" Mama, Dimana kunci mobilku?"
setiap pagi itu adalah pertanyaan wajibku sama mama.
"Sayang, pulang kuliah kemarin kamu letakkan dimana?" Mama menggelengkan kepala tak habis pikir dengan tingkah putri bungsunya yang pelupa.
"Aku lupa, Ma. Mama kan harusnya tahu mama kan ibu Rumah Tangga. Pemilik Rumah
ini" imbuhku tersenyum cengir.
Mamaku ibu Rosita tidak pernah marah. Dia wanita anggun yang sangat ramah dan penyayang.
Kemudian papa datang sambil berduyun-duyun membawa sesuatu.
"Kalau cari kunci di meja makan soalnya pulang kuliah pasti buka tutup nasi dulu." ejek Papa, pak Rohmad lelaki paruh baya yang bertubuh tambun. Pak Rohmad pria yang humoris dan ringan tangan. Banyak orang yang menyukai beliau karena kebijaksanaannya.
Aku pun hanya bisa tersenyum cengir saat digoda papa. Keluargaku sederhana. Ada papa Mama dan mbok. Kalau kak Luna masih kuliah di London. Kak Luna cerdas dia dapat Scholarship di sana.
Kakakku kuliah arsitektur di London. Sebenarnya, dia pengen ambil kedokteran di sini. Namun, nasib berkata lain selain gak dapat beasiswa. Papa dapat musibah. Serangan jantung papa kumat. Uang yang bisa untuk kuliah kak Luna di pakai untuk biaya pemasangan ring.
Walaupun penuh perjuangan tapi bangga banget aku sama kak Luna. Usaha tidak pernah menghianati hasil. Waktu SMA Kak Luna selalu bangun malam sholat Tahajud kemudian belajar sampai sholat Subuh lalu bantuin mama bersihin rumah.
Kak Luna idaman hati banget. Gadis cantik, pinter,rajin, ramah dan senyum kak Luna yang selalu meneduhkan hati. Kalau buka sosmednya pasti foto-foto kak Luna lagi bergaya di tempat terkenal di sana.
Bawaannya aku selalu ngiri pokoknya. Kak Luna sering mengunjungi tempat terkenal seperti Big Ben, Hyde Park, Buckingham Palace dan sebagainya. walaupun aku tahu kak Luna juga cuma mejeng di depan aja. Tapi keren banget.
Papa bekerja sebagai pegawai pemerintah. Sedangkan mama adalah ibu rumah tangga, mama juga punya usaha catering.
Kalau mbok selain bersih-bersih rumah juga bantuin mama. Mbok gak tidur di rumahku. mbok berangkat pagi dan pulang sekitar jam 3 an. Walaupun keluargaku sederhana tapi papa bela-belain beli mobil buat aku. Papa gak mau aku naik angkutan umum. Dia pengen anaknya gak kalah sama temen-temennya.
Sebenarnya mobilnya juga mobil Second tapi masih bagus. Mobilnya selain buat kuliah juga bisa buat antar catering mama
Dalam hati, aku kasihan sama papa. Papa harus naik sepeda motor ke kantor. Aku kasihan waktu papa pulang kepanasan dan kadang juga kehujanan. Selain kuliah aku juga ada kegiatan lain. Aku seorang model Freelance dan juga guru taekondow. Jangan macem-macem ya sama aku! Buat tambah uang saku, aku nyambi juga jualan online.
Apa coba Jualanku? Aku melayani custom baju online, kadang juga catering mama aku onlinekan atau barang dan jasa yang bisa aku jual pastinya. Yang bisa di jual, Dijual aja!
Bukan di reject ya Gaess!
Semua yang menghasilkan uang harus di perjuangkan asalkan Halal. Halalan Toyiban.
Aku juga melayani jasa translate biar kata translatingnya aburadul gak karuan kalo dibandingkan J.K Rowling tapi mbah Google selalu setia mendampingi. Job translatingku selalu jadi idola gak pernah sepi biasa anak kuliahan kadang malasnya selangit.
Pokoknya semua Alhamdullilah aja. Namanya juga merintis dari bawah From Zero to Hero.
Menilik kehidupan kampusku yang lebih banyak gayanya dari pada kuliah ya harus diikuti sesuai standar. Jangan berlebihan nanti malah kebablasan! Well, anak muda zaman Now. Ikuti arus aja biar tetep eksis.
