Prolog#
seorang gadis berumur 20 tahun bernama Clarisa Oktaviani, wanita yang kerap dipanggil Risa adalah seorang mahasiswa di universitas ternama di kota jogyakarta.
orang tua Risa adalah pemilik perusahan yang bergerak di bidang industri, meski demikian Risa bukanlah anak yang manja dan sombong.
Risa seorang gadis yang ramah dan sopan kepada siapapun, Risa juga memiliki seorang adik bernama Giovano Ariska yang masih sekolah SMA di jerman.
tak... tak.... tak... tak...!
Risa berjalan menuruni anak tangga dirumahnya dengan pelan dan hati-hati takut orang tuanys mendengar suara langkah kakinya.
tiba-tiba terdengar sebuah suara dari belakang Risa.
"Risa mau kemana kamu?" ucap seseorang dari sebuah kegelapan di koridor rumah Risa.
"A-Ayah!" seru Risa dengan takut melihat mata sang Ayah memandang tajam ke arahnya.
"jawab Risa mau kemana kamu dengan gaun seperti itu?" ucap sang Ayah.
"Risa cuma mau ke acara ulang tahun teman kuliah Risa yah." jawab Risa dengan wajah menunduk takut.
"kanapa harus sembunyi-sembunyi, kenapa tidak meminta izin?" sahut sang Ayahnya.
"maaf yah, Risa takut tidak dizinkan karena sudah larut malam, Risa pikir Ibu dan Ayah sudah tidur." ucap Risa dengan bibir dedikit gemetar.
"di mana tempat pesta ulang tahunnya?" ucap sang Ayah menatap tajam ke arah Risa.
"di hotel Lalonna yah." jawab Risa kembali.
"coba ulangi Risa dan tatap mata Ayah!" sahut Ayah Risa dengan nada tegas.
"Di Lalonna hotel yah." kata Risa sambil melihat mata sang ayah dengan keringat dingin yang membasahi keningnya.
Hermawan (Ayah Risa) mencari kebohongan di mata Risa tapi ia tak menemukannya.
"tunjukan undangannya pada Ayah." kata sang Ayah.
Risa mengambil Iphone miliknya lalu membuka pesan grup yang tadi dikirim Yana padanya.
setelah membaca pesan undangan melalui ponsel Risa, kemudian sang Ayah menganggukan kepalanya pelan sambil melihat jam tangannya.
"kau boleh keluar, tapi cuma sampai jam satu malam tidak boleh lebih dari itu." ucap Ayah Risa dengan nada tegas.
"terima kasih yah, baik Risa akan pulang tepat waktu." ucap Risa.
"pergilah." kata Sang Ayah.
"ya Ayah, Risa pamit." ucap Risa sambil mencium tangan sang ayah sopan.
"lega rasanya ayah mengizinkanku keluar malam ini, sungguh diluar perkiraanku." suara batin Risa sambil wajahnya tersenyum senang.
20 menit berlalu Risa keluar dari mobilnya karena tujuannya telah sampai, Risa berjalan menuju meja resepsionis lalu menunjukan undangan grup atas nama Yana.
"acara ada dilantai 4 mbak silahkan naik keatas." kata lina (resepsionis hotel).
"iya terima kasih." jawab Risa ramah.
Risa berjalan menuju lift kemudian memasukinya dan menekan tombol angka empat.
sesampainya Risa disana, teman-teman kuliahnya sudah banyak yang berkumpul disana menyambutnya dengan riang gembira.
tiga puluh menit berlalu acara tiup lilin sebentar lagi akan segera dimulai, tiba-tiba suara ponsel Risa berbunyi.
Risa mengambil ponselnya dari tas kecilnya lalu melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini.
ternyata si Aldo (pacar Risa).
"bukannya jam 10 tadi udah pamit mau tidur, kok nelpon jam 12 gini?" ucap Risa dalam hati.
"hallo." kata Risa mengangkat telpon kekasihnya sambil berjalan keluar dari keramaian acara.
