NovelToon NovelToon

Hurt! Empress Shopia

eps. 1 : Wanita yang kuat

Sekalian mau promo, mungkin ada yang minat novel cetak, bisa COD di Shopee. Dengan judul Putri Yang Terbuang

"Permaisuri."

Wanita itu memutar lehernya ke kiri. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. Matanya berwarna biru, sebiru laut menenangkan hati siapa saja yang melihatnya. Bulu mata yang lentik dan hidung mancungnya membuat siapa saja terpesona. Di umurnya yang ke 20 tahun, dia harus menjadi seorang istri yang tak pernah dia inginkan. Ayahnya seorang Duke yang terkenal kejam, dingin dan tegas. Kekuasaannya luas hampir setara dengan Kaisar. Dengan dukungan sang ayah, mampu membuat posisinya yang pada saat itu seorang Putra Mahkota semakin kuat.

Banyak perdebatan di antara saudara. Posisi Putra Mahkota Raymond hampir terhempas lantaran masih ada seorang Pangeran, Pangeran Hitto. Putra kedua dari sang Kaisar dengan Selirnya.

Hingga dukungan Putra Mahkota membuat semua bangsawan menyarankan agar menikahi putri Duke Luke Betendrix yaitu Sophia Betendrix yang kini menjadi Permaisuri Sophia.

"Ada apa?" Tanya Permaisuri Sophia. Pelayan Elma, pelayan setianya yang sangat mencintainya. Umurnya 22 tahun, hanya dua tahun dari umur Permaisuri Sophia. Keduanya pun sangat akrap, bahkan jika mereka berdua. Keduanya seperti saudara, tidak seformal saat di depan orang lain.

Pelayan Elma melihat dua orang yang sedang bersanda gurau. Sangat romantis di bawah pohon dengan duduk berdua. Tapi jujur dari hatinya yang paling dalam. Dia memang tidak suka melihat keromantisan keduanya. Dia hanya memikirkan hati Permaisurinya. "Apa Permaisuri baik-baik saja?" Tanya pelayan Elma dengan wajah sedih.

"Tentu, Elma. Aku baik-baik saja. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan keadaan ku."

Pelayan Elma kembali menoleh melihat kedua sejoli yang sedang di mabuk cinta. Sudah sebulan Kaisar Raymond menikahi kekasih masa lalunya. Meskipun asal usulnya hanya rakyat biasa. Kaisar Raymond tidak mempermasalahkannya. Anggap saja dia sangat mencintainya, tetapi akan ada hati yang terluka. Tiba-tiba wanita itu datang dan mencuri semua perhatian Kaisar Raymond. Seolah waktu hanya untuk wanita masa lalunya.

"Apa Permaisuri yakin?" Hatinya mengatakan, wanita di sampingnya tidak baik-baik saja. Itulah kemurnian sifatnya, menutupi sakitnya dengan senyumannya. Dia sudah mengenalnya sejak kecil, waktu itu dia di pungut oleh Duke Luke. Menjadi temannya, sekaligus pelayannya.

"Aku baik, Elma. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku. Aku sangat baik-baik saja. Lihatlah, aku tidak sakit. Aku sehat."

"Fisik Permaisuri memang sehat, tapi tidak dengan hati Permaisuri. Jangan menutupinya dari saya Permaisuri."

Dan pada akhirnya, air mata itu tumpah begitu saja. Dia selalu menahan sakitnya, saat wanita itu datang dan mengatakan jika dirinya masih mencintai Kaisar Raymond. Alasan, alasannya hanya karena dia rakyat biasa. Padahal dulu, rumor memang mengatakan. Kaisar Raymond memiliki kekasih yang tiba-tiba menghilang. Tentu saja, Kaisar Raymond sangat senang dan menyambutnya. Wanita yang di cintainya datang dengan sendirinya. Tanpa repot-repot mencarinya setelah satu tahun menghilang. Lalu setelah tiga bulan pernikahannya, dia datang.

Haruskah dia senang melihat senyum dari Kaisar Raymond atau dia harus sedih, ia takut hubungan yang telah baik selama tiga bulan lenyap dengan kedatangan wanita itu.

