Badan yang meriang dan juga kepala yang pusing, mau tak mau dia harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Tangan lentik yang penuh dengan luka bekas siraman air panas, sakit yang dia rasakan tidak sebanding dengan sakit hatinya. Ketika sang ayah lebih mempercayai seorang anak tiri.
Hardi menikah lagi setelah 10 tahun kematian sang istri, dia menikahi seorang janda bernama Linda yang memiliki anak bernama Sheila.
"Ya tuhan.. kenapa nasip ku sangat buruk. Kapan aku bahagia? semenjak papa menikah lagi, mereka selalu menyiksa ku, hiks.. hiks" monolog Dita yang menangis tersedu-sedu di sudut kamar yang sangat kecil, kamar yang jauh dari kata layak. Karena hasutan dari istri barunya membuat Dita tidur hanya beralasan tikar tanpa bantal dan juga selimut.
Suara gebrakan pintu membuat Dita menghentikan tangisannya, mengelap sisa-sisa air mata di pipi.
"Mana sarapan nya?? ayo cepat siapkan!! dasar tidak berguna, " ucap wanita paruh baya itu.
"Iya ma, " dengan langkah tergopoh-gopoh, Dita memasak dengan lihai nya.
Makanan yang selesai di masak, di susun dengan sangat rapi. Dita melihat sang ayah bergandengan tangan dengan istri barunya dan di susul oleh adik tirinya di belakang.
Mereka menghampiri meja makan dan duduk di kursi tersedia. Di saat Dita mendudukkan dirinya, dengan cepat Linda mencekal tangannya "jangan makan di sini, sana!! makan di luar. "
"Please deh, jangan merusak selera makan ku, " tambah Sheila sinis.
Seperti biasa, Dita makan di bawah pohon yang tak jauh dari rumahnya, menahan air mata yang sebentar lagi akan jatuh.
"Pa, Sheila ingin ulang tahun Sheila di rayain, " ucapnya dengan raut wajah penuh harapan.
"Iya Pa, Mama ingin merayakan ulang tahun Sheila yang sebentar lagi. Kita rayaain di hotel bintang lima, " bujuk Linda dengan tersenyum.
"Iya boleh, apa sih yang enggak buat Sheila. "
"Hore. Makasih ya, Pa. "
"Sama-sama, sayang. "
"Oh ya, dalam beberapa hari papa tidak akan pulang, papa harus memantau usaha kita yang di luar kota. "
"Iya, papa hati-hati, " ucap Sheila tersenyum.
Dita melihat ke pergian sang ayah yang hanya menatap pilu, bagaimana tidak! Hardi seakan tidak menganggap nya ada.
"Heh, papa kamu sudah pergi! sekarang pergi lakukan pekerjaan mu, " bentak Linda. Dita hanya mengangguk patuh, menyelesaikan semua pekerjaan. Badan yang belum fit dia gerakkan dengan terpaksa.
Di saat mengepel lantai, Sheila yang hanya fokus dengan ponsel tak sengaja menjatuhkan ponselnya di dalam ember bekas air pel.
"Ponselku?? " gumam nya dengan nanar, Dia menatap Dita seakan ingin mencabik-cabik membuat Dita tertunduk ketakutan.
"Kamu sengajakan melakukan nya kan? ayo jawab? " bentak Sheila yang mencengkram lengan Dita.
"Ada apa ini ribut-ribut? " ujar Linda yang menghampiri mereka.
"Ini ma, Dita menjatuhkan ponsel ku" rengek nya.
"Apa? sini kamu, dasar anak kurang aja, " Linda menyeret paksa lengan Dita tanpa menghiraukan ringisannya.
Linda menyeret Dita menuju gudang dan mendorongnya, mengambil ikat pinggang yang tergantung di dinding.
Suara ikat pinggang yang terdengar sangat keras mengenai tubuh lemah Dita, "Ampun....Ma.... ini sangattt aaaa saakittt" teriakan Dita seakan tak terdengar oleh Linda yang terus saja mencambuk tubuhnya, Sheila tersenyum puas karena telah berhasil membuat Dita tersiksa.
Tubuh mungilnya terkulai dengan lemas dan pingsan membuat Linda tersenyum puas, dia lempar ikat pinggang kesembarang arah dan berlalu pergi meninggalkan gudang itu.
