Seorang murid baru tengah berjalan dengan santainya di koridor sekolah. Gadis itu sedang mencari dimana letak ruang kepala sekolah tersebut.
"Bro... Bro... Cewe, Bro." Heboh Cowok bernama Sebastian Arseino kepada kedua sahabatnya.
"Mana?" Tanya cowok satunya yang bernama Verrel Zufar Mahendra.
"Arah jam 12. Depan, noh!" Tunjuk Bastian menggunakan dagunya.
"Kayaknya dia murid baru, deh?" Jawab Verrel.
Sementara salah satu dari mereka, Axello Arkana Marvellyo masih asyik memejamkan matanya.
"Samperin, ah. Siapa tau gue bisa dapet nomor WA 'tuh cewe. Haha..." Celetuk Bastian.
"Cewe Mulu lo!" Cibir Verrel.
"Lah... Apa salahnya dong, Bro? Gue jomblo. Ada cewe bening depan mata, Gue sikatlah. Kali aja ini cewe jodoh gue." Jawab Bastian santai.
"Ye... Jodoh-jodoh. Sekolah aja belum kelar, Udah ae mikirin jodoh?" Cibir Verrel sambil menonyor kepala sahabatnya itu.
"Sialan Lo, ya. Gak masalah dong, Bro. Di masa SMA ini, gue nggak mau dong, pacaran cuma sekali." Jawab Bastian tak terima.
"emangnya... (Sambil melirik Axell.) Yang sekali pacaran putus, terus nggak mau Deket cewe lagi!" Sambung Bastian menye.
"Wah... Cari gara-gara ini bocah. Sikat, Xell!" Kompor Verrel sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Seketika Axell langsung membuka matanya yang yang sedari tadi ia pejamkan sambil duduk bersandar di bangku taman. Ya, memang sekarang mereka bertiga sedang berada di taman depan sambil menunggu bel sekolah berbunyi.
Axell melirik Bastian yang tadi sempat menyindirnya. Mendapat lirikan dari Axell membuat Bastian merinding. Axell memang cowok yang nggak banyak bicara.
"Wait, Santai, Bro! Serem banget 'tuh muka. Santai kali, Man!" Jawab Bastian.
Axello hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Verrel hanya bisa tertawa melihat interaksi keduanya. Axello yang begitu pendiam dan juga Bastian yang tak bisa sebentar saja untuk menutup mulutnya. Sungguh dua kepribadian yang sangat berbeda.
"Dahlah, cabut gue." Ucap Bastian sambil berlalu.
"Eh, Bas, mau kemana Lo?" Tanya Verrel.
"Mau nyusulin Bidadari gue." Jawab Bastian asal sambil berlari menyusul gadis yang menjadi perhatian mereka tadi.
"MIMPI LO!" Teriak Verrel karena jarak mereka yang sudah lumayan jauh.
"Cabut yuk!" Ajak Verrel pada Axello.
Tanpa menjawab Axell pun bangkit dari duduknya. Mereka berkeliling memeriksa setiap sudut sekolah terlebih dahulu sebelum menuju ke kelas. untuk mencari-cari kalau ada murid yang sengaja bolos atau datang terlambat.
...***...
Terlihat seorang gadis tengah menelpon seseorang di koridor sekolah.
"Iya, Pa. Ini Dira udah disekolah."
"(....)".
"Iya, Pa."
"(....)".
"Nggak usah, Pa. Dira bawa mobil sendiri kok."
"(....)".
"Iya, Pa. Assalamu'alaikum."
"(....)".
Tuutt...
Gadis cantik itu pun menutup telpon dan memasukan ponselnya kembali ke dalam tas.
"Cewe." Sapa Bastian. Merasa ada yang memanggil Dira pun menoleh.
'Gila nih cewe, Cantik bener'. Kagum Bastian.
"Lo anak baru?" Bukan Bastian melainkan Verrel yang tiba-tiba muncul dengan Axell disampingnya.
"Iya." Jawab Dira. "Sorry, kak. Ruang kepala sekolah mana ya?" Tanyanya.
"Lo lurus. Nanti ada perpustakaan. Ruang Kepala Sekolah sebelah kanan perpustakaan." Jelas Verrel.
"O... Thank's, kak. Gue duluan." Pamit Dira sopan dengan senyum tipisnya.
"Seketika gue meleleh, Man. Kayaknya gue diabet mendadak, deh." Celetuk Bastian mengagumi paras cantik Dira.
"Cantik." Ucap Verrel.
"Eh, Bro. Jatah gue 'tuh!" Protes Bastian kesal.
"kenapa?" singkat Verrel.
"Ya kagak ngapa-ngapa, sih" Jawab Bastian sambil memutar bola matanya jengah.
"Gue duluan." Ucap Axell yang pergi tanpa menunggu jawaban dari keduanya.
"Woy... Tungguin, Xell!" Teriak Bastian sambil menyusul Axell.
"Kebiasaan." Cibir Verrel.
...****...
11 IPS 1
"Anak-anak, kumpulkan tugas yang bapak suruh kerjakan Minggu lalu!" Ujar Pak Bambang yang sedang mengajar dikelas tersebut.
"Lah... Pak. Emangnya ada tugas ya?" Tanya Melody Dewantari, Salah satu murid dikelas itu.
"Ada. Memangnya kamu tidak mengerjakan?" Tanya balik Pak Bambang.
"Tidak, Pak." Jawab Melody sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Huu..." Teriak seisi kelas.
"Sudah-sudah! Sudah anak-anak!" Teriak Pak Bambang.
