...-♠♠Kisah Pertama♠♠-...
...-🛩🛩Pulang ke Indonesia🛩🛩-...
Sebuah pesawat singapure
air lines, mendarat dibandara Soekarno Hatta. Tampak pria tampan melangkah santai, dibarisan penumpang. Turun keluar dari pesawat dengan langkah anggun.
🙌Pandangan matanya lurus kedepan, dia tidak peduli dengan mata centil perempuan cantik yang berusaha menggoda.🙌
Setiap mata terpana melihat sosok lelaki cuek ini, dia melangkah dengan tenang penuh wibawa.
😁Sesekali senyum manis bibirnya terlihat, tatkala matanya Berbenturan dengan wajah ramah menyapanya.
Ibunya memaksanya kuliah di Amerika ketika hubungan asmaranya dengan Morrin diketahui.
🐧🐧🐧Dilema memang🐧🐧🐧
Ketika meninggalkan orang yang sangat dicintai. Dia harus bisa memberikan kepercayaan kepada orang yang akan ditinggalkan.
Hubungan jarak jauh tidak pernah putus sampai dia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai terbaik.
...****🔥🔥🔥****...
Dalam hati Roman bertekad akan meminang Morrin agar ibunya tidak punya alasan untuk memisahkannya🏛
Rasa Rindu yang dipendam bukanlah gampang untuk dihilangkan. Malah dia harus mampu menghapus air mata Morrin, lewat kata dan ucapan dari dua benua yang berbeda antara Amerika dan Indonesia.
...*****♨♨♨*****...
Hari ini dia pulang, membawa cinta yang tak hilang. Dengan kerinduan yang sangat dalam, kepada seorang kekasih yang telah dia tinggalkan.
...................📛📛📛...................
Diluar sebuah mobil BMW X4 sudah menunggu kedatangannya.
Abdul Hadi sopir pribadi sekaligus sahabat sangat gembira melihat kepulangannya. Dia disambut dengan penuh suka cita.
Banyak sahabat dan teman yang ditinggalkan pulang tanpa sepengetahuan mereka. Tetapi, di Indonesia ada yang lebih penting untuk ditemui. "Gimana kabar kalian semua," tanya Roman tetap tenang menyembunyikan kerinduannya kepada semua sahabatnya.
"Kami semua Baik baik saja," jawab Hadi.
"Aku merindukan kalian semua," kata Roman.
Hadi menoleh Roman. "Nadira selalu menanyakanmu," tatap Hadi.
"Apa dia kelihatan betah tinggal di Indonesia?" tanya Roman.
"Kurasa dia enjoy tinggal di Indonesia," jawab Hadi.
Roman memandang kejalan raya yang tidak terlalu padat karena masih pagi. "Kau kerja apa selama aku kuliah!" tanya Roman.
Hadi tersenyum sambil terus pokus ke jalan raya, "Lebih banyak belajar memperbaiki bacaan qur'an dan menghapal ayat ayat pendek!" ucap Hadi Malu malu.
"Aku, senang mendengarnya...!" kata Roman.
"Terima kasih masih mempercayaiku, dan tidak memberhentikan aku bekerja. Tiap bulan gajiku tetap masuk di rekeningku selama hampir tiga tahun, padahal aku tidak bekerja!" tambah hadi.
"Kamu bukannya sahabat. Tetapi, ku anggap seperti keluargaku sendiri. Jadi..., walau aku kuliah di Amerika. Kamu masih tetap ku anggap bekerja!" kata Roman.
"Trimakasih aku akan bekerja sebaik mungkin!" jawab Hadi tersenyum.
Mereka terus berbincang bincang bercerita tentang pengalaman masing masing.
Roman menceritakan negara Amerika dan teman teman kuliahnya, sedang Hadi menceritakan kebanggaannya mendalami ilmu agama.
Roman tak sadar saking asiknya ngobrol dengan Hadi, mobil mereka sudah hampir mendekati jalan karet kuningan.
" Oh, ya Di... kita enggak usah kerumah!" pinta Roman.
" Terus kita kemana!" tanya Hadi.
"Aku lupa beri tahu kamu...kita kerumah Morrin!" kata Roman sadar.
"Tak jadi kerumah?" tengok Hadi kearah Roman.
"Nanti!" timbal Roman.
"Kangen?" ledek Hadi.
"Ntar kamu rasain kalau udah jatuh cinta." kata Roman.