"Ris Maaf mengganggumu." kata Aldo.
"ya kenapa Sayang." jawab Risa.
"ayahku masuk rumah sakit karena usus buntu, aku mau minta tolong sama kamu sayang." ucap Aldo.
"bisa tidak aku pinjam uangmu 5 juta untuk nambahin kekurangan tabunganku, ayahku harus segera di operasi malam ini juga?" jelas Aldo kepada Risa.
"baiklah kirimkan nomor rekening kamu, biar ku transfer." kata Risa.
"iya terimaksih sayangku, aku berjanji akan membayarnya nanti." jawab Aldo.
"tak usah di pikirkan dulu itu, yang penting ayah kamu selamat beb." ucap Risa pelan.
"okeeee sayang segera ku kirimkan nomornya lewat WA." Kata Aldo.
"dahhh sayang, aku mau ke ruangan tempat ayah dirawat, selamat malam sayang." kata Aldo.
"selamat malam beb." jawab Risa.
Risa kemudian mematikan sambungan telponnya.
lalu melihat pesan whatsap masuk dari Aldo yang mengirimkan nomor rekening miliknya.
Risa segera membuka aplikasi bank dan mentransfer uangnya ke rekening milik Aldo.
"sudah ku kirim." kata risa membalas pesan Aldo.
Risa berjalan masuk kembali ke tempat keramaian pesta temannya yang mengadakan acara ulang tahun.
saat Risa sedang berjalan tiba-tiba 'seseorang memanggilnya.
"Risa kan tanyanya?" kata seorang laki-laki yang menghampirinya.
"iya.. ada apa bang?" jawab risa
"tadi ada seorang perempuan pingsan lalu kami bawanya ke clinik terdekat." kata lelaki itu.
"setelah sadar dia minta tolong sama saya untuk bawa kamu, katanya buat menemaninya di clinik." tambah lelaki tersebut.
"karena kondisinya masih lemah saya tidak tega menolak permintaanya." jelas lelaki tersebut lagi.
"siapa nama teman saya itu bang?" tanya Rasa ia untuk meyakinkan.
"hemmmm namanya maaa yaaa ia maya." jawab lelaki itu sambil melihat wajah Risa
"ohhh maya, ya sudah saya akan kesana tapi saya kesini bawa mobil sendiri." jawab Risa.
"ikut saya aja neng Risa, tinggal saja mobilnya disini, lagi pula setelah maya agak baikan neng kan bisa naik taxi kesini lagi bersama neng maya." jawab si lelaki tersebut.
"ayook kasihan neng maya nungguin neng kelamaan." tambah lelaki itu dengan nada yang agak memaksa.
Risa yang tidak menaruh rasa curiga sedikitpun mau saja di ajak lelaki yang tidak di kenalnya tersebut.
"iya bang." jawab Risa sambil bejalan maju mengikuti lelaki itu.
15 menit berlalu Risa tertidur di dalam mobil yang di tumpanginya yang ikut bersama laki-laki itu.
laki-laki itu memberi obat bius di sapu tangan berwana orange, lalu menutup mulut dan hidung Risa yang masih tertidur.
Risa kaget tapi tak bisa berbuat apa-apa, indra penciumannya hilang dan badannya melemah tak berdaya untuk meminta tolong.
laki-lak itu kemudian membawa tubuh Risa masuk kedalam sebuah kamar hotel, yang sebelumnya sudah disewa oleh seseorang yang menyuruh si lelaki tersebut.
baru saja ia selesai membaringkan tubuh Risa di kasur, tiba-tiba seorang laki-laki datang membawa seorang pengusaha muda yang bernama Defvan Putra Pratama.
ia membaringkan tubuh Defvan di samping tubuh Risa, lalu menyuntikan obat perangsang pada tubuh Defvan.
setelah tugas mereka selesai, kemudian salah satu dari mereka mengambil foto Risa dan Defvan di antas ranjang sebelum akhirnya keluar meninggalkan kamar.
lima menit berlalu Defvan merasa sangat kepanasan, defvan membuka seluruh kancing bajunya dan melempar baju tersebut ke sampingnya.