"Kenapa kamu tidak mengerjakan tugas yang bapak berikan, Melody?" Tanya Pak Bambang.
"Saya kan baru masuk hari ini, Pak. Seminggu yang lalu kan saya izin! Gimana sih, Bapak?" Protes Melody.
"O... Iya. Saya lupa. Baik anak-anak, yang sudah mengumpulkan lanjut mengerjakan halaman 15. Nanti sebelum jam istirahat dikumpulkan dimeja bapak. Dan kamu Melody, Tugas kamu tetap dikerjakan dan ditambah seperti yang bapak jelaskan tadi!" Titah Pak Bambang.
"Yaahh... Bapak... Kira-kira dong, Pak?" Protes Melody, "bisa sakit tangan saya nanti." Lanjutnya.
"Daripada kamu banyak protes, mending kamu langsung mengerjakan tugas! Ini semua salah kamu sendiri. Kenapa kamu tidak bertanya dengan teman-teman kamu, apa ada tugas dari bapak atau tidak? supaya tidak ada kejadian seperti ini." Hardik Pak Bambang.
"Tapi nggak segini banyaknya juga kali, Pak!" Protes Melody.
"Itu sudah konsekuensi kamu Melody, Kalau kamu masih kurang, Nanti bisa Bapak tambahkan lagi tugas untuk kamu." Ujar Pak Bambang.
"Nggak... Nggak, Pak. Segini aja cukup kok." Pasrah melody.
"Sebaiknya kamu segera mengerjakan Melody Lihat teman-teman kamu! Mereka sudah mulai mengerjakan tugas yang Bapak perintahkan!" Tegur Pak Bambang lagi.
"Baik, Pak." Jawab Melody pasrah. "Bisa gempor nih tangan gue." Lirih gadis itu.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Perintah Pak Bambang.
"Permisi." Ucap murid itu yang tak lain adalah Dira.
"O... Kamu murid baru itu, ya?" Tanya Pak Bambang.
"Iya Pak." Jawab Dira.
"Baik. Kalau begitu Perkenalkan diri kamu!" Titah Pak Bambang.
"Hai, gue Andira Gracelia." Singkat Dira.
"Oke, Dira. Silahkan kamu duduk! Di situ ada dua bangku kosong, kamu boleh pilih." Suruh Pak Bambang.
Dira langsung memilih bangku yang dekat dengan jendela.
"Hai cantik. Lah... Kok duduk situ, sih! Sini deket sama Abang Zaki!" Protes Zaki yang duduk di sebelah pojok kiri Dira. Sorak-sorak terdengar dari seluruh murid di kelas itu.
"Jangan mau, Dira! Ntar Lo malah di modusin sama Zaki." Ucap Melody.
"Hilih... Bilang aja kalau lo nggak rela kalo gue dengan yang lain?" Sahut Zaki.
"Idih... Siapa lo?" Tanya Melody.
"haha..." Terdengar gelak tawa dari seisi kelas.
"Mamp*s lo zak." Sergah Reno.
"Lo tanya gue siapa? Gue Zaki. Zaki Arya Pradipta." Jelas Zaki yang membanggakan namanya itu.
"Woi... Berisik lo berdua. Kalau mau berantem masalah rumah tangga, Sono ke lapangan biar nggak ganggu kita yang lagi ngerjain tugas!" Protes Adit sang ketua kelas.
Dira yang melihat tingkah absurd teman-teman barunya itu pun hanya geleng-geleng kepala. Mereka semua lupa jika guru yang mengajar masih ada didalam kelas.
"Sudah anak-anak! Tolong diam! Bapak ada urusan sebentar. Nanti tugasnya bapak tunggu di meja bapak ya, Sebelum jam istirahat sudah harus dikumpulkan." Titah Pak Bambang.
...***...
Bel istirahat telah berbunyi dan semua murid sedang beristirahat di kantin ada juga yang membaca buku di perpustakaan. Ada yang di taman dan ada juga yang hanya sekedar nongkrong di-rooftop.
Di Kantin Dira sedang menikmati makanannya. Entah sarapan atau makan siang, Karena Dira memang hampir tidak pernah sarapan di apartemennya. Mengingat Dira yang tinggal sendiri, terkadang dia malas untuk bikin sarapan. Nanti sarapan di kantin pikir gadis itu.
"Dira." Sapa Melody.
"Iya." Jawab Dira.
"Boleh gabung?" Tanya Melody.
"Boleh kok, duduk aja!" Jawab Dira.
"Thank's. Gue lihat lo sendirian aja?" Tanya Melody. Tak ada jawaban, Dira hanya menampilkan senyum tipisnya.
"Dira, kok lo irit banget ya, ngomongnya?" Celetuk Melody.
"Gue emang gini orangnya." Jawab Dira apa adanya.
Tiba-tiba terdengar riuh teriakan dari cewek-cewek dari arah pintu masuk kantin. Karena ada 3 cowok Most wanted datang. Siapa lagi kalau bukan Axell si ketua OSIS, Verrel wakil ketua OSIS dan si tengil Bastian.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Bastian yang tahu Dira ada di salah satu meja pojok kantin itu langsung menghampiri.
"Cantik... Lo yang tadi pagi, kan?" Tanya Bastian.
"Iya." Jawab Dira singkat.
"Boleh gabung, kan?" Tanya Bastian dan langsung duduk tanpa menunggu jawaban dari si empunya.
"Kak, kalau nggak perlu nunggu jawaban, ngapain tanya?" Semprot Melody asal.
