waiter dari Semarang. “Nah… Tuh Miss Eva ada di sana sama Mr. Wiliam. Dia jago bahasa Indonesia meski aslinya orang Thailand.”

“Yang mana?” tanya Bli ikut penasaran.

“Yang pakai rok pendek itu…” jawab waiter dari Semarang.

“Hush! Kamu ni,” sambung Bli dengan menggelengkan kepalanya. “Jangan detail-detail penjelasannya. Dia tuh GM kita yang baru,” menasehati dengan senyam-senyum melihat rok pendek yang dipakai GM perempuan.

“Halah halah… Bli juga suka kan ngeliatin begituan?” celetuk Ajeng membuat kedua waiter itu tersenyum malu. “Ya udah, saya jalan ke sana dulu ya. See you later…”

“Iya kak. See you later di kantin,” sahut bli dengan memandangi punggung dan pantat Ajeng. “Hm… Padahal usia lebih tua dia 2 tahun. Tapi wajahnya itu awet muda macam anak SMA. Sayang banget dia udah punya cowok. Coba kalau enggak, udah ku pepet dari dulu,” celetuk Bli membuat mata temannya itu mendelik melihatnya.

“Hm… Tadi aku cuma ngatain miss Eva pakai rok pendek gak boleh. Ini sekarang bli malah liatin kak Ajeng pakai muka mupeng.”

Lekuk tubuh Ajeng memang menggoda. Bisa dikatakan dia adalah primadona di tempat kerjanya. Tapi para rekan kerjanya yang berasal dari berbagai negara itu sangat menghormati Ajeng. Untuk karyawan laki-laki baru yang mencoba mendekati Ajeng selalu mundur perlahan setelah Ajeng mengatakan dirinya sudah memiliki kekasih.

“Good evening Mr Wiliam!” sapa Ajeng.

“Hai! Good Evening Ajeng. I thought you are still seating in your office. Hahaaa! Nice to see you in my last day,” ucap Mr Wiliam dengan memeluk sekretarisnya itu. (Aku pikir kamu masih duduk di kantormu. Hahaaa! Senang berjumpa denganmu di hari terakhirku)

“Hopefully someday I can see you again in another place. Or maybe in Solo Indonesia,” ucap Mr Wiliam dengan mengusap-usap punggung Ajeng.

“Sure. Please welcome to my city. That’s would be great if I can see you there. You can eat nasi goreng, gado-gado, soto, bakso…”

“And rendang... That’s my favourite. My wife and me always buy rendang if we are vacation in Indonesia,” (Dan rendang… Itu adalah kesukaan ku. Istriku dan aku selalu beli rendang jika kita liburan di Indonesia) sambung Mr. Wiliam. “Oh yeah… I forgot to tell you. She is Miss Eva. She will replace me. She is daughter from the owner of this company,” (Oh yeah… Aku lupa untuk mengatakan. Dia adalah Nona Eva. Dia akan menggantikanku. Dia adalah anak perempuan dari pemilik perusahaan ini) ucap Mr Wiliam meminta keduanya berjabat tangan.

“Hi… I’m Eva. Nice to see you,” sapa Eva. (Saya Eva. Senang berjumpa dengan mu)

“Hi… I’m Ajeng. Nice to see you Miss Eva.”

“Actually asal aku dari Indonesia. Tapi because My mom and my dad menetap di Thailand, jadi kita satu family ganti nationality kita jadi Thai. I hope we can work together,” kata Eva. “Mr Wiliam said your age is 24 kayak aku . So I think will be easy for us to work together,” ucap Eva dengan menatap Mr. Wiliam.

“Yeah… If next time two of you get any problem, you can contact me anytime. If I can help, for sure I will help. So… I will let you chit chat first. I’m going there to see your father, Eva.” Ucap Mr Wiliam yang kemudian pergi meninggalkan Eva dan Ajeng. (Yeah… Jika nanti kalian berdua mendapat masalah, kalian bisa kontak saya kapanpun. Jika saya bisa bantu, pasti saya akan bantu. Jadi… saya akan biarkan kalian ngrobrol terlebih dulu. Saya pergi untuk berjumpa ayahmu dulu, Eva)

Ajeng dan Eva pun berlanjut saling mengakrabkan diri satu sama lain. Tidak membutuhkan waktu yang lama, keduanya kini merasa saling cocok dengan karakter masing-masing. Eva sangat berharap Ajeng bisa membantu dalam mengurus bisnis keluarganya. Karena Eva baru saja menyelesaikan studynya di bidang Busines Management di Prancis, jadi Eva membutuhkan waktu untuk mengenal dan beradaptasi dengan dunia kerja.

