Seorang gadis kecil berambut hitam panjang berlari dengan riang di sekitar jalan setapak disebuah kota kecil di Kobe ketika hari menjelang sore, sambil tertawa gadis berumur 7 tahun tersebut tetap berlari dengan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut terpaan angin sungai yang mengalir tidak jauh dari sebuah jembatan kecil.
Namun beberapa saat kemudian sang gadis kecil tidak sengaja menabrak seorang pemuda yang sedang berjalan pulang dari sekolah bersama temannya.
Gadis bermata hitam kelam tersebut jatuh terduduk di jalan tanah, sambil terisak ia mencoba membersihkan lengannya yang kotor terkena abu.
"Kau tidak apa apa adik kecil?" Tanya sang pria yang masih bersekolah SMA, ia berjongkok sambil tersenyum ke anak perempuan di depannya.
Gadis kecil itu mendongakkan kepalanya menatap pria tersebut tepat dimatanya masih dengan terisak pelan, dan sebuah kejadian langsung menyusup masuk ke pikirannya.
"Onii-chan, kenapa onii-chan mencuri? bukankah itu perbuatan tidak baik?" Tanya gadis itu dengan wajah bingung.
Senyuman laki-laki yang memakai seragam tersebut langsung menghilang dan diganti dengan tatapan terkejut dan mencurigai anak kecil dihadapannya. Beberapa temannya menatap bingung kearahnya.
"Dua hari yang lalu Onii-chan mencuri di supermarket disana" jelas gadis kecil itu sambil menunjukkan sebuah supermarket kecil yang tidak jauh darinya ketika tidak mendapat jawaban apapun dari kakak laki-laki yang berwajah tampan.
Pemuda itu menatap teman-temannya dengan gugup dan berkata bahwa anak kecil ini berbohong.
"Aku tidak mencuri, mengapa kau menuduhku sembarangan? Apa kau melihat langsung kalau aku yang mencuri? " tanya pemuda tersebut sambil mendorong bahu anak kecil itu.
Gadis kecil itu semakin terisak lalu menggelengkan kepalanya.
"Jadi kenapa kau mengatakan kalau aku mencuri?" Bentak pemuda tanggung tersebut.
Anak perempuan itu menangis dengan kuat, ketakutan dengan bentakan kakak asing di depannya.
"Aku bisa melihat masa lalu Onii-chan yang mencuri 2 hari yang lalu" jelas anak perempuan itu di sela tangisannya.
"Mana ada orang yang bisa melihat masa lalu orang lain, kau mengada-ada dasar anak gila" bentak pemuda itu sambil kembali mendorong bahu anak kecil itu sampai hampir terjatuh badan anak kecil itu ke tanah.
"Sudahlah, mengapa kau begitu marah, gadis kecil ini cuma bercanda" ujar salah satu temannya sambil menarik pemuda itu untuk menjauh dari anak perempuan yang sedang menangis, sang pemuda pun meninggalkan anak perempuan itu sambil sesekali menoleh ke arahnya.
Anak perempuan itu menangis dengan kuat membuat orang-orang yang berlalu lalang disekitar sungai itu menoleh ke arahnya namun mereka lebih memilih untuk diam, tidak mencoba menenangkan sang anak ataupun membantunya berdiri. Mereka sudah mengetahui bahwa anak perempuan itu mempunyai sifat aneh yang mengatakan bahwa mereka pernah melakukan hal buruk dalam hidup mereka.
Setelah menangis sendirian beberapa saat, sang gadis kecil berdiri seraya menepuk pelan pantatnya, mencoba membersihkan debu dengan tangan kecilnya lalu berjalan pulang sambil terisak pelan.
"Ojii-chan" panggil anak itu sambil membuka pintu pagar kecil di depan sebuah rumah tradisional jepang.
"Ada apa Seika? Mengapa kau menangis?" Tanya pria paruh baya yang baru keluar dari belakang rumahnya.
Anak perempuan yang bernama Seika itu kembali menangis kuat ketika mendengar suara kakeknya yang lembut.
"Sudah jangan menangis lagi, sini sama Ojii-chan" ujar sang kakek sambil melebarkan tangannya menunggu Seika memeluknya.