"Insting, Mel." Jawab Bastian ngasal.
"Insting?" Beo Melody. Sementara Dira hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Ya. Insting gue yakin, enggak mungkin lah kalau lo berdua bakal ngelarang kita duduk di sini." Jelas Bastian.
"Kita?" Tanya Dira karena yang Dira lihat Bastian hanya datang sendiri.
"Iya. Gue sama temen-temen gue, 'tuh." Tunjuk Bastian menggunakan dagunya.
Dan benar saja. Saat Dira dan Melody menoleh kebelakang, ternyata sudah ada Axell dan Verrel yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.
"Boleh gabung, kan?" Tanya Verrel To the point.
"Boleh kak, duduk aja!" Jawab Melody dengan semangat 45nya.
'duh... Jarang-jarang nih bisa satu meja sama mereka. Benar-benar momen langka.' Batin Melody.
"O... Iya, kita belum kenalan. Kenalin nih, gue Sebastian Arseino." Ucap Bastian sambil mengulurkan tangannya.
"Dira." Jawab Dira sambil menyambut uluran tangan Bastian.
"Gue Verrel. Verrel Zufar Mahendra." Ucap Verrel sambil ikut mengulurkan tangannya.
"Dan yang ini temen gue. Kenalin, Axello Arkana Marvellyo. Si bapak ketua OSIS disini." Sambung Verrel. Dira lalu menyambut uluran tangan Verrel.
Drrtt... Drrtt..
Tiba-tiba bunyi getar ponsel yang terletak di samping Dira.
"Ponsel lo, Dir." Celetuk Melody. Tanpa melihat si pemanggil, Dira langsung menerima panggilan dari ponselnya.
"Hallo." Sapa Dira. Seketika Dira mengangkat sebelah alisnya.
"(....)."
"Nggak bisa, Sorry."
"(....)."
"Nggak bisa, gue sibuk."
"(....)."
"Terserah!"
Tuutt... tuutt...
Dira langsung mematikan teleponnya sepihak karena enggan untuk melanjutkan telepon dari orang yang selalu mengganggunya itu.
"Siapa, Dir?" Tanya Bastian kepo.
"Bukan siapa-siapa." Singkat Dira.
"Buset. Ini cewek 11-12 sama kayak si bapak muka datar samping kita, Rel." Cibir Bastian.
"Wah... Nantangin Lo, Xell." Kompor Verrel. Sementara Axell hanya melirik sekilas dan langsung memasang earphone andalannya untuk mendengarkan musik.
"Gue duluan." Pamit Dira beranjak dari kursi yang sedang dia duduki.
"Lho, kok buru-buru banget, Dir?" Tanya Melody.
"Iya, nih. Buru-buru banget. Kita baru aja duduk?" Sahut Bastian.
"Gue mau ke toilet" Jawab Dira.
"Yaelah, Dir... Dir... Baru mau gue Pepet. 'Tuh cewek, ditinggal lagi gue, heran!" Ucap Bastian kecewa.
"'Tuh cewek beda, Bro!" Sahut Verrel.
"Si Dira emang agak pendiam, kak. Di kelas juga gitu tadi." Jelas Melody. Sementara Axell hanya melirik punggung Dira yang sudah hampir tak terlihat dari kantin.
...***...
Bel pulang sekolah Telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini Dira tengah mengendarai mobilnya menuju apartemen yang sudah hampir 1 tahun ini dia tinggali.
Sebelumnya Dira tinggal dengan papa dan mama tirinya. Mama Dira sudah meninggal beberapa tahun lalu Waktu Dira masih di bangku SMP. Kenapa Dira tinggal sendiri di apartemennya karena Dira ingin belajar hidup mandiri.
Awalnya sang papa menolak keinginan Dira mengingat Dira adalah putri semata wayang. Tapi karena keinginan Dira begitu kuat yang akhirnya membuat hati papa Dira luluh dan Mengizinkan Dira untuk tinggal sendiri di apartemennya.
...***...
Pagi hari ini Dira bangun kesiangan hingga dia terlambat datang ke sekolah. Ditambah jalanan yang macet karena padatnya kendaraan, membuat Dira uring-uringan sendiri di dalam mobil.
"O-Shitt. Telat deh gue pasti." Ucap Dira sambil memukul setir mobilnya. Hingga beberapa menit berlalu kini Dira sudah berada didepan gerbang yang sudah tertutup.
Tiin... tiin...
Bunyi klakson mobil Dira.
"Pak, tolong bukain dong, Pak!" pinta Dira pada Pak satpam penjaga gerbang. Ya, Dira tiba disekolah pukul jam 07.18.
"Bentar ya, neng?" Ucap Pak Dirman, Satpam penjaga gerbang.
"Lah. Si bapak bukannya bukain gerbang malah pergi!" Kesal Dira.
Tak lama kemudian, datanglah Pak satpam yang membuka gerbang dengan Axell dan Verrel di belakangnya.
"Ck. dihukum deh gue pasti." Tebak Dira yang pasti akan dihukum karena terlambat datang ke sekolah.
Axell Dan Verrel menghampiri Dira dan mengetuk kaca jendela mobilnya.
Tok...
Tok...
Tok...
"Parkirin mobil, Lo, terus langsung ke lapangan!" Ucap Axell. Tanpa menjawab Dira langsung memarkirkan mobilnya dan langsung menuju ke lapangan.
"Andira Gracelia P.P." Ucap Verrel sambil membaca Name tag pada seragam Dira.
Dira hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa terlambat?" Tanya Axell datar.
