NovelToon NovelToon

Mana Mungkin Suamiku Selingkuh

BAB 1

Diana, ya dia adalah seorang istri yang berbadan gemuk, berkulit putih mata bulat dan berwarna coklat.

Diana berumur 25tahun dengan dikaruniani seorang anak laki-laki berumur 3 tahun. Ya karna dia menikah diusia 21 tahun dan bisa terbilang menikah muda kan.

Anaknya yang bernama Alif, cerdas walaupun masih berumur 3 tahun tapi bicaranya tidak terlalu cadel, lahir juga dengan berat badan yang kurang (premature). Mungkin itulah ketika ia tumbuh mempunyai sedikit kelibihan, Alhamdulillah.

Diana dulunya adalah anak yang pintar, rajin, tegas, bertanggung jawab, juga patuh kepada kedua orang tuanya sebelum mereka dipanggil sang khalik. Ia memiliki satu saudara perempuan yaitu sang kakak bernama Mita.

Mereka tinggal berbeda rumah karna sang kakak sudah ikut suami dan mempunyai rumah, memang tidak jauh dari rumah yang saat ini Diana tinggali sehingga segala hal yang dialaminya akan ia ceritakan kepada kakaknya, apapun itu! Karna dia menganggap kakaknya sebagai orang tua selepas meninggalnya kedua orang tuanya.

Ia menikah dengan seorang karyawan kantoran, sudah bisa di katakan mapan bagi orang-orang menengah ke atas. Seorang suami yang terkenal pendiam, hanya mau berbicara dengan orang yang sudah di kenal nya. Bagas prawira itulah nama suami tercintanya.

Suami yang selalu jujur dalam hal apapun. Dan itu sebelum datangnya wanita penggoda di hidupnya, namun keadaan yang seharusnya baik-baik saja berubah setelah mengenal cinta yang lain.

Pagi itu dimeja makan.

"Emm nanti kira-kira ayah pulang jam berapa?" Diana bertanya dengan suaminya.

"Belum tau sayang, ayah lembur deh kayaknya." jawabnya sambil menyendok kembali makanannya.

Dia adalah suaminya Bagas, suami yang amat menyayangi istrinya. Perlakuan manjanya dan apapun yang Diana inginkan selalu Bagas berikan selagi ia mampu dan ada sehingga Diana tidak pernah percaya akan adanya gosip suaminya yang sedang selingkuh.

Bagas adalah orang termasuk jujur dalam hal pekerjaan. Sehingga kejujuran yang ia miliki mempunyai hasil dalam dalam pekerjaannya. Sikapnya lembut dan penyayang keluarga, selalu memberi kehangatan.

Kehidupannya berubah, saat melihat istrinya tidak menarik di pandangan matanya. Sehingga godaan datang dan ia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Akibatnya rumah tangganya lah yang akan menjadi taruhannya.

Jam menunjukkan pukul 07:00

"Ayah berangkat ya sayang, jagain jagoan ayah ya, ajarin ngaji." Diam sebentar.

"Sayang jangan telat makan ya." Sambil mencium kening istrinya.

"Oiya jangan keluar rumah, ingat kalau ada yang perlu dibeli biar ayah yang antar!" Tegasnya dan Diana pun hanya tersenyum karena memang tidak berani membantah.

"Iya ayah Ana akan dirumah terus sampe ayah pulang, yaudah hati hati ya yah."

Jawabnya sambil mencium punggung tangan suaminya.

Setelah kepergian suaminya Ia pun kembali masuk dan langsung mencuci piring kotor juga mengepel lantai.

Ketika Ia hendak menyiram tanaman diluar rumah anaknya menangis memanggilnya, Diana pun bergegas menuju kamarnya. Setelah membuka pintu melihat anaknya sudah duduk.

"Kenapa nangis sayangnya bunda ini?" Tanyanya seraya menggendong.

"kenapa Alif enggak dibangunkan bundaaaa?? Alif udah enggak ketemu ayah semalam, Alif kan udah bobok duluan." masih saja ia menangis.

"Maafin bunda ya sayang, bunda kasian liat Alif udah Bobonya pulas banget, yaudah nanti kita tunggu ayah pulang ya, sekarang Alif mandi terus sarapan oke."