Hadi mengarahkan mobil kearah jalan prof dr satrio karet kuningan pada perempatan jalan, dia belok kiri langsung melalui jalan sudirman.
Dan sebelum melewati gelora bung karno dia belok kiri lagi menuju Rumah Morrin.
Hadi memilih bertemu Morrin lebih dulu ketimbang kedua orang tuanya. Morrin Bersukur memiliki pacar setia seperti Roman. Selain tampan, kaya juga setia yang mungkin jarang didapat wanita lain.
Sedang bu Marisa dan pak Rifky, duduk santai diruang keluarga bersama bi minah asisten rumah tangga yang cukup lama bekerja dirumah mereka.
Kriiing...,
Hp bu Marisa berbunyi... "Halo...!" bu Marisa menerima panggilan yang masuk.
"Iya, halo...selamat pagi..., menjelang siang dijakarta...!" sapa manis Restu dari Amerika.
"Ini, siapa ya..." sapa bu Marisa dengan manis pula.
"Saya Restu temannya Roman di Amerika!" jawab Restu dengan hormat.
"Hey Restu senang sekali aku mendengarmu!" spontan bu Marisa kegirangan.
"Gimana kabar kalian berdua disana! baik-baik saja kan...!" tanya bu Marisa gembira.
"Oh. ya bu, apa Roman sudah sampai dirumah!" tanya Restu.
"What...Restu sudah sampai disini...?" tanya balik bu Marisa terkejut.
"Ibu tidak tahu? Kalau hari ini Roman pulang!" tanya Restu
"Jadi...Restu sudah pulang ke Indonesia!" tanya bu Marisa kaget karena tak ada pemberi tahuan sebelumnya.
Restu terkejut dan menyesal mengapa tidak menghubungi Roman terlebih dahulu. Bisa bisa aku kena marah sama Roman pikir Restu dalam hati.
"Mungkin pesawat yang ditumpangi Roman pending ma," ucap restu
"Mama tidak dikabarin oleh Roman," timbal bu Marisa.
"Mungkin dia mau beri surfrise!" kata Restu.
"Ya, dah Restu. Nanti saya cek penerbangan Indonesia - Amerika?" tanya Marisa.
"Roman menggunakan pesawat singpure air lines!" jawab Restu.
"Trimakasih ya, Res!" bu Marisa mematikan hand phone nya dan langsung membuka penerbangan singapure air lines dihand phonenya.
"Roman ke Indonesia ya? ma....!" tanya Rifky sama istrinya. Seraya matanya tetap kearah televisi swasta yang menayangkan perdebatan sengit antara pengacara kondang dengan salah satu dewan perwakilan rakyat.
"Iya, pak! Tak Bilang - bilang lagi, sama kita!" gerutu Marisa.
"Mungkin dia mau bikin kejutan sama kita!" timbal pak Rifky tenang. Tapi, hatinya rindu juga sama putra tunggal kesayangannya.
Marisa terus megutak atik hand phonenya mencari berita jadwal penerbangan singapure air lines.
🌟🌟🌟
Roman telah tiba dirumah yang dituju. Hadi memakirkan mobilnya, diluar samping rumah Morrin. Untuk memberikan surfrise.
Dari dalam mobil, terlihat Morrin keluar berjalan cepat menuju jalan raya yang berada didepan rumahnya.
Tampak seseorang mengejar menghadang langkah Morrin.
"Rin...dengar dulu...Rin, dengar dulu penjelasanku!" Toni berusaha membujuk Morrin agar menerima cintanya.
"Aku sudah berusaha, bagaimana lagi caranya, agar kamu bersedia menerimaku. Sudah segala usaha kulakukan tapi kamu tetap menolakku!" rayu Toni pada Morrin.
"Ton, cinta tak boleh kamu paksa. aku belum bersedia jadi pacarmu!" tolak Morrin tegas.
"Laki-laki yang seperti apa sih yang kamu cari...? kurangnya apa aku coba!" Toni tak mau putus asa.
"Kau tahu kan...aku tak akan menyintai pria lain selain Roman!" tegas Morrin.
"Hay...no no no!" Toni geleng gelengkan kepala.
"Percuma kamu setia, Roman sudah bahagia sama pacarnya di sana... kamu disini...apa...Rin. Hanya menderita menanggung rindu seorang diri." ejek Toni menyinggung hati Morrin.