"Kesiangan, kak." Jawab Dira.
"Kenapa bisa kesiangan?" Tanyanya lagi.
"Semalam gak bisa tidur, kak." Jawab Dira apa adanya.
"Kenapa nggak bisa tidur, mikirin pacar lo?" Tanya Verrel.
"Nggak, Kak." Jawab Dira.
"OK, karena lo murid baru disini, Gue bisa tolerir." Jawab Axell, "Tapi, besok-besok nggak lagi!" Sambungnya dan langsung pergi meninggalkan lapangan.
"Lo, langsung kembali ke kelas!" Ujar Verrel.
"Thank's, kak." Ucap Dira sambil menghembuskan nafasnya kasar.
...***...
Di kelas, Dira yang baru masuk langsung mendapat pertanyaan dari Zaki. Untung kelas dalam keadaan jam kosong.
"Telat ya, Dir?" Tanya Zaki. Dira hanya menoleh dan menganggukkan kepalanya.
"Untung jamkos, Dir. Kalau enggak?" Ucap Melody.
"Kenapa?" Tanya Dira sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Hari ini itu jamnya Bu Sarah." Jawab Melody. Dira hanya menatap Melody meminta penjelasan.
"Bu Sarah itu salah satu guru killer di sini." Jelas Melody. Dira tidak menjawab hanya menganggukkan kepalanya.
...***...
Bel istirahat telah berbunyi, kini Dira sedang menikmati nasi goreng dan lemon tea di kantin bersama dengan Melody.
"Dira, boleh nanya nggak?" Tanya Melody.
"Boleh." Jawab Dira santai sambil memakan nasi gorengnya.
"Rumah lo jauh ya dari sekolah? Kok Lo telat tadi?" Tanya Melody To the point.
"30 menit perjalanan." Jawab Dira.
"Eh... Ada Dira..." Celetuk Bastian. "...Tadi telat ya?" Tambahnya.
"Iya." Singkat Dira.
"Besok-besok jangan terlambat lagi, ya Dir?" Ucap Verrel mengingatkan. Sementara Axell tetap dengan diamnya. Entah sudah berapa lama tiga cowok Most wanted itu sudah berada satu meja dengan Dira.
"Iya kak." Jawab Dira.
Drrtt.. drrtt..
"Eh ponsel lo getar 'tuh, Dir." Ucap Melody. Dira hanya memutar matanya malas. Sementara Zaki yang kepo karena melihat ekspresi Dira pun langsung membaca nama si pemanggil.
📲 JANGAN DIANGKAT is Calling...
"Kok jangan diangkat, Dir? Siapa emang?" Tanya Melody.
"Bukan siapa-siapa, Mel." Jawab Dira.
"Mantan lo pasti!" Sahut Verrel.
"Bukan." Singkat Dira.
Tak lama berselang ponsel Dira kembali bergetar menunjukkan nomor tidak dikenal.
📲 085227282xxx is calling...
Dira mengangkat sebelah alisnya melihat nomor yang tidak di kenal. Namun, Dira memutuskan untuk menerima telepon masuk itu, siapa tahu penting begitu pikirnya.
"Hallo."
"(....)."
"Gue sibuk."
"(....)."
"Gue enggak bisa, Sorry."
"(....)."
"Iya karena seberapa banyak lo ngajak gue, jawaban gue tetap sama. Gue enggak bisa."
Tuutt...
Dira memutuskan telfonnya sepihak, serta menonaktifkan ponselnya dan beranjak pergi dari kantin.
"Gue duluan, ya." Ucap Dira meninggalkan kantin.
"Dira, makanan lo belum abis nih.!" Ucap Melody.
"Buat lo aja kalau lo mau, gue nggak selera!" Jawabnya sambil berlalu pergi meninggalkan kantin.
"Si Dira emang gitu ya kalau di kelas?" Tanya Bastian kepo.
"Iya kak, si doi emang terkesan cuek." Ucap Melody apa adanya.
Dalam diam Axell melirik Dira dari kejauhan.
'Misterius.' Batinnya.
...***...
Jam pulang sekolah telah berbunyi, kini Dira sedang berada di parkiran untuk mengambil mobilnya dan ingin segera pulang.
"Eh Dira, pulang sendiri, Dir?" Tanya Bastian.
"Iya, kak." Jawab Dira singkat.
"Mau gue anter?" tanyanya.
"Nggak usah, kak. Makasih..." Tolak Dira sopan. "...Gue bawa mobil sendiri?" Sambungnya.
"Kamu tinggal dimana, Dir? siapa tahu kita searah?" Tanya Bastian lagi pantang mundur. Sungguh Bastian baru kali ini merasa diabaikan.
"PEPET TERUS, BAS. JANGAN KASIH KENDOR!" Teriak Verrel yang sedang berjalan dengan Axell.
"Nggak bisa aku kasih tau, kak, Sorry!" Jawab Dira. Dira segera masuk mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan area parkir sekolah.
"Gimana, Bas?" Tanya Verrel.
"Gue tanya dia tinggal dimana, Eh malah nggak dijawab." Jawab Bastian.
"Baru kali ini lo dicuekin sama cewe!" Cibir Verrel.
"Gue jadi semakin penasaran sama 'tuh cewe." Ucap Bastian.
"Gue duluan." Ucap Axell.
"Eh, Xell, jadikan ke kafe?" Tanya Verrel.
"Jadi, Lo berdua duluan. Gue nyusul." Jawab Axell sambil masuk kedalam mobilnya dan langsung berlalu pergi meninggalkan area parkir sekolah.