Diana memancarkan senyum sambil berkata merayu anaknya supaya dia tidak merajuk lagi dan itu tentu berhasil.

Setelah selesai memandikan Alif dan memberi makan Diana kembali keluar karna melanjutkan menyiram tanaman yang sempat tertunda tadi.

"Huuh susah ini kalau pohon jenis keladi diletakan disini pasti layu deh." Gerutunya.

Maklum lagi musim keladi.

Disusunnya rapi dipindahkan ditempat yang lebih tedu.

Tak terasa siang berlalu, kini tiba sore hari menunggu sang suami pulang.

Diruang tv. "Bunda, ayah pulang malam lagi ya?" Tanya Alif.

"Belum tau sayang, bentar ya coba bunda telfon dulu." Seraya mengambil handphone nya dikamar.

Tak lama ia kembali dengan raut wajah bingung.

"Bunda gimana?" Anaknya terus bertanya.

"Bunda kok diem ajasih, alif sebel." Haha anaknya sangat menggemaskan karna jarang anak seusianya sudah lancar bicara.

"Emm mungkin sebentar lagi, soalnya HPnya sibuk belum bisa ditelpon."

A**hh kenapa hapenya online tapi gak bisa angkat telfon dari ana si yah, kok enggak biasanya sih ayah begini.

"Bundaaaa!!!!" Teriak Alif menyadarkan lamunannya

"Eh iya sayang, yaudah kita siap-siap ya sayang mau sholat Maghrib." ajaknya.

Diana tidak pernah lupa mengajarkan hal baik kepada anaknya karna dari usia sekarang inilah akan terus tertanam apa itu cinta ibadah, itu menurut pandangan Diana dan suaminya ya, mungkin beda lagi pandangan orang lain, kadang juga ada yang bilang. "HALAH MASIH KECIL BELUM TAU APA APA JUGA." Nah kan sudah beda pandangan.

Adzan Maghrib berkumandang, mereka berdua sholat, ya meski Alif masih banyak main-main belum tau arti sholat sesungguhnya.

Setelah itu Diana terus mengajarkan anaknya mengaji pelan tapi pasti, agar ketika masuk sekolah nantinya Alif sudah lebih dulu mengenal bahasa Arab (Iqro).

Denting jam terus berputar hingga siap mengaji melanjut kan sholat isya karna menunggu suaminya terlalu lama mereka pun makan berdua.

"Alif sayang habis ini Alif tidur ajaya? Kayaknya ayah pulang malam deh, takutnya Alif udah keburu ngantuk." Rayu ibundanya.

Diam sesaat.

"Kan Alif mau nunggu bunda." Ia terus memaksa.

"Yaudah kita nunggu ayah dikamar ajaya, sekalian bunda ajarin bacaan surah pendek, gimana Alif mau?" Sambil mengelus pipi anaknya.

"Alif bosen bunda, tadi kan juga Uda baca doa , tadi juga Uda ngaji bunda, baca cerita dongeng aja ya bunda."

Jawabnya enteng. Namanya juga belum ngerti apa itu mengaji belum tau pahala atau dosa (nah kalo author yang bilang baruya boleh dilempar batu wkwkkw).

"Alif gak boleh sayang bicara seperti itu, yaudah bunda cerita tentang urpin dan irpin ajaya bocah kembar yang doyan ngaji, Alif mau??"

"yaudah Alif mau bunda."

Dibalik itu, Diana terus mengecek hp ada balasan atau tidak dari suaminya.

Kok akhir - akhir ini sering banget kamu enggak ngabarin sih yah, jadi curiga padahal ayah kan kerja lembur buat ana dan alif.

Alif berjalan lesu ketempat tidur. "Bunda cepetan ceritain dong." Rengeknya Karna sudah bisa terlihat kalau dia sudah ngantuk.

"Iya iya sini bunda peluk sambil cerita." Sambil terus bercerita iya terus mengusap kepala anaknya dengan lembut.

Tak terasa jam 22:00 Diana terbangun "Haaa? aku ketiduran jamberapa sekarang? lalu suamiku?"

Bergegas dia berlari keluar kamar melihat ruang tv, meja makan dan dapur masih sepi "kemana kamu yah kok belum pulang juga." Dia kembali berjalan menuju kamar saat akan melangkah telfonnya berdering yang tadi sempat dipegang dan tertinggal diruang tv.