"Aku wanita kuat, bukan. Ibu ku selalu berkata, aku tidak boleh lemah. Aku harus kuat, menghadapi apa pun. Lalu sekarang, aku tidak akan lemah hanya karena kedatangannya, Elma. Mungkin mereka memang sudah di takdirkan untuk bersama. Aku bisa apa Elma?" Tangan itu langsung memeluk pelayan Elma. Dia menangis dalam dekapannya. Hanya Elma yang bisa memahaminya selain ayahnya.

"Permaisuri."

Elma menghapus air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Netra hitamnya tak pernah lepas melihat keromantisan kedua sejoli itu.

eps. 2 : Jangan Berharap Lebih

"Permaisuri." Sapa seorang pelayan yang menunduk. "Maaf mengganggu waktunya Permaisuri. Di luar ada Duke Luke yang ingin bertemu dengan Permaisuri." 

Permaisuri Shopia melepaskan pelukannya. Ia mengusap jejak air mata di kedua pipinya. Langkah kakinya pun bergegas keluar dari kamarnya menuju ruang kerjanya. Pintu lebar itu di buka oleh pelayan Elma.

"Permaisuri." Wanita paruh baya itu menunduk. Meskipun dia berhadapan dengan putrinya. Namun kini statusnya telah berbeda, putrinya telah menjadi seorang Permaisuri, Ibu Negara di Kekaisaran ini. "Ayah, ada apa?" Tanya Permaisuri Sophia dengan menarik kedua sudut bibirnya membuat lengkungan. Pipi lesungnya semakin dalam. Membuatnya kelihatan manis.

"Bagaimana kabarnya Permaisuri?" Semenjak Kaisar Raymond memutuskan menikah lagi, hatinya sangat resah, ia tidak bisa fokus dengan pekerjaannya. Putri semata wayangnya itu sedang di landa kesedihan. Tidak ada wanita yang tidak sakit hati melihat suami bermesraan dengan wanita lain. Apa lagi masa lalunya. Ia sudah melarang putrinya menyetujui permintaan Kaisar Raymond, biarkan saja wanita itu menjadi simpanan tanpa status.

"Apa Ayah mengkhawatirkan ku?" Sudah ia duga, ayahnya akan mengkhawatirkan keadaannya. "Aku baik-baik saja ayah." Imbuhnya. Tetapi, kenyataannya hatinya tengah kesakitan.

"Bagaimana hubungan Permaisuri dengan Baginda?" Akhirnya pertanyaan itu muncul di sertai ketakutan di hatinya. Ia tidak bisa membayangkan, putrinya berada sangkar emas tanpa ada kebahagiaan.

Seandainya dulu ia bisa menolak, sudah ia tolak. Ia kira keharmonisan itu akan berlangsung sangat lama, tapi sebaliknya.

"Hubungan, kenapa semua orang menanyakan hubungan ku? Apa hubungan ku saat ini membuat mereka resah atau menurut mereka hubungan ku lelucon,"

Permaisuri Sophia menghela nafas berat. Telinganya sering kali mendengarkan perbincangan pelayan yang menanyakan hubungannya. Saat itu ia tengah berjalan santai, mencari udara segar. Namun telinganya menangkap sesuatu.

"Apa kamu tidak merasa ada sesuatu yang berbeda dari Baginda?" Tanya pelayan berambut pendek. 

"Baginda sering menghabiskan waktunya dengan Selirnya," ujar pelayan yang memakai kaca mata.

"Aku kasihan sekali dengan Permaisuri bagaiamana hubungannya dengan Baginda," sanggah pelayan satunya seraya mengepel lantai marmer berwarna putih itu.

Duke Luke merasa tak enak hati, di lihat dari wajah putrinya sudah pasti hatinya merasakan tak nyaman. "Apa ada orang yang bertanya seperti yang ayah tanyakan?"

Permaisuri Shopia mengiyakan dengan mengangguk. Sebenarnya pelayan itu tidak menghujat, tapi hanya merasa kasihan saja.

"Mereka hanya merasa kasihan, tidak menghujat Ayah."

Permaisuri Shopia menyeruput tehnya. Hanya laki-laki paruh baya itu yang ia miliki. Ibunya sudah meninggal. Hanya laki-laki itu yang mendukungnya.

"Ayah tidak habis pikir dengan pemikiran Baginda."

"Jangan berharap lebih, Ayah. Baginda tidak menyukai Shopia. Kita menikah hanya karena perjodohan di dalamnya tidak ada cinta, melainkan hanya sebatas menghargai. Tidak ikut campur dalam urusan masing-masing kecuali menyangkut urusan istana."