...***...
Hy guys, harap maklum ya kalau di cerita aku ini masih gak jelas dan typo sana-sini. Namanya juga ini novel pertama aku. Iseng coba-coba ngisi waktu luang. Kalau kalian suka jangan lupa like, vote and juga coment ya. Jangan lupa juga follow akun ig aku ya! @iu.rhma93. Bye😘...
Sore itu Axell yang baru sampai di apartemen miliknya bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang lengket karena aktivitas seharian nya di sekolah.
Setelah mandi Axell langsung mencari Outfit kepunyaannya untuk nongki bareng Verrel dan juga Bastian di kafe yang telah mereka janjikan sebelum pulang sekolah tadi.
Ting...
Sampai di bawah pandangan mata Axell tertuju pada seorang gadis SMA yang masih memakai seragam sama seperti seragam sekolahnya.
"Bukannya itu Dira? Ngapain itu cewe kesini?" Gumam Axell lirih. "Bunga? Bunga buat siapa?" Ujar Axell sambil mengangkat sebelah alisnya.
Tiba-tiba ponsel Axell pun bergetar menandakan ada panggilan masuk.
📲 Verrel is Calling...
"Hallo."
"Bro, Lo lama bener dah!..." Protes Bastian. "...Lo mandi apa berendem?" Sambungnya. Bastian yang sedang menelpon Axell menggunakan ponsel Verrel.
"Gue udah mau otw." Jawab Axell yang sudah mulai melajukan mobilnya.
"Ok, jangan lupa, man." Ucap Bastian.
"Apa?" Tanya Axell singkat.
"Jangan lupa belok, Lo ntar lurus terus nabrak. haha.. haha.." Tawa Bastian pecah seketika.
"Sialan Lo!"
Tuutt...
Axell memutus sepihak telpon dari Bastian dan semakin mempercepat laju mobilnya.
Sementara itu Andira yang sudah selesai membersihkan diri, kini dia bersiap untuk pergi berkunjung ke makam mamanya.
...***...
Kini Axell sudah tiba di tempat yang biasa mereka datangi hampir setiap hari. d'AXE cafe, adalah kafe tempat nongki yang yang sekarang ini tengah populer di gandrungi kalangan remaja. Dengan desain interior yang Instragamable, serta menu-menu yang kekinian menambah minat para pengunjung yang rata-rata anak muda itu.
Tak banyak orang tahu, kalo d'AXE cafe adalah kafe yang Axell dirikan. Ya Axello Arkana Marvellyo si Ketos dingin dari SMA Bakti Bangsa.
Cowo yang terkenal tampan, mempunyai postur tinggi tegap dan irit bicara. Axell hanya akan bicara kalau menurutnya perlu. Tapi beda jika Axell bersama dengan orang tua dan juga kedua sahabatnya. Axell akan sedikit berbeda, catat ya, sedikit.
"Ini, nih, yang ditungguin dari tadi. Baru dateng. nungguin Lo kek berasa nungguin cewek dandan tau gak, Bro?" Protes Bastian To the point.
"Udah untung gue Dateng." Jawab Axell tak terima.
"Ye, Sorry kali, Xell. Sensi amat kayak cewek lagi PMS lo." Cibir Bastian.
"Sialan Lo!" Maki Axell kesal.
"Si Verrel mana?" Tanya Axell yang baru menyadari kalau mereka hanya berdua.
"Ck, si Verrel baru balik dia, ditelpon nyokapnya." Jawab Bastian.
"Balik?" Tanya Axell heran, karena tak biasanya Verrel pergi tanpa menunggu kedatangannya. Biasanya mereka ngumpul dulu di kafe untuk makan, ngobrol atau hanya sekedar untuk Mabar.
"Iya, balik disuruh minum susu katanya. Haha... Haha..." Jawab Bastian asal.
Tiba-tiba datang seorang pelayan kafe menghampiri Axell.
"Bos," panggil orang itu sopan.
"Ada apa?" Tanya Axell.
"Ada laporan yang harus di cek bos." Jawab pelayan kafe itu.
"Ok." Jawab Axell singkat. Pelayan kafe itu pun kembali bekerja.
"Gue juga mau balik dulu, Bro." Ucap Bastian.
"Kenapa, Lo juga di suruh minum susu nyokap Lo?" Tanya Axell asal.
"Sialan Lo!" Jawab Bastian tak terima.
"Ya udah balik Sono, Lo!" Usir Axell.
"Lo ngusir gue?" Tanya Bastian sedikit ngegas.
"Bukannya Lo sendiri yang mau balik? Gue mau ngecek laporan dulu. Kalo Lo masih mau disini terserah." Jawab Axell.
"Okelah, gue balik. Daripada sendirian, Mending di temenin sama Dira. Bakalan betah gue." Ucap Bastian asal. Axell diam, seketika dia teringat akan Dira yang tadi tanpa sengaja dia lihat di Lobi apartemen tadi.
...***...
Kini Axell sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen miliknya untuk beristirahat. Hingga sampai di lobi apartemen, Axell kembali melihat Dira yang berjalan kearah lift sambil membawa beberapa kantong belanjaan.
"'Tuh cewe disini lagi? Nemuin seseorang atau emang dia tinggal disini?" Tanya Axell pada dirinya sendiri. Entah mengapa pikiran Axell menjadi terusik tentang mengapa Dira ada disini. Tanpa sadar Axell mengikuti Dira memasuki lift yang hampir tertutup itu.
