NT: NOVEL INI SEDANG DALAM REVISI JADI MOHON MAAF KALAU MASIH ADA KATA-KATA YANG BERANTAKAN.
--Bugh--
Seorang gadis yang melompat dari jendela kamarnya sendiri ia mencoba melarikan diri berkali-kali sebelumnya namun tetap saja ketahuan oleh beberapa pengawal, akhirnya gadis berjubah merah itu bisa melarikan diri sekarang.
"Jangan sampai tertangkap lagi, ini sudah yang ke 1000 kalinya aku kabur kali ini harus bisa." Melirik kearah sekitar lalu pergi meninggalkan kastil.
Malangnya nasib si gadis harus ditahan di kastil kediamannya sendiri karena dunianya dan dunia orang-orang yang ada disekitarnya sangat jauh berbeda, kodrat mereka pun berbeda. Padahal gadis itu sudah hidup berkecukupan tapi ia merasa kurang karena tidak diberikan kebebasan untuk pergi kemanapun yang ia mau.
"Hmph! Ayah selalu saja menahanku di kastil yang membosankan itu! Kali ini aku tidak akan pernah kembali lagi ke sana." gumamnya.
Bukan bermaksud untuk meninggalkan sang ayah sendirian, namun ia sebagai anak juga ingin melihat bagaimana indahnya dunia yang ia impikan. Terlalu sayang dengan putrinya sehingga tidak rela membiarkannya pergi dari kawasan kastil.
Semua pengawal yang ada di kastil mau tidak mau harus mencari putri dari raja vampir, jika tidak mereka semua akan terkena masalah bahkan di bunuh.
"Putri White!" teriak seorang pengawal yang mencarinya.
"Oh tidak! Jangan sekarang! Aku ingin menikmati duniaku sendiri!" teriaknya lalu sesegera mungkin pergi meninggalkan tempat itu.
Olivia White putri dari keluarga bangsawan yang sangat dihormati oleh para bangsa vampir. Anak satu-satunya raja vampir namun ia mempunyai kedua orang kakak meskipun tidak sedarah tapi mereka saling menghormati dan melindungi.
Calon ratu vampir sekaligus penerus keluarga Sagara/Saga, hanya sangat di sayangkan ia tidak ingin semua itu yang diinginkannya adalah dunia manusia.
Sudah berbagai macam alasan yang dibuat oleh salah satu pengawal itu untuk membujuk Olivia kembali ke kastil namun ia tidak mau, tapi kali ini ia berhasil tersentuh dan akhirnya menurut dengan mereka untuk membawanya pulang.
"Putri White .... umur yang mulia sudah tidak lama lagi," ungkap si pengawal.
"Apakah si rubah tua itu akan mati? Eh maksudnya ayah?" Melirik salah satu pengawal itu.
"Mungkin .... sebaiknya putri White kembali dan lihat sendiri." ucapnya dengan penuh drama.
"Baiklah, aku akan kembali,"kata Olivia yang memutuskan untuk pulang.
Olivia yang sangat mudah terprovokasi oleh pengawalnya akhirnya setuju untuk kembali, demi ayahnya ia rela kembali meskipun sudah sejauh ini Olivia lari dari mereka.
***
Kastil Kediaman Sagara.
Setelah sampai di kastil Olivia langsung dibawa kehadapan sang raja, melihat ayahnya dari atas sampai ke bawah ternyata ia tidak apa apa. Menyadari kalau ia sedang dibohongi oleh pengawalnya seketika menoleh dengan tatapan membunuh.
"Ternyata rubah tua ini baik-baik saja, sudahlah aku ingin pergi lagi." hendak pergi namun ditahan oleh sang ayah.
"Putriku .... sudah berapa kali kau berusaha untuk lari dari sini? Apa kau tidak tahu? ayah membunuh banyak pengawal karena tidak becus untuk mencarimu," ungkap Vernon dengan wajah memelas.
Mengunakan alasan untuk menahannya, Olivia juga tidak ingin kalah dengan sang ayah ia juga menggunakan alasan untuk pergi dari kastil.