Seika menggelengkan kepalanya.
"Ojii-chan, apa Seika gila? Mengapa semua orang menjauhi Seika?" Tanya gadis kecil itu sambil tetap menangis.
"Tidak. Tentu saja tidak. Mengapa kau mengatakan seperti itu?" Tanya sang kakek kembali.
"Kalau Seika tidak gila, mengapa Seika bisa mengetahui masa lalu orang lain ketika menyentuh atau pun menatap orang itu?" Tanya Seika kembali.
Ia sudah mengalami hal seperti di sungai tadi dari umur 5 tahun, pertama tama ia tidak mengerti mengapa ketika ia menyentuh orang lain atau menatap mata mereka, sekelebat kejadian yang tidak ia pahami masuk ke dalam pikirannya, sampai kakeknya menjelaskan bahwa ia mempunyai kemampuan Retrokognision, yaitu kemampuan untuk melihat masa lalu orang yang menyentuh tangannya atau menatap matanya. Kakeknya baru tau kalau cucunya punya kemampuan khusus itu ketika sang cucu menceritakan dengan detail kejadian kematian ibunya yang tidak pernah ia ceritakan ke siapapun.
Sang kakek tersenyum lembut lalu berjalan menghampiri cucunya kemudian memeluk gadis kecil itu.
"Apa masa lalu ojii-chan mengerikan?" Tanya sang kakek setelah melepaskan pelukan dan memegang kedua tangan cucu perempuannya.
Seika menggelengkan kepalanya, masa lalu kakeknya hanya di penuhi dengan kerja keras sebagai penjual ikan dan kejadian kematian ibunya setelah melahirkannya, sedangkan ayah Seika tidak pernah terlintas ke pikirannya karena kakeknya memang tidak pernah berjumpa dengan ayahnya.
"Kau tidak gila cucuku, itu adalah kemampuan yang tuhan berikan kepadamu, jadi seharusnya kau bersyukur karena tuhan begitu menyayangimu sampai memberikan salah satu kekuatannya kepadamu" jelas sang kakek sambil kembali memeluk cucunya.
"Tapi mengapa semua orang menjauhiku?" Tanya Seika yang belum puas dengan jawaban kakeknya.
"Itu karena mereka melakukan kesalahan, seseorang akan melakukan apapun supaya keburukannya tidak dilihat oleh orang lain" jelas sang kakek kembali.
Seika hanya mendengarkan walaupun tidak begitu mengerti dengan penjelasan kakeknya. Isakannya telah berhenti, hanya terdengar suara tarikan ingus habis menangis dari hidungnya.
Sang kakek melepaskan kembali pelukannya lalu menatap Seika yang begitu ia sayangi, di belainya rambut panjang cucunya sambil tersenyum lembut.
"Kau harus ingat satu hal Seika" ujar sang kakek sambil terus membelai kepala cucunya. Seika menatap dengan serius ke arah kakeknya.
"Di dunia ini, orang jahat lebih banyak daripada orang baik, dan orang jahat itu akan mencoba memanfaatkan kekuatanmu untuk kepentingan buruk mereka jadi kau tidak boleh mengatakan lagi kalau kau bisa melihat masa lalu orang lain"
Seika menatap tidak mengerti.
"Pokoknya kalau kau harus menghindari kontak fisik ataupun mata dengan orang lain, dan jangan pernah mengatakan kejadian apapun yang masuk ke dalam pikiranmu kepada orang lain, kau mengerti Seika?" Tanya sang kakek sambil menatap tepat dimata cucunya.
Walaupun tidak mengerti akan maksud kakeknya, Seika tetap menganggukkan kepalanya.
Sang kakek tersenyum lebar dan mengajak Seika untuk masuk ke dalam rumah sederhana mereka.
Orang-orang memandang aneh ke arah seorang gadis yang sedang berjalan melewati mereka. Bagaimana tidak? Gadis itu memakai sarung tangan bergambar hello kitty dengan perpaduan warna putih merah walaupun sedang musim panas. Tidak hanya itu, sang gadis juga memakai baju kemeja putih yang berlengan tanggung dipadu dengan celana jeans hitam, apalagi rambut panjangnya yang tergerai membuatnya seperti sosok Sadako, hantu perempuan yang terkenal di Jepang dikarenakan ia menundukkan kepalanya atau menatap ke samping kiri-kanan ketika berjalan lurus ke depan, seperti menghindari tatapan mata langsung dengan orang-orang yang melewatinya. Benar-benar aneh bukan?
