NovelToon NovelToon

Bukan Rahim Pengganti

Bab 1

Pagi hari, di sebuah kamar. Seorang lelaki yang masih tertidur, ia hanya seorang diri. Tak lama kemudian, ia mengerjapkan matanya.

"Jam berapa ini?" Pria itu mencari ponselnya, setelah menemukan ponselnya, ia hanya ingin melihat jam.

Lalu, ia pun terbangun. Melihat ke arah samping di mana seharusnya ada istrinya di sana. Namun, ia tak melihat keberadaan istrinya. Pikirnya mungkin sang istri berada di kamar mandi.

Ia pun beranjak, dan langsung mengecek ke kamar mandi. Kamar mandi terlihat kosong, ia pun beralih dari sana. Mencari keberadaan istrinya. Dan sekarang tepat berada di dapur, diliriknya ke atas meja makan. Di sana sudah ada masakan yang mungkin hasil masakan istrinya.

Pria itu pun langsung menghampiri meja, dan langsung duduk di sana. Dilihatnya, ada selembar kertas yang sudah ada tulisan.

"Sayang ... Maaf, ya? Aku berangkat pagi-pagi, ada pemotretan pagi ini. Aku sudah siapkan makanan kesukaanmu. I LOVE YOU."

Itulah isi suratnya.

Pria yang bernama Rubby itu meremas kertasnya, lalu membuangnya secara asal. Pria itu nampak kesal. Sang istri sudah biasa meninggalkan dirinya, namun kali ini Rubby benar-benar marah. Semakin hari, ia semakin tak mendapatkan perhatian dari istrinya.

Istri Rubby yang bernama Jihan itu seorang model. Rubby sempat menyuruh Jihan berhenti dari pekerjaannya. Kurang apa bagi Jihan? Segala kebutuhannya sudah ia penuhi, pikir Rubby apa lagi yang kurang?

Akhirnya Rubby sarapan seorang diri. Selesai sarapan, ia pun langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri, hari ini ia akan ke kantor seperti biasa.

Di kantor.

Semua karyawan memberi hormat pada Rubby. Rubby pemilik perusahaan ANGGORO GROUP perusahaan yang terbilang cukup besar. Setibanya di sana, Rubby langsung ke ruangannya. Namun ketika akan masuk ke ruangan, di sana sudah ada Bayu sang sekretaris sekaligus tangan kanan Rubby.

"Ada apa?" tanya Rubby, ia melihat ada seorang perempuan di meja kerja Bayu.

"Dia anak Pak Seno," bisik Bayu pada atasannya.

Wajah Rubby langsung masam ketika melihat perempuan itu.

"Mau apa dia kesini?"

"Katanya ingin bertemu denganmu, Tuan."

"Suruh saja dia pulang, saya tidak menerima tamu hari ini!" Rubby pun langsung masuk ke dalam ruangannya tanpa melihat ke arah si gadis.

Gadis itu masih terdiam bahkan menundukkan wajahnya, sebenarnya ia begitu malu dengan kedatangannya ke perusahaan itu. Apa lagi dengan niatnya.

Bayu pun menghampiri Khanza, ya gadis itu bernama Khanza.

"Sebaiknya Nona pulang saja, sepertinya Tuan Rubby tidak ingin diganggu!"

Mau tak mau, Khanza pun pergi. Kedatangannya kemari dipaksa oleh ibunya. Menyuruhnya untuk bernegosiasi perihal kasus sang ayah.

"Lalu, kapan saya bisa bertemu?" tanya Khanza. Khanza berharap bisa bertemu dengan Rubby secepatnya. "Kalau begitu ini nomor ponsel saya." Khanza pun memberikan nomor ponselnya. Dan Bayu pun mengambilnya.

Sepulangnya Khanza, Bayu menemui Rubby di ruangannya.

"Mau apa perempuan itu kemari?" tanya Rubby setibanya Bayu di hadapannya.

"Dia tidak bilang apa-apa, Tuan. Dia hanya bilang ingin bertemu, dan ini." Bayu memberikan nomor ponsel Khanza.

"Nomor siapa ini?"

"Nomor ponsel Nona tadi."

"Buang saja, saya tidak butuh," cetus Rubby. Ia sudah malas berhubungan dengan Seno. Seno adalah ayah dari Khanza, orang yang sudah berani menggelapkan uang perusahaannya. Dan terpaksa Seno di masukkan ke dalam penjara.

