Kalian Masih ingat Maliq Kumbara? Ini kisa tentang kehidupan mereka. Mereka yang sudah beranjak dewasa, dan mulai sibuk dengan semua yang diwariskan Ayah dan Ibu mereka. Aledra dan Rubby, yang dikisahkan dikisah sebelumnya.
Si sulung Maliq Kumbara, sudah berusia Dua Puluh Tujuh tahun sekarang, dan Ia dipercaya memegang perusaha'an utama milik keluarga.
Brama Kumbara, berusia Dua Puluh Lima tahun, yang mulai belajar mengurus perusaha'an yang ditinggalkan Bunda mereka, dengan bimbingan Om Thomas disana.
Sikembar Bayu kumbara dan adyaksa kumbara, berusia Dua puluh Tiga tahun, masih kuliah, tapi mulai membantu mengurus yayasan Ibu nya.
Sedang si sulung, seorang wanita cantik yang bernama Isyana Tungga Dewi, masih berusia Tujuh belas tahun, dan masih SMA. Paling manja, pada Kakak-kakaknya, namun anti ditindas oleh semua temannya. Sosoknya mirip Diana, dengan sorot mata tajam, dan rambut indah terurai. Gaya berbusananya pun mirip, hanya saja lebih modern.
Dicerita kali ini, akan membahas kehidupan mereka semua, kekompakan antar keluarga yang saling menyayangi, dan begitu kuat ikatanya.
❤️❤️❤️
Pagi yang begitu indah dihari minggu. Rubby dan Edra, sudah bersiap dengan berbagai macam bawa'ab beserta koper yang bgegitu besar. Mereka bersiap untuk pergi kekampung, karna Nenek dari anak-anak sedang sakit, dan Resort yang dibangun, benar-benar sedang berkembang, sehingga Edra harus sesering mungkin mengontrol dan mengecek semuanya
"Nana, Ibu pamit dulu, ya. Jaga diri baik-baik dirumah." ucap Rubby pada Si bungsu.
"Tapi, Bu. Nana ikut aja deh, bosen disini sama Mas. Mereka sibuk dengan dunianya masing-masing." keluh Isyana.
"Mereka kelihatanya aja cuek, tapi aslinya benar-benar memperhatikanmu sampai detail, sama seperti Ayah mu itu." tunjuk Rubby pada edra.
"Kenapa Ayah dibawa-bawa?" tanya edra.
"Ngga papa." balas Rubby.
"Panggil semuanya... Mentang-mentang hari minggu, masih pada molor jam segini," pinta Rubby pada Edra.
"Ngga usah, Bu... Kita udah turun, kok, udah bangun daritadi juga. Jawab Maliq, diikuti yang lain.
"Adi mana?" tanya Edra.
"Lagi mandi, Yah. Maklum lah, dia kesiangan gara-gara semalam lembur sama tugas kuliahnya." jawab Bayu
Rubby kembali bepamitan, dan mereka semua mencium tanganya bergantian. Berat melepas mereka, tapi apalah daya, Kakek dan Nenek mereka yang semakin renta pun, butuh perhatian.
"Kaaaak, boleh kah, Nana pergi dengan teman-teman hari ini?" tanya Nana pada para Kakaknya.
"Kemana?" tanya Maliq.
"Kakak, ini kan hari minggu. Nana mau ngemall lah sama temen-temen Nana. Boleh, ya, please."
"Kasih saja lah Liq, Nana juga sekali2 kaluar jalan. Masa iya mau dikurung," ujar Bram.
"Hhh... Kamu ini, Bram. Yasudah, pergilah, tapi jangan pulang kemalaman. Beban menjadi yang tertua dirumah ini dipegang oleh, Mas Maliq sekarang. Apalagi, kamu satu-satunya wanita diantara kami," jawab Maliq, cuek.
Nana dengan wajah ceria, lalu bersiap menemui para sahabat nya ditempat yang sudah dijanjikan. Dengan menggunakan rok pendek, dan baju tanktop, berblezer coklat, Ia memakai tas selempangnya keluar rumah.
"Eh... Itu kenapa pakai begitu," tegur Bram.
"Lah kenapa, Mas? Ini bagus," jawab Nana.
"Itu, terlalu terbuka. Pergi ganti pakaian, atau ngga usah pergi."
"Mas, Bram..." Rengek Nana.
"Uda, Dek, turutin aja. Nanti malah ngga jadi kemana-mana kamu," sahut Bayu, yabg daritadi asyik bermain game.