Temen deket kuliahku, Vivi, yang nota bene juga temen kecilku waktu kursus di lembaga Bahasa Inggris dulu.
Jadi ibarat kata bahasa inggris adalah Second Language yang dah kayak mendarah daging selain Mother Tongue. Walaupun cuma ketemu seminggu dua kali dan cuma satu jam aja, kita merasa dah sehati banget. Gaya cuek Vivi yang membuatku selalu tepok jidat. Vivi cantik manis dan kaya. Ayahnya pemilik WO terkenal selain itu dia juga punya gedung serbaguna yang bisa buat nikahan atau acara lain. Tapi Vivi sederhana , dia cuma naik sepeda motor ke kampus. Vivi bilang naik mobil macet.
Vivi adalah High Quality Jomblo. Masih meding aku pernah cinta-cinta monyet an waktu SMP. Vivi belum pernah sekalipun pacaran. Idaman Ibu mertua pokoknya. Cantik dan gak neko-neko.
Satu lagi temen deket aku Catherine. Dia sopan, cantik dan pintar.
Idaman cowok banget. Gayanya lembut dan sedikit misterius. Catherine agak tertutup dia jarang curhat soal keluarganya dan kegiatan sehari- harinya.
Tapi itu tidak pernah menyurutkan kegilaan kita di masa muda. Seperti anak muda pada umumnya kami sering nonton film, makan di restoran atau ikut acara kampus yang menyita waktu. Yang penting kita happy.
Catherine jarang ngobrol waktu bertiga. Dia sering main HP. Entah ada apa di HPnya. Sepertinya ada magnet yang tak kasat mata. kadang dia ketawa sendiri atau kadang dia kesal. Kita, aku dan Vivi lebih suka bercanda dan saling olok gak jelas.
Catherine punya cowok dari SMP dan masih langgeng sampe sekarang cuit... cuit dech.
Untuk kehidupan cintaku ya saat ini aku cuma lagi deket aja sama cowok di dunia Maya. Kita sering chat dan saling berbalas email. Adrian Ibarat Kata Oase di padang rumput, embun di pagi hari apalah sebutan yang tepat untuk penyelamatku ketika ditanya sama temen soal pacar. Aku lagi PDKT. Udah gitu aja kalau ada yang tanya. Lagi males kalau terus-terusan ditodong masalah pribadi. Hellow ... ini hidup aku. Jangan KEPO!
Sebernarnya punya pacar juga gak penting banget tapi melihat popularitas dan kecantikan ku kalau aku jadi JONES pasti aku gak sibuk kuliah tapi malah sibuk ngladenin fans yang naksir aku.
Ini perlu diketahui lho yaw aku modis dan populer. Untuk saat ini fokusku cuma satu nyusul kak Luna di London. Aku pengen ngelanjutin S2ku di London.
Aku berniat untuk apply scholarship, kalau bisa sih. Bagiku pendidikan itu utama dan harus diutamakan.
Dari segi kepintaran, aku standar. Bukan anak jenius dan bukan anak be IQ jongkok. Standar adalah kata untuk orang yang berada di tengah-tengah. Impiannya juga di tengah-tengah dan keinginan majunya juga di tengah-tengah.
Kenapa?
Ini kata motivator waktu malam inagurasi. Orang yang standar tidak punya cakupan keinginan yang jelas. Dari segi IQ dia bisa untuk jadi pegawai dan dari segi harapan dia biasa menjadi wirausaha.
Namun, mereka yang tidak punya impian yang jelas akan merasa ragu memilih. Apakah ingin menjadi pegawai dengan gaji rutin per bulan atau ingin menjadi wirausaha dengan kebebasan yang fluktuatif?
Pilih!
Bingung kan?
Makanya saat masih muda kita dibebaskan untuk memilih. Biarkan arus yang membawamu berlabuh!
"Sinta nanti bantuin mama yang antar pesanan Cattering searah sama kampus kamu kok" kata Mama
"Iya, Ma. Nanti aku masuk Kuliah sekitar jam 10. Nanti mama telpon sama yang pesen dulu ya Ma." ucap Sinta sedikit ragu.
"Aduh gimana nich mana nanti jam setengah sebelas aku harus presentasi perdana. ini Jam Bu Grace. Kata kakak senior Bu Grace disiplin banget telat aja langsung gak boleh masuk. Aku sudah skeptis banget ya semoga aku bisa tepat waktu." batin Sinta ketakutan.