Defvan yang sekarang sedang terpengaruh obat perangsang, kemudian dia melihat paha Risa yang mulus di sampingnya.
tanpa pikir panjang Defvan menerkam paha risa dengan dipenuhi kabut gairah,
semuanya terjadi begitu saja Risa hanya bisa menanggis tak kala menyadari harta berharga miliknya telah diambil oleh laki-laki yang tidak ia kenali.
sudah berkali-kali Risa memohon untuk di lepaskan, Defvan tidak menghiraukannya, seakan dirasuki oleh setan, Defvan terus-menerus melakukan permainannya sampai pengaruh obat yang disuntikan padanya berangsur-angsur menghilang.
karena merasa lelah, Defvan ahirnya tertidur di sebelah Risa tanpa sehelai kain yang menutupi tubuhnya.
Risa perlahan mundur dan turun dari ranjang, lalu mengambil bajunya yang berserakan dilantai karena ulah Defvan.
Risa masuk ke kamar mandi lalu membersikan dirinya berulang-ulang, ia merasa dirinya sangat kotor saat ini.
berkali-kali Risa memukul kepalanya dan menangis berharap semuanya hanya mimpi.
nasi sudah menjadi bubur yang sudah terjadi memang terjadi, walau Risa menangis sampai mengeluarkan darahpun semua tidak akan kembali seperti semula.
15 menit berlalu Risa keluar dari kamar mandi lalu mengambil tas kecilnya lalu pergi dari kamar hotel dengan perasan sakit, benci, marah, menyesal dan kecewa semua bercampur menjadi satu.
Bersambung....
Jika kalian menyukai novel ini, tinggalkan like dan komentar yaa !!! jangan lupa juga untuk follow kami, silahkan kirim kritik dan saran kalian di kolom komentar agar penulis dapat selalu berkembang lebih bijak kedepannya terima kasih ^ ~ ^
Risa memesan taxi online untuk membawanya ke hotel Lalonna untuk mengambil mobilnya yang masih terparkir disana
sepenjang perjalanan, pandangan Risa kosong sang supir taxi yang melihat penumpangnya seperti tak memiliki gairah hidup, si supir hanya diam ia tidak mau mencampuri yang bukan urusannya.
"semoga saja ia tidak bunuh diri." gumam si supir taxi pelan sambil menepikan mobilnya.
"mbak sudah sampai!" seru supir taxi online tersebut.
Risa yang sedang melamun tersentak kanget.
"iya pak berapa?" tanya Risa.
"sesuai yang ada di aplikasi mbak." jawab supir itu.
Risa mengambil uang berwana merah satu lembar, lalu menyerahkan kepada supir taxi tersebut.
"kembaliannya buat bapak aja." ucap Risa datar.
Risa berjalan menuju mobilnya lalu masukinya, ia berusaha mengendalikan dirinya bersikap seolah tak terjadi apapun padanya.
20 menit berlalu Risa sampai ke sebuah rumah yang besar milik orang tuanya.
"Risa kau kemana saja baru pulang jam segini?" tanya sang Ayah sambil menatap tajam.
"maaf yah Risa nginap di rumah teman." jawab Risa berbohong.
"temanmu yang mana?" sahu Ayah Risa.
"Maya yah, dia sedang sakit dan orang tuanya keluar kota jadi Risa menjaganya sampai pagi." jelas Risa kepada ayahnya.
entah dari mana datangnya datangnya mulutnya mengucap tanpa ia bisa kontrol.
"kenapa dengan lidahku, kenapa jadi pandai sekali berbohong." batin Risa berbicara dalam hati.
"kenapa tidak memberi kabar kerumah?" ucap Ayahnya lagi.
"maaf yah Risa lupa." jawab Risa sambil menunduk.
