Denantha Anjas Pradana
Seorang CEO muda, tampan, mapan, dan digandrungi para wanita. Tak sedikit wanita yang mencoba mencari perhatian agar bisa dekat dengan Nantha. Yaps, Nantha adalah nama panggilan dari pria itu. Namun, Nantha tak pernah menganggap kehadiran para wanita itu, karna dia begitu cuek, apalagi dengan wanita yang menurutnya hanya memanfaatkan apa yang dimiliki Nantha.
Akan tetapi, bukan berarti Nantha tidak memiliki perasaan dengan wanita. Justru dari dulu hingga saat ini di usianya yang menginjak 25 tahun dia tidak pernah bisa melupakan gadis masa kecilnya yang hingga detik ini masih setia bersemayam didalam hatinya. Tidak mudah bagi Nantha melupakan gadis itu, meskipun dia tahu mungkin rasa itu tidak akan pernah terbalas sebelum tersampaikan, karna hanya dia yang memendam perasaan itu.
"Cantik kamu dimana sekarang, aku sangat merindukanmu." gumam Nantha
"Tuhan, jika Engkau menghendaki hatiku berlabuh pada gadis kecil itu, tolong pertemukanlah kami. Namun jika Engkau tidak menghendakinya, tolong hapuskanlah rasa ini agar aku dapat membuka hatiku untuk yang lain." do'a Nantha setiap dia selesai sholat.
Sampai dia berada di suatu keadaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Keadaan yang merubah sebagian hidupnya. Terlebih lagi ini adalah keadaan yang sama sekali tidak pernah ia harapkan terjadi. Dia sungguh benci keadaan ini, yang mana di suatu kejadian yang tanpa disengaja harus menuntut dia untuk bertanggung jawab karna hampir menghilangkan nyawa seseorang.
"Arrrggghhhhh....kenapa ini semua harus terjadi padaku!!!!" ujar Nantha frustasi dengan keadaan yang menimpanya.
Cantika Zeanada Handoko
Sesuai namanya, seorang gadis cantik yang manis, periang, mandiri, namun sedikit manja karna dia adalah putri tunggal pasangan Hardi Handoko dan Nimas Handoko. Nada, panggilan gadis itu adalah putri kesayangan kedua orang tuanya. Di usianya yang masih muda namun sudah terbilang cukup untuk menikah yakni 23 tahun, tidak membuat Nada ingin cepat-cepat mengakhiri masa lajangnya, karna terhambat suatu perasaan cinta untuk seseorang yang hingga saat ini sulit dihilangkan.
"Kakak baik itu sekarang dimana ya, pasti dia makin cakep, dulu aja waktu kecil dia udah ganteng hihihi.." ujar Nada dengan kekehannya.
"Hmmmm mana aku belum sempet tau namanya lagi, coba aja waktu itu aku tanya namanya. Kalo pun nanti kita ketemu, aku mana tau kalo itu orangnya, huhh..." keluh Nada.
Untuk menghilangkan rasa itu, sering kali Nada dekat dengan pria lain tanpa ada status yang jelas dan hanya memberi harapan palsu. Jika dia merasa bosan maka dengan mudah dia akan meninggalkan para pria tersebut.
Kedua orang tuanya ingin sekali melihatnya menikah dan selalu memaksanya untuk segera membawa calon suami ke rumah. Alasannya karna mereka takut tidak bisa menjaga putri kesayangannya lebih lama lagi mengingat usia mereka yang sudah tidak lagi muda, terlebih putrinya ini anak tunggal dan tidak memiliki saudara yang menemaninya. Untuk itu mereka ingin putrinya segera mendapatkan pasangan yang dapat menjaga Nada. Selalu itu alasan yang diucapkan oleh orang tuanya, hingga membuat Nada kesal, tapi disisi lain dia juga tidak bisa egois. Perlahan dia mulai memikirkan hal itu demi membuat orang tuanya bahagia.