Sang gadis hanya menghela napas panjang ketika menyadari tatapan aneh yang melayang kepadanya. Ia berjalan masuk ke stasiun kereta api seraya menjinjing tas kerjanya, meletakkan kartu member kereta di mesin pemeriksa tiket lalu berjalan menuruni tangga menuju peron tujuannya.
Ketika ia sedang menunggu kereta api, lagi-lagi beberapa remaja yang berpakaian seragam sekolah menatap aneh kepadanya, sesekali berbisik-bisik sambil menatapnya dengan tatapan penasaran.
Biarkan saja Seika, biarkan saja. Itu lebih baik dari pada kau harus memuntahkan isi perutmu karena kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikiranmu, sugesti gadis yang bernama Seika dalam hati.
Ya, ini memang lebih baik dari pada beberapa kejadian yang menimpanya karena kecerobohannya sendiri yang tidak memakai sarung tangan atau tidak berhati-hati sampai ia melihat tepat ke mata orang lain.
Sewaktu Seika masih sekolah menengah pertama, ia pernah bersentuhan tangan langsung dengan seorang mantan pembunuh, memori bagaimana pria itu membunuh korbannya langsung masuk ke dalam pikirannya, membuat Seika menjerit ketakutan hingga memuntah isi perutnya dan setelah itu Seika membolos sekolah selama seminggu karena ketakutan pada peristiwa yang bahkan tidak pernah menimpa dirinya.
Kejadian mengerikan lainnya juga terjadi ketika ia masuk sekolah menengah atas. Seika yang baru pulang dari festival sekolah tidak sengaja bertatapan dengan seorang gadis malam yang melewatinya.
Seika langsung terduduk di jalan sambil menutup mulutnya menahan mual, sebuah kejadian menjijikkan masuk ke dalam pikirannya tanpa bisa ia cegah. Di dalam pikirannya langsung terpampang dengan jelas sebuah adegan *** yang seperti pemerkosaan namun wanita itu justru menikmatiny. Setelah ia mencari informasi di dunia maya, Seika baru mengetahui bahwa itu adalah *** BDSM yang biasa disebut 'play kinky'. Semenjak itu Seika sedikit takut dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki.
Setiap hari Seika selalu berdoa agar harinya berjalan lancar tanpa bertemu dengan seorang psikopat ataupun yakuza dalam hidupnya.
Ketika Kereta api berhenti, Seika langsung masuk ke dalam gerbong yang diikuti oleh remaja sekolah atau orang-orang yang memakai baju kerja. Suasana pagi yang penuh sesak menerjang Seika , mau tidak mau ia harus berdiri sambil berpegangan pada gantungan besi bulat pada langit-langit kereta.
Kereta api pun berangkat menuju ke statiun berikutnya, tidak beberapa lama Seika berdiri, sebuah tangan meraba raba pinggulnya tanpa tau berasal dari siapa.
Again?
Seika mendengus kesal dan langsung mencengkeram tangan yang berada di pinggulnya, seorang pria berumur tiga puluhan terkejut melihat reaksi gadis yang ia lecehkan, penampilan pria itu seperti seorang otaku karena pakaian yang ia pakai terdapat gambar gadis 2D, karakter perempuan yang terdapat pada anime atau manga.
"Hey, apa yang lakukan?" bentak pria itu menutupi kegugupan nya.
"Chikusho ossan(Paman sialan), kau salah sasaran pagi ini" ujar Seika dengan nada mendesis. Ia menatap ke arah hidung pria di depannya karena tidak ingin memori menjijikkan milik sang pria masuk ke dalam pikirannya, mengingat apa yang baru saja lelaki di hadapannya perbuat. Tangannya memegang pergelangan lelaki itu dengan kuat.