"(Hallosayang, assalamualaikum. Belum tidur?)

"Belum yah, ayah kenapa belum pulang? Segininya ya lemburnya??" Tanya dengan nada khawatir.

"(Iya sayang, maaf ayah gak sempat ngabarin tadi rapat mendadak, oiya Alif mana sayang?)

"Alif udah tidur, tadi dia nunggu ayah tapi kelamaan yaudah ketiduran." Jelasnya.

"(Ohyauda kalau gitu, ini juga ayah sebentar lagi sampai, kamu ada pesanan atau ada yang pengen kamu makan sayang?)" Tanyanya, karna Bagas selalu tau ana sering lapar di jam malam.

"Enggak deh yah, lagian masakan ana juga masih banyak karna ayah yang belum makan."

"(Hemm tapi ayah udah makan tadi sayang, maaf ya sayang, ayah gak ngabarin tadi pas jam makan)."

"Yaudah yah gak apa apa kok." Sambil senyum kecewa lewat telfon padahal gak nampak suaminya.

"(Yaudah kalo gitu sekarang sayang siap - siap ya)."

"Siap - siap kemana yah? Emangnya mau pergi malam malam? Alif kan udah tidur terus kalo kita pergi Alif dibangun kan atau ditinggal? Kasian lah yah." Tukasnya panjang lebar dengan pertanyaan.

"(Siap - siap ayah mau makan kamu, dah sayang mwah)."

Seketika wajah ana merah merona, padahal sudah lama menikah tapi belum paham juga dia ternyata.

bersambung..

BAB 2

Tak sabar rasanya menyambut suami pulang.

Begitulah yang dirasakan Diana, senyam senyum sendiri gak jelas.

Hingga beberapa kali ada suara kaki melangkah membuyarkan imajinasinya.

Belum sempat dia berbalik kebelakang.

"Kamu ngelamunin apasih sayang? Suami pulang bukannya dibukain pintu malah melamun." Sambil terus memeluk istrinya itu yang tubuh nya termasuk dalam kategori gendut, dengan tinggi badan 155 Cm dan berat badan 60kg.

"Hehe maaf ya yah, tadi enggak denger ayah ngetuk pintu, lagian kan pintu sengaja enggak Ana kunci."

Jawabnya seraya terus mengelus tangan suaminya yang memeluk nya.

"Tapi kalau tadi maling yang masuk gimana hayo??"

"Ya ana pasti teriak lah yah." Tukasnya.

"Terus kalau malingnya meluk kayak gini gimana?" Sambil terus memainkan jarinya bak semut merayap keleher istrinya itu.

"Uda ah ayah, kenapa jadi bahas maling sih? ini kan juga karna ayah pulang nya kemalaman." Diana memanyunkan bibir nya.

"Sekarang ayah mandi terus Ana siapin baju sama teh jahe biar badan ayah segar lagi oke?" Serunya sambil membalikkan badan suaminya kearah kamar mandi.

"Ayah udah mandi ta." Dia langsung berhenti bicara.

"Ha?? Ayah mandi dimana?" Diana langsung menyergah dengan pertanyaan sekaligus kaget, tapi tidak sampai jantungan kok.

"Mandi keringat sayang, belum juga selesai bicara udah dipotong." Jawabnya membuat Diana bernafas lega.

"Oh kirain."

"Kirain apa? Jangan mikir macem-macem deh sayang, yaudah ayah mandi, sana siapin baju sama teh jahenya."

"Yaudah yah."

Diana pun pergi ke kamar nyiapin baju dan segera pergi ke dapur membuat teh.

Ah untung lah, hampir saja. Batin Bagas.

Dibalik itu Diana terus berfikir yang tidak-tidak.

Gimana gak kepikiran suami pulang malam dan tadi juga keceplosan.

Diana itu seorang istri yang amat sangat cemburuan, tapi dia pun tidak posesif.

Karna dia merasa kelebihan kasih sayang dari suaminya, jadi rasa cemburu itu seolah tertutup dengan adanya rasa percaya. Karna dari dulu suaminya memang selalu jujur.

Hanya akhir akhir ini saja ada perubahan, yakni seperti pulang selalu larut malam, jarang kasih kabar kalau mau lembur, karna biasanya selalu ontime untuk ngasih kabar dimana pun dan kapan pun.