"Kak Axell..." Ucap Dira yang begitu terkejut akan kedatangan Axell yang tiba-tiba.
"Dira, Lo ngapain disini?" Tanya Axell.
"Gue emang tinggal disini, kak." Jawab Dira apa adanya.
"Tinggal disini? sama siapa?" Tanya Axell lagi.
"Sendiri." Jawab Dira singkat.
Drrt.. drrt..
Ponsel Dira berdering menandakan ada telpon masuk.
📲 Papa is Calling...
"Hallo."
"(....)."
"Ini Dira abis belanja, Pa."
"(....)."
"Iya, ini Dira udah di apartemen kok, Pa. Dira nggak kluyuran."
"(....)."
"Ok, Pa. Besok Dira mampir ke rumah."
Ting...
Pintu lift pun terbuka. Dira yang sedang berbicara dengan papanya pun akhirnya mengakhiri telponnya.
"Udah dulu ya, Pa, selamat malam." Ucap Dira lembut.
"(....)"
Tuutt... Dira memasukkan ponselnya kedalam saku celananya.
"Duluan ya, kak." Ucap Dira pada kakak kelasnya itu.
"Ok." Singkat Axell. 'Jadi dia beneran tinggal disini' Batin Axell.
Tiba-tiba ponsel Axell pun bergetar menandakan adanya panggilan masuk.
📲 Bunda is Calling...
"Hallo, assalamualaikum, Bun."
"(....)."
"Ini Axell udah pulang, Bun, dari kafe."
"(....)."
"Ok, Bun. Besok Axell kerumah."
"(....)."
"Baik. Bun."
Tuutt... tuutt..
Axell memasukan ponsel kedalam saku celananya dan bergegas masuk kedalam apartemennya.
...***...
Hari Minggu ini, Dira sudah siap dengan setelan Outfit miliknya. Dira bergegas menuju mobil untuk bergegas pulang ke rumah, karena permintaan papanya semalam yang memintanya untuk pulang, karena pada suatu hal yang perlu dibicarakan dengan Dira.
Sama halnya dengan Dira, Axell juga sudah siap untuk pulang ke rumahnya, memenuhi permintaan bundanya semalam. Karena Bundanya bilang ada sesuatu yang harus dibicarakan orang tuanya.
...***...
Dirumah Dira.
"Papa" seru Dira memanggil papanya.
"Eh sayang... Kamu sudah datang? Sini, sayang." Jawab papa Prastiko Lucky, Papa dari Dira.
"Dira kangen, Pa." Cicit Dira sambil memeluk cinta pertamanya itu.
"Yakin kangen?" Tanya Papa Pras tak yakin.
"Kok nggak pernah pulang kesini?" Tanya Papa Pras.
Dira hanya tersenyum sembari memperlihatkan Gigi gingsulnya.
...***...
Sementara itu di rumah Axell.
"Boy, ada yang Ayah sama Bunda mau kasih tau sama kamu." Ucap Bunda Resty.
"Ada apa, Bun?" Tanya Axell ingin tahu. Bunda Resty tidak menjawab dia hanya menyenggol lengan suaminya.
"Ada yang Ayah mau tanyakan sama kamu, Xell." Ucap Ayah Marvellyo Jodi, Ayah dari Axell.
"Apa, Yah? Kok kelihatannya serius gitu!" Tanya Axell ingin tahu.
"Sekarang kamu kan sudah kelas 12, sudah besar dan semakin dewasa. Kok datang kerumah sendiri?" Ujar Ayah Marvellyo.
"Maksud Ayah?" Tanya Axell bingung.
"Memangnya kamu nggak punya pacar, kok datang kerumah sendiri?" Pancing Ayah Marvellyo ingin tahu.
"Axell nggak punya pacar, Yah," Jawab Axell apa adanya.
"Benar kan apa yang Ayah bilang. Axell itu nggak punya pacar..." Ucap Ayah Marvellyo. "...Anak kita itu tampan, tapi ketampanannya mubasir." Lanjut Ayah Marvellyo.
"Bukan mubasir, Yah, mungkin karena Axell hanya masih belum mau pacaran." Jawab Bunda Resty membela putra kesayangannya itu.
"Mungkin karena Axell nggak mau pacaran tapi maunya langsung nikah. Betul kan, Boy?" Tebak Ayah Marvellyo.
"Sebentar, Yah! Sebenarnya kemana arah pembicaraan kita?" Tanya Axell yang semakin bingung dengan maksud kedua orang tuanya itu.
...***...
Sementara di lain tempat, Kini Dira sedang berdiam diri di dalam mobilnya. Sebenarnya Dira sudah pulang dari rumah Papanya hampir satu jam yang lalu. Tapi Dira enggan untuk beranjak pergi dari mobilnya. Dira sedang asyik dengan pikirannya sendiri.
Sambil melamun Dira berucap lirih "Nikah?" dan setelahnya Dira memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya pelan "haah... Gue bahkan masih sekolah, kenapa gue tiba-tiba dijodohin?"
...***...
Pagi ini Dira sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dira sengaja Berangkat sekolah lebih awal dari biasanya karena hari ini hari Senin yang biasanya akan diadakan upacara.
Selesai upacara kini Dira sedang berada di kelas.
"gue duduk disini ya, Dir?" Pinta Melody yang pindah duduk di samping Dira. Sebelumnya Melody duduk dibelakang Dira.
"Iya, Mel, duduk aja!" Jawab Dira. Melihat raut wajah Dira yang beda dari biasanya membuat Melody penasaran, ada apa dengan teman barunya itu.