"Kamu pikir kamu apa...! pria baik baik. Disini berapa wanita yang kamu hancurkan! Dan yang terakhir sahabatku kamu hamili..., kamu tidak mau bertanggung jawab. Laki-laki seperti apa kamu hah! "bentak Morrin menatap tajam wajah Toni dengan muka merah.
"Heh, agar kamu tahu, itu kulakukan karena kamu...kamu terus menerus menolak cintaku dan wanita wanita itu cuman pelampisan kekesalanku terhadap kamu!" tangan Toni memegang kerah baju Morrin dengan gigi gemeretak.
Roman meloncat turun dari mobilnya disusul oleh Hadi.
"Lepaskan tanganmu!, lepaskan...! sebelum kubikin rusak tubuhmu!" wajah Roman tenggang, tubuhnya mendidih melihat Morrin dicengkram kerah leher bajunya.
Begitu juga dengan Morrin tak kalah tegang melihat Roman Tiba tiba sudah berdiri didepannya.
Morrin langsung berlari kearah Roman, setelah Toni melepaskan cengkeramannya.
"Sudahlah bos, sudah...tangan bos nanti kotor dengan laki laki yang hanya bisa memaksa seorang wanita!" pinta hadi berusaha mencegah Roman yang kayaknya sudah gelap mata.
Roman langsung menyambut Morrin yang berlari memeluknya.
"Heh, sopir tau apa kamu, ah...!" tatap Toni meremehkan Hadi.
"Biar ini orang aku tangani, kamu baru saja tiba dari Amerika. Sebaiknya bawa Morrin kedalam!" pinta Hadi sama Roman.
"Apakah ini cara seorang laki-laki membujuk cintanya kepada seorang wanita!" sindir Hadi.
"Diam...kamu sopir! Kamu cari muka kan didepan bos kamu!" ejek Toni .
"Sebaiknya kamu, sekarang cepat angkat kakimu, pergi menjauh... tinggalkan tempat ini!" usir Hadi serius.
"Brengsek kamu, kamu pikir kamu siapa berani nyuruh aku pergi. Hiyaaaat." Toni menerjang Hadi dengan hati panas membara.
Roman membawa Morrin masuk kedalam. Merekapun saling melepaskan rindu yang lama terpendam.
Morrin memeluk Roman dengan begitu erat sambil mencucurkan air mata. Roman membiarkan Morrin merangkul dan menciumnya.
Nah,gays kita ikuti terus kisah selanjutnya jangan lupa like dan share. Trimakasih....
Hadi meladeni serangan serangan Toni dengan santai, agaknya serangan Toni tidak ada apa- apanya bagi Hadi.
Toni melakukan serangan dengan membabi buta. Semua serangan yang dilepaskan luput, tak ada yang mengenai sasaran dan akhirnya.
"Buuuk! "
Satu pukulan dilepaskan Hadi, kearah perut Toni. Dan dia langsung terjungkal jatuh kesakitan meraba perutnya.
Melihat bosnya terjungkal jatuh.
Yayan yang dari tadi menyaksikan pertengkaran Toni bosnya, turun menyamperin Toni.
Yayan berusaha mengangkat Toni. Namun, rupanya pukulan yang dilepaskan Hadi sungguh telak, hingga membuat Toni tak bisa bangkit lagi.
Toni pasti tidak mampu melanjutkan pertarungan. Toni bisa' merasakan, betapa keras pukulan Hadi. Toni masih terhuyung huyung, ketika bangun dan menatap Hadi penuh dendam.
"Sekarang pergilah sebelum kamu tambah parah," kata Hadi dengan suara datar, tidak dipenuhi dengan permusuhan.
"Ingat kau telah membuat perselihan denganku, dan perselihan ini belum usai!" Toni mengancam, lalu berlalu meninggalkan Hadi.
🌜Dirumah orang tua Roman,🌛
"Nah, ini dia pak! Pesawat singapure air lanes yang ditumpangi Roman putramu. Mendarat dibandara Soekarno Hatta pukul lima tiga puluh pagi waktu Indonesia barat. Berarti Roman sudah seharusnya dirumah dong pak! " tatap Marisa kepada suaminya Rifky.
"Gimana ni, pak anakmu...bikin panik orang tua saja. Aku akan tanya Hadi!" ucap Marisa kecewa.
...----------------...
Baru saja Toni pergi, smart phone Hadi berdering,
Hah, mama Marisa! guman Hadi dalam hati tatkala matanya melihat layar smart phonenya.