Pria yang memakai kacamata tersebut menelan ludahnya. Ia tidak berani berkata apapun lagi, apalagi ketika orang-orang di dalam kereta menatapnya dengan tatapan marah.
Seika memelintir tangan lelaki itu ke belakang lalu mendorongnya ke pintu kereta sampai kereta berhenti di statiun selanjutnya dan Seika langsung menyerahkan sang laki-laki kepada petugas kereta api.
Seika sudah sering mengalami pelecehan seksual karena penampilannya yang aneh ditambah kebiasaannya yang selalu menundukkan kepala ketika berjalan, membuatnya tampak seperti gadis lemah dan tentu saja itu tidak akan di lewatkan oleh para pria mesum yang berada di kereta api.
Jangankan pelecehan seksual, pembullyan juga kerap menimpanya dari kecil, sikapnya seperti seorang pecundang tidak akan dilewati begitu saja oleh para yankee yang berada di sekolahnya, bahkan ia hampir menyerah dan mencoba bunuh diri karena pembullyan yang semakin parah di tambah kakeknya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Namun seorang guru berhasil membujuknya dan mengatakan bahwa ia harus belajar seni beladiri untuk menghadapi masalah pembullyan karena tidak ada yang bisa benar-benar menolongnya kecuali dirinya sendiri.
Butuh waktu yang lama untuk Seika bangkit kembali dari keterpurukannya, bahkan ia sampai tinggal kelas satu tahun karena tidak masuk sekolah untuk waktu yang cukup lama, perlahan tapi pasti Seika pun bisa menguasai seni beladiri Aikido, seni beladiri yang lebih menekankan pada pertahanan dibandingkan dengan penyerangan, beladiri yang sangat cocok untuk gadis sepertinya. Dan semenjak ia menguasai ilmu beladiri, pembullyan pun berhenti dan pada umurnya yang ke dua puluh empat tahun, ia sudah berhasil menjadi dokter umum dan bekerja di sebuah klinik di daerah Kobe.
Seika berjalan santai di jalan setapak menuju tempat kerjanya. Pintu klinik di buka dan ia langsung berhadapan dengan Aoi Nagasawa, seorang suster yang biasa membantunya dan juga beberapa pasien yang sudah menunggunya.
"Selamat pagi, sensei (dokter) " sapa Aoi sambil membungkuk badannya.
"Selamat pagi" jawab Seika sambil tersenyum.
Seika masuk ke ruangan, memakai jas putih panjang lalu duduk di kursi kerja. Seorang pasien laki-laki masuk ke dalam ruangan dan duduk dihadapan Seika, kemudian mulai mengeluhkan tentang sakit yang di deritanya. Setelah mengerti tentang penyakit sang pasien, Seika pun menulis resep yang akan di tebus nantinya. Sang pasien membungkukkan badannya berkali kali sambil mengucapkan terima kasih kepada Seika yang dibalaa dengan tersenyum lembut.
Pasien kedua juga mengeluh tentang sakit yang ia derita namun, membuat Seika menelan ludah ketika ia sudah mengerti tentang penyakit sang pasien yang juga berkelamin laki-laki.
Ia harus memeriksa denyut nadi sang pasien dengan tangannya tanpa ada halangan apapun. Karena jika memeriksa denyut nadi menggunakan sarung tangan tidak akan menghasilkan diagnosa yang tepat dan sialnya ia harus melakukannya untuk waktu yang cukup lama, tidak hanya beberapa detik.
Perlahan-lahan Seika melepaskan sarung tangan sambil menatap tangannya sendiri, ia menghela napas dan berdoa dalam hati semoga tidak ada kejadian mengerikan yang masuk ke dalam pikirannya.
Seika mulai menekan urat nadi di pergelangan tangan lelaki itu, beberapa memori ingatan tentang laki-laku itu yang suka berjudi dan mabuk-mabukkan dan juga memori ingatan lelaki itu ketika memukul istrinya yang menunggunya rumah masuk ke dalam pikiran Seika. Kejadian tersebut terulang beberapa kali di kepalanya, membuat Seika menggemeretakkan giginya menahan kesal.