"Tapi aku ingin lihat dunia luar ayah! Aku ingin seperti manusia normal,"kata Olivia dengan keras kepalanya.
"Ayah sudah pernah bilang, kalau kau adalah vampir dan bukan manusia!!" teriaknya yang membuat Olivia shock.
"Tapi .... aku manusia ayah!! Sama seperti ibuku!!" ucap Olivia dengan wajah kerasnya.
"Tapi dia sudah tiada!" ungkap Vernon membuat Olivia tersadar akan kebenaran tentang ibunya.
"Siapa yang membunuhnya?" tanya Olivia.
"Suatu saat kau akan tahu,"Kata Vernon.
Setelah pertengkaran itu Olivia benar-benar sial semua area dijaga ketat, bahkan didepan kamarnya pun ada dua orang pengawal yang sedang mengawasinya.
Pada beberapa hari kemudian Olivia benar-benar berhasil lolos dari kastil kediaman Saga dengan cara menyamar menjadi pelayan, cepat-cepat ia berlari agar para pengawal itu tidak menemukannya lagi.
--Braakk--
Alih-alih berlari Olivia malah tertabrak mobil yang mengakibatkan dahinya terluka sehingga darah di dahinya mengalir, semua orang di sana antusias untuk mendekatinya karena bagi mereka darah sang putri white adalah darah yang paling suci.
'darah suci.. biarkan aku yang membawanya.'
'tidak biarkan aku saja, darahnya pasti akan membuatku abadi.'
"Berisik sekali minggir!" teriak seseorang yang segera mendekati tubuh Olivia.
Melihat siapa yang datang mereka segera membungkukkan tubuh mereka untuk memberikan hormat pada pria itu, dan tidak lupa memberinya jalan.
'salam yang mulia pangeran,'
'salam yang mulia pangeran,'
"Darah suci.. ini benar-benar dia? Menarik." gumamnya.
Harapannya untuk bebas dari kediaman Sagara sudah berhasil namun entahlah dari si pangeran ini apakah Olivia berhasil lari darinya atau tidak.
***
Kastil.
Semua pelayan yang berbaris bahkan pengawal melihat pria ini membawa Olivia mereka membulatkan matanya melihat pangeran mereka membawa putri dari anak raja vampir, kenapa begitu? Jelas saja mereka khawatir karena bisa terkena masalah dengan keluarga Sagara.
"S-salam yang mulia pangeran." mereka memberi hormat kepada majikannya.
"Siapkan kamar untuk gadis itu, dan .... pakaian." ucap pria yang disebut pangeran itu.
"Baik pangeran." jawabnya.
Melihat wajah wanita yang digendong olehnya, pria ini sangat yakin bahwa Olivia adalah orang yang pernah ia temui di masa lalu.
Akhirnya.. aku menemukanmu Olivia. batin pria itu.
Rendra Xendrick dia adalah seorang pangeran vampir yang sangat kejam, bahkan rumornya beredar bahwa dia pernah membunuh rakyat miskin dengan kejam hanya karena mengotori pakaiannya saja sampai harus membunuh.
Terkenal dengan ketampanannya dan keegoisannya dia juga pernah dijuluki sebagai blood killer, (Pembunuh darah) semua orang tahu bagaimana ia, reputasinya hancur karena Rendra sering membunuh vampir lain hanya karena masalah sepele.
**********
Kamar Rendra Xendrick.
Membaringkan tubuh Olivia dengan sangat hati-hati, kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam laci meja yang berada didekat ranjang.
Lalu Rendra mengambil sebuah kalung berliontin permata berwarna merah gelap seperti darah dari kotak kecil yang ia keluarkan.
"Mulai hari ini.. dan selamanya kau adalah milikku." ujarnya sambil memakaikan kalung ke leher Olivia yang masih pingsan.
Setelah itu Rendra memilih untuk keluar dan membiarkannya tertidur pulas untuk memulihkan kondisinya pasca tertabrak mobil tadi.
Siapa sangka saat ia keluar sudah disambut oleh sang ibu dengan melipat kedua tangannya dan menatap anaknya dengan tajam.