Bayu tidak langsung membuangnya, ia memasukkan nomor ponsel itu ke dalam sakunya. Siapa tahu suatu saat nanti nomor itu dibutuhkan.

"Apa jadwalku hari ini?" Bertanya pada Bayu tanpa menoleh, ia mulai membuka laptopnya. Dan di layar itu terdapat gambar Jihan. Melihat poto Jihan, Rubby langsung menutup laptopnya kembali. Moodnya langsung berubah.

Melihat Tuannya seperti itu, Bayu jadi segan untuk memberitahukan jadwal pekerjaannya hari ini. Karena Bayu sudah tahu kenapa bosnya begitu. Apa lagi kalau bukan dengan istrinya. Bayu tahu betul akan kehidupan Rubby.

Karena Rubby terbuka pada Bayu, Bayu bukan sekedar sekretaris bagi Rubby.

"Batalkan semua jadwalku sekarang!" Rubby benar-benar terlihat sangat frustrasi.

"Ta-tapi ... Klien yang ini cukup penting, Tuan." ujar Bayu. "Kalau ini dibatalkan akan berdampak buruk dengan perusahaan," jelas Bayu kembali.

Rubby menghembuskan napasnya dengan kasar, akhirnya ia pun menuruti jadwal yang telah Bayu rencanakan.

"Sebentar lagi kita berangkat, Tuan." Bayu berucap seolah menyuruh bosnya bersiap-siap. Karena Rubby sejak tadi hanya memainkan balpoinnya sambil mengetuk-ngetuknya di atas meja.

Rubby pun bersiap-siap, ia akan menemui klien yang kata Bayu sangat penting.

Di dalam mobil, Rubby terus melamun. Sampai kapan istrinya bekerja menjadi model? Makin hari, ia makin bosan. Di rumah sudah jarang bersendau gurau dengan istrinya. Bertemu hanya di ranjang, dan itu pun hanya tidur. Rubby sering meminta jatah pada istrinya, namun, Jihan selalu menolak. Dengan alasan capek, dan itu membuat Rubby langsung lemas. Ketika larut dalam lamunan.

Tiba-tiba mobil yang ditumpangi mobil Rubby berhenti mendadak. Dan itu membuat Rubby dan Bayu langsung tersungkur ke depan.

"Hati-hati, Pak Jono!" ujar Bayu memperingati supirnya.

"Maaf, Pak. Itu ada wanita menyebrang sembarangan," kata sang supir.

Bayu dan Rubby langsung melihat ke arah depan, dan benar saja ada seorang gadis yang masih berdiri di sana.

"Itukan ...," ucap Bayu terputus kala Rubby lebih dulu bersuara.

"Suruh saja orangnya minggir. Dia tidak ketabrakkan, Pak?" kata Rubby.

Sang supir pun turun dari mobil.

"Tidak ada yang luka 'kan?" tanya Jono pada gadis itu. Gadis itu menggeleng, wajahnya terlihat merah. Matanya sudah menggenang gadis itu seperti ingin menangis

Dan Bayu melihatnya.

"Gadis itu terlihat tertekan," batin Bayu.

"Coba kamu selesaikan," cetus Rubby pada Bayu. Pria itu sejak tadi uringan-uringan tidak jelas.

Dan Bayu pun turun. Bayu langsung menarik tangan gadis itu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bayu pada gadis itu.

Gadis itu tidak menjawab, bahkan menoleh ke arah Bayu saja tidak. Wanita itu langsung pergi begitu saja. Bayu melihat kepergian wanitu itu, sampai terdengar bunyi klakson dari mobil yang lain, akibat kejadian barusan membuat jalanan menjadi macet.

Buru-buru, Bayu pun masuk kembali ke dalam mobil. Bayu masih kepikiran soal barusan. Gadis itu tadi sempat ke kantor dan meminta bertemu dengan Rubby, dan sekarang ia melihat kembali dengan keadaan seperti sedang ada masalah.

"Mikirin apa?" tanya Rubby, walau sedang pusing, pria itu masih sempat memperhatikan sekretarisnya.

"Gadis yang barusan hampir tertabrak adalah anaknya Pak Seno," jawab Bayu.

Mungkin ini ada hubungannya dengan kasus ayahnya. Ya, gadis itu adalah Khanza. Gadis yang sedang tertekan karena keinginan ibunya. Gadis yang tidak tahu apa-apa harus ikut mengurus masalah orang tuanya.