Hingga malam itu semuanya berubah. Sesuatu yang tidak disangka akan terjadi. Dimana dia harus menikahi seorang pria yang tidak dikenalnya yang menyebabkan ayahnya celaka. Sejak hari itu dia sangat membenci pria itu. Kalau saja bukan karna orang tuanya dia tidak sudi menikah dengan pria tersebut. Terlebih lagi dia mendapatkan sosok mertua yang sangat baik dan perhatian, bahkan Nada ragu kalau pria itu adalah anak dari mertuanya, karna sikapnya yang jauh berbeda dengan mertuanya.
"Kalo bukan karna papi, aku gak akan sudi menikah denganmu!" ujar Nada dengan emosinya karna dia geram akan sikap dingin pria itu.
Bismillah.....
Hallo para readers, salam kenal dari Bertha Ryn selaku author hihihi...
Ini cerita pertamaku, semoga kalian suka yaa...
Aku minta dukungan like, komen, dan votenya dongg, biar aku tambah semangat dan cepet up lagi..
Ohh iyaa, komen yang positif yaa guys. Apalagi kalo ada saran aku seneng banget, karna buat menginspirasi ceritaku..
Dan sorry juga kalo mungkin ada typo, nanti akan ku perbaiki lagi.
See u next chapt 👐👐
*Thank you, guysss🥰**🥰🥰*
Di Kediaman Rumah Keluarga Pradana
Mentari menyambut pagi yang cerah itu dengan menampakan sinarnya. Pagi itu, suasana kota Jakarta amat sangat cerah, sehingga masih pukul 06:45 saja sudah terasa panas. Didalam sebuah kamar terlihat sepasang mata yang masih memejamkan matanya, sehingga dia enggan membukanya karna memang masih ngantuk berat.
Pekerjaan semalam membuatnya lembur sehingga dia baru bisa tidur pukul 02:00 dini hari.
Namun, panasnya terik matahari mencoba menelisik masuk lewat celah gorden, sehingga membuat pemilik mata itu merasa terganggu dan terpaksa bangun. Dilihatnya jam diatas nakas yang hampir menunjukan pukul 7 membuatnya berjingkat dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Yaa.. pagi itu dia ada pertemuan dengan klien di kantornya, sehingga membuatnya terburu-buru.
Selesai dengan aktivitasnya, Nantha segera turun ke lantai 1 untuk sarapan bersama keluarganya.
"Pagi pah, mah" sapa Nantha kepada kedua orang tuanya
"Pagi sayang. Bukannya kamu pagi ini ada pertemuan?" tanya mamah Iren (Ibu dari Nantha)
"Pasti kamu lupa." sahut papa Bian (Ayah dari Nantha)
"Iya pah, mah. Aku juga gak lupa, ini aja juga keburu gara-gara bangun kesiangan, mamah juga tumben gak bangunin." gerutu Nantha
"Tuh kan kamu kalo bangun kesiangan pasti nyalahin mamah, yang nggak bangunin kamu lah yang ini lah. Mamah itu nggak cuma ngurusin kamu, mamah juga repot didapur bantuin bibi nyiapin sarapan, nyiapin keperluan papah kamu. Kamu itu juga udah gede, udah dewasa. Ya kalo kamu ngerasa kerepotan sendiri ya nikah aja lah. Udah sering kali mamah bilang udah waktunya kamu nikah biar ada yang ngurusin." omel mama Iren
"Ck mamah selalu itu aja ujung-ujungnya. Udah berapa kali juga Nantha bilang kalo Nantha itu masih muda, masih santai lah. Udah ah Nantha dah selesai sarapan, mau berangkat." ujar Nantha
Nantha membersihkan mulutnya dari sisa makanan yang menempel, lalu beranjak dari duduknya untuk berpamitan kepada orang tuanya.
"Berangkat dulu ya pah, mah. Assalamualaikum." pamit Nantha
"Waalaikumsalam hati-hati." ujar papa, mama bersamaan
Nantha hanya menganggukan kepalanya.