"sudah yah gak apa-apa yang pentingkan sekarang Risa sudah pulang kerumah dengan selamat." sahut Ibu Risa yang melihat Risa yang takut pada ayahnya.
"Risa kamu istrahatlah nak." ucap Ibu Risa sambil mengelus punggung Risa.
"terima kasih bu, Risa pergi ke kamar dulu." ucap Risa.
"jangan lupa sarapan nak." kata sang ibu mengingatkan Risa yang sudah berjalan menaiki tangga.
"iya bu." jawab Risa.
Risa masuk kemudian menutup pintu kamarnya dan langsung menangis sendiri mengingat semua yang terjadi tadi malam.
"aku tidak tau siapa kamu, sungguh teganya kau merenggut sesuatu yang berharga bagiku, apa salah ku!" gumam Risa sambil terisak tangis.
karena lelah menangis Risa kemudian tertidur hingga sore hari.
disebuah perusahan, seorang pengusaha muda duduk dikursi kebesarannya sambil memijat sendiri kepalanya yang terasa pusing.
Defvan mengambil ponselnya yang terletak di meja depannya, lalu menelpon seseorang.
"Mars (tangan kanan Defvan) apa kau sudah menemukannya?" ucap Defvan.
"iya tuan, laki-laki yang membawa tuan itu tidak mau membuka mulutnya sedikitpun!" jawab Mars.
"apa kau tidak bisa memaksanya dengan menggunakan keluarganya sebagai umpan." ucap defvan dengan nada tinggi karena kesal.
"Laki-laki itu tidak memiliki kelurga tuan, dia hidup di panti asuhan sejak kecil." jelas Mars
brakkkkkk...
Defvan menggebrak meja kerjanya dengan tangannya.
"siapa yang mencoba bermain api denganku, sialan." ucap Defvan dengan wajah memerah menahan amarah.
Mars yang masih berada diseberang telpon bergidik medengar ucapan Defvan.
bisa dipastikan jika sekarang Defvan sedang meraung bak harimau hutan yang terusik ketika sedang tidur nyenyak.
"sewalah beberapa mafia terbaik untuk mencari keberadaan orang yang bersembunyi di kegelapan itu!" perintah Defvan kepada Mars.
"baiklah sesuai perintamu tuan Defvan." jawab Mars sambil menyeruput kopi hitam buatannya.
setelah mendapat jawaban dari Mars, Defvan mematikan sambungan telpon sepihak
"kebiasaannya tidak pernah berubah." gumam Mars.
"Defvan tidak memiliki musuh selama ini, lalu kenapa sekarang orang itu melakuan semua ini pada Defvan?" ucap Mars.
"Atau mungkin musuh itu salah satu orang terdekat Defvan." lanjut Mars berbicara sendiri sambil menikmati secangkir kopi.
"ahhhh, sebaiknya aku segera melaksanakan perintahnya sebelum tuan memarahiku." ucap Mars kembali.
dua bulan kemudian....
Risa yang baru saja pulang dari kampus merasa lelah dan pusing, ia berjalan sambil sesekali memegang kepalanya yang terasa berat.
Risa berpegangan pada sisi tangga untuk naik keatas menuju kamarnya, ketika sampai dilantai dua pandangannya kabur, namun Risa masih memaksakan dirinya untuk dapat berjalan kekamarnya.
tinggal beberapa langkah lagi sampai menuju pintu kamarnya, namun kepalanya semakin berat dan kaki yang menopang badan Risa sudah mulai tidak seimbang lagi dan brukkkkkkk.... Risa jatuh tak sadarkan diri.
"non Risa....!" teriak mbuk Asih.
pembantu rumah Risa yang saat itu sedang lewat sehabis mengantar minuman ke kamar adik Risa.
Gio yang sedang bermain game online, bersama tiga orang teman sekolahnya sewaktu SMP langsung keluar dari kamarnya karena mendengar teriakan mbuk Asih.