Bersambung.

Mampir di sini juga.

Bab 2

Rubby pun terdiam sejenak.

"Lalu, apa dia bosan hidup sampai dia harus menabrakkan dirinya? Saya rasa gadis itu mungkin sedikit gila karena ayahnya masuk bui." Rubby nampak geram bila mendengar nama Seno.

Pria bau tanah itu masih bisa menggelapkan uangnya, apa gaji yang diterima Seno masih kurang sampai ia harus bebuat seperti itu?

Dan Rubby tidak menyaring kata-katanya pada anak pak Seno tersebut. Bagi Rubby, siapa yang berhubungan dengan Seno adalah musuhnya.

"Tapi saya merasa kasihan, Tuan. Gadis itu hampir menangis tadi."

"Lah ... Paling juga air mata buaya, seperti orang tuanya pandai mengelabui orang," jelas Rubby yang masih emosi.

Dan mobil pun terus melaju, tak terasa mereka sudah sampai di resto. Di mana mereka akan bertemu dengan kliennya.

Di sana sudah ada Wira. Klien penting yang di bilang Bayu.

Bayu dan Rubby segera menghampiri. Rubby sepertinya kenal dengan kliennya, pria itu mencoba mengingat-ingat wajah kliennya yang ia rasa tidak asing. Begitu pun dengan Wira, pria itu sama sedang berpikir, lalu kemudian.

"Rubby."

"Wira."

Ucap mereka bersamaan, setelah itu mereka langsung menghamburkan tubuh mereka masing-masing. Dan ternyata, Rubby dan Wira adalah teman sewaktu sekolah.

Bukannya membicarakan masalah bisnis, mereka malah asyik bernostalgia.

"Apa kamu sudah menikah?" tanya Rubby pada Wira.

"Ya, aku sudah menikah dua tahun yang lalu. Bahkan aku sudah mempunyai anak. Kembar malah." Wira terkekeh sendiri. Batapa perkasanya dia jika teringat ke arah situ.

"Lalu, bagaimana denganmu? Aku rasa tidak mungkin kalau kamu masih single." ujar Bayu.

"Aku juga sudah menikah, namun belum dikaruniai anak," lirih Rubby. Sudah lima tahun ia menikah namun tak kunjung memiliki keturunan. Bukan mandul, hanya sang istri terus menjaga dirinya agar tidak hamil dulu. Bahkan Rubby sudah memeriksakan diri, ia pria normal.

"Sabar, mungkin belum waktunya."

Rubby pun terseyum miris, rumah tangganya kenapa jadi kacau begini?

Tak ingin membahas masalah keluarga dan itu hanya akan menyakitkan bagi Rubby. Rubby pun mengganti topik, ia membahas masalah pekerjaan dengan Wira.

Wira pengusaha yang cukup sukses, tak hanya itu, Wira sedikit play boy. Namun hanya mencari kesenangan ketika sedang penat dalam pekerjaan.

"Apa kamu masih setia seperti dulu?" tanya Wira, karena setahu Wira, Rubby tidak begitu dekat dengan banyak perempuan.

"Apa yang manjadi istrimu sekarang, Jihan?" tebak Wira.

Dan Rubby pun mengangguk.

"Apa ada masalah dengan kesetian?"

Wira pun terbahak. "Tidak! Tidak ada yang salah dengan itu. Aku kira kamu mau mencoba gadis lain, mungkin!"

Seperti mendapat tantangan, Rubby jadi penasaran dan ingin mencobanya, apa karena ini sikap Jihan yang menjadi Rubby kepikiran akan omongan Wira.

Sedangkan Bayu, ia hanya menjadi pendengar setia. Tak berani ikut campur jika bukan masalah pekrjaan. Rubby melirik ke arah Bayu sekilas. Namun, sekretarisnya itu terlihat cuek.

Setelah dirasa cukup demgan pertemuannya. Rubby pun pamit undur diri.

"Nanti kita nongkrong bareng," kata Wira, dan Rubby pun mengangguk. "Kita cari hiburan," bisik Wira. Pria yang sedang puasa itu mencari hiburan tersendiri, apa lagi istrinya yang baru melahirkan. Ia tidak bisa meminta jatahnya pada sang istri, dan Wira mulai bandel.