Wah… Ternyata orangnya asyik. Enggak kayak Mr Wiliam yang agak jutek. Apa aku minta tolong Miss Eva aja ya biar cowok ku Gery bisa kerja di sini? Masa dari dulu ikut interview sampai 6 kali selalu kena tolak sama Mr Wiliam… Kan enak bisa satu tempat kerja sama dia. Hihiii… Gumam Ajeng dalam benaknya.

“Miss…”

“Yeah? Kenapa?”

“Bisa saya minta tolong?” tanya Ajeng.

“Sure… Tell me (Tentu… Katakan). Kalau aku bisa bantu pasti akan ku bantu,” jawab Eva.

“Em… Boleh tidak saya membawa teman saya untuk kerja di sini? Kebetulan ada lowongan di bagian Guest Relation Officer. Dia menguasai 4 bahasa. English, France, Arabic and Spanish,” kata Ajeng.

“Wow… Super. Your friend is a girl or boy?” tanya Eva.

“Boy,” Ajeng menjawab dengan antusias.

“Hm… Boy… Is he your friend or your boy friend…?” goda Eva membuat muka Ajeng memerah.

“Hehee…”

“It’s doesn’t matter (itu gak masalah). Kamu drop aja CV dia ke mejaku. I will check it tomorrow (Aku akan ngecek besok),” ucap Eva membuat Ajeng optimis kalau pacarnya itu bisa diterima bekerja di tempat dia bekerja sekarang.

 

*****

Bersambung…

Apakah Eva akan menerima Gery bekerja di resortnya?

*****

Lollipop (21+)

Ajeng yang mendengar ucapan Eva kalau pacarnya akan memperoleh kesempatan interview sudah cukup senang.

Akhirnya Gery dapet kesempatan interview lagi. Semoga kali ini berhasil. Miss Eva kayak suka pas aku bilang Gery bisa 4 bahasa. Semoga hasil interviewnya gak mengecewakan kayak waktu diinterview sama Mr. Wiliam, batin Ajeng dengan senyum lebarnya.

Selesai farwell party, Ajeng kembali ke officenya. Dia melanjutkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan.

Di saat Ajeng sedang serius bekerja, ada pesan masuk di whatsappnya. Tangannya pun segera meraih handphone itu.

“Mbak Desi? Whatsapp apa dia?” bertanya cukup penasaran. Karena kakaknya itu jarang mengirim pesan. Kalaupun mengirim pesan pasti ujung-ujungnya pinjam uang.

📲Mbak Desi

(Dek, Aku boleh pinjam 10jt? Suamiku butuh modal buat tambahan buka usaha. Kami mau buka bengkel sama tempat cuci mobil. Please 😊)

Gludug! Ajeng membanting handphonenya sedikit kesal setelah membaca isi pesan itu.

“Dua bulan yang lalu 2 juta… Seminggu yang lalu 5 juta… Sekarang minta 10 juta? Mereka pikir aku bank apa? Yang dulu-dulu aja belom dikembalikan? Huft…” menghembuskan nafas untuk menetralisir rasa kesal.

Meskipun kesal dengan sikap kakaknya yang suka pinjam uang semaunya, Ajeng selalu saja luluh untuk membantu mbak Desi.

📲Ajeng

(Iya mbak ntar ku transfer. Semoga usahanya berjalan lancar ya, mbak)

📲Mbak Desi

(Makasih ya dek🙏. Nanti aku kembalikan. Sukses terus kamu disana)

“Hm… Udah pasrah aja deh aku. Dikembalikan gak dikembalikan ya udah. Yang penting mbak Desi jaga ibuk di rumah. Dan aku yang ngepet di sini,” celetuk Ajeng kembali melanjutkan kerjaannya.

Selesai bekerja, Ajeng mengeprint CV (Curriculum Vitae) milik Gery. Dia membawa CV itu ke kantor Miss Eva. Meja kerja Miss Eva masih bersih, belum ada tumpukan kertas-kertas. Ajeng meletakkan CV itu tepat di tengah meja.