Beberapa saat kemudian, Seika selesai memeriksa nadi sang pasien dan menatap dengan tatapan, lalu menyentuh perut sang pasien dengan kasar, membuat sang lelaki menjerit kesakitan. Seika hanya mendegus kesal.
"Anda sepertinya mengalami kerusakan organ tubuh lapisan dalam pada saluran gastro, biasanya karena terlalu banyak asupan alkohol ke dalam lambung" jelas Seika dengan nada datar, sekesal apapun ia, pria di hadapannya tetap pasien yang harus ia hargai.
"Apa bisa di sembuhkan sensei?" tanya pria itu.
"Tentu saja bisa, saya akan memberikan anda resep obatnya dan saya sarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol untuk beberapa waktu ke depan" ujar Seika sembari menulis resep dikertas kecil lalu memberikan kepada sang pasien.
"Terima kasih sensei" ujar sang pasien sambil membungkukkan badannya.
"Satu lagi" ucapan Seika membuat pria itu kembali menoleh ke arahnya.
"Berhentilah memukul istrimu, kau seorang suami terburuk yang pernah aku temui" ujar Seika dengan nada kesal, ia tidak bisa menahan lagi emosinya.
Pria itu terkejut akan ucapan sangat dokter di hadapannya yang sangat tepat sasaran lalu menelan ludah dengan gelisah, pertanyaan bagaimana dokter itu tau ia pernah memukul istrinya pun terlintas ke dalam pikirannya, Namun tatapan tajam sang dokter membuatnya melangkah cepat keluar dari ruang konsultasi.
Seika menghela napas panjang mencoba mengusir memori milik sang pasien yang baru keluar klinik dari pikirannya. Beberapa detik kemudian ia tersenyum, berusaha menenangkan dirinya lalu kembali memakai sarung tangan dan berteriak 'selanjutnya' kepada Aoi yang duduk di luar ruangan, mengisyaratkan gadis itu supaya kembali memanggil pasien yang akan diperiksanya.
Seika duduk beristirahat sambil menggerakkan tubuhnya untuk melemaskan otot-ototnya ketika jam makan siang Ia mengambil sebuah MP3 player dan memakai earphones di telinganya , kata-kata 'amitaba' yang biasa ia dengar ketika ia bermeditasi terdengar di telinganya. Seika merebahkan badannya ke sandaran kursi dengan kepala menghadap langit-langit ruangan, memejamkan matanya dan mulai melakukan meditasi sederhana untuk mengenyahkan memori masa lalu yang bukan miliknya.
...&&&...
Tiga puluh menit kemudian Seika kembali melayani pasien yang ingin berkonsultasi kesehatan kepadanya. Dikarenakan musim panas yang sedang berada pada puncaknya membuat para pasien yang Seika layani rata-rata mengeluh tentang penyakit biang keringat dengan gejala kulit memerah atau tumbuh bintik-bintik merah di belakang tubuh mereka, ataupun demam musim panas.
"Terima kasih sensei" ujar seorang pria paruh baya sambil membungkukkan badannya ke arah Seika, gadis itu juga melakukan hal yang sama.
"Sama sama ojii-chan, semoga lekas sembuh" ujar Seika sambil tersenyum lebar.
Sang kakek berjalan dengan pelan keluar ruangan namun di ambang pintu, pria itu kembali berbalik badan menghadap Seika.
"Aiko sensei, boleh saya bertanya sesuatu?" tanya kakek itu.
Seika mengangguk kepalanya.
"Silahkan".
"Mengapa sensei selalu menggunakan sarung tangan?, saya lihat sensei juga memakainya ketika tidak bekerja" tanya kakek itu dengan wajah penasaran.
Seika tersenyum sejenak, lagi-lagi pertanyaan yang sama.
"Saya mempunyai penyakit Obsessive Compulsive Disorder, semacam penggila kebersihan, jadi saya tidak nyaman bersentuhan dengan orang lain tanpa suatu penghalang" jelas Seika dengan sabar.
Sang kakek mengangguk-angguk tanda mengerti lalu tersenyum dan perpamitan kepada Seika.
Seika sengaja mengatakan bahwa ia mempunyai penyakit OCD karena tidak mungkin ia mengatakan bahwa ia bisa melihat masa lalu orang lain ketika bersentuhan dengan tangannya.
Beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka dari luar.
"Selamat datang, ada yang bisa saya ban..." ucapan Seika terputus ketika melihat dua orang laki-laki berbadan tegap memakai setelan jas hitam dan salah satunya bahkan memakai kacamata hitam walaupun mereka sedang berada di dalam ruangan.
"Aiko sensei?" tanya seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang.
"Aiko sensei?" tanya seorang laki-laki berkacamata minus dengan frame persegi panjang.
Seika mengangguk mengiyakan, debt colector?, tanyanya dalam hati.
Tidak. Ia tidak mempunyai hutang apapun yang membuat seorang debt colector mendatanginya. Aoi melangkah masuk ke ruang konsultasi, menatap khawatir bercampur takut kepada Seika yang dibalas hanya dengan senyuman menenangkan. Seika mengisyaratkan Aoi untuk menyusuh sangat suster untuk keluar dari ruangan, melihat betapa ketakutannya gadis muda itu kepada dua laki-laki berjas hitam.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Seika tersenyum simpul mencoba bersiap tenang walaupun ia juga takut akan dua laki-laki di hadapannya.
"Perkenalkan nama saya Akira Nakama, kami ke sini karena kami membutuhkan anda untuk memeriksa kumicho kami yang sedang sakit" jelas pria berkacamata dengan bahasa sopan.
"Maaf tuan, saya tidak melakukan kunjungan rumah" ujar Seika menolak.
Please, stay away from me, ujar Seika merapalkan kalimat itu seperti mantra.
"Tapi kumicho kami ingin anda yang memeriksa sakitnya" ujar pria berkacamata tetap kekeuh.
"Saya tidak melakukan kunjungan rumah tuan, jika tuan ingin saya memeriksanya, sebaiknya anda bawa dia ke klinik ini" jelas Seika.
Bagaimana menjelaskan kepada pria itu bahwa ia tidak menerima panggilan rumah.
"BERANINYA KAU MENGATAKAN DIA KEPADA KU..." bentakan seorang laki-laki di samping pria berkacamata berhenti ketika melihat atasannya mengangkat tangan.
Seika tersentak akan teriakan sang laki-laki, ia menyembunyikan tangannya yang bergetar di balik meja.
"Kita harus memperlakukan anee-san dengan baik" peringatkan pria berkacamata dengan suara berbisik namun tetap bisa di dengar ditelinga Seika.
Anee-san?
Laki-laki yang membentak Seika berdeham sejenak lalu menundukkan badannya meminta maaf.
"MAAFKAN AKU" ucap sang lelaki dengan suara yang tinggi.
Seika hanya diam membisu, keringat dingin mulai muncul di dahinya.
"Saya harap sensei mau melakukan kunjungan ke rumah kumicho kami" ujar pria berkacamata sembari tersenyum namun aura yang dikeluarkan oleh tubuhnya sangat mengintimidasi.
Kamisama, watashi o tasukete (Tuhan, tolonglah aku), Seika berdoa dalam hati.
...&&&...
Seika keluar dari salah satu mobil mercedes benz berwarna hitam yang membawanya, ia berdiri disebuah pintu pagar yang cukup klasik yang didominasi oleh kayu. Di samping sisi kanan terdapat kayu panjang bertuliskan kelompok Yamuguchi-gumi.
Seika membelalakkan matanya, ia tahu kelompok Yamaguchi-gumi. Organisasi yakuza terbesar di jepang yang berjumlah anggota lebih dari 50.000 yang terdiri dari 850 clan, organisasi Yamaguchi-gumi di pimpin oleh 1 orang Kumicho (Pemimpin), 15 Shatei (Adik) dan 86 Wakachu (Anak), bahkan organisasi itu telah merebak ke negara Eropa dan negara Asia seperti Taiwan, Korea Selatan dan China.
Seika menggigit bibirnya supaya tidak menangia, ia telah masuk ke sarang singa, tangannya mengepal agar tidak terlihat bergetar.
Pintu pagar di buka oleh dua laki-laki yang juga memakai jas hitam yang keluar dari mobil lainnya.