"Lo kenapa, Dir? Lo sakit?" Tanya Melody sambil menempelkan punggung tangannya pada dahi Dira.
"Gue gak apa-apa, Mel." Jawab Dira pelan.
"Tapi wajah Lo kok gitu, atau lo lagi ada masalah, ya? cerita sama gue, siapa tau gue bisa bantu Lo!" Ucap Melody tulus.
Melihat ketulusan di mata Melody membuat Dira tersenyum.
"Gue gak apa-apa, Mel." Jawab Dira mengulangi kalimatnya.
...***...
Dikantin kini Dira dan Melody berada. Jika Melody tengah asyik dengan makanannya lain halnya dengan Dira yang terlihat begitu tidak bersemangat. Tak ada sesendok makanan pun yang masuk kedalam mulutnya. Dira hanya memainkan makanannya sambil melamun.
"Kalo nggak laper kenapa pesan, Dir?" Celetuk Melody. Tak ada jawaban dari Dira. Melody pun kembali bertanya. "Dira, kok Lo nggak makan?" Belum sempat menjawab, datanglah kini si tiga serangkai Most wanted disekolah itu.
"Hay Dira." Sapa Bastian.
"Hay..." Balas Dira.
"Kok makanannya dimainin?" Tanya Verrel yang memperhatikan tangan Dira yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Nggak kok, kak." Jawab Dira yang kini mulai menyantap nasi goreng pesanannya.
Setiap gerak-gerik Dira pun kini tak luput dari mata Axell. Diam-diam kini Axell sedang memperhatikan Dira. Entah mengapa kini Axell begitu ingin tahu lebih tentang gadis itu.
Verrel yang sadar akan apa yang sahabatnya itu lakukan langsung menyenggol kaki Axell yang berada di bawah meja. Merasa kakinya ada yang menyenggol membuat Axell mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Verrel.
Verrel tak menjawab, dia hanya tersenyum sambil mengelengkan kepalanya.
"Lo kenapa, bro? Geleng-geleng kepala sambil senyum-senyum gitu?" Tanya Bastian yang merasa ada yang aneh pada Verrel "... Udah mulai nggak waras ya lo?" Sambungnya.
"Gue waras kali, Ngab!" Jawab Verrel.
"Ya terus kenapa Lo senyum-senyum kek tadi Kesambet, Lo?" Ucap Bastian.
"Gue gak apa-apa, Nyet." Jawab Verrel.
...***...
Kini Dira sedang berjalan menuju apartemennya. Tanpa Dira sadari dari jarak beberapa meter di belakangnya, ada seorang cowok yang juga sedang berjalan menuju kamar apartemen miliknya.
Dira sedang menatap kosong langit-langit kamarnya. Pikirannya sedang menerka-nerka tentang mengapa Papanya tiba-tiba menjodohkannya dengan orang yang menurut Dira misterius itu.
Papa Dira mengatakan kalau Dira sudah dijodohkan beberapa bulan lalu dengan anak teman sekaligus rekan bisnisnya itu.
Awalnya Dira ingin menolak keinginan Papanya, tapi Dira urungkan mengingat kini hanya Papanya keluarga kandung yang masih ia miliki sekarang ini. Sebenarnya Dira mempunyai mama tiri yang juga baik dan menyayangi Dira seperti anaknya sendiri, mama Diva namanya.
Dira begitu penasaran dengan orang yang akan menikah dengannya itu. Wajahnya, usianya, dan seperti apa orangnya. Begitu banyak pertanyaan yang melintas dibenak Dira, tentang mengapa papa Dira tiba-tiba ingin menjodohkannya Dengan orang yang sama sekali tidak Dira kenal. Sampai Dira mengembuskan nafasnya pelan, "Baik Pa. Dira terima perjodohan itu, kalo itu bisa membuat Papa bahagia, maka Dira akan melakukannya." Pasrah Dira.
Siang itu di kantin sekolah, Dira hanya murung dan terlihat tidak bersemangat.
"Dira, Lo kenapa? Dari tadi gue perhatiin Lo udah kayak mayat idup tau, gak..." Cicit Melody yang sedari tadi terus memperhatikan Dira yang tidak bergerak sama sekali dan hanya melamun. "... Iya gue tau, Lo emang pendiem. Tapi nggak gini-gini amat deh perasaan." Sambung Melody lagi.
"Kalo Lo lagi ada masalah, Lo bisa kok cerita ke gue. Gue ini juga temen Lo, Dir." Kembali Melody menambahkan.
Kini Melody memeluk Dira dengan hangat. Sampai Melody merasakan ada telapak tangan yang mengusap punggungnya, "Gue nggak apa-apa kok, Mel..." Ucap Dira, "...Thank's udah mau jadi temen gue dan perduliin Gue." Lanjut Dira sambil menampilkan senyum tipisnya.
"Beneran, nih?" Tanya Melody tak percaya karena memang itu yang Melody rasakan.
"Iya, Mel," lirih Dira.
Sampai datanglah 3 serangkai di kantin dang mengundang kebisingan dari para gadis yang mengidolakan Mereka. Siapa lagi kalau bukan Axell dan kawan-kawan.
"Boleh dong, ikutan!" Celetuk Bastian yang berjalan mendekat kearah Dira dan Melody yang sedang berpelukan. Sampai tangan kekar Verrel menarik kerah bagian belakang Bastian.
"Woy... Anj*ng! Sialan Lo narik-narik baju Gue!" Teriak Bastian sampai membuat Dira dan Melody menoleh dan melepaskan pelukannya.