****
Tibalah di saat perayaan ulang tahun Sheila di hotel bintang lima yang di adakan dengan sangat meriah, Dita yang hanya berani menatap dari kejauhan.
Dia melihat Hardi memberikan hadiah kepada Sheila dan membuat nya sangat iri kepada adik tirinya. Dia bahkan lupa kapan terakhir kali sang ayah memberikan hadiah ulang tahun.
"Ya tuhan.. **P**apa bahkan tidak pernah memberi ku hadiah semenjak kematian Mama. "
Tatapan Dita dan Sheila bertemu, Sheila tersenyum menyeringai menghampiri Dita dengan membawa kado dan juga 2 buah minuman di tangannya.
"Kakak, apa yang kamu lakukan di sini? kenapa kamu tidak bergabung dengan kami? " tanya Sheila dengan tersenyum.
"Tidak!! aku lebih nyaman di sini. "
"Ini ambillah, kado kecil dariku. Aku tau kakak ulang tahun 5 bulan yang lalu. Maaf, aku telat memberinya karena aku di sibukkan dengan jadwal pemotretan, " ucap Sheila menyodorkan kado dan juga segelas minuman yang dia bawa sedari tadi.
"Terima kasih telah mengingat ulang tahun ku, " ucap Dita tersenyum dengan tulus, dan mengembalikan segelas minuman itu "tapi maaf, aku tidak minum, " tolaknya.
"Oh ayolah kak, ini hari bahagia ku. Anggap saja sebagai kado ulang tahunku dari mu, " bujuk Sheila.
"Tapi, aku tidak pernah minum"
"Please, hari ini aja ya! ayolah kak, ini hari ulang tahun ku, " rengek Sheila.
Dita yang merasa segan akhirnya mengambil minuman itu dan meneguknya hingga tandas. Tak lama minuman itu bereaksi membuat Dita merasakan pusing dan juga panas.
"Kakak kenapa? " tanya Sheila berpura-pura cemas.
"Kepalaku pusing dan juga sekujur tubuhku sangat panas, " ucap Dita yang terus mengipasi tubuhnya.
"Istirahat lah, ini kunci hotel untuk mu, ingat di kamar 109," balas Sheila menyodorkan kunci kamar.
Tak lama Dita pergi, Sheila menelfon seorang preman yang akan menunggunya di kamar itu.
Nathan seorang Ceo muda yang banyak di gemari oleh kaum hawa menderita mysophobia yang alergi jika di dekati dan di sentuh oleh wanita. Dia memiliki sahabat bernama Daniel sekaligus asisten dan tangan kanannya di kantor.
Nathan dan Daniel sedang mengadakan acara kantor yang kebetulan berada di hotel yang sama dengan perayaan Sheila.
Daniel menyodorkan minuman yang telah di campur dengan obat perangsang dengan dosis yang tinggi
kedalam minuman Nathan.
"Maafkan aku Nathan, aku melakukan ini agar phobia mu segera sembuh, aku mohon kamu jangan membenciku. "
Nathan mengeguk minuman yang di berikan Daniel hingga tandas, sehingga obat itu bekerja dengan sangat cepat.
"Auhh kepala ku sangat pusing, " gumamnya sembari memijat kepala untuk mengurangi pusing.
Daniel yang melihat reaksi obat itu mulai bekerja, dia memberikan kunci kamar, "sepertinya kamu sedang tidak sehat? istirahat lah, ini kuncinya!! kamar 106."
Nathan mengambil kunci itu dan bergegas meninggalkan Daniel. Daniel mengambil ponsel dari saku celananya menghubungi seseorang.
" Hallo, bagaimana dengan perempuan nya? apa sudah kau siapkan. "
"tenang saja tuan, wanita itu sedang berjalan ke kamar. "
" Bagus"
Nathan membuka kamar itu, melihat seorang gadis yang hanya berpakaian sangat tipis, membuat hasrat nya kian memucak. Nathan menutup dan mengunci pintu itu dengan sangat rapat, mendekati wanita dan melakukan aksinya yang di respon oleh wanita itu.
Dalam semalam Nathan berhasil melakukan 4 ronde membuat nya dan wanita itu terbujur lemas, kamar 106 menjadi saksi bisu cinta satu malam.