"Huhhh anak itu pah, kalo disuruh nikah biar ada yang ngurusin, ada aja alasanya. Susah banget, padahal buat kebaikannya sendiri." gerutu mama Iren
"Ya sudah gakpapa mah, kita ngomonginnya pelan-pelan. Kalo mamah ngomelin dia terus, kesannya mamah itu memaksa." ujar papa Bian
"Ya emang mamah itu maksa dia buat cepet-cepet nikah, ih papah gimana sih" kesal mama Iren
"Ya bukan gi--"
"Ah udahlah papah ini sama aja kayak Nantha. Nyebelin. " potong mama Iren yang kesal akan suaminya dan segera beranjak pergi meninggalkan papa Bian sendiri di meja makan.
"Yahhh salah lagi....." keluh papa Bian
Di Kantor Cabang Pradana Group
10 menit yang lalu, Nantha baru saja tiba di kantor, dan langsung masuk kedalam ruangannya untuk menunggu kliennya.
Tok tok tok (anggap suara pintu hihihi~~~)
"Masuk" ujar Nantha
"Maaf pak, ini ada Bapak Doni Bramasta dari Bramasta Company dan ini putrinya, Nona Jihan Bramasta." ujar Devan, asisten pribadi sekaligus sahabat Nantha sejak duduk di bangku SMA.
"Selamat pagi, dengan saya Denantha Anjas Pradana" Nantha beranjak berdiri dari duduknya dan memperkenalkan diri dengan menjabat tangan kliennya.
"Selamat pagi pak Nantha, saya Doni Bramasta. Senang bertemu dengan anda. Oh iya, ini kenalkan putri sekaligus sekretaris pribadi saya, Jihan Bramasta." ujar pak Doni memperkenalkan diri dan anaknya.
"Jihan Bramasta" ujar Jihan memperkenalkan diri dengan berjabat tangan sambil memandangi wajah Nantha dengan kagum karna ketampanannya.
"Denanta Anjas Pradana" balas Nantha dingin dan tidak begitu memperhatikan Jihan.
Karna terlalu memperhatikan Nantha, membuat Jihan tidak sadar jika tanganya belum lepas dari tangan Nantha dan membuat Nantha risih. Sehingga suara deheman membuayarkan lamunannya.
"Ehemm....." Nantha berdehem
"Jihan..." pak Doni menyenggol lengan putrinya
"Eh maaf... se-senang bertemu dengan anda pak Nantha." ujar Jihan kikuk.
"Baik bisa kita mulai pembahasan ini." ujar Nantha ingin segera mengakhiri pertemuannya, karna ia merasa risih dengan putri dari rekannya yang terus memperhatikannya.
"Mari pak Nantha" ujar pak Doni
Mereka pun membahas perihal kontrak proyek kerja sama yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Selesai dengan pertemuannya tadi pagi. Nantha lanjut dengan pekerjaannya yang belum selesai. Waktu makan siang tiba, rasanya Nantha enggan beranjak dari duduknya, karna dia belum merasa lapar dan masih ingin melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai. Sehingga suara ketukan pintu memecah konsentrasinya.
Tok tok tok~
"Masuk" ujar Nantha
Pintu ruangan terbuka dan masuklah Devan.
"Maaf bos ganggu. Bos nggak makan siang?" tanya Devan
"Saya belum lapar, nanti saya pulang sore sekalian makan di rumah. Kamu duluan saja." jawab Nantha
"Baiklah bos, kalau mau titip sesuatu telpun saya saja ya." ujar Devan
"Okey" jawab Nantha singkat sambil menganggukan kepalanya
Devan pun berlalu dari ruangan itu dan Nantha melanjutkan pekerjaannya yang sempat terjeda.
Hingga menjelang sore, mata Nantha sudah sangat letih karna berjam-jam terus fokus menatap layar monitor didepannya. Lalu Nantha memutuskan untuk pulang, dia merapikan berkas-berkasnya, memasukannya ke dalam tas dan bersiap untuk keluar dari ruangan.
Di luar ruangan, Nantha menghampiri ruangan Devan dan berpamitan pulang.
Nantha berjalan ke luar kantor dan menuju parkiran khusus, tempat dimana mobilnya terparkir dan segera melajukan mobilnya untuk pulang.