Tut.....Tut.... " Hallo. Assallamualaikum. Sinta ada apa?"
"Vi, Presentasi translation yang kita buat kemarin udah beres semua kan?"
"Iya. ini sudah aku copy di flashdisk. Aku cuma kurang fotocopy aja nanti"
" Oke kalau begitu. Aku Jadi gak ikut fotocopy gak apa-apa yaw. Mama minta aku anterin catering jadi aku gak bisa berangkat agak awal. Tapi nanti aku akan berusaha tepat waktu."
"eh.... eh... tunggu Sinta kamu bawa laptop yaw? Ini latopku belum aku charge takutnya nanti baterainya habis."
"Oke.. bye..."
Alhamdullilah. Semuanya beres aku tinggal angkut semua pesenan ini terus kuliah.
waktu sudah menunjukkan jam 9 saatnya berangkat nganter pesenan.
"Mama, aku berangkat dulu yaw. ini ada 50 kardus, Ma. Sudah semua kan?"
"Iya....ati-ati yaw sayang jangan ngebut."
Setelah cium tangan mama aku naik mobil dan *Cuss ...
"Semoga presentasi hari ini berhasil dan aku dapat nilai yang bagus. kayaknya kemarin udah oke semua. aku sama Vivi bahkan udah latihan ngomong. eh ...sudah sampe alamatnya.
Aku turun dari mobil dan memanggil-manggil pemilik rumah. Agak lama kemudian datang seorang ibu yang dari penampilannya terlihat sangat anggun. dengan blouse warna peach dan rok selutut. Tante ini pasti rajin ke salon.
"Tante, apa benar ini dengan ibu Rina."
"Iya...saya sendiri ini siapa ya?" ucap ibu itu dengan kelembutan.
"Saya dari catering Rosita. Apa benar Tante memesan 50 porsi makanan?"
"Oh... iya benar. Ayo bawa masuk"
Tante mengajak beberapa orang untuk mengambil makanan di jok belakang.
" Iya...ini tante tagihannya"
Tante Cantik itu lalu mengambil sejumlah uang dari dompetnya dan menyerahkan padaku.
"Ini uangnya. Ambil saja kembaliannya yaw buat beli bensin. Kamu cantik sekali sayang. Kamu mau gak jadi mantu Tante."
Aku hanya tersenyum tersipu sambil pamit berlalu pergi. Dalam hatiku aku hanya geleng-geleng kepala. ini sudah kesekian kalinya aku ditawarin jadi anak mantu. Sambil melihat kaca depan. Aku narsis sendiri memuji kecantikanku.
"Ya... aku memang cantik. Tapi sayang Jomblo. Tapi mending jomblolah dari pada punya pacar tapi gak perhatian."
Aku melihat jam dan sudah hampir pukul sepuluh. Semoga aku tidak terlambat. Sesampai di tempat parkir, aku lalu menuju ruang kelas yang akan digunakan untuk presentasi Bu Grace. Eh.. sudah kumpul semua lho Vivi mana kok gak kelihatan. ini sudah hampir setengah sebelas.
Vivi masuk sambil terengah -engah.
"Vivi, kamu kenapa? kok sampe hampir terlambat. kamu gak apa-apa kan?" ucapku khawatir.
"Sin.....ta..... maafkan daku." ucap Vivi ragu dengan jeda pada tiap kata.
Eith... kok Vivi sampe minta maaf hampir mau nangis.
"Kamu kenapa Vi? Crita dong."
Sambil menghela napas Vivi pun ancang
-ancang ingin menceritakan apa yang ingin dia critakan.
Aku dengan wajah yang datar mencoba bersiap dengan segala kemungkin cerita yang
akan dia ceritakan.
Dengan bla...bla... bla dan sedikit penyesalan serta beberapa tetes air mata yang keluar. Semua dia ceritakan dari awal sampai akhir bahkan Vivi menceritakan detailnya dengan sangat apik.
Sambil terbengong aku mendengarkan hingga mencapai suatu kesimpulan.
"Jadi file nya ilang di flashdisk kamu? Trus presentasi kita gimana Vi. Kerja keras kita kemarin dan semua yang sudah kita rencanakan?"