Dita yang terbangun dari tidurnya, memegang kepala yang masih terasa pusing. Dia sangat terkejut melihat seorang pria yang tidur di sampingnya
Dengan perlahan Dita melihat tubuhnya di bawah selimut, terpampang jelas di matanya, tubuh yang polos tanpa sehelai benang, Dita menangis dalam diam yang hanya meneteskan air mata. Dengan cepat dia mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, mengenakannya seperti semula.
Wajah yang terlihat samar itu karena posisi tidur yang menelungkup, dia tidak ingin meminta pertanggungjawaban dari orang asing karena di sini dia lah yang bersalah. Dita menahan perih di bagian area sensitif membuat langkah nya terhambat, dengan menangis tersedu.
Saat sampai di rumah, Dita menghapus air mata di pipinya, membuka pintu.
Ceklekk..
Dita melihat tatapan semua orang yang seakan ingin menerkam nya hidup-hidup, terutama Hardi yang terus menatap nya dengan tajam.
"Kamana saja kamu hah? " introgasi Hardi yang melipat tangan di depan dadanya.
"A.. aku kecapean dan tertidur di hotel" ucapnya sembari tertunduk takut.
"Ck, palingan dia menjajahkan tubuh nya" fitnah Linda.
"Apa benar begitu?? " tanya Hardi meninggikan suara.
"T.. tidak, aku tidak melakukan hal itu, papa bisa menanyakan ini kepada Sheila. Karena dia yang melihatku pergi menuju kamar hotel"
"Apa benar begitu, Sheila" perhatian Hardi teralihkan kepada Sheila dan menanyakan dengan penuh kelembutan.
"Hem, aku hanya melihat nya. Tapi aku tidak tau kejadian selanjutnya"
"Ayo katakan, dasar ******!! " ujar Hardi raut wajah yang sangar.
"Percaya lah pada ku, aku tidak melakukan apa pun" bohong Dita.
"Anggaplah hari ini aku percaya padamu, dan jika itu benar maka aku akan mengusirmu dari sini" ancam Hardi.
Dita tidak ingin di usir dari rumah, sebelum ke pergian sang ibu mewasiatkan rumah itu kepadanya.
Hardi mengalihkan perhatiannya dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu, di susul oleh Linda dan juga Sheila.
Dita setengah berlari menuju kamar mandi, dan menghidupkan shower. Dita menangis di bawah pancuran air, air mata yang menyatu dengan air dari dalam shower menjadi saksi bisu kepedihan dan kesedihan teramat dalam.
Dita menggosok seluruh tubuh nya menggunakan kain kasar, berharap noda di tubuhnya menghilang. Nasi yang telah menjadi bubur begitupun keperawanannya yang tak akan kembali.
"Aku benci.. aku jijik dengan tubuh ku yang sudah kotor, kenapa takdir mempermainkan aku. Tuhan, apa kau masih belum puas membuat ku menderita? hiks.. hiks.. hiks" ucap Dita yang terus menggosok kulitnya yang bahkan sudah memerah dan tergelupas.
Dita yang telah selesai dengan ritual mandinya, hanya termenung menatap kearah depan sambil menyenderkan kepalanya di dinding.
"Ditaaa.. cepat kemari!! " teriak Linda
"Iya sebentar" dengan langkah yang tergesa-gesa, Dita menghampiri ke asal suara.
"Iya ma, ada apa? " tanya Dita yang menundukkan kepala.
"Kamu tau apa kesalahan kamu hah? " bentak Linda yang melototi mata. Dita menggelengkan kepala karena dia sendiri tidak tau apa kesalahan nya.
"Dasar bodoh, lihat!! kenapa kamu tidak menyetrika bajuku hah? " teriak Linda yang menarik rambut Dita dengan kasar.
"Auhh.. iya ma, aku akan menyetrika nya sekarang" patuh Dita membuat Linda melonggarkan tangannya dari tarikan rambut nya.
"Selesaikan dengan cepat, sebentar lagi mama mau pergi arisan" ucapnya melepaskan tangan nya yang bertengger di rambut indah milik Dita sembari berlalu pergi menuju kamar mandi.
Dengan pikiran yang kosong, tanpa sengaja Dita membuat baju Linda menjadi gosong, hingga kesadaran nya kembali di saat dia mencium aroma hangus.