Dengan mendengus kesal, akhirnya Nana kembali kekamar dan mengganti pakaianya, sesuai yang diminta oleh Bram.
"Udah, ya... Nana pergi," pamitnya.
"Uang jajanya ada, Dek?" tanya Maliq.
"Ada... Cukup, kalau buat nongkrong doang." jawab Nana.
"Nih, Mas tambahin. Siapa tahu mau nraktir temen,"
Nana dengan perasa'an riang gembira menerimanya, lalu mencium Kakak tertuanya itu, dan pergi.
"Mas, Bayu mau lah, dikasih duit kayak Nana." bujuk Bayu, nenghampiri Maliq.
Prakkk! Sebuah kunci motor diletakan dimeja kaca, yang berada disana.
"Apa ini? Kenapa ngasih kunci motor ke Bayu?"
"Kamu ngga negeri maksudnya, Bay?" imbuh Bram.
"Iya, tahu. Tapi, buat ngawasin Nana 'kan butuh jajan. Masa iya, nongkrong dicafe ngga sambil minum gitu,"
Maliq menatapnya tajam, setajam pisau dapur Bik inah, yang biasa untuk memotong daging.
"Iya... Bayu faham. Yaudah, Bayu pergi dulu lah. Salam, buat kembaranku Ady, yang daritadi belum selesai mandi." ucap Bayu, lalu bergegas pergi, menggunakan motor Maliq.
Bayu yang kesal, menarik gas sekuat tenagga ketika memanasi motor tersebut, dan membuat Maliq marah, dan mengejarnya.
"Kamu buat lecet motor Mas, ngga dapet uang jajan kamu sebulan," ancamnya pada Bayu. Tapi, Bayu hanya menjulurkan lidahnya.
Maliq kembali masuk kedalam, dan menggerutu karna kesal.
"Udahlah, Mas. Sekali-kali motor itu dibawa adek nya." tegur Adi, yang baru keluar.
"Itu motor kesayangan, Mas. Bisa nangis batin Mas kalau itu sampai ancur gara-gara si Bayu. Kamu ngapain aja? Mandi lama bener?" omel Maliq.
"Ma'af, tadi Ibu Rara nelpon, katanya ada donatur mau ke Yayasan, jadi Adi harus kesana sekarang." jawab Adi.
"Oke... Sampai kan salam buat rekan yang disana. Mas mau nyelesaikan laporan dulu." ucap Maliq.
Setelah Adi pergi, Bram pun berdiri hendak menyusul pergi.
"Bram, mau kemana?"
"Mas... Mau kerumah Siska, boleh, ya. Kan hari minggu, kerja'an juga ngga ada. Boleh lah, pacaran." bujuk Bram.
"Pacaran? Udah berapa kali kamu pacaran? Kakak aja masih jomblo,"
"Iya, Mas betah banget jomblo. Jangan aja nih, ya. Gara-gara Mas, Bram jadi telat nikah. Aduh, padahal udah serius banget sama Siska."
Maliq tak banyak bicara, hanya mengambil sebuah pulpen, dan melempar nya pada Bram.
Plakkk!
"Auuuwh... Emang, ya. Paling Tua paling kejam. Awas loh, jomblo sampe tua."
"Diem... Atau fasilitas, Mas tarik?" ancamnya.
Bram langsung pergi tanpa suara, menuju mobilnya, dan berjalan kerumah sang kekasih.
"Apa aku terlalu galak? Apa aku terlalu kaku? Ah, entahlah... Aku hanya terlalu menyayangi, dan ingin melindungi mereka. Terutama, Bungsu kami....."
❤️❤️❤️
Nana menaiki taxi online yang Ia pesan, lalu menuju kesebuah cafe, dimana teman-temannya berkumpul disana.
"Hay, Na... Kok tumben lama?"
"Iya, agak susah kalau izin sama Mas Maliq. Agak protektif Dia,"
"Ya, maklumlah, Na. Namanya juga anak bungsu." jawab Diah, sahabat dekat Nana.
"Iya, enak ngga enak jadi anak bungsu. Kadang dimanja, tapi terlalu dimanjanya, jadi protektif. Kesel sendiri, kalau lagi kumat protektifnya." keluh Nana.
"Bersyukur, Nana. Punya Mas banyak itu nyenengin, apalagi ganteng-ganteng."
"Ya Allah, ma'afkan Nana yang kurang bersyukur dengan keada'an Nana." ucap nya, dengan mengadahkan kedua tangan.