Wira benar-benar konyol, membuat Rubby menjadi semakin frustrasi. Ia tak mendapat belain dari Jihan, hingga ia menerima ajakan Wira namun tidak sekarang.

Sekarang ia memilih untuk pulang, mungkin saja Jihan sudah pulang. Karena Jihan berangkat sangat pagi, dan itu membuat Rubby semakin yakin kalau istrinya pasti sudah ada di rumah.

Hari pun mulai sore, dan memang sudah waktunya para karyawan pulang. Bayu minta pulang lebih dulu, ia izin akan menemui kekasihnya. Bahwa Bayu sebentar lagi akan menikah. Dan Rubby pun mengijinkannya.

***

"Jihan ... Apa kamu sudah pulang?" teriak Rubby di dalam rumahnya.

Tidak ada yang menjawab. "Apa dia belum pulang? Keterlaluan sekali kalau dia belum pulang!" Rubby menjadi geram.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Sudah malam begini Jihan masih belum pulang, Rubby yang menunggu sudah terlihat mengantuk. Akhirnya, ia pun tertidur dengan sendirinya. Rubby sampai ketiduran di sofa, karena ia begitu mengkhawatirkan istrinya. Tak biasanya Jihan pulang lewat dari jam delapan malam.

Rubby tidur, sedangkan istrinya. Wanita itu tengah terbahak mendengarkan cerita managernya yang sedang menceritakan masa lalu mudanya. Sampai Jihan lupa waktu. Setelah itu, ia tersadar bahwa ia sudah lewat di mana ia terbiasa pulang. Pemotretan selesai jam lima sore tadi, namun managernya mengajaknya pergi, katanya cuma sebentar. Lama kelamaan Jihan asik sendiri.

"Tuan Zifan, saya harus pulang sekarang," pinta Jihan.

"Ngapain buru-buru pulang? Baru juga jam setengah sepuluh. Kaya bayi aja tidur sore-sore," cibir Zifan. "Lihat, Noni yang umurnya di bawahmu masih ada di sini, masa kalah sama anak ingusan."

Merasa diledek, Jihan pun mengurungkan niatnya. "Ah paling Mas Rubby juga sudah tidur," batin Jihan. "Gak apa-apa deh pulang telat, gak tiap hari ini." Jihan mencoba menenangkan hatinya sendiri. Padahal hatinya di landa gelisah.

"Ayo minum lagi, kita rayakan kesuksesanmu." Zifan mengangkat gelas mengajak Jihan bersulam.

***

Rubby merasakan gigitan nyamuk, ia pun terjaga. "Ya ampun aku ketiduran." Rubby melirik jam yang menempel di dinding

Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. "Kemana kamu, Jihan?" Rubby sudah mencoba menghubungi Jihan, namun nomornya tidak aktif.

Ketika Rubby akan beranjak dari sofa, ia mendengar suara deruman mobil di depan rumahnya. Rubby pun melihat dari jendela. "Siapa yang sudah mengantar Jihan?" Rubby duduk kembali di sofa, ia menunggu istrinya masuk.

Klek

Pintu terbuka dari luar, Jihan awalnya biasa saja. Namun beberapa detik kemudian, wanita itu mematung di dekat pintu, ia melihat sang suami sudah bersedekap tangan di dada.

"Dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Siapa yang mengantarmu?" Rentetan pertanyaan dari Rubby tak di jawab oleh Jihan. Jihan tahu suaminya pasti sedang marah padanya.

"Kenapa diam! Siapa yang mengantarmu?"

"Ha-hanya te-teman, Mas," jawab Jihan dengan terbata.

"Kenapa tidak menghubungiku kalau mau pulang telat! Gak biasanya kamu begini!"

Tidak ingin suaminya marah-marah, Jihan langsung mendekatinya. Ia langsung mendudukkan tubuhnya di pangkuan Rubby.

"Jangan marah-marah, Mas ... Maafkan aku," sesal Jihan. Wanita itu mendaratkan bibirnya si pipi suaminya, ia mencoba menenangkan suaminya dengan cara seperti itu. Karena Rubby akan langsung takluk jika Jihan sudah mulai merayunya, apa lagi Jihan tahu kalau suaminya menginginkannya. Karena ia sempat menolaknya beberapa kali, dan kali ini ia akan menggunakan jurusnya agar suaminya itu tak marah lagi padanya. Baru mencium bibirnya, Rubby sudah terbuai.