"Siapa yang mengizinkanmu untuk membawa masuk wanita ke kastil ini?" tanya sang ibu.
"Memangnya .... aku harus meminta persetujuan darimu? Tidak kan?"
"Berani kau kurang ajar padaku!!" ujar sang ibu suaranya mulai menggema.
"Berisik sekali, sana pergi! Jangan ganggu wanitaku atau kau akan tahu akibatnya." ancam Rendra.
"Tidak sudi, tapi aku tertarik pada jantungnya." jawabnya yang membuat Rendra merasa kesal.
"Kau!"
Karena kesal Rendra kembali masuk ke kamar untuk memastikan keadaan Olivia, ia tersenyum karena bisa kembali melihat gadis kecilnya yang selama ini selalu ia cari, sudah ratusan tahun menunggu akhirnya hari itu datang juga.
Dengan terburu-buru Olivia membuka matanya, saat melihat sekelilingnya ia terkejut karena tidak berhasil lari dari kediaman keluarga Sagara.
"Sudah bangun?" tanya Rendra melirik kalung yang melingkari leher Olivia.
"Kau siapa?" Olivia berusaha memfokuskan pandangannya.
"Suamimu, Rendra Xendrick," kata Rendra.
"Hah? Suami?" tanya Olivia yang masih kebingungan.
"Kita sudah terikat kontrak pernikahan .... "
Rendra memegang lengannya lalu setelah itu menjilatnya seperti permen, Olivia hanya memejamkan matanya karena tidak berani menatap wajah pria yang ada didepannya.
Tiba-tiba saja Rendra menggigit leher Olivia untuk memberikan tanda bahwa ia hanyalah miliknya, Rendra terus menekan gigi taringnya agar tertancap lebih dalam.
"Aarrgghhh!! Sakit!!" teriak Olivia yang kesakitan.
Ternyata.. aku salah sudah melawan ayah, ayah aku ingin pulang! batin Olivia.
Kalung yang melingkari leher Olivia sudah tidak bisa dilepas lagi, karena hanya bangsa serigala dari klan utara yang bisa melepaskannya, namun sayangnya kontrak pernikahan itu akan selamanya terikat.
Setelah melalui banyak hal dan berkali-kali mencoba untuk lari dari kenyataan namun sayang sekali pada akhirnya harus menerima kenyataan itu, begitu juga dengan Olivia yang sekarang menjadi tahanan pangeran vampir tidak bisa melarikan diri dan terpaksa menuruti kemauannya.
"Transfusi darah? Itu artinya aku kehilangan banyak darah? Bagaimana bisa ...."
Mengingat apa yang terjadi dengannya semalam Olivia langsung merasa jijik dan bercampur kesal.
"Dia begitu agresif menghisap darahku dasar iblis tak berperasaan." gerutunya.
Seorang pria yang dijulukinya 'iblis' datang sambil membawa segelas darah, sontak Olivia membulatkan matanya saat melihat segelas darah yang dipegang Rendra.
"Sudah bangun? Kau kehabisan darah semalam." ucap Rendra.
"Apakah .... itu darahku?" tanya Olivia.
"Ini ya ....? Bagaimana jika aku bilang ya?" Melirik wajah Olivia.
"Kau!" teriaknya.
Rendra tersenyum licik. "Ini darah manusia dari kutub Utara, minumlah" menyodorkan segelas darah.
Dengab cepat Olivia segera meneguk minuman yang di berikan Kelvin tadi.
"Ingin jalan-jalan denganku?" tawar Rendra.
"Tentu saja mau.." pekik Olivia.
"Baiklah, aku akan membawakan beberapa pakaian untukmu." ucap Rendra.
Rendra berdiri dari duduknya lalu mengelus rambut Olivia dengan lembut dan pergi meninggalkannya sendirian dikamar, ia hanya tertegun karena perlakuan Rendra terhadapnya yang seakan-akan sedang bersikap lembut padanya.
--DEG DEG DEG--
Olivia tersenyum malu. "Jantungku .... Kenapa sikapnya berubah begitu cepat? Ah tidak peduli yang penting bagiku adalah menikmati dunia luar."