Duke Luke menyangkal perkataan putrinya. Dirinya juga melakukan pernikahan atas perjodohan. Tetapi dengan seiringnya waktu, dirinya dan istrinya memiliki perasaan. Hubungan yang ia lihat sendiri, biasanya Permaisuri dan Kaisar Raymond sudah ada rasa walaupun sedikit saja. 

Namun sekarang, ia merasa sangat sulit menumbuhkan cinta di antara keduanya. Karena penghalang masa lalu telah kembali.

"Tapi Permaisuri, hubungan kalian sangat nyaman. Jika di lihat, Permaisuri dan Baginda sudah mencintainya."

"Harus aku katakan seperti apa Duke? Kita hanya menikah saling menguntungkan."

"Pulanglah, jika memang sudah tidak bisa di pertahankan. Kediaman Betendrix terbuka lebar untuk Permaisuri."

Permaisuri Shopia menggeleng pelan. Dirinya sekarang menjadi seorang Permaisuri. Bukan hal mudah masuk, lalu keluar sesuka hatinya. Ia harus berfikir ribuan kali jika memutuskan mengakhirinya.

"Aku bukan seorang putri lagi, melainkan seorang Permaisuri. Dari dulu aku memang tidak menginginkannya, aku ingin hidup bebas. Semau ku sendiri, hidup ku di sini di kekang ayah."

Tangis Permisuri Sophi pecah seketika. Melarikan dari tanggung jawab hanya demi urusan pribadi bukan keinginannya. Setidaknya ia harus bertanggung jawab, bukan lari hanya karena badai itu.

Duke Luke, semakin sesak. Dari dulu, ia memanjakan wanita di depannya. Tidak pernah putrinya itu membuatnya marah. Apa yang ia perintah dan larang, putrinya selalu menurutinya.

Karena sudah tidak tahan, Duke Luke pun bangkit. Lalu memberikan hormat. Bukannya ia tidak ingin menenangkan putrinya, tapi hatinya terlalu sakit melihat putrinya menangis. Ia tidak tega, ia berharap suatu saat nanti ada cahaya di kehidupan putrinya.

Sepanjang perjalanan di koridor istana. Duke Luke berjalan dengan tatapan kosong. Hingga sang kesatria menyentuh pundaknya, membuyarkan lamunannya.

"Tuan, ada Baginda."

Duke Luke memberikan hormat selayaknya saat berhadapan dengan sang penguasa. "Duke,"

Duke Luke tersenyum masam, sejenak ia melirik tak suka pada wanita di lengan Kaisar Raymond yang bergelanyut di lengan kanannya.

Sementara yang di tatap hanya santai, lalu membuang muka.

eps. 3 : Permaisuri

"Apa Duke bertemu dengan Permaisuri?" Tanya Kaisar Raymond dengan ramah. Baru pertama kalinya ia melihat ayah mertuanya sepertinya menahan sesuatu dari wajahnya. Matanya memicing melihat Duke Luke melirik selirnya.

"Duke,"

Kaisar Raymond merasa tak enak hati pada selirnya yang salah tingkah.

"Maaf Baginda, saya permisi. Mungkin Baginda sibuk," ujar Duke Luke memberikan hormat. Lebih baik ia pergi dari pada ia harus memendam amarahnya. Ia akan melampiaskan amarahnya dengan berlatih pedang.

"Lusia, kamu kembali ke kamar mu. Aku akan menemui Permaisuri." Ucap Kaisar Raymond seraya mengelus kepala Lusia. Tanpa mendengarkan jawaban Lusia, dia pergi dengan wajah terlihat aneh.

"Permaisuri," 

Wanita yang menatap ke luar jendela dengan menyandarkan tubuhnya ke sisi samping jendela. Wanita itu pun menetralkan wajahnya, seolah terlihat biasa saja.

"Iya, Baginda." 

Kaisar Raymond menatap dari bawah ke atas. Permaisurinya terlihat murung, biasanya ia akan tersenyum hangat. "Apa Permaisuri memikirkan sesuatu?" Selidik Kaisar Raymond.

"Tidak ada Baginda, tidak ada yang perlu di pikirkan atau pun di khawatirkan." Sahutnya.

Percuma saja di pikirkan, semuanya tidak akan berubah.

"Permaisuri."