Bersambung

Bab 3

Akan tetapi, Rubby menghentikan aksi istrinya.

"Jihan, aku tahu kamu cuma mencoba merayuku agar aku tidak marah 'kan?" Rubby ingat betul, belakangan ini istrinya sering menolaknya.

Mendengar omongan itu, Jihan pun menyadarinya. Ia beranjak dari pangkuan suaminya, tubuhnya juga merasa sangat lelah hari ini. Tanpa melihat ke arah Rubby lagi, Jihan bergegas ke kamar.

Sementara Rubby, pria itu hanya bisa melihat kepergian istrinya. Pikirannya mulai menerawang jauh.

"Mas, Aku janji. Aku tidak akan mengabaikanmu jika nanti aku sudah menjadi model. Izinkan aku ya? Mas 'kan tahu kalau jadi model itu impianku dari dulu." Jihan bergelayut manja ketika sedang merayu suaminya.

Rubby menghela napas sejenak. "Tapi kamu harus janji, keluarga tetap yang utama. Sesibuk apa pun, kamu harus mendahulukan suamimu." Rubby sebenarnya tidak ingin kalau istrinya terjun ke dunia model. Tapi apa boleh dikata, Jihan bersi kukuh ingin menjadi model.

Padahal hidup Jihan sudah enak semenjak menikah dengan Rubby. Jihan hanya berasal dari keluarga biasa, lalu dinikahi oleh Rubby. Hidupnya menjadi bergelimang harta.

"Apa yang kurang dalam hidupmu, Jihan?"

Rubby terkesiap dalam lamunannya, ponselnya berdering. Bayu sang sektretaris menghubunginya.

"Ada apa?" tanya Rubby pada Bayu.

"Kata security ada anak Pak Seno di kantor."

"Ngapain dia malam-malam ada di kantor? Kamu urus, jangan sampai perempuan itu macam-macam." Panggilan pun terputus. Rubby sedang pusing ditambah lagi dengan kelakuan anaknya Seno.

"Perempuan itu maunya apa sih!" Rubby jadi geram sendiri. Karena pusing ia pun ke kamar. Setibanya di sana, ia melihat Jihan sudah tertidur. Rubby pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Jihan.

Rubby melihat wajah istrinya dengan sendu. Betapa ia merindukan sentuhan istrinya. Terakhir mereka melakukan hubungan suami istri mungkin satu bulan yang lalu. Itu juga ia memaksanya. Tapi sekarang, Jihan begitu banyak alasan.

Makin tidak ada harapan bagi Rubby memiliki keturunan.

"Sampai kapan aku menunggumu siap, Jihan? Dunia modelmu sudah melupakan kodratmu sebagai perempuan."

Akhirnya, Rubby pun memilih untuk tidur. Sayang, tidurnya terganggu lagi kali ini. Bayu kembali menghubunginya. Terpaksa Rubby menerima panggilan itu.

"Apa lagi? Masa ngurus bocah begitu saja tidak becus!" Rubby beranjak dari tempat tidur. Terpaksa ia turun tangan sendiri. Sebelum pergi, Rubby melihat kearah istrinya, lalu bergegas pergi. Pergi tak mengganti bajunya terlebih dulu, ia hanya menggunakan piama.

Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, di kantor Rubby sudah terjadi kegaduhan karena adanya Khanza. Gadis itu tidak boleh pulang sebelum berhasil mengeluarkan ayahnya dari kantor polisi. Ibunya Khanza memang kejam, karena ia tak menginginkan anak itu.

Tak lama dari situ, Rubby pun tiba di kantor. Cepat-cepat ia turun dari mobilnya, dan langsung menuju ke pos security. Ia melihat seorang gadis di dalam pos itu tengah duduk dengan kaki menekuk, wajahnya menelusup dikedua lututnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan di kantorku? Apa kamu tidak punya rumah sampai harus bermalam di sini!" Suara Rubby membuat Khanza mendongakkan wajahnya, ia melihat ke arah Rubby.

"Tuan ..." Khanza berlutut di kaki Rubby.

"Apa yang kamu lakukan?" Rubby menggeserkan tubuhnya sedikit menjauh dari Khanza.

Sedangkan Bayu, pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Khanza sangat keras kepala. Rubby melihat kearah Bayu, mengisyaratkan harus diapakan anak ini. Sementara Bayu hanya mengangkat kedua bahunya.