...***...

Suaminya bekerja dibidang property perkantoran. Dengan jabatan yang lumayan tinggi, tapi dia dan keluarganya tidak pernah pamer.

Begitu juga kluarga mertuanya , tidak pernah sombong dan jarang sekali mertuanya menyinggung Diana. (jarang bukan berarti tidak pernah ya) karna beliau pun sangat menyayangi Diana. Begitu pun juga dengan ipar iparnya. Yang satu iparnya laki laki anak pertama, dan adik iparnya perempuan masih kuliah. Jadi suaminya anak kedua dari tiga bersaudara.

Dan Alhamdulillah selama ini mereka selalu hidup dalam ke akuran. Diana akrab dengan dengan adik iparnya yang bernama Eva. Tapi tidak dengan Abang dari suaminya, mungkin karena Ia sudah menikah sebelum Bagas mengenal Diana.

...***...

Didalam kamar.

"Sayang udah siap mandi nih." Teriaknya takut sang istri gak dengar.

"Iya ini lagi disaring tehnya yah, udah siap juga kok."

Jawabnya sambil mempercepat kerjanya, karna dia tidak mau suaminya menunggu terlalu lama.

"Ini yah tehnya." Sambil menaruh teh diatas meja kamar.

"Iya makasih sayang, hmm sini deh duduk dipangkuan ayah." Kemudian menepuk kedua pahanya.

"Hehe duduk disamping ayah aja ya, nanti ayah jadi kesulitan minumnya." Jawabnya malu malu seperti masih pacaran aja.

"Jadi gak mau ni? nolak ayah ni ceritanya?"

Diana pun langsung bergegas duduk di pangkuan suaminya.

"Nah gitu dong."

"Emm, yah besok Ana mau keluar kerumah kak Mita, dia kangen Alif katanya." Dan menatap mata suaminya berharap mendapat ijin.

Kasian juga kakaknya sudah beberapa tahun menikah tak kunjung mendapat momongan. Makannya sering sekali ia menelfon adiknya hanya untuk mengundang datang kerumahnya, agar selalu bertemu dengan Alif.

"Yaudah mau kesana jam berapa? Tapi ayah enggak bisa jemput sayang takutnya lembur lagi pulang malam malah kelamaan nunggu nanti." Jelasnya dengan lembut.

"Nunggu ayah berangkat ke kantor aja, biar Ana naik motor lagian udah jarang dipake juga kan yah motornya."

Ada dua motor dirumah yakni motor matic dan warior, karna suami bekerja naik mobil dan Ana pun jarang keluar rumah jadi ya nganggur motornya dirumah.

"Yaudah kalau enggak bawak mobil aja biar Alif nyaman sayang, biar ayah yang naik motor."

"Beneran yah? enggak apa-apa? Lagian kan rumah kak Mita enggak jauh yah."

"Udah enggak apa-apa lebih aman enggak kena panas dan hujan sayang."

Ya begitulah suaminya, bagaimana Ana tidak selalu merasakan cinta disetiap harinya kalau suami terus menerus bersikap romantis dan selalu memberi pengertian.

"Makasih ya yah." Sambil memeluk sang suami.

"Iya sayang." Mengecup kening istrinya

"Jadi Uda bisa dimulai?" Seketika Ana tersenyum.

"Iihhhh ayaah " Mencubit perut suaminya yang sixpack.

Dan malampun menjadi saksi akan sepasang suami istri yang mengeluarkan suara pelan bersahut sahutan, dengan rasa yang bergejolak satu sama lain.

...****...

Suara merdu bacaan ayat suci Al-Quran terdengar samar ditelinga manusia yang baru saja menggeliat, merenggangkan otot yang mungkin lelah setelah berolahraga malam.

"Ah udah mau subuh. Mandi dululah baru masak terus bangunkan ayah untuk sholat bareng."

Diana memungut pakaian yang tergeletak dibawah.

Selesai mandi memakai pakaian lengkap, memasak dan pergi membangunkan suami.

"Yah ayah, bangun dulu udah adzan yah waktunya sholat." Masih terus menggeliat mendengar istri bicara.

"Ayah? Bangun dong entar kesiangan ke kantornya?"

Lagi dan lagi.

"Yaudah kalau ayah enggak mau bangun , Ana sholat sendiri aja mungkin ayah kecapean kali ya."