"Halo ma...!" sapa Hadi sedikit ragu karena takut kena omelan bu Marisa.
"Hadi! Katakan terus terang sama mama, kalau kamu yang jemput Roman!" bentak Marisa ketus memarahi Hadi.
Hadi terdiam sebentar, bingung alasan apa yang akan dikatakan kepada bu Marisa.
"Maaf ma...hand phone saya lagi eror ma. suara mama tidak jelas!" kata Hadi bingung, tidak tahu apa yang harus dia dikatakan.
waduh gawat pikir hadi. Moga bu Marisa tidak tahu Roman dirumahnya Morrin.
Bu Marisa tidak merestui hubungan Roman dengan Morrin. Dia ingin pacar Roman adalah gadis cantik yang bergaya modern. Tidak menginginkan gadis biasa seperti Morrin.
Bu Marisa merasa malu melihat putranya yang tampan dan pinter harus berpacaran dengan Morrin putri dari orang kebanyakan. Dia tidak ingin Roman membuat malu keluarganya, dia menginginkan Roman harus bisa membedakan mana gadis yang pantas dibawa ke keluarganya.
Menurut bu Marisa Morrin bukanlah gadis yang pantas buat putranya. Karena Morrin hanya memamfaatkan kekayaannya saja.
Begitulah orang kaya selalu berpikiran negatip terhadap pasangan asmara keluarganya.
Semua orang tua pasti berharap agar anaknya memiliki pasangan hidup yang sempurna.
Mereka menginginkan orang yang mapan kaya dari keturunan bangsawan, konglomerat. Maka itulah orang tua akan selalu mengawal putra maupun putrinya bercinta.
Inilah yang terjadi terhadap Roman dan Morrin, hubungan asmara mereka. Tidak direstui oleh bu Marisa, karena Morrin dari golongan orang biasa. Orang tuanya hanya pegawai rendahan berpenghasilan secukupnya.
Berbeda dengan Roman yang berasal dari golongan konglomerat, orang tuanya memiliki aset triliunan. bukan miliar, perusahaanya ada didalam dan luar negeri.
🌜Ketempat Roman dan Morrin🌛
Hadipun harus siap-siap mendapat dampratan bu Marisa. Sebab, hand phone nya dimatikan.
Hadi nyamperin Roman kedalam. "Sorri Rom aku mengganggu, tadi bu Marisa menanyakan kamu!" ucap Hadi ragu-ragu.
Lalu pergi meninggalkan dua anak manusia yang sedang kasmaran ini. Apalagi ini adalah pertemuan pertama mereka, setelah tiga tahun berpisah.
Masih berat rasanya Roman meninggalkan Morrin. Tapi, apa boleh buat demi menjaga hati Morrin, Roman harus pergi sekarang juga.
"Rin..." ucap Roman menatap wajah Morrin yang terlihat sedih. Perlahan Roman kembali duduk dengan pandangan mata yang tidak berkedip.
"Sayang ... ! Mama tahu aku disini!" matanya menatap iba Morrin yang telah menantinya cukup lama.
"Masih banyak waktu untuk kita," lanjut Roman lirih sambil mencium kening Morrin.
Morrin menatap mata Roman. Tatapan yang penuh arti, perlahan tangan lembut Morrin terangkat menyentuh pipi Roman.
Roman merasakan sentuhan tangan Morrin, sudah hampir tiga tahun tidak pernah merasakannya.
Akhirnya dua mahluk sempurna ini. Sama sama terbawa kedalam alam manisnya cinta yang pasti setiap manusia tentu akan merasakamnya.
"Pulanglah, aku juga tak mau mamamu gelisah." timbal morrin perlahan.
Roman anggukan kepala lalu berdiri, "Rin...bapak dan mama dikantor ya?" tanya Roman sambil melangkah keluar yang diiringi Morrin.
"Ya. adik adik juga, semuanya sekolah!" jawab morrin.
"Berarti anak sekolah sudah aktif!" tanya Roman.
"Tidak semua sekolah, ada juga sekolah yang masih meliburkan siswanya!" jelas Morrin.
"Iyah...semoga covid ini segera berakhir!" harap Roman.
...----------------...
Roman meninggalkan Morrin dengan masih ada sisa sisa kerinduan. Tubuhnya tersandar lesu diatas jok mobilnya yang empuk.
"Dari mana mama tahu iya... aku sudah pulang ke Indonesia!" tanya Roman menggerutu sendiri diatas jok mobilnya yang empuk.