Tak lama Rendra melemparkan beberapa pakaian wanita untuk dikenakan oleh Olivia, Olivia sangat berantusias mencoba pakaiannya sampai menemukan yang cocok dengan seleranya.
"Pilih, 5 menit sudah harus siap," kata Rendra dengan santai.
"5 Menit? Apa kau gila, yang benar saja." jawab Olivia.
"Tidak ada penolakan!" teriak Rendra.
Tahan tidak boleh emosi, demi jalan-jalan ayo! gunakan waktu 5 menit untuk bersiap. Batin Olivia.
5 Menit kemudian...
"Hei, aku sudah siap."
Melihat Olivia yang sudah bersiap tepat waktu Rendra meliriknya dari atas sampai kebawah, karena gengsi ingin memujinya Rendra hanya berusaha menahan diri dengan wajah yang memerah.
"Bagaimana? jelek kah?" tanya Olivia memandangi dirinya sendiri.
"Sudahlah ayo berangkat." ucap Rendra mengabaikan pertanyaannya.
Cih pria ini sama sekali tidak menunjukkan kesan baiknya. Batin Olivia.
Saat menuruni anak tangga beberapa pelayan membungkuk hormat kepada Rendra dan Oliva, lalu sang ratu ibunya menghampiri mereka berdua dengan tatapan menghina.
"Salam yang mulia pangeran." sambut para pelayan.
begitu juga dengan para pelayan yang berbaris seketika tertegun lalu memberi hormat kepada Olivia.
"Salam yang mulia putri." para pelayan itu memberi hormat kepada Olivia.
"Eh, tidak usah begtu." Olivia segera menolak salam dari para pelayan itu karena merasa tidak nyaman.
Para pelayan itu segera memundurkan langkah mereka.
"Dimana ibumu?" Melirik seisi ruangan.
"Sudahlah yang penting dia tidak menggangumu lagi, ayo kita bersenang-senang." ajak Rendra.
********
Ketika tiba di sana Olivia benar-benar tidak menyangka ia akan keluar dan menikmati dunia luar seperti tidak pernah keluar rumah, bahkan Olivia tidak waspada sama sekali walaupun sedang di dunia vampir namun ia tetap santai.
Rumah Hantu.
Beberapa wahana membuatnya berantusias untuk mencoba satu persatu, lalu setelah melihat rumah hantu ia mengajak Rendra untuk mencoba memasuki rumah hantu itu dengan lembutnya Rendra menuruti apa yang ia mau.
"Hei! Kau takut? Tidak usah takutlah kau ini kan pangeran vampir, masa takut," kata Olivia.
"Cih, siapa yang takut dengan rumah hantu seperti itu." remeh Rendra.
Sebuah tangan menyentuh bahu Rendra dengan tiba-tiba, siapa lagi jika bukan hantu-hantu gadungan itu.
--hihihihi--
"Ah!" teriak Rendra yang ketakutan.
"Ppfftt, hahahaha." Olivia tertawa terbahak-bahak.
Hancur martabatnya sebagai pangeran vampir didepan Olivia apalagi ia manusia, sosok Rendra yang sadis dan kejam kini ketakutan oleh cekikikan hantu gadungan itu. Baginya tidak apa ditertawakan oleh istri sendiri tapi entahlah jika vampir lain.
"Puas kau tertawa? Heh, rendah sekali humormu." gumamnya.
"Kau menghina putri White?" tanya Olivia dengan tidak percaya.
"Putri White? Aku tidak kenal, yang aku kenal hanya putri Xendrick." ucapannya membuat Olivia menatapnya heran.
"Kau... jalanlah duluan." suruh Olivia.
"Baiklah, jika kau ketakutan kau harus segera merangkulku" pintanya sambil tersenyum.
"Ya." singkat Olivia.
Dengan begini aku bisa lari, setidaknya bisa walaupun aku harus kembali ke kastil. Batin Olivia.