“Nah… Di sini aja aku taruh. Semoga besok Miss Eva langsung lihat pas masuk ke office ini. Meskipun aku sudah kirim ke emailnya juga tadi. Biar dia gak kelupaan. Hihiii…” celetuk Ajeng dengan rasa optimis kalau Gery dan dirinya bisa satu tempat kerja.

Ajeng segera keluar dari ruangan office itu. Dia menggunakan sepeda kayuhnya untuk menuju kamarnya.

Angin laut terasa cukup kencang malam ini dirasakan oleh Ajeng. Dia cepat-cepat mengayuh sepedanya karena langit malam cukup gelap. Ini pertanda akan turun hujan.

Tapi disaat dirinya berkonsentrasi mengayuh, kakinya itu terpeleset. Sampai bagian selakangannya terpentok oleh badan sepeda.

“Huuhh… Sialnya… Untung aja bukan anuku yang kepentok,” merintih kesakitan berharap tidak lecet di dalam. “Tadi aku gak salah lihat kan…? Masak Miss Eva sama Mr Wiliam caplok caplokan? Mr Wiliam kan udah tua, udah punya istri lagi… Masak Miss Eva juga mau aja? Hm… Makin gila dunia ini. Ya sudahlah… kalaupun yang ku lihat itu mereka juga bukan urusanku.”

Ajeng melirik kembali tempat dimana dia melihat Mr Wiliam dan Miss Eva bercumbu. Kedua orang itu sudah masuk ke dalam villa.

Sesampainya di kamar, pikiran Ajeng yang masih mengingat hal mengejutkan yang barusan dia lihat membuat dirinya susah tidur malam ini. Meskipun dirinya berusaha memejamkan mata tetapi tetap susah tidur. Dia memeluk gulingnya dengan mere mas - re mas.

“Kok Miss Eva ngelakuin begituan sih sama Mr. Wiliam? Emang sebelumnya mereka udah kenal ya? Murahan banget mau sama suami orang… Kalau masih sama-sama single sih gak masalah. Udah kayak main sama bapaknya sendiri… Mr Wiliam sama ayahnya Miss Eva kan usianya gak jauh beda.  Hih! Geli! Ngeri deh,” bulu kuduknya kini berdiri membayangkan Mr. Wiliam dan Miss Eva.

_____

Sedangkan di kamar lain, kini Eva tengah bersama Mr. Wiliam. Mereka duduk di bed dengan memegang handphone masing-masing.

“Wiliam…” sapa Eva dengan merangkak ke pangkuan Wiliam. “I got this email from Ajeng (Aku dapat email ini dari Ajeng),” tangan Eva menyodorkan handphone ke tangan Mr. Wiliam. “What should I do?” (Apa yang harus aku lakukan?)

Mr Wiliam yang melihat CV Gery cukup kenal dengan foto wajah laki-laki itu. Dirinya tersenyum tipis mengingat bagaimana dirinya memberi interview untuk Gery berkali-kali.

“Do what ever you want. If you feel he has good qualification… You can give him a chance. You are the leader now,” menjawab dengan merabai paha Eva. (Lakukan apapun yang kamu mau. Jika kamu merasa dia memiliki kualifikasi yang bagus… Kamu bisa kasih kesempatan. Kamu sekarang adalah pemimpin)

“I think… I will give him a chance… (Aku pikir… Aku akan kasih kesempatan untuknya)” Eva mulai membuka kancing baju Mr. Wiliam. Laki-laki itu tersenyum menerima perlakukan Eva yang cukup agresif.

“Are you going to play with him…? (Apa kamu akan bermain dengannya?)” tanya Mr Wiliam dengan meremas salah satu buah dad4 milik Eva.

“Don’t ask me stupid question while I’m with you… (Jangan tanyai aku pertanyaan bodoh ketika aku denganmu)” Eva merabai buah dadanya menunjukan ke Mr. Wiliam agar laki-laki itu segera melahap miliknya. “Do it now…” mendesah dengan mendorong kepala Mr Wilian agar segera mendekat ke dadanya.

Tentu saja Mr. Wiliam sangat senang mendapatkan barang yang masih kencang. Dia meciumii milik Eva penuh gairah. Sementara tangan Eva menurunkan resliting celana laki-laki itu. Mr Wiliam sangat menikmati benda kenyal yang kini terpampang di hadapannya.

“How is it? You like it? (bagaimana ini? Kamu menyukainya?)” tanya Eva dengan meremas benda lonjong yang kini terasa tegang. “Ahh… Bite me more… (Gigit aku lebih…)” Salah satu tangan Eva mendorong kepala Mr. Wiliam agar lebih memberi banyak tanda merah gairah di dada.