Mereka melanjutkan pembicara'an, selayaknya para remaja yang sedang berbincang. Dari mata pelajara, bintang idola, fashion, hingga cowok idola. Bagaimana, jika para Punggawa ku itu mendengarnya. Pasti pada melotot, segede biji jengkol karenanya.
Sedangkan Bayu yang mengikuti Nana, Ia diperintahkan mengawasi, maka dan hanya bisa duduk dipojokan, dengan meminum segelas jus yang Ia pesan diam-diam.
"Itu, si Nana jalanya sama Diah mulu, ngga ada temen lain apa? Kalau begitu 'kan, ngga perlu repot-repot ngawasin." keluh Bayu.
Bayu terus menatap mereka tanpa henti, hingga seseorang menepuk bahunya dari belakang.
"Bay... Ngapain disini sendirian, dasar jomblo." tegur seorang wanita.
"Eh, Renita. Itu, lagi disuruh Mas Maliq ngawasin si Nana."
"Bay, Bay... Anak segede itu, masih aja dikintilin. Beri kebebasan bergaul dikit ngapa? Biar Dia belajar, bergauk dengan yang lain." ujar Renita.
"Re... Gue lebih baik seumur hidup jadi pengawas Adek gue, daripada terjadi sesuatu yang ngga diinginkan nantinya." ucap Bayu dengan lantang.
"Iya, deh... Cuma ngasih tahu," balas Renita.
Bayu yang sedang asyik mengobrol, kehilangan jejak Nana, dan kebingungan.
"Re... Nana mana?" tanya Bayu.
"Lah... Gue ngga tahu, masa gue harus merhati'in Dia, kayak Loe."
"Aish....emang Loe, ngeselin." ucap Bayu, lalu pergi dengan kesal.
Bayu segera pergi menggunakan motornya kembali, dan berjalan lambat menyusuri jalanan.
Karna tak juga ditemukan, akhirnya Bayu menelpon Maliq.
"Hallo, Mas. Nana ilang, Mas.
"Hah! Ilang gimana? Ngawur kamu jagain adek sendiri."
"Ma'af, Mas. Tadi ditegur sama temen, jadi ngelayan ngobrol sebentar."
"Yaudah... Mas kesana,"
"Tahu alamatnya?"
"Itu dimotor udah ada pelacaknya. Jadi kamu ngga usah repot-repot ngasih alamat."
"Oh... Yaudah, ikutin aja arah yang ditunjukan. Aku menunggu mu disini," ucap Bayu.
❤️❤️
Maliq dengan cepat mengambil. Kunci mobilnya, dan menyetir sesuai dengan arah yang ditunjukan.
Setibanya disana, terlihat Bayu yang sedang berjalan pelan berkeliling mencari Nana disemua sudut percafean itu.
"Bay! Belum ketemu?" teriak Maliq.
"Belum, Mas. Hpnya ngga aktif," jawab Bayu.
Mereka bersama berkeliling, sampai seseorang menelpon Maliq.
"Hallo, siapa ini?"
"Hallo, Mas Maliq. Ini dari karoke D'stars. Mau memberitahu, itu sepertinya Adik bungsu anda, sedang bermain kesini. Dan ma'af, Ia sedang digoda oleh beberapa pria."
"D'stars? Tutup sementara karaokenya. Kami akan segera kesana!" jawab Maliq.
Maliq menatap Bayu, dan Bayu mengerti dengan kode yang diberikan, dan mereka pergi bersama menuju karaoke tersebut.
"Bram... Ke karaoke D'stars, Nana diganggu." telponya pada Bram.
"Iya, Mas." jawab Bram.
"Mas mau kemana?" tanya sang kekasih.
"Dipanggil, Mas Maliq. Pergi dulu, ya, nanti kesini lagi" jawab Bram, lalu pergi.
Karna lokasinya dekat, Bram datang tepat ketika Maliq dan Bayu akan memasuki Tempat karaoke itu.
"Mas... Gimana?" tanya Bram.
"Belum masuk, juga." jawab Bayu.
"Oke, kita masuk sama-sama. Biar kayak difilm action gitu." ajak Bram.
Diruangan karaoke, terlihat Nana yang sedang ketakutan, namun tak berani melawan. Begitu juga orang-orang disana, yang begitu takut untuk menolongnya.
Para Pria terus menggoda, dan tak segan mencolek gadis kecil itu. Sehingga membuat Nana dan Diah menangis tersedu disana.