"Ya tuhan.. bagaimana ini? baju mama jadi gosong" lirih pelan Dita seraya mengangkat baju itu dengan kedua tangannya. Linda yang baru menyelesaikan ritual mandinya menjadi syok saat baju kesayangan nya bolong.
"Dasar tidak becus, kamu tau kan itu baju kesayangan saya" Linda menarik telinga Dita dengan penuh emosi.
"Maaf Ma, Dita gak sengaja, " lirih nya.
"Jangan mencari alasan, dasar ceroboh! ikuti saya dan jangan membantah, " ujar Linda yang di penuhi amarah, menyeret paksa tangan Dita.
Linda membawa nya menuju dapur dan melirik sebaskom air panas dan.... Linda menyiram tubuh Dita yang berteriak kesakitan, "Ma, panas.... panas....panas," teriak Dita menangis pilu.
"Panas kata mu, baiklah! aku akan membuatmu dingin, " ucapnya sembari tersenyum menyeringai.
Linda menyeret tubuh Dita dengan paksa dan menguncinya di luar, "malam ini kamu tidur di luar, semoga mimpi indah, " ujar nya tersenyum mengejek.
"Ma.. Ma buka pintunya, di luar sangat dingin" balas Dita yang menggedor pintu cukup lama, akhirnya Dita pasrah.
Tubuh mungil itu duduk sembari memeluk dirinya sendiri, bagaimana tidak! cuaca malam itu sedang hujan deras.
"Ma, tolong bawa aku pergi bersama mu, di sini tidak ada yang menyayangiku. Bahkan Papa lebih peduli anak tirinya di bandingkan aku anak kandungnya sendiri, hiks. "
Hujan deras menjadi saksi penderitaan dan juga rasa sakit yang di pendam oleh Dita.
2 bulan kemudian
Dita yang berbenah rumah tiba-tiba pingsan dan membuat semua orang kerepotan. Mau tak mau Hardi membawa Dita kerumah sakit, betapa terkejutnya semua orang terutama Hardi mendengar penuturan sang dokter, bahwa Dita sedang hamil berusia 3 minggu. Dengan kemarahan yang sebentar lagi akan meledak, Hardi menghampiri Dita dan....
Plakk
"Dasar anak kurang ajar"
Plakk
"Anak tak tau diri"
Plakk
"Mulai sekarang jangan memanggilku Papa, kamu bukan anak ku. Kemasi barang-barang mu dan keluar dari rumah, " ucap Hardi yang berlalu pergi meninggalkan Dita yang menangis memegangi pipinya yang memerah akibat 3 tamparan, Linda dan Sheila tersenyum kemenangan.
Dita membawa semua barang dan juga beberapa tabungan yang dia simpan cukup untuk memenuhi 1 tahun kedepan, melangkahkan kaki mencari kontrakan.
"Maaf kan ibu ya nak, kalian harus hidup tanpa kasih sayang seorang ayah. Tapi ibu janji, ibu akan menjadi ayah sekaligus ibu untuk mu" lirih pelan Dita yang mengusap perut yang masih rata itu.
Cukup lama Dita berjalan mencari kontrakan, akhirnya dia menemukan sebuah tempat berteduh yang nyaman, walau sangat sempit dan juga kecil.
7 bulan kemudian..
Tiba-tiba air ketuban Dita merembes dengan sangat deras di susul kontraksi yang semakin sering, Dita berteriak meminta pertolongan dari warga sekitar. Kini Dita berada di rumah sakit, melahirkan tanpa seorang suami yang mendampingi.
"Ayo bu.. sekali lagi dorong, ini kepalanya udah kelihatan" ucap sang dokter memberi semangat.
Dengan sekuat tenaga Dita mengejan sembari menggigit kain, keringat yang berceceran di tubuhnya merupakan tanda perjuangannya, Dita mendengar suara tangisan bayi.
"Wah bayinya laki-laki dan sangat tampan, " ujar sang dokter yang menyerahkan bayi itu ke suster untuk di bersihkan.
5 menit kemudian, Dita merasakan kontraksi yang hebat "Dok, sepertinya saya kontraksi, " lirih Dita dengan pelan.
"Tarik nafas.... buang, lakukan sebanyak-banyaknya, " ucap Dokter yang memperagakan. Dita melakukan saran sang dokter, tak lama kemudian, terdengar suara tangisan bayi.