“You like it?” Tubuh keduanya semakin rapat merasakan hawa panas yang menggelora. Mr. Wiliam mencumbui bibir Eva dengan cukup lapar. Tanda kecupan demi kecupan semakin banyak dibuat oleh Mr Wiliam di leher Eva.

“Suck mine… (Hisap milikku)” pinta Eva dengan melirik bagian intimnya.

“You want now…?” Mr Wiliam tersenyum tipis dengan mengangkat rok mini milik Eva.

Laki-laki itu merabai paha halus yang kini siap mengangkang untuknya. Eva merebahkan tubuhnya membiarkan Mr Wiliam menelusupkan kepalanya ke bagian itu. Dia menciumi aroma khas yang mungkin kini sudah kembang kempis di dalam sana.

Setelah dia menarik celana renda-renda yang dipakai Eva, Mr Wiliam menjilati intimnya Eva. Perempuan itu terus mendesah menikmati sensasi nikmat yang luar biasa mebuat aliran darahnya lebih rileks. Lidah yang bergoyang di bagian miliknya itu cukup lihai membuatnya merasakan cairan akan keluar.

“Suck more… Do it with your finger,” pinta Eva semakin gila menginginkan lebih. Mr Wiliam mengikuti hasrat perempuan muda yang sedang menggebu-gebu itu. “Ah… harder… (Lebih kasar lagi)” Semakin melebarkan pahanya memasrahkan diri kepada Mr. Wiliam.

“Let’s get it done…” Mr Wiliam kini menghujamkan miliknya ke Eva.

Keduanya bergoyang dan berpacu dalam keringat membuat mereka masih tidak puas melakukan hanya sekali pelepasan. Mereka berlanjut melakukan dan melakukan dengan gaya yang lain.

“I like to having s3x with you. Can you please stay in this paradise with me?” Tanya Eva ketika mereka masih dalam penyatuan. (Aku suka memiliki s3x dengan mu. Bisa kamu tinggal di surga ini dengan ku?)

“Just for stay with you without doing any job? (Hanya tinggal denganmu tanpa melakukan pekerjaan?)” tanya Mr Wiliam dengan menghentakan miliknya.

“This is your job… I will pay for it… (Ini adalah pekerjaan mu… Aku akan bayar untuk itu)” Merabai dada dengan bermain di rambut-rambut kecil milik laki-laki paruh baya itu. “How much you want?” Mr Wiliam semakin tertantang mendengar pertanyaan Eva. Dia menghentakan lebih keras membuat Eva melakukan pelepasan berkali-kali.

“It’s not about money. I have family, Eva… I’m not single,” ucap Mr Wiliam dengan membalikan tubuh Eva yang kini di atasnya. Eva memasukan milik laki-laki itu lagi yang sempat keluar dari sangkarnya.

“You are single if you are with me… (Kamu single jika denganku)” Ucap Eva dengan menggoyangkan pinggangnya. “Why you like to have an affair?” tanya Eva dengan menikmati sentuhan tangan Mr Wiliam yang memainkan pucuknya.

“Because you offer me… (karena kamu menawarkanku)” meremas dengan keras membuat Eva menahan sakit nikmat. “Suck me baby… I want to feel it…” pinta Mr Wiliam.

“Lollipop…” Eva tersenyum dengan wajah sensualnya.

Malam panas dilalui Mr Wiliam dan Eva di villa resort. Keduanya sama-sama mabuk ***** yang tidak bisa dibendung sampai pagi.

 

*****

Bersambung…

*****

 

Ngosip Di Kantin

KRIIINNGG…! KRIINNGG…!

Alarm jam milik Ajeng berbunyi nyaring membuatnya membuka mata. Dia meraih jam itu untuk menekan tombol agar bunyinya berhenti.

“HuuAM…” menggerakan tangan untuk meregangkan tubuh yang masih lemas.

Ajeng bersiap membersihkan tubuhnya untuk segera berangkat kerja. Dia memakai sedikit pelembab wajah dan lip tint untuk mewarnai bibir agar tidak terlihat pucat.

Jam sudah menunjukan 6:30 am waktu Maldives. Ajeng bergegas keluar dari kamarnya dan membawa botol minuman untuk menuju kantin.