"Ya...tentu pasti dari teman mas Roman yang di Amerika!" sahut Hadi yang mendengar Roman menggerutu pada dirinya sendiri.
"Oh, ya...aku lupa pesan Restu! Ini pasti dari Restu!" guman Roman yang baru ingat hanya Restu yang punya nomor mama.
"Sudahlah Rom...enggak usah dipikirin...yang perlu kita pikirin itu...apa alasan kita nanti sama mama!" nasehat Hadi.
...----------------...
Mobil Roman sudah dekat dengan rumahnya yaitu di kawasan jalan sudirman tidak jauh dari mall ambasador dideretan gedung - gedung yang menjulang tinggi.
Sedang dirumah, Marisa, mamanya Roman. pikirannya kacau tidak menentu, memikirkan Roman yang belum sampai dirumah. Rifky keluar dari ruang kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.
"Ma...aku jalan dulu!" sepertinya pak Rifky hendak kekantor. Itulah cara kerjanya pak Rifky sebagai pemilik perusahaan sendiri dia boleh kapan saja berangkat kerja.
"Lho, pak! . tidak tunggu Roman pulang?!" peringat Marisa sama suaminya.
"Ntar, aku balik lagi...mau ada jumpa dengan client sebentar!" timbal pak Rifky buru-buru keluar.
Baru saja mobil pak Rifky keluar dari rumahnya. Mobilnya Roman datang memasuki halaman yang luas. Satpam yang sudah menutup gerbang, kembali membuka gerbang rumah itu lagi.
"Siang pak Didin...! " sapa Roman ramah sama satpam yang telah lama kerja dirumahnya.
"Siang, pak....! oeh...pulang dari Amerika ya pak....!" sapa Didin sama putra Roman majikannya ini. Didin kagum melihat wajah yang semakin dewasa dan tampan didepannya.
"Salamualaikum ma...?" ucap Roman.
Marisa yang mendengar suara putra tunggalnya tersentak kaget. Kemarahan yang tertumpuk didadanya cair seketika hanya dengan mendengar suara saja.
"Wa'alaikumsalam!" wajah berbinar binar menghiasi muka Marisa yang tadi muram dalam kesedihan, menunggu orang yang ditunggu sudah dihadapannya.
"Hey, Roman...!" Marisa langsung memeluk putra semata wayangnya, yang sekarang seperti malaikat yang luar biasa tampan.
Jengkel, marah yang bertumpuk didada Marisa tiba-tiba cair bagaikan lelehan air salju yang terkena sinar indahnya sang surya. Roman berdiri tegak memandang mamanya dengan senyuman.
"Ayo, nak! istirahat dulu, kamu sudah menempuh perjalanan panjang!" Marisa menggandeng tangan anaknya menuju shopa.
"Minah....Minah!" Marisa memanggil Minah pembantu rumahnya.
"Baik,bu...!" Minah berlari nyamperin ibu majikannya yang memanggil.
"Aih...Roman...baru tiba...!" sapa bi minah menyambut Roman yang berdiri didepannya.
"Wie...Roman semakin guan...teng dan tampan bu...! " seru bi minah kegirangan melihat Roman.
Marisa tidak bosan memandang putranya yang semakin dewasa dan matang.
Bu Marisa keturunah darah china dari kedua orang tuanya laki laki dan perempuan. Tapi, wajah putranya begitu sempurnanya seperti ada wajah eropa padahal bapaknya asli orang Indonesia.
okey gays ikuti episode selanjutnya.
Mohon maaf atas kekurangannya semoga tidak membosankan trimakasih banyak dan kami berharap dukungannya dengan like dan share iyaaaa.
🖒🗨🗨🗨Toni Pulang💬💬💬🖒
🌟👉memasuki episide ke 3👈🌟
Dengan kisah,
Toni tertatih tatih memasuki rumahnya, ibu dan bapaknya jadi terkejut dan bertanya.
"Ya, Allah...kenapa mukamu babak belur seperti ini Ton!" kata Astri menatap Toni yang mukanya lebam.
"Aku dikeroyok ma, aduh...!" jawab Toni sambil mengerang kesakitan.
"Betul ma, coba kalau Toni tidak dikeroyok tak mungkin mukanya seperti ini.lihat tuh ma...sana sini merah kehitam hitaman!" tunjuk Yayan pada muka Toni yang lebam.