"Syukurlah, bayi yang tampan dan juga sehat, " ujar dokter memberikan ke suster untuk di bersihkan.
"Ini bu, bayi kembarnya, " ucap sang suster menyerahkan Baby twins.
Dita tersenyum bahagia menatap bayi-bayinya, "selamat datang ke dunia, sayang. Ibu akan memberi nama si sulung Al, sementara yang bungsu bernama El. "
Dita yang telah menidurkan bayi kembarnya dan berjalan menuju lemari pakaian, mengambil sesuatu dari dalam kotak kayu yang sangat kuno yang penuh ukiran indah.
Dita membuka kotak itu dan menatap dengan nanar, "Bagaimana ini? uang ku kian menipis, ini tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan juga keperluan baby twins, " gumam nya yang meneteskan air mata.
Karena tidak ada yang menjaga putra kembarnya, mau tak mau Dita pergi kewarung untuk berhutang dan meninggalkan bayi mungil itu, "aku harus cepat sebelum anak-anak ku terbangun. Oh tuhan....semoga penjaga warung memperbolehkan aku berhutang. "
Dengan langkah kaki yang tergesa-gesa, akhirnya dia sampai di warung kecil dan mendekat.
"Bu, aku ingin beras, telur, minyak goreng, dan juga susu bayi, " ucap Dita yang sedikit cemas.
"Baik neng, tunggu sebentar. Akan ibu carikan dulu! " sahut penjaga warung.
Pikiran Dita selalu membayangkan anak-anaknya dirumah, apa mereka sudah bangun atau mereka menangis. Entahlah, dia selalu memikirkan baby twins.
"Ini neng, totalnya jadi 70 ribu, " penjaga warung menyodorkan 1 kantong pesanan Dita.
"Em.... um.... begini bu, untuk sekarang saya tidak punya uang, apa aku bisa berhutang? " ucap Dita yang ragu-ragu.
"Emang neng kerja apaan? "
"Saya belum bekerja bu, saya sudah mencari pekerjaan tapi belum dapat, " sahut Dita tertunduk lesu.
"Wahh....maaf neng, saya gak berani ngasih hutang, neng kan tau sendiri warung ibu kecil. Bagaimana pemutaran modalnya, jika neng gak bayar. "
"Tolong lah bu, saya butuh itu untuk saya hidup dan juga bayi kembar saya, " Dita memohon menyatukan telapak tangannya.
"Yah, kalau masalah bayi ibu juga gak tega neng, yaudah deh gapapa hutang dulu. Oh ya, suami neng kemana? " penjaga warung menyergitkan dahinya, terlihat jelas Dita menundukkan kepala membuat sang ibu berpikir jika suami Dita meninggal.
"Kalau neng mau kerja, ada yang butuh jasa buruh cuci. "
Seketika Dita menegakkan kepala dengan bersemangat "saya mau kerja buruh cuci bu, tapi saya gak bisa ninggalin anak-anak. "
"Tenang, kamu bisa nyuci sambil ngerawat anak kamu kok, " sang penjaga warung memberikan Dita sebuah alamat rumah dimana dia akan menjadi buruh cuci disana.
Dita menerima alamat itu dan membawa beberapa kebutuhannya, dia tidak ingin anak-anaknya menangis.
****
Menyuci tanpa henti di tambah merawat kedua anak nya yang terbilang cukup aktif, Dita cukup kesulitan mengerjakan pekerjaannya mencuci. Rasa lelah yang Dita terima, sudah menjadi makanannya sehari-hari, bahkan sesekali tetangganya berbaik hati untuk menjaga baby twins.
Di malam hari pun, saat baby twins terlelap, Dita berlalu pergi dan menyelesaikan semua borongan cucian. Rasa ngantuk dan waktu tidur berkurang tidak masalah baginya, yang terpenting kebutuhan untuk kedua putranya tercukupi.
Sedikit demi sedikit, uang yang berhasil dia peroleh di kumpulkannya untuk membeli mesin jahit, karena mendiang sang ibu sangat pintar menjahit dan pernah mengajarkan nya sewaktu kecil.
"Ya tuhan terima kasih, sekarang aku bisa menjahit dan berhenti menjadi buruh cuci. Walau hidup ku penuh kekurangan tapi aku bahagia memiliki dua putra yang menemaniku, " lirih Dita yang melihat mesin jahit terpampang di sudut ruangan kontrakannya.