Di pertengahan jalan saat akan menuju kantin karyawan, Ajeng dikejutkan dengan pemandangan yang sama seperti semalam. Dia melihat Mr. Wiliam dan Eva tengah berjumbu di depan villa.

“Astaga… pagi-pagi udah bikin dosa aja mereka. Hm…” menggelengkan kepala melihat pasangan beda generasi yang semakin terang-terangan berbuat m3sum di tempat umum.

_____

Sesampainya di kantin, Ajeng melihat meja yang sering dia pakai ditempati oleh karyawan lain.

“Kak Ajeng! Sini… Duduk sama saya.”

“Hai bli Gede!” sapa Ajeng dengan menaruhkan botol minumannya di meja.

“Kakak ni… Dari dulu kan saya suruh panggil Gede aja gak usah pakai bli segala. Tetep aja panggil bli bli. Saya kan lebih muda kak…” kata bli Gede dengan berlanjut meminum jus jeruk di sampingnya.

“Hihii… sorry sorry, udah kebiasaan sih dari awal. Jadi susah kalau mau merubah,” sambung Ajeng melihat sekelilingnya yang tampak ramai  dengan karyawan yang sedang breakfast. “Saya ambil makanan dulu ya, bli. Tolong jagain tempat duduk saya,” pinta Ajeng.

“Sip, kak,” menjawab dengan sibuk mengunyah makanan.

Menu makanan pagi ini membuat Ajeng tidak begitu berselera. Dia hanya mengambil sepotong roti dan sosis untuk breakfast pagi ini.

“Kok cuma itu?” tanya bli Gede setelah Ajeng meletakkan piring di meja. “Bukannya tadi ada omlet sama smoked salmon kesukaan kakak ya?” tanya bli Gede dengan melahap potongan omlet terakhirnya.

“Udah habis, bli. Hari ini banyak banget yang datang breakfast. Jadi cuma kebagian ini aja.” Ajeng berlanjut duduk dan menatap makanan di piringnya.

“Ya udah jangan murung… Ntar 3 jam lagi saya panggil kakak buat datang ke belakang restaurant. Saya ambilin sisa makanan di buffet tamu. Mau gak?” tanya bli Gede membuat Ajeng tersenyum senang.

“Hihiii… mau dong. Masa mau dikasih rejeki mau ditolak sih…” celetuk Ajeng dengan membuka tutup botol minumannya.

“Sip… Nanti saya telpon.”

Ajeng dan bli Gede berlanjut menyantap makanan yang ada di piring masing-masing. Mata mereka berputar ke sana dan ke mari memperhatikan sekeliling mereka yang mana pagi ini di kantin memang cukup ramai.

“Kak…”

“Apa bli?”

“Udah tahu gossip baru belom?” tanya bli Gede dengan senyum tipis di dibir.

“Gossip apaan?” Ajeng bertanya penasaran.

“Se-ma-lem… Saya sama anak-anak bar yang grup Indonesia mergokin Mr Wiliam sama Miss Eva lagi begituan di belakang villa,” berbisik sambil mengingat kejadian yang dia lihat.

“Di belakang villa…?”

“Iya… Jadi hilang respect deh saya ke Mr. William. Apalagi GM perempuan yang baru itu,” memasang muka meledek dengan memuncungkan bibir. “Kemarin kelihatan anggun, cantik… Eh tahunya punya bibit pelakor…” Ajeng cekikikan mendengar ucapan bli Gede.

“Saya juga lihat, bli. Tapi saya lihatnya pas di depan villa. Hm… Haredang bikin panas dalam adegannya. Hihiii. Sebetulnya sih kita ini sering lihat begituan ke tamu-tamu kita yang menginap kalau mereka lagi mesra-mesraan di area pantai atau tempat umum. Tapi kita ini merasa biasa aja. Tapi beda ceritanya kalau kita menyaksikan orang yang kita kenal apalagi orangnya punya kedudukan lagi begituan. Hm… Jadi malu sendiri lihatnya,” sambung Ajeng.

“Apalagi Mr Wiliam udah punya istri di Scotland sana. Kalau sama-sama single sih gak pa-pa. Tapi… ya mau gimana lagi. Itu pilihan mereka.” Ajeng mengangkat bahunya, tidak tahu harus berkomentar apa.

“Yang jadi obrolan anak Indo di sini itu soal asal Miss Eva yang aslinya orang Indonesia, kak. Pada bilang malu-maluin sikap dia itu. Bikin nama Indonesia di sini jadi jelek. Khususnya yang perempuan, pada ketar-ketir kalau karyawan-karyawan dari negara lain ngecap cewe Indo gampangan,” sambung Bli Gede membuat Ajeng menganggukan kepalanya.