"Lhu jangan tunjuk-tunjuk!" kata Toni jengkel dengan mata kesal pada Yayan.
"Siapa yang keroyok kamu bilang sama bapak!" darah pak sopian mendidih naik.
"Itu tu pak anak teman bapak si Roman!" sahut Toni.
"Lho...Roman kan di Amerika?!" sanggah pak Sopian.
"Tau, pak! Aku kan lagi asyik ngobrol sama Morrin, entah dari mana dia datang keroyok aku sama kawan kawannya!" kata Toni ngelabui bapaknya.
"Dan untung saya datang tepat waktu pak! itu pengeroyok saya bikin babak belur semua, dan mereka semua langsung kabur pak!" kata Yayan berlagak didepan pak Sopian sambil memperagakan diri menghajar Roman dan kawan kawannya.
Toni menatap Yayan dengan mata melebar karena membuat cerita berlebihan. "He he!" Yayan garuk-garuk kepalanya.
"Itu anak, keroyokan juga ya!" kata pak Sopian geram.
"Ini tak boleh kubiarkan aku akan peringatkan bapaknya!" lanjut Sopian tak terima anaknya diperlakukan sampai babak belur seperti ini.
"Pak buat kapok itu Roman pak!" rengek Toni pada bapaknya.
"Gimana cara terbaik untuk buat dia kapok!" pikir pak Sopian bicara pada dirinya sendiri.
"Itu sih, gampang pak cara buat Roman kapok!" timbal Yayan kepada pak Sopian.
Toni dan pak Sopian serempak memandang Yayan.
"Gimana caranya!" tanya pak Sopian.
"Bapak lamar Morrin cepat cepat. dengan begitu tak berani dah Roman ganggu Toni lagi!" jawab Yayan serius.
Wah, diam diam ni anak jenius juga, guman Toni dalam hati.
"Memamgnya kamu suka sama Morrin?!" tanya Astri pada Toni.
"Mereka sama sama saling menyintai ma! Tak bisa pisah, bagai kertas yang sudah dilem lalu ditempelkan pada kertas lainnya!" jawab Yayan duluan sebelum dijawab oleh Toni.
"Baiklah,kalau gitu aku pergi nyamperin pak Rifky dulu biar anaknya diajar!" kata pak Sopian lalu pergi.
...----------------...
Di kafe,
Pak Rifky sedang berbincang bincang dengan beberapa client. Mereka menikmati minuman dan beberapa aneka hidangan disebuah cafe elit khusus tempatnya orang orang kaya.
Mereka tampak bergembira atas keberhasilan mendapatkan proyek jalan tol disumatra barat. Kegembiraan itu pudar dengan kemunculan pak Sopian yang tiba-tiba saja mencabut kerja sama itu.
Dengan wajah murka dia mendatangi pak Rifky, "Hay pak Rifky aku mengundurkan diri dalam proyek ini," kata pak Sopian yang sudah dipendam emosi.
Pak Rifky masih belum mengerti dengan pak Sopian yang datang tiba-tiba marah.
"Kuperingatkan kepadamu agar tidak ganggu putraku lagi sebelum dia kulaporkan kepolisi atas perlakuannya sama anakku!" kata pak Sopian mengancam.
"Bentar dulu, pak Sopian! Kita ini sudah sama-sama tua. Kalau ada aoa-apa harus diselesaikan dengan kepala dingin!" ucap pak Rifky tenang.
"Bagaimana aku bisa tenang!Putraku satu satunya, yang kudapatkan dengan susah payah pulang dengan wajah hancur!" teriak pak Sopian berapi-api.
"Terus kamu percaya, kalau yang melakukannya adalah putraku!" tanya pak Rifky.
"Aku bisa membuktikannya kalau dia mengeroyok anakku!" kata pak Sopian dengan napas gemetar.
"Tetapi tak boleh dong...kamu mengundurkan diri dari apa yang telah kita sepakati!" pinta pak Heru berusaha menahan pak Sopian agar tidak keluar dari kerja sama.
"Tentu saja bisa, siapa bilang tidak bisa karena aku telah menanda tangani surat perjanjian dimana aku boleh keluar kalau pekerjaan ini ku anggap akan merugikanku!" ungkap pak Sopian.
"Terus ini apa hubungan dengan kontrak kerja sama kita!" sanggah pak Rifky.
"Tentu saja tetap ada. Anakku menderita pisik oleh anak rekan bisnisku!" jawab pak Sopian.