Sekarang kehidupan Dita jauh lebih baik, dimana dia memiliki beberapa pelanggan setianya. Kedua putranya berusia 2 tahun, apalagi mereka sekarang sangat aktif.
Dita menjahit dengan tenang, karena kedua putranya tidak pernah membuatnya kerepotan, Al dan El seakan tau apa yang di alami ibunya.
Dita mendengar suara ketukan pintu dan mengalihkan perhatian ke asal suara, "Masuk lah, " ucap Dita tersenyum.
"Neng, ibu mau buat baju untuk kondangan. Itu bisa siap 3 hari lagi gak?. "
" Akan saya usahakan, " Dita menyunggingkan senyuman di wajahnya.
"Oh ya, neng Dita gak kerepotan merawat anak kembar sambil bekerja? " kepo nya.
"Enggak kok bu Ana, mereka ateng kok gak rewel" balas Dita tersenyum.
"Ooh, suami nya kemana sih? gak pernah liat tuh, " ujar si ibu kepo.
"Saya gak punya suami bu Ana."
"Wah, kelihatannya neng masih muda kok udah jadi janda ya? " sewot bu Ana.
Dita berusaha sabar menghadapi pelanggan nya "sudah takdir saya bu. "
"Kasihan anak nya masih kecil dan belum merasakan kasih sayang ayah nya. Oh ya neng, saya kasih tau yaa! neng kan janda, jadi jangan pernah ngerebut suami orang kayak di sinetron itu lho, " ujar bu Ana sewot.
Dita cukup menambah kesabarannya, "ya tuhan, berikan aku kesabaran berlapis, " batinnya dan menghela nafas sebanyak 3 kali dan mengusap dadanya mengontrol emosi.
"Iya, aku gak pernah niat merebut suami orang kok bu, karena bagi saya, kedua anak-anak saya lebih dari cukup. "
"Aku hanya ngasih tau kok, " ujar bu Ana tanpa tau malu.
Setelah pengukuran baju selesai, Dita memutuskan membawa kedua putranya menuju swalayan, ada beberapa keperluan yang harus dia beli untuk anaknya.
Dita memasukan kedua putra nya ke dalam troli belanjaan untuk memudahkannya, sambil memilah dan memilih kebutuhan yang dia perlukan, Dita mengambil beberapa cemilan untuk twins L.
Di saat Dita ingin membeli es krim untuk kedua putranya, tak sengaja dia bertemu dengan Sheila yang saat itu juga ada di swalayan. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik, hingga kaki mulus milik Sheila mengarah ke arah Dita.
"Hai kak, wahh..lihat penampilan mu sekarang, lebih seperti gembel. Dan apakah ini keponakan ku? " ucap Sheila yang memegang pipi gembul Al dan El.
Tak terima dengan itu, El menggigit tangan Sheila dengan sangat kuat, membuat Sheila merintih kesakitan, "dasar anak kurang ajar, " Sheila ingin menampar El tapi di cekal oleh Dita.
"Jangan pernah mengangkat tanganmu di depan anak ku, kita tidak ada urusan lagi. Menyingkirlah, aku ingin lewat, " ucap Dita menepis tangan Sheila dengan kasar dan mendorong troli.
"Tidak semudah itu kau pergi. Kau tau, aku sangat senang dengan kondisi mu yang memprihatinkan. Tubuh mu dari atas sampai bawah (Sheila melihat Dita dari ujung rambut hingga ujung kaki) ck.... ck sangat tidak layak. "
"Minggirlah, aku tidak ingin berdebat denganmu di depan anak-anak ku, " balas Dita dengan raut wajah datar.
"Aku sangat kasihan dengan mu, mempunyai dua putra yang tidak tau siapa ayahnya, jika aku jadi kau! aku akan bunuh diri, " cibir Sheila yang bertolak pinggang.
"Aku tau ini rencana mu, Sheila. Di satu sisi aku harus mengucapkan terima kasih, karena berkat mu aku mempunyai dua anak yang sangat tampan dan juga lucu. "
"Ck, sangat sombong. Lihat saja nanti, bagaimana aku membuat mu sengsara, KAKAK, " sheila berlalu pergi meninggalkan swalayan itu, Dita hanya mengelus pelan dadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!