"Maaf, Sin.... hiks...hiks." Isak Vivi membuatkua tidak tega.
"Yaudah gak apa-apa nanti coba aku ngomong sama bu Grace. Semoga kita tetep bisa presentasi pakai kertas handout ini. Semoga aja hari ini bukan jatah presentasi kita" harapku penuh kecemasan ditiap kalimat. Aku mendesah panjang karena ini merupakan cobaan yang cukup berat. Mata kuliah ini sangat penting. jujur semua makul memang penting.
Saat bu Grace datang. Bu Grace memberi salam dan semua mahasiswa menjawab salamnya dalam bahasa Inggris. Ini makul Translation presentasi perdana.
Persentasi pertama dilakukan oleh Dian dan Nana mendapat. Walaupun bahasa Inggris mereka belepotan tapi presentasi mereka sukses. Eng... Ing... Eng.... nama kedua pun disebut.
"Grup Sinta dan Vivi."
Seperti sambaran petir di siang hari ketika namaku dan Vivi disebut. Aku merasa lemah lunglai dan tak bertenaga. saat aku melihat wajah Vivi yang sudah sangat pucat aku lalu bergegas menemui Ibu Grace.
"Mam, I am Sorry. I have lost the file from the Flashdisk because of my mistake. May we do the presentation using these pappers?"
("Maaf Bu. Saya kehilangan file dari flashdisk karena kesalahanku. Bolehkah kami presentasi dengan kertas ini?")
"Oh ... so you don't prepare the presentation well. I think you have missed your turn. I am sorry you have to sit down."
(Oh... jadi kamu tidak menyiapkan presentasi dengan baik. Saya pikir kamu kehilangan kesempatanmu. Maaf, tapi kau harus duduk.")
" Thank you, Mam"
(Terima kasih, Bu.")
Bu Grace aku kehilangan file di flashdisk bukan karena aku tidak menyiapkan presentasi dengan baik. itu murni karena human error.
Ibarat kata nasi sudah jadi bubur. aku gak bisa buat nasi goreng jadinya terpaksanya tetep makan bubur kalau laper.
"Gimana?" Tanya Vivi
Aku pun cuma bisa menggelengkan kepalaku tanpa berucap apa-apa. aku harap vivi tahu Maksudku. Di akhir kelas bu Grace mereview kegiatan hari ini. Beliau berkata presentasi berjalan dengan baik hanya dua grup yang tidak bisa melakukan presentasi. salah satu grup itu adalah grupku. Vivi masih sedih dengan kejadian ini. Aku juga merasa sedih karena kegagalan presentasi ini. Ke depannya semoga ini lebih baik.
Kelas berakhir. Begitu juga harapanku pada presentasi ini.
Sudahlah!
Masih ada hari esok. Namun, perasaanku tetap tidak karuan. Aku selalu berusaha menjadi yang terbaik. Pasti sangat egois jika aku menyalahkan Vivi. Ini juga merupakan kesalahanku. Vivi masih murung.
Aku tahu Vivi juga sama sedihnya denganku.
Setelah kehebohan presentasi ini, akhirnya aku berniat menghibur Vivi.
"Vi, Udahlah gak usah sedih. Kata bu Grace masih ada dua presentasi lagi kita pasti bisa dapat nilai bagus di presentasi selanjutnya" kataku
"Tapi aku yang salah harusnya waktu klik kanan yang ku pilih eject bukan format. kalau kayak gini aku jadi merasa aku trouble makernya." kata Vivi sambil masih merengek.
"Ya, kalau udah terjadi kita mau apa? Dalam tim itu gak ada satu orang yang salah. semua dalam tim harus menanggung kesalahannya. aku juga gak minta softcopynya di *flash*disk aku. Aku juga salah karena gak teliti. Apalagi
aku tadi gak bantuin kamu waktu ngeprint sama fotocopy."
"Udahalah Vi, kita jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Ingat tugas kuliah kita masih banyak. tugas presentasi untuk translation 2 minggu kedepan juga sudah ada. kita harus fokus menatap ke depan. Semangat.... Vi...Semangat." ucapku menghibur dengan kedua tangan mengepal memberi semangat.
Catherine datang menghampiriku. Dia terlihat khawatir dengan keadaan kami. Bisa dibilang kalau kejadian ini sangat mengejutkan.