Sengaja membiarkan Rendra berjalan didepan agar Olivia bisa melarikan diri darinya dan kembali ke kastil kediamannya setidaknya itu aman baginya, daripada harus terus menerus di sisi pangeran vampir.
Melihat punggung Rendra yang sudah jauh dari pandangannya segera ia berlari mencari jalan keluar, walaupun terus ditakuti oleh para hantu-hantu yang menghalanginya tapi itu tidak akan membuatnya menyerah untuk memanfaatkan situasi ini.
Setelah keluar dari rumah hantu itu Olivia bisa bernafas lega tapi sayangnya para pengawal menemukan keberadaannya.
"Putri White! Ayo kembali, yang mulia mencemaskan anda." ujar salah satu pengawal itu.
"Bisakah kalian meletakkan sebuah surat didepan pintu keluar di rumah hantu itu?" tanya Olivia.
"Tidak masalah putri, kembalilah Tuan Leon menunggu anda di sana" jawabnya sambil membungkuk.
"Baik, terimakasih." ucap Olivia.
Terimakasih untuk hari ini, terimakasih telah memperkenalkan dunia luar untukku. batin Olivia.
Diajaknya oleh beberapa pengawal Olivia pergi meninggalkan taman hiburan itu, tak lupa juga pengawal itu meletakkan surat untuk Rendra.
Benar saja Leon sedang menunggunya didalam mobil, sedikit ada perasaan lega dan khawatir jika Rendra tidak bisa keluar dari rumah hantu itu. Olivia menatap kearah taman hiburan dengan tatapan sendu.
"White! Kau mencemaskanku saja ayo kembali yang mulia Vernon telah menunggumu." ujar Leon yang membukakan pintu mobil untuknya.
Apa kau bisa keluar? Apa kau masih terjebak di sana? batin Olivia.
"White!" panggil dengan suara tinggi Leon dengan menepuk bahunya.
"Ah iya, ayo." Sahut Olivia.
Akhirnya Olivia masuk kedalam mobil dan benar-benar meninggalkan area taman hiburan dan Rendra, berharap pangeran vampir itu bisa menemukan jalan keluar.
Disisi Lain...
Si pangeran vampir yang berhasil keluar dari rumah hantu itu merasa bangga karena sudah melewati cobaan yang ia lalui hari ini, cobaannya adalah para hantu-hantu itu walaupun bukan hantu sungguhan tetap saja baginya seram.
Rendra menginjak sesuatu yang ada dibawah kakinya, sepucuk surat dari putri White tepatnya Olivia. Ia membaca isi surat tersebut berulang kali karena mencoba mencerna kata-kata yang ada didalam surat itu.
"Aku senang sekali hari ini bisa menikmati dunia luar walaupun hanya sesaat, dan aku berterimakasih padamu karena sudah membawaku kemari.. jadi aku harus kembali maafkan aku tidak bilang padamu." setelah mengetahui isi surat itu Rendra yang kesal membuang surat itu dengan kasar.
"Berani kau lari dariku!? Tidak akan pernah aku biarkan!" kesalnya yang menggepalkan tangannya.
Kastil Kediaman Sagara.
Sesampainya di kastil Olivia disambut hangat oleh para pelayan dan sang ayah yang sedang menunggunya sedari tadi, tatapan matanya yang begitu tajam membuat Olivia merinding.
"Selamat datang kembali yang mulia putri." sambut para pelayan.
"Putriku!" teriak sang raja pada putrinya.
"Ayah!"
Olivia berlari menuju sang ayah dan segera memeluknya dengan erat, betapa senangnya ia bisa kembali lagi ke kediamannya sendiri walaupun ia sebenarnya, sangat amat ingin meninggalkan ayah dan kastil.
"Berani sekali ya kau kabur lagi, jangan pernah lakukan itu lagi mengerti?" tanya Vernon sambil mengusap kepala putrinya.
"Baiklah ayah aku mengerti." jawab Olivia segera melepaskan pelukannya dari ayahnya.
Tidak tahu sekarang Olivia harus senang atau sedih karena tidak berhasil untuk meninggalkan kediamannya sendiri, bahkan jika Olivia lari lagi mungkin akan tertangkap oleh Rendra.