"ada apa mbuk?" tanya Gio.
"non Risa den sepertinya pingsan mukanya pucat sekali." jawab mbuk Asih sambil memandang Risa yang tak sadarkan diri.
"Arya, joko bantu gue mindahin mbak Risa." ucap Gio.
kedua teman Gio kemudian datang menghampiri, lalu membantu Gio mengangkat Risa ke Kamarnya.
"mbuk ambilkan kompres, biar Gio yang kasih tau ibu dan ayah." kata Gio.
"baik den." jawab mbuk Asih.
Gio menelpon ayahnya, lalu dia memberitahukan dan menjelaskan keadaan Risa yang tiba-tiba tak sadarkan diri.
Hermawan yang mendengar Anak perempuannya Sakit segera membatalkan rapat siangnya, ia bergegas pulang untuk segera melihat keadaan putrinya.
Ratih (ibu Risa) yang mendapat kabar Risa Sakit dari Gio segera berpamitan kepada ibu-ibu arisannya untuk segera pulang.
10 menit berlalu Hermawan sampai dirumah lalu masuk dengan terburu -buru menuju lantai dua rumahnya.
sesampainya dikamar Risa, kemudian sang Ayah memandang wajah pucat Risa yang seakan tidak di Aliri darah.
Ratih yang masuk ke kamar Risa dengan terburu-buru, seketika terdiam ditempat karna baru kali ini Ratih melihat risa sakit Sampai tak sadarkan diri.
"pah sebaikya panggil dokter dulu jika tidak bisa dirawat dirumah kita bawa kerumah Sakit." ucap Ratih.
"iya Bu, bapak akan menelpon dokter kelurga kita." sahut Hermawan.
sepuluh menit berlalu dokter Martha kemudian tiba dan disambut oleh Hermawan langsung berjalan menuju ke Kamar Risa.
dokter Martha memeriksa Risa dengan teliti, setelah itu terlihat dari bibirnya mengulas senyum simpul penuh arti.
"Bagaimana dengan Anak saya Risa dok?"
ucap Ratih dengan rasa penasaran bercampur bingung melihat senyum yang terukir dibibir dokter Martha.
Hermawan menatap dokter Martha menantikan jawaban dari sang dokter.
Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Risa baik-baik saja di semester pertama bagi ibu muda memang wajar mengalami hal ini.
"Maksudnya semester pertama apa?" tanya Sang ibu.
"Anak saya kenapa?" tanya Ratih beruntun seperti rell kereta api.
"seperti saya katakan sebelumnya Risa baik-baik saja dia hanya kelelehan, cukup biarkan dia istrahat dan makan-makanan sehat agar tumbuh kembang janinnya juga sehat." jawab dokter Martha.
"JANIN, maksud dokter anak saya Hamil dok?" tanya Ratih kaget.
"iya bu, selamat ya usianya sudah memasuki minggu ke-8, jangan biarkan dia setres karena banyak pikiran." jawab dokter Martha.
bagai ditembak tepat mengenai jantung, Hermawan dan Ratih tidak dapat bergerak dan tidak lagi berbicara tatapan mata mereka berdua kosong.
dokter Martha yang menyaksikan itu lantas tersenyum mengira keduanya terkejut diberi kabar Bahagia.
"baiklah karena semua sudah selesai saya permisi dulu." ucap dokter Martha.
lima menit berlalu setelah kepergian dokter Martha, Hermawan dan Ratih saling pandang lalu melihat ke arah Risa yang masih menutup matanya.
"pah apa mama tidak salah dengar dokter Martha mengatakan Risa hamil?" ucap Ratih.
"sepertinya papah juga dengar begitu mah." sahut Hermawan.
"apa papah yakin Risa bisa melakukan hal serendah itu?" ucap Ratih lagi.
langit diselimuti oleh awan mendung hitam seakan memberi tanda sebentar lagi akan turun hujan lebat.
Risa perlahan membuka matanya yang masih terasa berat, ia memandang langit kamarnya yang berwarna putih gading.