Mata Sophia melirik kanan ke kiri, kedua tangan Kaisar Raymond menggenggam kedua tangannya. "Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada mu. Tadi aku berpapasan dengan Duke. Dia sepertinya menahan amarah, apa ada sesuatu yang mengganggu mu."

Permaisuri Shopia melepaskan tangan Kaisar Raymond, seakan tidak ingin di sentuh oleh dirinya. Ia memutar otaknya, mencari alasan. Ayahnya pasti marah karena pernikahannya.

Kaisar Raymond merasa janggal, Permaisurinya seperti wanita yang tak tersentuh oleh siapa pun. "Permaisuri,"

"Aku meminta ijin keluar istana bertemu dengan bibi. Sepertinya ayah marah karena hal itu." Bohongnya. Perkataan tenangnya mengundang keyakinan di mata Kaisar Raymond.

"Em, jika ada sesuatu. Katakan saja pada ku."

"Tidak ada." Sarkas Permaisuri Shopia. Tanpa sadar, ia sedikit meninggikan suaranya. 

"Emm maaf Baginda." Permaisuri Shopia tersadar karena suaranya meninggi melihat raut wajah Kaisar Raymond yang terkejut.

"Aku mau istirahat Baginda."

Kaisar Raymond paham, tapi ia akan menyelidikinya. Mungkin terjadi sesuatu, mengakibatkan istrinya tidak terbuka padanya. 

"Terbukalah pada ku Permaisuri, aku suami mu."

Suami, itu dulu, tidak sekarang.

"Aku akan mengijinkan mu mengunjungi Baroness atau Permaisuri bisa mengundang Baroness ke istana." Tawar Kaisar Raymond.

"Tidak Baginda, aku yang akan mendatanginya."

Kaisar Raymond mengangguk, ia pun memeluk Permaisuri Shopia. Entah mengapa? Hatinya merasa tidak tenang. Ia merasa Permaisurinya akan pergi jauh dan tidak akan kembali. 

Kwdua tangannya masih santai di posisinya tanpa membalas pelukan Kaisar Raymond. Rasanya sangat berat untuk ia gerakkan memeluk punggung Kaisar Raymond. Laki-laki yang memeluknya, kini tidak butuh kehadirannya.

Ia pun mendorong pelan tubuh Kaisar Raymond. "Sebaiknya Baginda menemani Selir Lusia."

Permaisuri Shopia langsung memberikan hormat dan pergi tanpa kata apa pun. Kaisar Raymond menatap punggung Permaisuri Shopia yang keluar dari pintu kamarnya. "Aku harap, suatu saat kamu mengerti. Aku tidak pantas untuk mu." Lirih Kaisar Raymond di sela-sela matanya yang berkaca-kaca.

Permaisuri Shopia berjalan dengan sangat cepat sampai tubuhnya berada di istana bagian belakang. Ia ingin berteriak dan menangis. Mengatakan semua di hatinya. Mencurahkan tiap perasaan yang ia alami, sakit sungguh sakit di perlakukan seperti ini. Ia bisa menerima pernikahan mereka, tapi membayangkan semuanya membuatnya gila.

"Permaisuri,"

Permaisuri Shopia menoleh, matanya menatap Selir Lusia, ia mencoba menerima semuanya meskipun sangat sakit dan butuh waktu lama.

"Permaisuri ada di sini? Dimana Baginda? tadi dia ijin pada ku untuk bertemu dengan Permaisuri." Selir Lusia meraih kedua tangan Permaisuri Shopia dan tersenyum. "Maaf aku datang ke dalam rumah tangga mu, Permaisuri. Karena aku memang mencintainya. Dan terima kasih, karena sudah memberikan Baginda untuk ku, menerima kehadiran ku."

"Semenjak kebersamaan kita dia tidak pernah lepas dari ku. Dan selalu mengatakan, mencintai ku. Perasaannya tidak pernah berubah terhadap ku. Terima kasih karena sudah menjaganya Permaisuri. Terima kasih karena tidak mencintainya."

Deg

Jantungnya seperti di remas, jadi selama ini harapannya untuk di cintai tidak ada. Hanya ada dia dan dia. Jadi selama ini dia salah sangka, menduga Kaisar Raymond mencintainya. Benar, pernikahannya hanyalah politik, apa yang bisa ia harapkan tidak akan bisa terwujud. Sebaiknya, ia berkaca. Dirinya tidak akan pernah mendapatkannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!