"Nana!" panggil Maliq.
"Mas Maliq," teriak Nana menghampiri. Tapi Maliq menolaknya, sehingga Bayu menariknya.
Tuk....! Bayu menyentil jidat Nana.
"Mas... Sakit," keluh Nana.
"Itu, kenapa nyampe sini sih. Lihat tuh, Mas Maliq marah. Abis kamu dimarahin." bisiknya.
"Ma'af, tadi itu...."
"Udah, ngga usah kebanyakan ngomong. Nanti bakal Mas introgasi kamu dirumah," potong Bram.
Sementara Maliq hanya diam, dengan wajah merah, lalu mengepalkan kedua tanganya.
"Wah... Ternyata gadis ini sudah dibooking, dan mau digilir sama Om-om ini, ya. Dahsyat," ucap ketua gang itu.
"Bukan... Justru Dia yang membokingku seumur hidup untuk menjaganya. Dan kalian, akan menyesal seumur hidup, karna telah berani menganggunya." balas Maliq.
Mereka mencoba menghajar, namun Maliq keburu menghajar salah seorang dari mereka secara membabi buta, hingga berdarah-darah.
"Mas, Mas... Udah, Mas." peluk Bram dari belakang.
Menyelesaikan semuanya, Maliq menghela nafas panjang, lalu menarik kasar Nana keluar dari karaoke itu tanpa sepatah kata pun.
"Ini, buat berobat." ucap Bayu, yang memberi beberapa lembar uang pada orang yang terluka.
Maliq menyetir, dan membawa Nana dalam diam, hingga sampai dirumah.
Mereka berkumpul diruang tengah, minus Adi yang masih dijalan. Dan tak lama kemudian datang.
Suasana hening, tak ada yang berani membuka percakapan, termasuk Bram, sang kakak kedua.
"Mas... Nana minta ma'af," ucap gadis itu. Lalu Adi menggenggam tanganya erat.
"Mau apa, Nana kesana? Kenapa Hp nya mati?"
"Tadi, Diah ngajak ketemu sama pacarnya disana. Terus karaokean, karna Nana ngga nyaman, jadi Nana keluar. Eh, malah digodain sama mereka."
"Jangan berteman lagi dengan Diah, karna seakrab apapun kalian, Dia sudah membawa pengaruh negatif." sahut Bram.
"Tapi....."
"Nana ngga tahu, rasanya mengemban tanggung jawab besar. Menjaga ke empat orang adik, terutama Nana yang menjadi satu-satunya wanita diantara Mas mu. Coba bayangkan, andai kan Ayah dengar berita ini, bagaimana perasa'anya." jawab Maliq.
"Nana minta ma'af, tapi kan Nana mau keluar dari sana. Kenapa pada ngga percaya sama Nana?"
Adi datang memeluknya.
"Na... Kadang, begitu kuat kita memberi sanggahan, tak akan pernah menjadi keterangan. Yang ada, kita malah makin tersungkur dengan keada'an. Lebih baik, Nana sekarang nurut sama Mas Maliq, jauhi temen Nana itu, dan cari temen lain. Banyak kok,"
"Mas..." sanggah Nana.
Adi hanya merayu dengan menganggukan kepala, lalu Nana berdiri dan naik kekamarnya.
Ke'esokan harinya, Nana bersiap kesekolah, memakai seragam lengkap dan rapi dan menuju ruang makan untuk sarapan bersama para punggawanya.
"Pagi..." sapa Nana.
"Pagi tuan putri," balas Bayu padanya.
"Nana, Mas Maliq antar sekolah hari ini." ucap Maliq.
"Loh... Ngga diantara sama Pak bima?" tanya Nana.
"Engga, berangkat sama pulang, Mas Maliq yang langsung turun tangan." jawab Maliq, dengan meminum teh hangatnya.
"Mas Bram..." rengek Nana.
"Udah, nurut aja. Daripada nganu." bisik Bram.
Nana mengerutkan wajahnya, lalu memainkan makananya, seolah malas untuk menyentuhnya.
Adi meraih makanan itu, lalu menyuapinya. "Makan yang bener, jangan dibuang-buang. Nana ngga tahu, diluar sana begitu banyak orang yang kesulitan hanya untuk makan."
Suap demi suap Nana habiskan, hingga Maliq berdiri, dan mengajaknya berangkat. Diciuminya tangan punggawanya satu persatu, lalu berpamitan. Disusul Bram, Bayi dan Adi dengan aktifitasnya masing-masing.