Sekilas tentang Devan~
Di kantor Nantha dan Devan berusaha bersikap profesional selayaknya atasan dan bawahan. Namun, diluar kantor mereka berlaku sebagai sepasang sahabat yang sudah seperti saudara, bahkan orang tua Nantha sudah menganggap Devan seperti anaknya sendiri. Karna, orang tua Devan sendiri menetap di Kanada untuk mengurus perusahaan disana.
Perjalanan Pulang
Dijalan Nantha mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil memikirkan sesuatu yang mengganjal hati dan pikirannya. Yaahh, kata-kata mamahnya sangat memenuhi pikirannya, namun hatinya masih tertutup dan dipenuhi nama gadis masa kecilnya.
Sehingga dia tidak menyadari didepan ada seorang laki-laki paruh baya yang hendak menyebrang, karna tidak fokus dia terlambat menginjak pedal rem dan akhirnya pria tersebut tergeletak sudah tidak sadarkan diri.
Nantha begitu kaget melihat kejadian karna ulahnya yang tidak sengaja mengakibatkan seseorang celaka. Banyak orang sudah berkerumun didepan mobilnya dan membantu pria itu untuk segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Nantha segera keluar dan membantu pria itu ke mobilnya, Nantha akan bertanggung jawab atas apa yang menimpa pria tersebut.
Dari sebrang jalan terlihat seseorang yang berpakaian sopir berlari ke arahnya dan terkejut saat melihat ternyata majikannya sudah tidak sadarkan diri.
"Maaf tuan, beliau ini majikan saya, tolong bawa ke mobilnya saja, akan saya antarkan ke rumah sakit." ujar sang sopir yang akrab dipanggil Mang Didik.
"Tidak usah pak, biar dimobil saya saja yang lebih dekat. Saya yang akan bertanggung jawab, karna saya yang tidak sengaja menyebabkan kecelakaan ini. Bapak ikuti saya saja dari belakang." ujar Nantha dengan terburu-buru.
"Baik, tuan." jawab mang Didik.
Nantha memasukan pria itu kedalam mobil dibantu oleh Mang Didik dan beberapa orang disekitar tempat tersebut. Setelah itu Nantha langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit terdekat.
Tiba dirumah sakit, Nantha memanggil para petugas untuk membawakan brankar, setelah pria itu dibaringkan di brankar, petugas segera membawanya ke UGD agar segera mendapatkan penanganan. Nantha membantu menggiring brankar tersebut sampai masuk kedalam ruangan.
"Maaf pak, mohon tunggu diluar." ujar salah satu perawat
"Baik, tolong lakukan yang terbaik." jawab Nantha panik dan perawat itu hanya menganggukan kepalanya.
Tak lama kemudian Mang Didik datang dan sebelumnya sudah memberitahu keluarga majikannya, jika telah terjadi kecelakaan yang menimpa majikannya dan telah dilarikan ke rumah sakit.
30 menit kemudian keluarga pria tersebut datang dan langsung menghampiri sopirnya dengan tergesa-gesa.
"Mang Didik gimana papi saya, kenapa bisa kayak gini, apa yang terjadi?" tanya sang anak majikan dengan sangat panik.
^^^Well, guys chapter 2 udah up yaaaa...^^^
^^^Selamat membaca. Semoga suka😊^^^
^^^Jangan lupa tinggalkan jejak yaa🥰🥰🥰^^^
^^^See u next chapt, guys👐👐^^^
^^^Thank u🥰^^^
Flasback On
Sore itu, terlihat seorang gadis yang sedang duduk di taman belakang rumahnya dengan ditemani kanvas, kuas lukis, dan peralatan lukis lainnya untuk menyelesaikan pesanan lukisan yang lusa harus diantar ke pemesan.
Gadis itu tak lain ialah Nada, ia sangat gemar melukis sejak kecil. Tak heran jika saat ini melukis sebagai profesi yang ditekuninya. Ayahnya yang seorang pengusaha memintanya untuk mengurus perusahaan, namun dia menolak dengan alasan tidak berminat. Hmmm simple sekali....