Saat berbalik tiba tiba.

"Sa, tunggu lah, jangan tinggalin mas dulu Risah." Bergumam tapi terdengar jelas ditelinga Ana.

"Ma ma maksudnya apa??" Dia kaget dan seluruh tubuhnya bergetar lemas. Kenapa, kenapa suaminya memanggil wanita lain disaat seperti ini???

*Kenapa yah? K*enapa ayah malah nyebut wanita lain? Siapa risah? Dan, dan kenapa ayah mohon gak mau ditinggal? Apa ini maksudnya? Walaupun ini mimpi mengigau kenapa aku sakit sekali rasanya mendengar suamiku menyebut wanita lain.

Ia terus berdiri mematung dengan tangan dipegang oleh sang suami yang terus mengigau tanpa ana pedulikan lagi.

Untuk beranjak saja rasanya berat.

Tiba-tiba air matanya terjatuh dan ana pun terisak. Akibat tubuh ana bergetar menahan tangisnya suaminya pun tersadar seperti ada yang menggoyang kan lengannya.

"Ana sayang kenapa? Ha? Sayang kamu kenapa nangis? Bilang sama ayah, ada maling??? Mana sayang mana?"

Bagas panik karena memang dia berada dibawah alam sadarnya jadi ya memang tidak tau.

"Jangan diem sayang? Ayah kwahtir." Sambil mendekat ke istrinya menatap matanya yang terus mengeluarkan bulir air mata.

Kamu yah, kamu!!! kamu berani nyebut wanita lain, aku nangis karena kamu yah! jahat! walaupun itu hanya mimpi pasti tak mungkin tanpa sebab kamu nyebut nama dia.

"Enggak apa-apa yah, tadi ada denger ceramah di masjid. Artinya ayat Al-Quran yang mengingat kan untuk terus berbakti kepada orang tua, jadi ke inget emak sama bapak." Jawabnya sembari tersenyum penuh luka.

"Oh ya ampun, ayah kira ada apa sayang." Bagas pun memeluk sang istri menguatkan.

enggak tau sih padahal nangis karna dia.

"Em iya yaudah ayah mandi, Ana udah siap tinggal nunggu ayah terus kita sholat ya? Ana mau kedapur dulu." Ia pergi tanpa menatap mata suaminya lagi.

Apa mungkin Ana menangis karena alasan yang dia bilang? Karna biasanya dia selalu menjadi anak yang tegar, malah kalau menangis karena mengaduh dengan doa itupun kalau masalah yang ia pikul terlalu berat! Lalu kenapa dia? Apa mungkin? Ah sudahlah."

Suaminya pun juga perang dengan batinnya antara takut dan ketar ketir.

...***...

Selesai mandi langsung sholat, sarapan siap-siap berangkat kerja.

Sesudah suaminya berangkat Ana pun beres-beres bekas piring kotor. Ia kembali ke kamar membangunkan anaknya agar bersiap juga berangkat kerumah bude nya.

bersambung ....

BAB 3

Dalam perjalanan Alif nampak selalu tersenyum ceria sedangkan sang bunda nampak lebih tidak semangat.

*A*kankah hal sepele seperti ini aku ceritakan saja sama kak mita?

Padahal hanya kejadian sepele, tapi Diana terus berperang dengan pikirannya sendiri.

Karena terlalu lama diam dan berfikir tak sadar sudah sampai di depan gang kakaknya.

Perumahan yang berada didalam gang tersebut nampak dari luar sederhana tapi jika sudah memasuki areanya nampak wah sekali.

Mita memang beruntung menikah dengan pengusaha mable, nampak hanya pengusaha mable tapi sudah mempunyai cabang diberbagai daerah. Juga sudah mempunyai banyak karyawan yang menggantungkan kehidupannya di perusahaannya.

Bahkan pihak keluarga suami tidak pernah memaksa Mita untuk segera hamil, karna dibalik kekurangannya itu ia mempunyai kelebihan yang mungkin jarang orang lain miliki yaitu 'kesabaran'.

Berbeda dengan Diana meskipun ia tidak pernah melawan orang tua tapi dia tak sesabar mita.

Mita juga heran semenjak ia mengenal Bagas Diana langsung berubah menjadi lebih baik lagi, ya mungkin itu karena bimbingannya.