"Di, sama gue atau bawa motor sendiri?" tanya Bayu.
"Bawa motor ajalah. Nanti mau ke Yayasan soalnya. Sekali-kali mampirlah kesana, lihatin perkembanganya."
"Lah, kenapa aku? Kan itu tanggung jawabmu. Aku sekarang sedang menikmati hari-hari menjadi pengangguran, sebelum diberi amanat besar seperti kalian." balas Bayu dengan bangganya.
"Pengangguran kok bangga Bay?" tegur Bram.
"Nanti, kalau aku sibuk kayak kalian, kita pasti akan susah ketemu. Mungkin dengan begini, Bayu bisa menjadi seseorang yang paling pertama dipanggil ketika darurat. Karna hari-harinya penuh dengan kekosongan." balas Bayu lagi.
Bram dan Adi hanya saling beradu pandang, dan menggelengkan kepalanya.
Bayu berjiwa bebas, tak ingin terlalu diatur, namun tetap menjaga diri dan patuh terhadap para punggawa yang lain, terutama Maliq. Bayu benar-benar patuh dengan Mas nya yang satu ini. Karna biarpun tegas, dan begitu dewasa, Maliqlah yang menjadi pelindung bagi adik-adiknya.
Didalam mobil terasa kikuk, Nana tak berani menengus Mas nya sa'at itu. Meskipun Nana paling dimanja, tapi tak seketika membuatnya besar kepala, dan masih tetap menghormati semua Kakaknya.
"Nana kenapa kekaroke kemarin?" tanya Maliq.
"Nana diajak temen. Mereka ngearayain ulang tahun pacar Dinda disana. Nana ngga suka disana tuh, ngajak Dinda keluar, dianya ngga mau. Akhirnya Nana keluar sendiri, eh malah digodain preman. Mas kenapa ngga mau dengerin penjelasan Nana dulu?"
"Bukanya ngga mau. Tapi Mas masih menahan emosi semalam, Ma'af. Mas terlalu marah ketika Nana diganggu oleh orang asing."jawab Maliq.
" Iya, Nana tahu. Tapi ngga segitu nya, Mas. Nana bisa jaga diri, Nana ngga selemah yang kalian fikir."
"Na... Nurut kali ini." tegur Maliq.
"Kalau gini terus, kapan Nana punya pacar. Temen-temen yang lain pada ngedate, Nana bengong sendirian." gerutunya.
"Jalan sama Mas aja, kalau mau jalan. Mas nya banyak, tinggal pilih."
"Mas, Maliiiq." rengek Nana kesal.
Maliq menghentikan mobilnya, lalu membukakan pintu untuk Nana keluar dari mobil.
Semua siswi yang menatap Maliq, menghentikan langkah mereka, lalu mengagumi ketampanan Punggawa pertama itu.
"Udah, ngga usah manja. Nana memang anak bungsu yang paling disayang. Tapi, Mas benci sama anak manja. Ayo turun, lihat, semua orang menyambutmu." ucap Maliq.
"Apanya nyambut Nana? Mereka semua itu lagi lihatin Mas maliq nya Nana yang tampan dan rupawan." jawab Nana.
"Owh... Begitukah? Yaudah, Mas mau langsung berangkat dulu. Ingat, jaga diri Nana baik-baik." pesan Maliq, lalu masuk kemobilnya.
"Na... Nana, itu siapa?" tanya Aya.
"Mas Maliq." jawab Lara
"Ya ampuuun, makin ganteng aja. Na, izinkan aku menjadi Kakak iparmu," rayu Aya, yang menggelikan Nana.
"Kalau kamu sampai bisa menaklukan hati Mas ku yang itu. Kamu akan jadi Kakak ipar pertamaku, dan menjadi istri Sang dierektur besar diperusaha'an kami." tantang Nana.
"Ya Allah... Pengen. Hatiku rasanya meleleh, ketika memandangnya." ucap Aya lagi, dengan menggandeng Nana masuk kekelas.
"Hey, anak orang kaya. Tebar pesona sama apa lagi sekarang? Barang baru yang mahal? Dandanan baru, atau apalagi?" tegur Dhea salah satu teman Nana.
"Apa urusan kamu, Dhe? Itu tadi cuma Mas ku yang nganterin. Kamu tahu, gara-gara kamu ngerjain aku kemarin, jadinya Mas maliq lebih protektif sama aku. Niatnya mau ngerjain biar aku dibully, eh malah kena bully." tawa Nana dengan riangnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!