“Betul juga ya bli… Hm… Ntah lah bli… Padahal Miss Eva belom mulai kerja. Mau jadi apa resort ini dibawah pimpinan dia kedepannya…?”

“Semoga aja gak gulung tikar. Soalnya saya masih mencicil buat beli rumah. Masih butuh pemasukan. Hahaaa!”

“Hihi… Jangan lah bli kalau sampai gulung tikar. Nyari kerja sekarang susah. Apalagi nyari kerja di Indonesia. Hm… Susah kalau gak pakai orang dalem. Hehee…”

Obrolan pagi antara Ajeng dan bli Gede terhenti saat seseorang berjalan menuju ke mejanya. Semua mata mencuri-curi kesempatan untuk melihat orang yang datang ke meja Ajeng.

“Good morning!”

“Good morning miss Eva…” sapa Ajeng dan bli Gede bersamaan. Raut wajah Ajeng dan bli Gede tampak tegang karena mereka baru saja bergosip tentang GM barunya itu.

“Apa kabar kalian?” Menatap Ajeng dan bli Gede secara bergantian.

“Baik miss,” jawab bli Gede memasang senyuman ramah. Yang pastinya hanya akting belaka.

“Baik miss… Miss Eva apa kabar?” tanya Ajeng yang kemudian bergegas mengusap bibirnya dengan tissue.

“Super great…” tersenyum lebar dengan gaya sensualnya. “Did you finished your breakfast Ajeng?” menatap piring Ajeng yang sudah kosong.

“Yes, miss. Miss Eva sudah makan?” tanya Ajeng balik.

“Nope… I will take my breakfast later (Belom… Saya akan sarapan nanti). Saya mau nelpon orang yang kamu rekomendasikan,” mengkerlingkan matanya ke arah Ajeng. “After that (Setelah itu) baru saya bisa makan dengan tenang.”

“Waa… Thank you so much miss…” Bli Gede hanya senyam-senyum mendengar pembicaraan yang tidak dia pahami.

“Alright… Kalau gitu kamu bisa ikut saya ke office sakarang,” pinta Eva.

“Siap miss. Bli, saya duluan ya… See you later.” Ajeng melambaikan tangannya.

Eva pergi dari kantin menaiki buggy dan Ajeng mengayuh sepedanya. Keduanya menuju office resort yang lokasinya tidak jauh dari kantin.

Semoga ini adalah awal keberuntunganku dengan Gery. Masak 4 tahun pacaran long distance gak kelar-kelar? Kalau kita bisa satu tempat kerja pasti hubungan kita bisa makin awet. Aku sama Gery bisa makin akrab tiap hari, bisik Ajeng dalam batinnya saat mengayuh sepeda. Senyumnya merekah sepanjang jalan menuju office.

Ajeng segera mengikuti langkah Eva setelah mereka sampai di bangunan office resort.

“Ajeng, actually tadi pagi saya coba telpon Gery lewat skype, tapi I don’t know why gak ada balasan dari Gery. Apa mungkin dia ganti id skype?” tanya Eva sambil menaiki tangga menuju ruang kantornya.

“Ow… Em… Kalau gitu miss Eva bisa telpon lewat whatsaap aja. Kalau pakai skype di sini memang agak susah jaringannya. Mr. Wiliam biasanya kalau ngasih interview juga pakai whatsapp. Jarang pakai skype,” jelas Ajeng menceritakan kondisi yang terjadi di pulau tempat dia bekerja. Karena jaringan skype memang susah di tempat itu.

“Oh I see… (Oh begitu)”

Ceklek… Eva membuka pintu officenya untuk pertama kali.

“Ajeng, kalau gitu kamu bisa ke office kamu. Saya cuma mau tanya soal skype aja tadinya. Jadi… I think will give him a call by whatsapp (Aku pikir akan memberinya panggilan lewat whatsaap). Itu akan lebih mudah.”

“Ow, ok miss. Kalau gitu saya ke office saya. I hope my recommendation will not make you disappointed. (Saya harap rekomendasi saya gak akan membuat mu kecewa).”

“We will see (Kita akan lihat). Semoga dia lolos interview ini,” sambung Eva.

 

*****

Bersambung…

*****

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!