Semoga aku tidak bertemu denganmu lagi. batin Olivia.
"Istirahatlah nak, ayah tahu kau lelah" ujarnya dengan lembut.
"Baiklah ayah" jawab Olivia.
Olivia meninggalkan ayahnya dan Leon begitu saja tanpa bercerita sedikit pun tentang kemana ia pergi selama lari dari kediaman Sagara, ia sengaja menghindari mereka agar tidak diintrogasi.
***
Kamar Olivia White.
Kembali ke kamar dengan suasana hati yang bimbang Olivia tidak tahu lagi harus bagaimana, kastil yang begitu luas dan serba ada tidak membuatnya puas akan kebebasan namun yang ada ancaman karena hidupnya dikelilingi oleh para vampir.
Hanya Oliva dan ibunya yang berbangsa manusia didunia vampir, tapi ibunya tewas karena dibunuh oleh seseorang namun tidak tahu siapa yang membunuh ibunya, bahkan ia tidak mengenali wajah sang ibu.
Dirinya berpikir apakah ibu bereinkarnasi? jika memang benar masih ada harapan untuknya mencari sosok ibu yang dirindukannya selama ini.
"Ibu.. aku percaya ibu pasti sudah bereinkarnasi, tunggu aku dan, kita akan kembali seperti dulu." ucap Olivia dengan sendu.
"Harus memikirkan cara agar bisa pergi ke dunia manusia" lanjut Oliva penuh percaya diri.
Lalu tak lama terdengar suara para pelayan yang sedang berbicara tentang portal disebuah hutan terlarang, Olivia mengintip dari celah pintu kamarnya.
'kalian tahu tidak? Rumornya ada portal dihutan terlarang, sepertinya itu untuk menuju ke dunia manusia deh.'
'kau yakin? Tidak jarang lho ada vampir atau serigala yang masuk ke portal itu.'
'sangat yakin sekali bahkan jika benar, aku ingin sekali ke sana untuk mencari darah segar.'
'sayang sekali disini ada manusia, tapi kekuasaannya sangat kuat.'
'sudahlah kau mau kepalamu dipenggal?.'
'yasudah lanjutkan pekerjaan kita.'
Merasa tidak ada suara obrolan lagi, Olivia kembali menutup pintunya dan memikirkan sebuah cara untuk mencari waktu yang tepat agar bisa benar-benar melarikan diri dari kastil.
"Apa benar ada portal dihutan terlarang? bukankah itu dekat sekali dengan perbatasan? Bagaimana ya caranya." Olivia yang terus berpikir.
"Apa .... aku meminta bantuan kepada iblis itu? Ah tidak tidak! Aha! Aku sudah tahu sekarang hehehe." lanjutnya.
Sesudah merencanakan sesuatu dengan wajah yang sangat gembira Olivia segera tidur agar hari esok cepat tiba.
--Kreekk--
Suara jendela tiba-tiba mengagetkannya ia pun beranjak dari ranjangnya namun Olivia terkejut melihat siapa yang datang.
"Kau lagi... Kenap--" belum sempat melanjutkan perkataannya mulutnya sudah ditutup oleh tangan Rendra.
"Sshh.. diam, berani sekali kau lari dariku? Masih kurang apa yang telah aku berikan padamu?" tidak berbicara sama sekali Olivia hanya melihatnya dengan tatapan kosong.
Seperti terhipnotis oleh tatapannya, Rendra pun lagi-lagi mengeluarkan taringnya lalu mencium bibir Olivia seperti hewan buas yang kelaparan.
Rendra melepaskan ciumannya dan mulai menatap gadis yang ada di hadapannya saat ini, Rendra tidak mau pria lain mendekati gadisnya apalagi menyentuhnya selain dia.
"Kemanapun kau pergi, aku tidak akan membiarkan kau sendirian sampai kapanpun." kemudian Rendra mendekap Olivia yang sudah mulai tertidur.
Semalaman Olivia tidak tidur sendirian, ia ternyata ditemani oleh Rendra yang selalu memeluknya sampai pagi tiba.