"Kamu ajak dia ke apartemenku," titah Rubby pada Bayu.

"Tidak, Tuan. Saya kesini hanya untuk bicara dengan, Tuan. Saya mau Anda membebaskan Papa saya," tolak Khanza.

"Ini sudah malam, saya tidak mau ada yang tahu dengan masalah ini." Rubby memang menutup masalah penggelapan uang yang dilakukan Seno. Ia tak ingin kantornya terekspos di media.

"Besok kita bicara, kamu ikut saja dengan Bayu." Setelah mengatakan itu, Rubby pun berlalu. Ia memilih pulang kembali ke rumah.

Tinggal ada Bayu dan Khanza sekarang di kantor pos itu.

"Ayo, Nona. Sebaiknya Anda ikut saya, Tuan Rubby akan menemui Anda di apartemen besok," ajak Bayu.

Tak ada pilihan, Khanza pun ikut dengan Bayu. Bayu sendiri yang mengantar Khanza ke apartemen. Kini mereka sampai di apartemen milik Rubby. Apartemen itu menjadi tempat peristirahatan Rubby, istrinya pun tidak mengetahui dengan apartemen yang dimiliki Rubby.

Khanza pun masuk ke dalam apartemen itu. Lampu belum dinyalakan, Khanza terlihat sangat ketakutan. Tak lama, lampu pun nyala karena Bayu menyalakannya.

"Nona bermalam di sini. Saya harus pulang," kata Bayu.

Khanza menggeleng, ia tak mau sendirian di sini. "Besok bertemu dengan Tuan Rubby di sini. Kalau tidak bermalam di sini jangan harap bisa bertemu dengan Tuan Rubby," ancam Bayu.

Dan akhirnya, Khanza nurut. Apartemennya begitu luas, Khanza merasa takut. Terlihat jelas dari pandangan Bayu.

"Jangan takut, di sini aman! Dari pada di kantor, di sana lebih menyeramkan. Sebaiknya Nona sekarang tidur." Setelah mengatakan itu, Bayu pun undur diri.

Setelah kepergian Bayu, Khanza celingak celinguk memindai tempat yang luas itu. Karena takut, ia buru-buru ke kamar dan naik ke atas kasur. Menarik selimut sampai menutup kepalanya, tak membutuhkan waktu lama bagi Khanza untuk tertidur, karena seharian ini ia begitu lelah. Matanya pun ikut lelah, karena terlalu banyak mengeluarkan air matanya.

Di kediaman Rubby.

Pagi-pagi, Rubby sudah dibuat kesal oleh Jihan. Bagaimana tidak kesal, istrinya itu sedikit bertingkah. Sudah jelas Rubby tidak suka dengan dunia model yang dilakoni Jihan sekarang, tapi Jihan sudah tanda tangan kontrak, mana bisa ia membatalkan pemotretan begitu saja.

"Ini salahmu sendiri, kenapa tidak diskusi denganku tentang ini. Kamu masih menganggapku suamimu tidak?" Napas Rubby sudah tidak beraturan menahan amarah.

Sedangkan Jihan, wanita itu meneteskan air matanya. Baru kali ini suaminya marah dan sampai membentaknya. Bukan tanpa alasan Rubby seperti itu, ia tak suka jika Jihan mengabaikannya.

"Sudah jangan menangis, tapi bukan berarti aku mengizinkanmu untuk pergi! Hari ini aku ada urusan, kamu jangan ke mana-mana." Rubby mencium kening istrinya sebelum pergi.

Ia segera bergegas ke apartemen untuk menemui Khanza. Hanya membutuhkan waktu empat puluh lima menit bagi Rubby sampai di apartemen miliknya. Ia membuka pintunya sendiri tanpa mengganggu Khanza.

Di sana masih terlihat sepi, sudah dipastikan kalau Khanza masih tertidur. Pikir Rubby. Tapi sayang dugaan Rubby salah, Khanza baru saja selesai mandi, bahkan aroma shampo begitu terasa di penciuman Rubby.

Tanpa permisi Rubby membuka pintu kamar yang di tempati Khanza, matanya terbelalak ketika melihat Khanza. Sontak membuat Khanza terkejut dengan kedatangan Rubby yang tiba-tiba.

"Aaaa ...," teriak Khanza.

Rubby hanya bisa menelan salivanya.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!