Saat sedang fokus, tiba-tiba dering suara ponsel diatas meja sampingnya berbunyi, menandakan ada telepon masuk. Setelah melihat siapa yang menelpon dan ternyata sopirnya, dia langsung mengangkatnya.
"Iya mang, ada apa?" tanya Nada di sebrang telepon.
"Apaaaa!!! Yaudah tunggu mang, aku sama mami langsung kesana." ucap Nada dengan kaget sekaligus panik dan segera mematikan sambungan teleponnya.
°
°
"Mamiiiiii, miii!!!!" Nada memanggil maminya yang terlihat sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton TV.
"Astagfirullah... apa sih Nad kok triak-triak, kamu pikir mami budeg pake triak-triak udah kayak toa aja. Di bilangin jang-"
"Miii, udah sekarang bukan waktunya ngomelin Nada. Papi mii papii" potong Nada dengan tergesa-gesa.
"Kenapa papi kamu?" tanya mami dengan perasaan tidak enak
"Udah, sekarang mami siap-siap, kita ke rumah sakit." ujar Nada
Deg
"Ru-rumah sa-sakit?" ucap mami dengan terbata-bata.
"Iya mi, aku gak bisa jelasin, yang tau mang Didik. Jadi sekarang kita langsung kesana aja." Ajak Nada dengan terburu-buru.
Flashback Off
Rumah Sakit Bina Sejahtera
"Mang Didik gimana papi saya, kenapa bisa kayak gini, apa yang terjadi?" tanya sang anak majikan dengan sangat panik.
"Gimana keadaan suami saya, mang? hiks hiks hiks." tanya istri majikannya yang sudah menangis karna sangat khawatir akan keadaan suaminya.
"Mami tenang mi.." Nada mengusap lengan maminya berusaha menenangkan, meskipun sendirinya juga sangat khawatir.
"Ba-bapak masih ditangani nyonya, non Nada. Tadi sepulang dari kantor, bapak minta berhenti di minimarket sebrang jalan untuk membeli minuman karna katanya bapak haus. Saya sudah menawari bapak agar saya saja yang turun, tapi bapak yang memaksa ingin membeli sendiri. Setelah keluar dari minimarket, saya lihat bapak hendak menyebrang, lalu tiba-tiba ada mobil yang tidak sengaja menabrak bapak." jawab mang Didik dengan gugup karna takut.
"Siapa yang menabrak papi, mang?" tanya Nada dengan emosi.
"Tu--"
"Maaf, ini ulah saya. Saya yang tidak sengaja menyebabkan semua ini. Dan saya yang akan bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan. Sekali lagi saya minta maaf karna kelalaian saya dalam mengemudi" ujar tegas Nantha.
"Kamu...kalau sampe papi saya kenapa-napa, saya tidak akan memaafkan kamu." ujar Nada tegas dengan mata yang menatap Nantha tajam.
"Saya siap dengan segala konsekuensinya. Yang terpenting sekarang kita berdoa agar papi kamu segera membaik." ujar Nantha lembut dan Nada hanya diam saja tanpa berminat menanggapi. Sedangkan sang mami hanya diam dengan sedikit terisak.
°
°
2 Jam berlalu. Pintu ruangan terbuka, terlihat dokter yang menangani papi Nada keluar.
"Gimana dok, keadaan papi saya?"
"Gimana dok, suami saya?" Tanya ibu dan anak itu bersamaan.
Dokter menghela napas pelan "Sebenarnya lukanya tidak begitu parah, hanya saja pasien sangat shock, sehingga mengakibatkan keadaan jantungnya sedikit lemah. Untuk saat ini kondisinya sudah stabil, hanya saja belum sadar karna masih dalam pengaruh obat. Mungkin beberapa jam kemudian akan sadar, namun pasien diharuskan istirahat total dan jangan banyak gerak dulu, mungkin membutuhkan waktu beberapa hari untuk rawat inap di rumah sakit, agar kami dapat terus memantaunya sampai benar-benar pulih dan setelah ini akan dipindahkan ke ruang rawat." jelas Dokter panjang lebar.