"SELAMAT DATANG, ANIKI" sambut serentak para laki-laki yang telah berbaris menyambut kedatangan senior mereka.
Seika terkejut dan refleks mundur beberapa langkah, matanya melotot dan tangannya yang memegang jantung yang berdebar kencang. Ia mengutuki dirinya sendiri karena menuruti permintaan pria berkacamata.
"Suara kalian terlalu besar, kalian mengejutkan tamu istimewa kita" peringatkan pria berkacamata yang berjalan di paling depan.
"KAMI MENGERTI ANIKI" jawab mereka serentak dan masih dengan suara tidak kalah tinggi.
Seika mencengkeram kuat tas kerjanya, menundukkan kepalanya sembari berjalan mengikuti pria berkacamata.
"SELAMAT DATANG ANEE-SAN" sapa salah seorang laki-laki berkepala plontos yang berbaris dari sisi kiri Seika.
Seika kembali terkejut, tubuhnya bergetar pelan. Ia begitu ketakutan di kelilingi oleh laki-laki berwajah seram tersebut. Seika kembali memaki dirinya sendiri. Seharusnya ia lari saja menjauh dari pria yang mengajaknya ataupun menolak dengan tegas permintaan sang pria.
Anggota lainnya langsung memukul kepala lelaki botak dan mengunci lehernya sembari berbisik sesuatu.
Seika melihat rumah minka dihadapannya - sebutan untuk rumah tradisional jepang - mereka masuk ke dalam ruang genkan, tempat melepas sepatu lalu berjalan melewati lorong koridor yang diapit oleh setiap ruangan di sisi kiri kanannya.
Mereka berhenti di sebuah ruangan, pria berkacamata minus membuka pintu sorong dan membungkuk memberi hormat kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan dan mempersilahkan Seika untuk masuk.
Di dalam ruangan terdapat beberapa pria yang duduk bersimpuh berhadapan dengan seorang laki-laki yang duduk diatas futon. Berbeda dengan semua laki-laki yang Seika temui. Sang lelaki tidak memakai setelan jas melainkan memakai yukata berwarna hitam. Ia memiliki tubuh yang atletis dipadu dengan wajahnya yang tampan khas Asia membuatnya terlihat sempurna. Ia tersenyum lembut kepada Seika
"Senang kamu memenuhi panggilanku, Aiko sensei" ujar laki-laki berambut ikal tanpa menggunakan bahasa formal yang biasa digunakan ketika berbicara dengan seseorang yang tidak ia kenal.
Dia Kenichi Shinoda, pemimpin Yamaguchi-gumi, tebak Seika dalam hati.
Seika menundukkan badannya memberi hormat tanpa membalas perkataan Kenichi.
Para laki-laki yang duduk diatas tatami berdiri dan membungkukkan badan mereka ke arah Seika. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Para lelaki yang rata-rata berumur 40-an itu pamit kepada Kenichi dan keluar ruangan.
"Kau tetap disini Akira" perintah Kenichi.
"Baik Kumicho" jawab Akira sembari menundukkan badannya dan duduk bersimpuh tidak jauh dari Kenichi.
"Senang bertemu denganmu, namaku Kenichi Shinoda" ujar Kenichi sembari mengulurkan tangannya kepada Seika.
Aku sudah tau, jawab Seika dalam hati
"Seika Aiko" ujar Seika sambil menjabat tangan Kenichi.
"Bisakah anda jelaskan sakit yang anda alami" ujar Seika to the point, ia tidak ingin berlama-lama di rumah yang penuh dengan laki-laki yang mengerikan.
"Ah, aku sampai lupa dengan penyakitku ketika melihat senyum manismu" Kenichi merayu Seika tanpa malu-malu.
Aku tidak tersenyum sedikitpun dasar gila, bagaimana aku bisa tersenyum kalau auramu begitu menakutkan, teriak Seika dalam hati.
"Jadi anda mengalami sakit di daerah mana?" tanya Seika yang tidak meladeni rayuan Kenichi.
"Aku sakit disini" ucap Kenichi sambil memegang dadanya.
Seika mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya untuk memeriksa sakit apa yang di derita oleh Kenichi.