Pak Heru dan teman-teman berusaha menengahi perselisihan itu. Tetapi, pak Sopian tetap dengan pendiriannya untuk keluar dari kerja sama yang telah mereka tanda tangani.
Malamnya pak Rifky belum juga pulang kerumah karena mereview ulang hasil kerja sama yang telah disepakati dengan keluarnya pak Sopian.
...----------------...
Sedang dirumah! Tampak sebuah mobil yang ditumpangi oleh seorang gadis cantik keluar dari mobil dengan dandanan yang cantik.
Ibu Marisa tersenyum bahagia menyambut Winda yang baru tiba dirumahnya.
"Winda! Wih...cantiknya!" sambut Marisa menyambut Winda dengan pelukan.
"Mama Marisa...!" Winda memeluk Marisa dengan manja.
"Roman sedang apa didalam ma...!" tanya Winda penasaran ingin melihat wajah Roman yang diceritakan oleh Marisa tadi sore.
"Ada didalam lagi istirahat!" sahut Marisa dengan tersenyum.
Usai memeluk Marisa Winda langsung lari kedalam untuk melihat wajah tampan yang diceritakan Marisa.
Winda langsung terpesona memandang seorang pria duduk tenang menatap hand phonenya.
Roman menata seorang gadis anggun tersenyum menatap wajah Roman yang menatapnya. wajah gadis itu adalah Morrin pujaan hatinya.
"Mas Roman...!" panggil Winda.
Roman yang dipanggil oleh seorang wanita yang belum dikenal tampak bingung.
sedangka Winda yang melihat ketampanan Roman terkagum kagum. Dan tampak malu-malu mendekati Roman. Dan diapun berlari tanpa sungkan sungkan langsung memeluk Roman.
Roman langsung menutup hand phonenya tersentak kaget tiba tiba ada seorang gadis yang belum dikenalnya sama sekali. Datang memeluk dan merangkulnya.
"Ini siapa?" tanya Roman mendorong tubuh gadis itu dengan suara perlahan dan lembut.
"Itu Winda putri teman mama!" jawab Marisa tersenyum pada Roman.
"Ma, baru kali ini aku lihat ada wanita memeluk seorang pria yang belum mengenalnya. Kecuali wanita malam seperti yang banyak terjadi di panti tuna susila!" kata Roman kesal pada mamanya.
"Dia sudah lama mengenalmu nak, cuman kamu saja yang belum mengenalnya!" jawab Marisa
"Sekarang saya perkenalkan kamu, agar kamu kenal!" lanjut mamanya memperkenalkan Winda.
"Aku tidak suka perempuan seperti ini ma...!" tolak Roman.
"Tidak boleh kamu berkata seperti itu sama mama dan dia ini pilihan mama untuk kamu!"
Gampang sekali mulut Marisa mengucapkan pilihan mama padahal Roman tidak suka dengan perkataan mamanya."
"Masih ada ya?! Ibu yang
memperkenalkan pilihannya! Sama anaknya!" sindir Roman dengan wajah kesal.
"Roman...aku carikan kamu perempuan yang selevel dengan kita bukan seperti Morrin...yang hanya ingin mamfaatkan kamu saja!" teriak Marisa pada Roman yang terlihat tidak peduli dengan kehadiran Winda.
"Itulah sebabmya aku suruh bapakmu menyekolahkan kamu di Amerika biar kamu bisa lupakan Morrin dan sekarang kupilihkan kamu perempuan yang lebih baik dari Morrin!" sambung Marisa menasihati Roman.
Roman tidak mau bertengkar dengan mamanya. yang bisa dilakukan Roman hanyalah diam.
Winda perempuan yang tidak tahu malu ini berusaha menarik perhatian Romam.
Namun, Roman sedikitpun tidak tertarik.
"Roman...tidak apa apa kan kita ngobrol, agar kita bisa saling mengenal. ya... siapa tahu lama lama kamu suka sama aku. Kalau aku sih sudah suka sama kamu!" rayu Winda menggoda Roman.
Roman tidak habis pikir mengapa ibunya mencarikan dirinya perempuan yang tidak benar, tidak ada bedanya dengan perempuan murahan yang ada dijalanan.
nah, gays bagaimana kelanjutan hubungannya dengan perempuan pilihan mamanya?. Untuk mengetahui kelanjutannya baca episode selanjutnya.
trimakasih jangan lupa like dan share ya....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!