"Apa yang terjadi padaku, kenapa kepalaku rasanya berat dan pusing?" ucap Risa berbicara sendiri.
Risa mencoba bangun dan duduk menyenderkan punggungnya bersandar pada bantal di atas ranjangnya.
Risa mengambil air putih diatas meja disamping tempat tidurnya, lalu meminumnya hingga tandas.
Cklik...
pintu terbuka dan Ibu Risa masuk kemamar Risa.
"Bagaimana keadaanmu, apa masih pusing?" ucap Ratih.
"iya bu kepala Risa berat dan pusing." jawab Risa.
"apa kamu sering merasa pusing?" ucap Ratih kembali.
"hampir satu minggu ini Risa mudah lelah dan pusing." jawab Risa jujur.
"kenapa tidak memberi tahu ibu, apa kau sengaja menyembunyikannya dari kami?" sahut sang Ayah yang mendengar jawaban Risa saat ia berjalan masuk kekamar risa.
"menyembunyikan Apa Risa hanya pusing dan lelah saja kalo istirahat juga pasti sembuh." ucap Risa.
"mungkin Risa tidak tau apa yang yang terjadi padanya yah." ucap Ratih.
Risa semakin bingung dengan ucapan ibunya.
Hermawan menatap Risa tajam.
"Bagaimana bisa kamu melakukan hubungan kotor tanpa ikatan pernikahan RISA!" ucap Hermawan dengan intonasi nada tinggi.
jebbbbb...
bagai ditancap dengan pisau, hati Risa sakit mendengar ucapan Ayahnya.
"RISA!" bentak Ayahnya karena Risa hanya diam.
"maafkan Risa Ayah." ucap Risa sambil mengeluarkan air mata membasahi pipinya.
mendengar sang anak meminta maaf, sudah bisa dipastikan Anaknya itu melakukan perbuatan haram itu dan membuat Hermawan sangat marah dengan Risa, tanpa sadar ia maju dan memukul sang anak.
plakkkk... plakkk...
dua tamparan mendarat di pipi mulus Risa.
"aku tidak pernah mendidikmu menjadi wanita pemuas ***** para lelaki kesepian." ucap Hermawan dengan suara bergetar.
"siapa yang melukannya padamu Risa?" ucap Ratih pada anaknya.
"Risa tidak kenal bu Siapa orang itu, semuanya terjadi begitu saja saat Risa tak sadarkan diri karena pengaruh obat bius, tanpa Risa sadari Orang itu menodai Risa." ucap Risa sambil menunduk.
ia pun kembali melanjutkan ucapannya.
"Risa sadar saat laki-laki itu sudah memasukan miliknya, karena terasa sakit badan Risa seperti tak memiliki tenaga dan lemas, Risa tidak memiliki kekuatan untuk melawan, orang itu seperti sudah kesetanan tenaganya kuat sekali." jalas Risa.
"jadi kau tidak mengenal orang itu, bagaimana meminta pertanggung jawabannya?" ucap Hermawan.
"sebaiknya gugurkan janin itu." tambah Hermawan.
"iya nak turuti saja apa kata Ayah untuk saat ini, nanti kau bisa memiliki Anak apabila sudah menikah." bujuk sang Ibu.
"kau tidak perlu khawatir, ibu sudah lama ingin menjodohkanmu dengan anak dari sahabat ibu." tambah Ratih.
"Risa gak mau bu, hik hik hik." ucap Risa sambil terisak.
"ini semua demi masa depan dan kebaikkanmu Risa!" bentak Ayahnya.
"Ayahmu benar Risa, kamu masih kuliah masa depanmu masih panjang nak." ucap Ratih.
"Risa tetap tidak mau bu, anak ini tidak berdosa!" ucapnya sambil meneteskan air mata.
"Jika Ibu dan Ayah tidak menganggapnya cucu kalian, Risa Akan merawatnya sendiri." ucap Risa.