"Jantungku bermasalah ketika setiap kali mengingat kamu Seika" penuturan Kenichi membuat aktivitas Seika terhenti, giginya gemeretak menahan kesal, ia sekarang mengerti. Laki-laki ini hanya ingin mempermainkannya.
"Bisakah anda tidak bercanda? Saya ingin langsung memeriksa kondisi anda karena masih banyak pasien yang menunggu saya di klinik" jelas Seika dengan nada sedikit tidak sabar.
"Aku tidak bercanda, Seika. Jantungku berdebar kuat setiap mengingatmu" jelas Kenichi meyakinkan gadis di depannya.
"Akan sangat nyaman jika anda memanggil saya dengan nama keluarga saya, bukan nama depan saya" ujar Seika sembari mengepalkan tangannya. Sikap profesional yang ia perlihatkan perlahan mulai retak.
Kenichi memegang dagunya, tampak berpikir sesaat lalu menggelengkan kepalanya.
"Memanggilmu Aiko membuat hubungan kita seperti menjauh" ujar Kenichi.
Sejak kapan kita pernah dekat?. Gerutu Seika dalam hati.
"Karena anda tidak mengalami SAKIT apapun, kalau begitu saya permisi" ujar Seika berdiri dan membungkukkan badannya dengan cepat kepada Kenichi lalu berbalik badan melangkah keluar. Namun Akira menahannya di ambang pintu.
"Atas izin siapa kau boleh keluar dari ruangan ini?" tanya Kenichi terkekeh pelan.
Tubuh Seika bergetar kalimat Kenichi yang tampak bercanda namun insting Seika mengatakan bahwa Kenichi serius.
Seika benar-benar ketakutan, apakah ia dijadikan Geisha ataupun Enjo Kosai ?. Tidak, ia tidak mau mengalami hal itu.
Bermodalkan nekad, Seika melempar tas kerjanya ke arah Akira lalu memegang tangan laki-laki itu ingin menguncinya ke belakang namun gerakan Seika tidak lebih cepat dari Akira, dengan mudah laki-laki berkacamata tersebut mengunci Seika yang membuatnya merintih kesakitan.
Kenichi tertawa terkekeh.
"Aikidomu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan beladiri yang Akira miliki, Seika" ujar Kenichi memegang perutnya yang kram karena menahan tertawa.
Kenichi berdiri dan menghampiri Seika, memegang dagu gadis dihadapannya dengan lembut namun Seika menepis kasar membuat Kenichi tersenyum geli dan kembali memegang dagu Seika dengan sedikit menambahkan kekuatan pada cengkeramannya membuat dahi Seika mengerut karena menahan sakit.
"Tatap mataku, Seika" suara bass Kenichi seperti dapat menghipnotis lawannya membuat pipi Seika memerah karena ia tidak pernah sedekat itu dengan seorang laki-laki. Namun ia bersikeras tidak menatap mata Kenichi.
"Gadis kecilku, akhirnya aku mendapatkanmu" ujar Kenichi sambil membelai pipi Seika.
Pipi Seika yang memerah seketika seperti kehilangan darah, menjadi pucat pasi ketika mendengar perkataan Kenichi. Ia yakin bahwa Kenichi telah mengincarnya sejak lama. Kunjungan rumah hanya perangkap untuknya.
"Bawa dia ke kamarnya" perintah Kenichi.
"Baik, kumicho" jawab Akira
"Lepaskan aku" teriak Seika sambil memberontak dari tangan Akira. Namun usahanya tidak membuahkan hasil. Akira tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi pemberontakan Seika.
Akira menyeret Seika ke sebuah ruangan dan melepaskan cengkeramannya. Didalam ruangan tersebut hanya terdapat futon, lemari dan meja kecil.
"Mulai hari ini, anda akan tinggal disini anee-san, jika anda membutuhkan sesuatu panggil saja penjaga yang berada di luar, saya permisi" ujar Akira lalu membungkukkan badannya dan keluar dari ruangan.
Seika langsung jatuh terduduk diatas tatami, merapat kakinya lalu menenggelamkan wajah di lututnya, isak tangis terdengar memenuhi ruangan yang tidak begitu besar.
Hancur sudah hidupnya, rintih Seika.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!