Keesokan harinya saat Olivia sedang memakai aksesoris di telinganya tiba-tiba ia membulatkan matanya ketika melihat gigitan yang masih baru di lehernya.
"Jadi.. semalam itu bukan mimpi? Benar-benar dia? Kalung ini.. bagaimana bisa melepaskannya." gumamnya.
Seorang pelayan mengantarkan sarapan ke kamarnya untuk Olivia, kemudian ia berpikir kagi tentang percakapan para pelayan kemarin. Akhirnya Olivia berinisiatif untuk menanyakannya langsung kepada pelayan yang mengantarkan makanannya.
"Yang mulia putri ini sarapannya, yang mulia raja berpesan agar putri tidak keluar dari wilayah kastil." pelayan itu menaruh makanannya di meja.
"Baiklah, aku mengerti, hei itu.. apakah aku boleh tanya sesuatu?" Melirik tajam sang pelayan itu.
"Tanya apa putri? Apa ada yang bisa saya bantu?" jawabnya dengan sopan.
"Tentang portal.. apa ada dihutan?" tanya Olivia yang masih penasaran.
"Memang benar putri, ada dihutan terlarang dekat dengan perbatasan tapi disana sangat berbahaya" ujarnya seperti menyarankan Olivia.
"Baiklah baiklah, kau boleh pergi" perintah Olivia.
Pelayan itu membungkuk lalu pergi meninggalkan kamar Olivia, sekarang ia tahu bagaimana caranya pergi ke dunia manusia untuk mencari ibunya dan melarikan diri dari Rendra.
Olivia juga mencuri beberapa emas berharga untuk bisa dijual lagi nantinya, memang tidak banyak sih tapi jika dijual jumlahnya sangat banyak namun ia tidak tahu, apakah emas ini laku atau tidak di dunia manusia.
"Semoga saja aku bertemu ibu, dan bersekolah seperti manusia yang lain." ujar Olivia sambil cengengesan.
*********
Ruang Baca.
Merasa bosan berdiam diri dikamar Olivia memutuskan untuk pergi ke ruang baca disana ada banyak beragam buku-buku yang tersusun tapih dengan kategorinya sendiri, kemudian Olivia tertarik oleh satu buku.
"Sejarah gadis suci? Baca tidak ya? Baca deh." ujar Olivia.
Olivia segera membuka beberapa halaman dan membaca isi dari buku tersebut, baru satu halaman ia sudah dikagetkan oleh kalimat yang mengarah padanya.
"Gadis suci memiliki darah yang sangat langka, dia juga berdarah vampir karena didalam tubuhnya mengalir darah sang ayah. Darahnya mampu membuat para vampir abadi." dengan mata melotot Olivia segera menutup buku yang di bacanya.
"Gadis suci? Apa itu artinya aku adalah... gadis suci? Pertanyaan ini aku harus tanya kepada ayah, siapa tahu ada jawaban yang aku dapatkan." gumamnya.
--Wuuussshh--
Sekelebat bayangan hitam terlihat jelas dimata kepala Olivia seperti angin yang berhembus namun berwujud, ia mencari-cari kemana bayangan itu pergi bahkan tidak ada jendela diruanh baca.
"Siapa tadi? Cepat sekali dia? Apa aku terlalu capek?" Olivia melirik seluruh ruangan.
Berinisiatif untuk berbalik Olivia melihat wajah seseorang yang dekat sekali dengan wajahnya, ia tidak bisa berkata apapun ketika melihat bahwa yang datang adalah Rendra.
"Aku gila akan datahmu ...." ucap Rendra pelan.
"Tidak, jangan gigit aku lagi ...."
"Oh ya? Tapi aku yang mau?" jawab Rendra yang langsung menariknya agar lebih dekat.
Baru saja ingin menggigit Olivia sudah mengeluarkan air mata, yang membuat Rendra tiba-tiba jadi tidak tega untuk menggigitnya.
"Tidak ...." Olivia mulai menangis sejadi-jadinya.
"Maaf, jangan menangis lagi, ku mohon ...."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!