Ya begitulah namanya juga cinta.

...***...

Pukul 09 pagi Diana telah sampai didepan gerbang kakaknya.

Diana membunyikan klakson, belum juga ada jawaban.

Ketika baru saja hendak turun eh tuan rumah mulai buka pintu gerbang.

"Kak kok lama banget sih bukanya!! Enggak kasian apa liat ponakan sama adiknya ini?" Cerocosnya.

"Udah ah masuk berisik! udah enggak sabar jumpa Alif."

...***...

Dikediaman Mita.

"Mas Anton mana kak?" Tanya Diana.

Dia sangat dekat dengan kakak iparnya itu, wajarlah usia mereka terpaut cukup jauh juga, jadi sifat manjanya itu sudah ada sejak Mita mengenalkan Anton kerumah orang tuanya dulu sewaktu masih pacaran.

"Bentar lagi pake baju dia."

"sayang cepetan ada yang nyari nih." Teriak Mita dari lantai bawah.

"Alif udah makan sayang? Bude masak ayam crispy Lo kesukaan Alif." Mengalihkan perhatiannya ke Alif.

"Udah tadi bude, tapi Alif tetap mau ayam goreng buatan bude " Tanpa malu ia berkata, ya begitulah Alif namanya juga anak-anak beda cerita kalo versi dewasa ya.

"Yaudah ayok sini sama bude kita makan di dapur." Mereka pun berlalu sambil Mita menggendong Alif.

"Eh ada adik mas yang imut-imut kayak buntelan entut." sapa mas Anton.

Udah biasa dia mah diejek semenjak melahirkan jadi naik 15kg dulu masih perawan ya paling hebat 47kg.

"Apa kabar Bun, buntel?" Tanyanya sambil unyel-unyel rambut ana, ya wajar Anton anak satu-satunya jadi udah anggap Diana layaknya adik kandung sendiri.

"Biasa ae jenggot." Sambil melempar bantal sofa kearah Anton.

Apa sebaiknya aku cerita ke mas Anton aja ya tentang tentang kecurigaan ku. Lirihnya dalam hati.

"Mas ana mau bicara serius." Dengan ekspresi yang sulit ditebak.

"udah tau." Jawab Anton enteng.

"Mas kok ngeselin sih?"

"Haha mas tau lah kalau enggak ada masalah mana mungkin kamu masih duduk disini, pastinya ikut kebelakang lah, udah ikut keliling rumah." Tukasnya

membuat kerongkongan Diana terasa tercekat.

"Yaudah cerita siapa tau mas bisa bantu, jangan ditahan dan dipendam sendiri nanti makin buntel." Spontan Diana mengulum senyum, padahal dihina tapi dia malah bersemangat, Aneh ya Diana.

"Mungkin enggak ya mas kalau Bagas selingkuh?" Tanyanya itu pun sedikit ragu.

"Menurutmu?" Dilihat adiknya ini bingung.

"Kok mas malah balik nanyak sih, kan ana yang minta pendapat sama mas Anton!!" Protesnya.

"Na yang tau suami berubah hanya istrinya, yang tau bau-bau kebohongan suami hanya istri bukan tetangga, mas ataupun kakakmu.

Semua kamu yang menilai, kamu yang paham dengan sifatnya, dimana letak perubahannya, kalau hanya soal pulang sering telat jangan langsung mendeskripsikan kalau suami selingkuh.

Kalau pun pulang malam alasan lembur tapi masih minta makan dan dibuat kan kopi dirumah jauhkan saja pikiran burukmu."

Diana terdiam mencerna semua kalimat yang dikatakan mas Anton. Ya walaupun dia orangnya bocor samping tapi inilah nyamannya bicara dengannya.

Mas Anton memberi nasehat, penjelasan, nah mitanya memberi masukkan dan menguatkan.

Diana terus berpikir.

"Yaudah kalau mau bukti suami kamu selingkuh atau enggak ayo akhir pekan ikut kita liburan."

Diana dan Anton serempak menoleh.

"Iya kakak denger sengaja gak motong pembicaraan kamu dulu tadi, sekalinya kamu bingung dan diam baru deh." Jelasnya.

"Maksud omongan kakak yang tadi apa? ikut liburan buat buktikan? kok enggak nyambung sih!!" Protesnya.

biasa kan dibilang dia berbeda enggak sabaran banget.