"kau ingin membuatku malu Risa dengan melahirkan seorang Anak tanpa suami?" ucap Hermawan dengan nada tinggi.
sang Ayah sudah sangat marah karena Risa tidak mau menurutinya.
"jika kau mempertahankan anak haram itu maka keluar dari rumah ini!" ucap Herwaman dengan Lantang.
"Ayah kasihan Risa, dia anak perempuan kita satu-satunya yah." ucap Ratih membujuk suaminya yang sedang marah agar tidak mengusir Risa dari rumah.
"biarkan saja, dia hanya akan membuat malu keluarga jika berada dirumah ini." ucap Hermawan.
"Risa sekali lagi Ayah minta gugurkan anak Haram itu!" ucap Hermawan.
"TIDAK AKAN KULAKUKAN." teriak Risa sambil menangis menahan sesak di dadanya.
"kau tidak menuruti perintah Ayah, itu artinya kau sudah tidak lagi menganggapku sebagai Ayahmu." ucap Hermawan.
"KELUAR DARI RUMAH INI SEKARANG JUGA, CEPAT!" teriak Hermawan kepada Risa.
"dan jangan bawa apapun yang ada dirumah ini termasuk uang dan ATM." tambah sang Ayah.
Risa mencoba bangkit dari ranjang, memohon balas kasihan ibunya dengan bersimpuh dibawah kaki ibunya.
"ibu tolong maafkan Risa." ucap Risa kepada Ratih ibunya.
Hermawan mendekati Risa lalu menyeret tubuh Risa tanpa balas kasihan.
"keluar dari rumah ini!" ucap Hermawan.
"Ayah kenapa harus mengusir Risa, kita kan bisa menyembuyikannya ikut Gio ke jerman." ucap Ratih.
"sampai kapan bu kita bisa menyembunyikannya, semua pasti akan terbungkar juga." ucap Hermawan.
"seseorang pasti dengan senang hati membuat beritanya untuk menghancurkan perusahaan Ayah." tambah Hermawan.
"lagi pula Risa pasti tidak lama keluar dari rumah ini, karena ia tidak memiliki uang untuk bertahan hidup." ujar sang Ayah.
"saat ia pulang dan meminta untuk tinggal disini maka saat itulah kita bisa memaksanya untuk mengugurkan janinnya." jelas Hermawan mengutaran tujuannya yang sebenarnya.
Risa keluar deri rumah hanya dengan membawa baju yang ia gunakan.
Risa terus menyusuri jalan tanpa henti, tiba-tiba perutnya berbunyi Risa mencari sesuatu yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya.
"bu permisi." ucap Risa pada seorang ibu yang menjual bakso gerobak dipinggir jalan.
"boleh saya minta air putih bu?" ucap Risa.
"tunggu sebentar mbak saya ambilkan, sebaikya duduk dulu." kata srorang ibu yang membantu suaminya menjual bakso.
Risa duduk di kursi plastik yang disediakan untuk pelanggan makan ditempat.
"ini air minumnya mbak." ucap ibu penjual bakso sambil menyerahkan air putih.
"terima kasih banyak bu." ucap Risa sambil menerima air putih yang dimintanya.
krueekkk... krueekkk...!
suara perut Risa terdengar oleh ibu penjual bakso.
"mbak Lapar?" tanya ibu penjual bakso ramah.
"iya bu, tapi Risa gak punya uang!" ucap Risa jujur.
"tunggu sebentar ya mbak jangan kemana-mana." ucap Ibu penjual bakso.
ibu penjual bakso itu terlihat berbicara kepada suaminya, setelah itu ia membuatkan semangkok bakso besar untuk Risa.
"dimakan sampai abis ya mbak." kata ibu penjual bakso itu pada Risa.
"tapi Risa gak ada uang untuk membayarnya bu?" ucap Risa.
"ini ga usah dibayar, mbak makan aja sampai habis." sahut ibu penjual bakso.