"Apa kami boleh masuk, dok?" tanya mami Nimas
"Boleh, tapi tolong jangan berisik agar pasien dapat beristirahat dengan nyaman." jawab dokter
"Baik dok, terimakasih."
Dokter kemudian berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Setelah itu, Nada meminta maminya untuk masuk terlebih dulu karna dia mau berbicara dengan Nantha.
"Anda dengar kan, bagaimana tadi kata dokter. Memang luka papi saya tidak begitu parah, tapi kamu jangan merasa lega dulu, karna pada kenyataannya papi saya shock sehingga jantungnya lemah itu gara-gara kamu!!!" ujar Nada berapi-api.
"Saya tahu dan saya minta maaf." jawab Nantha
"Cihhh.. maaf. Emang kamu pikir dengan ucapan maafmu semua akan baik-baik saja, haa!" bentak Nada
"Inget. Saya nggak akan ngelepasin kamu." Nada memberi peringatan
"Saya janji, saya tidak akan lari. Ini kartu nama saya. Kamu bisa hubungi saya kapanpun kamu mau selama itu menyangkut papi kamu dan maaf saya nggak bisa nemenin kamu dulu, karna saya masih ada urusan lain." ucap Nantha sambil mengambil kartu namanya di dalam dompet.
"Dih, lagian siapa juga yang mau ditemenin." ucap Nada sambil memutar bola matanya
"Nanti malam saya akan kesini lagi. Saya permisi." pamit Nantha
"Serah" kemudian Nada berlalu meninggalkan Nantha dan masuk kedalam ruangan dimana papinya berada.
Malam Hari
Nada masih setia menemani papinya. Beberapa saat lalu setelah papinya dipindahkan ke ruang rawat, Nada meminta maminya untuk pulang agar istirahat karna Nada takut maminya kecapekan. Akhirnya Nada hanya sendiri tanpa teman ngobrol. Hingga suara pintu terbuka.
Ceklek~
Nada menoleh melihat siapa yang membuka pintu "Huhhh, ngapain kesini?"
"Saya kan sudah bilang kalo malam ini saya kesini lagi." ujar Nantha tersenyum. Yaa, orang itu ialah Nantha dan suatu hal langka melihat Nantha bisa tersenyum di depan wanita yang bahkan belum ia ketahui namanya.
"Saya nggak butuh kamu disini, dari pada ganggu mending pergi deh." ketus Nada
"Terserah kamu ngomong apa, yang jelas saya mau nemenin kamu disini karna ini semua salah saya dan saya lihat juga kamu sendirian aja. Dimana mami kamu?" tanya Nantha memastikan
"Mami pulang. Kesian kalo capek." jawab Nada masih dengan nada ketusnya.
"Yaudah, aku yang akan gantiin mami kamu buat nemenin kamu." ucap Nantha
"Serah. Awas aja kalo sampe ganggu." ketus Nada sambil mengepalkan tangannya ke udara.
"Iyaa.. Emmmm aku Nantha." Nantha memperkenalkan diri
"Bodo amat, sapa juga yang nanya." sahut Nada
"****" gumam Nantha dalam hati
"Aku hanya memperkenalkan diri. Dari tadi kita ngomong tapi nggak kenal kan nggk enak."
"Nggak penting..." sambil memutar bola matanya.
Nantha menghela napas pelan mencoba sabar "Yaudah.."
"Ck aku Nada." decak Nada dengan malas.
"Lucu.." gumam Nantha pelan sambil tersenyum
"Apa kamu bilang?" tanya Nada melotot.
"Nggak ada"
Nada hanya melengos jengah.
Kembali menatap papinya sambil mengusap tangan sang papi. Tiba-tiba Nada merasakan ada pergerakan di jari tangan papinya.
Alhamdulillah...
Chapter 3 udah up, guyss..
Silahkan dibaca, semoga suka ya🤗
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian biar aku tambah semangat😊
See u next chap, guys👐
Thank u🥰❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!