"Katanya anak yang pintar apa setelah menikah pintarnya udah hilang?" cibir Mita "huhh."

Mita membuang nafas kasar, suaminya mengerti apa maksudnya nampak tersenyum sementara diana diam dengan dahi berkerut menunggu penjelasan.

"Gini loh, sebenarnya kemarin kakak kamu nyuruh Dateng kesini karna mau bilang kalau Alif diajak liburan akhir pekan ini selama dua hari, boleh enggak gitu? Tapi kan biasanya bagas selalu ngasih.

Nah karna kamu punya pikiran kalau suamimu selingkuh coba aja kamu ijin ikut juga sama kami. akhir pekan kan dia libur apalagi kamu dikekang enggak boleh keluar tanpa dia, nah biasanya juga Dateng kesini dia yang antar ini kok sendiri.

Jadi kesimpulannya coba kamu bilang kalau mau pergi ikut kami selama dua hari, kalau memang dia ngasih ijin, kamu patut curigai dia." Panjang lebar jelas dan tepat ya hehe.

"Oke mas nanti ana bilang, kalau dikasih ijin atau enggaknya ana tetap Nelfon kak mita ya." Diana pun setuju dengan ide mas dan kakaknya.

"Yaudah jangan dipikirin, jangan bebani pikiran kamu, kakak gak mau kamu sakit." Seraya mengelus puncak kepala adiknya.

Meskipun belum pernah merasakan melahirkan tapi jiwa keibuannya sangat tinggi.

J**adi maksud kak mita dan mas Anton kalau Bagas ngasih ijin aku untuk ikut, iyalah patut dicurigai mana mungkin dia mau akhir pekan dirumah sendiri kalau gak ada selingan buat nemenin dia, aku paham sekarang! Katanya dalam hati.

Puncak kepala Diana terasa berat penuh pikiran menuduh suaminya selingkuh. Oh God apakah aku berdosa saat ini? Pasti berdosalah sama aja dengan memfitnah orang, lah ini malah suami sendiri belum ada bukti lagi.

...***...

Matahari sudah tampak disebelah barat menandakan waktu sudah sore.

Waktunya Diana pulang, enggak sadar udah sore aja.

Diana merenggangkan otot tubuhnya setelah debat dengan pikirannya ia malah tertidur sangat pulas.

Beruntung rumah kakaknya luas jadi Sampai disediakan kamar tamu khusus untuk adiknya bila ingin berkunjung kesini.

Setelah pamit pulang ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Enggak mungkin juga lah ugal-ugalan ada anak yang ia bawa bersamanya.

Hp Diana berdering. Dia baru sadar kalau dari tadi tidak ada mengecek Hp.

"assalamualaikum, Hallo yah?"

"(walaikumsalam, dimana?)."

"Dijalan ini yah, udah di pasar raya bentar lagi juga sampai rumah rumah yah, ayah enggak lembur?"

"(Hati-hati, Alif mana?)"

"Ini lagi duduk disebelah kok yah."

"(Ohyauda)."

Tutt... telfon langsung ditutup.

"Hallo yah, ayah?"

"Kok dimatikan ajasih tanpa jawab pertanyaan ku lagi." Gerutunya sambil meletakan Hp nya kembali.

Jalanan lenggang karna masih status jalan raya biasa bukan jalan kota tempat lalu lalang para pekerja untuk pulang dan pergi.

Mendadak Diana berfikir kenapa suaminya Nelfon dengan cuek. Apa yang salah? Kayaknya pergi juga Uda pamit deh ya? Apasih gak ngerti.

Tiba-tiba Diana mengerem mobil dengan mendadak saat akan memasuki pekarangan rumahnya sampai Alif pun hampir lompat dari kursi disebelah kemudi.

"Habislah aku pantas saja dia terlihat cuek lah uwongnya (orangnya) udah sampai duluan. Haduuuh bismillah aja deh ya, semoga dia gak marah amiiinn."

Deg

Deg

Deg...

Ya Bagas paling marah kalau dia pulang anak dan istri tidak ada dirumah, walaupun sudah memberi ijin tapi bukan berarti yang diberi ijin lupa waktu.

Bersiaplah Diana !!

bersambung ..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!