Sebenarnya tidak hanya mengejutkan kami tapi pastinya seisi kelas. Vivi terkenal merupakan anak yang rajin. setiap tugas kuliah dia pasti mengumpulkan awal sendiri. Sedangkan aku miss perfectsionis yang selalu memastikan semua berjalan dengan sempurna. Kalau melihat keadaan Vivi aku sudah bisa memastikan dia sangat sedih.
Jika aku memarahinya pasti persahabatan kita bakal hancur. Nilai A pasti sudah terbang tinggi melayang.
"Sinta, kalian gak jadi persentasi?" tanya Catherine.
Aku cuma mengangkat bahu.
"Kenapa bisa gak persentasi? Kemarin kalian kan sudah Fix semua. Sampai aku lihat kalian juga sudah latihan ngomong." imbuh Catherine
Pertanyaan Catherine yang sudah seperti kereta api berurutan semakin membuat aku jadi tambah emosi. Tenang.... tarik napas hembuskan.
Aku gak mau Vivi jadi tambah menggila dengan rasa bersalah dan penyesalannya.
"It's okay Catherine. Everything runs well. ini semua cuma kesalahan teknis. oh... minggu ini belum giliran presentasimu ya?"
"Bu Grace kan githu milihnya acak jadi semua harus sudah siap dengan bahan presentasi.
Tapi aku lihat tadi ada kertas fotocopy. memang kenapa sih kalian gak presentasi? Aku Kepo banget lho."
"Beneran pengen tahu." Catherine semakin memaksa pengen tahu sambil memasang wajah sok mellownya.
Sebenarnya kalau pengen TAHU tinggal beli aja di kantin kebetulan ini pas jam makan siang.
Jadi lapar.
Aku ngelihat Vivi. Kita saling bertatapan dan seolah Vivi ngasih kode buat ngasih tahu Catherine.
"Jadi gini Cath, Vivi tadi pas Ngeprint mau eject flashdisknya. unfortunnately, Dia salah pilih harusnya klik kanan dia pilih eject tapi ternyata keliru Format. Ya... hasilnya semua data di flashdisk kehapus."
"Ya mau gimana lagi bu Grace gak mau terima alasan. lebih parahnya bu Grace bilang kalau kami gak menyiapkan presentasi dengan baik. Rasanya denger bu Grace ngomong kayak githu sangat melukai hati." curhatku sama Catherine.
"Jadi rumor bu Grace disiplin banget thu beneran yaw. Aku beneran salut sama bu Grace. Kalau sama kalian yaw aku cukup prihatin tapi mau gimana juga kalian sudah berusaha yang terbaik. Jangan sedih!" hibur Catherine
" Oh... ini kayaknya makul terakhir soalnya tadi ketua kelas dapat pesan kalau Dosen abis makul bu Grace ijin keluar kota. Jadi kalian ada rencana apa?" tanya Catherine
"Aku sih off gak ada kegiatan tapi tadi Mama pesen aku gak boleh pulang malem soalnya mama mau ajak aku beli beberapa barang. Sebentar lagi ada saudara yang mau nikahan. jadi mama pengen kasih hadiah." kataku
Vivi masih diem aja
"Kamu gimana Vi?" tanya Catherine
Aku juga ikut tegang menebak reaksi Vivi selanjutnya. kok kayaknya Vivi punya banyak masalah githu sih. Apa jangan jangan Vivi ada masalah lain.
" Aku free. kita mau kemana?" ucap Vivi membuatku lega.
" Kita ke Mall aja yaw nanti kita nonton Film sama makan di food court. Gimana menurut kalian?" Usul Vivi.
" Nanti pake mobilku aja biar bisa bareng-bareng" kataku.
Sesampai di Mall dengan santainya kita ke bioskop dan makan di food court.
Catherine kelihatan cemas banget saat melihat HPnya. Aku juga cuma melihat aja dan gak ambil pusing. Vivi kayaknya juga udah tenang dan gak terlalu sedih.
"Hallo, eh.. gimana? udah selesai belum. udah selesai. Kamu bawa ke sini ya? Nanti aku kirim alamatnya. cepet jangan pake lama."
Catherine ngobrol sama siapa sih kok galak banget. Jujur aku terkejut dengan sikap Catherine aku pikir dia lembut dan ramah. Dalam hati aku juga cuma geleng-geleng kepala.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!