"terima kasih bu." ucap Risa.
Risa memakan baksonya dengan lahap hingga habis tak tersisa.
"gimana mbak enak?" ucap Ibu penjual bakso pada Risa.
"enak bu, enak banget." ujar Risa.
"Panggil saja saya bu Nengsih." ucap Ibu penjual bakso itu memperkenalkan dirinya.
"Saya Risa bu." ucap Risa memperkenalkan dirinya balik.
"mbak risa mau kemana kok malam-malam jalan kaki sendiri?" ucap bu Nengsih.
"saya juga gak tau bu Nengsih orang tua saya mengusir saya dari rumah." ucap Risa.
"Astagfirullah, maaf mbak Risa jika pertayaan saya salah." ucap bu Nengsih.
"Gak papa bu Nengsih." ucap Risa.
sekarang masih jam 8 malam, bagaimana kalo mbak Risa bantu ibu nganter bakso pesanan pelanggan ke meja-meja dan mengangkat piring kotornya, nanti ibu kasih uang biar bisa buat mbak risa makan." ucap bu Nengsih menawarkan pekerjaan kepada Risa.
"iya bu Risa mau, terima kasih banyak bu." ucap Risa sambil tersenyum.
"nah gitu dong senyum kan cantik." kata bu Nengsih.
tak terasa malam semakin larut jam sudah menunjukan angka 10 malam bakso ibu Nengsih juga sudah habis semua.
mbak Risa ini uangnya ucap ibu Nengsih yang memberikan uang 100 ribu.
"maaf ya mbak saya cuman bisa ngasih segini." ucap bu Nengsih.
"tidak apa bu ini juga sudah lebih dari cukup buat makan Risa besok." ucap Risa.
"oh iya ini ada nasi bungkus tadi ibu belikan buat mbak Risa makan malam." kata bu Nengsih.
"sekali lagi terima kasih bu Nengsih." ucap Risa.
"sama-sama mbak risa." ucap bu Nengsih.
"Risa pamit ya bu." ucap Risa.
"iya mbak Risa hati-hati ya." sahut bu Nengsih.
Risa berjalan terus tanpa lelah ia mencari tempat untuk bisa tidur malam ini.
rintik-rintik hujan mulai membasahi baju Risa, ia mempercepat langkahnya lalu dari kejauhan ia melihat sebuah moshola.
"sebaiknya aku istrahat disana." ucap Risa.
Risa kemudian sampai dimoshola itu, lalu dia mencuci kakinya yang kotor serta membasuh wajahnya.
tepat jam 12 malam Risa masih belum tidur hujan masih tak kunjung reda.
"Bagaimana ini, apa aku boleh tidur di moshola ini?" gumam Risa bertanya pada diri sendiri.
Risa membuka bungkus nasi yang diberi ibu Nengsih lalu memakannya dengan lahap, karena tidak ada gelas Risa meminum air kran menggunakan tangannya.
jam menunjukan jam 4.30 pagi Risa tebagun karna mendengar suara Azan di moshola itu.
-------------------------++++++-----------------------------
Tujuh Tahun Kemudian.
Seorang anak Laki-laki bernama Abimanyu Alfarizi membantu ibunya membuat kue brownis kukus.
"bunda boleh tidak sore ini Abi ikut ibu jualan, abi janji akan duduk manis di samping ibu." ucap Abimanyu merayu ibunya.
Risa yang mendengar anaknya merayunya hanya tersenyum kecut.
"Bunda boleh kan?" tanya Abi lagi
"iya boleh" ucap Risa.
"terima kasih bunda." ucap Abi
"Abi harus buat kue buatan bunda habis tak tersisa, agar bunda bisa menabung lebih banyak." ucap Risa.
Abimanyu memang baru berusia 6 tahun, tapi otaknya sengat cerdas dan sangat memahami orang lain (rasa empati dan simpatinya sangat tinggi) itulah yang bembuat Risa merasa sangat beruntung memiliki Abi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!