"Yaaah... Jok dilepas, sih, Gue kan juga mau ikut pelukan Lo pada." Ucap Bastian kecewa karena gagal berpelukan dengan kedua gadis itu.
"Jangan mau Lo berdua dipeluk sama ini cucu Fir'aun." Ucap Verrel tanpa watados nya.
"Kak Bastian ya, modus! Nggak tau apa ini si Dira lagi nggak mau diganggu." Ucap Melody yang seperti tak bersahabat dengan kedatangan mereka.
Sampai pandangan mata ketiganya jatuh pada wajah Dira yang begitu terlihat sedang tak baik-baik saja.
"Lo kenapa, Dir?" Tanya Bastian ingin tahu dengan apa yang terjadi dengan gadis itu.
"Lo lagi ada masalah, atau ada yang gangguin Lo?" Sambung Verrel.
Tak ada jawaban hanya gelengan kepala dan senyum sekilas yang Dira perlihatkan.
Drrtt... drrtt...
Sampai pada akhirnya ponsel Dira yang diletakkan di meja pun bergetar.
📲 Papa is Calling...
"Bokap Lo, Dir," Ucap Melody.
"Papa mertua, Man!" pekik Bastian dengan sebegitu percaya dirinya.
"PD Lo!" Cibir Verrel menye yang diarahkan pada Bastian.
"Berisik!" Hardik Axell yang merasa terganggu dengan tingkah kedua sahabatnya itu.
Dira memejamkan matanya sejenak dan menghembuskan nafasnya pelan seakan dia akan menerima kabar buruk, dan apa yang Dira lakukan tak luput dari pandangan Axell.
Seberat itu kah masalah yang Lo hadapi?' Batin Axell yang menduga jika Dira memang sedang dalam masalah.
"Hallo, Pa..."
"(....)."
"Harus hari ini ya, Pa?"
"(....)."
"O... Ok, Pa. Nanti Dira ke kantor, Papa."
"(....)."
Tuutt... tuutt..
Sampai berakhirlah telpon tadi.
"Bokap Lo ngomongin apa, Dir?" Tanya Melody ingin tahu.
"Bukan suatu yang penting kok, Mel." Jawab Dira berbohong.
"Tapi gue perhatiin muka Lo jadi pucat gitu?" Ucap Verrel karena menurutnya setelah Dira menerima telpon dari bokapnya memang wajah Dira berubah pucat.
"Kalo sakit ke UKS!" Ucap Axell singkat.
Seketika verrel dan Bastian menoleh, tak biasanya Axell yang begitu dingin bak es balok berjalan terkesan perhatian dengan murid baru seperti Dira.
"Lo sehat, Man?" Tanya verrel, "... Kayaknya bukan cuma Dira disini yang kurang sehat, tapi Lo juga!" Sambung Verrel yang merasakan keanehan pada Axell. Tanpa menjawab Axell hanya mengendikan bahunya acuh dan berdiri menarik tangan Dira berlalu menuju ke UKS.
"WOY, CALBO GUE 'TUH, KIRA-KIRA DONG!" te5riak Bastian yang tak terima Axell membawa pergi Dira. Melihat tingkah Axell dan Bastian hanya membuat Verrel menggelengkan kepala.
"Kayaknya Lo bakal saingan deh, Bro!" Ucap Verrel yang berdiri sambil menepuk pundak Bastian.
Belum sempat menjawab Melody ikut menimpali apa yang diucapkan Verrel. "Kayaknya kak Axell suka deh, sama Dira." Celetuk Melody.
"Dira itu bidadari gue, ya!" Protes Bastian tak terima.
"Jodoh siapa yang tau sih, kak?" Jawab Melody asal.
...***...
Bel pulang sekolah telah berbunyi, kini Dira tengah mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantor Papanya.
Tadi papanya menelpon dan meminta Dira untuk datang karena ingin mempertemukan Dira dengan seseorang.
Dira sempat mengira jika dia akan dipertemukan dengan orang yang akan menikah dengannya.
Sampai kini Dira tiba di depan ruangan papanya. Dira menghembuskan nafasnya kasar sebelum mengetuk pintu ruangan papanya itu.
Tok...
Tok...
Tok...
"Masuk!" Perintah orang yang ada di ruangan itu yang tak lain adalah papa Dira. Dira berjalan perlahan memasuki ruangan papanya dan pandangan Dira jatuh pada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di sofa tepat didepan papanya.
Deg,
Jantung Dira seakan berhenti berdetak Saat itu juga.
'jangan-jangan.....' Dira tidak berani melanjutkan kata-katanya, Dira bepikir jika sosok pria paruh baya didepannya ini adalah orang yang akan menikah dengannya. Seketika Dira terdiam dengan pikirannya sampai suara menyadarkan Dira yang sedang mematung.
"Kok bengong sayang, sini duduk disamping Papa!" Titah Papa Dira.
Dira yang seketika tersadar dengan lamunannya pun langsung memilih duduk disamping papanya.
"Cantik sekali kamu, nak?" Ucap pria paruh baya itu memuji kecantikan Dira.
"Jelas, siapa dulu dong Papanya?" Jawab papa Dira menyombongkan dirinya itu.
Tidak mau terlalu lama terjebak dengan rasa penasaran, akhirnya Dira memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Papanya tentang siapa orang yang ada didepannya itu.
"Siapa, Pa?" Tanya Dira lirih.
"Kenalin, Dira. Beliau adalah calon mertua kamu..." Jawab papa Dira. "Namanya om Mar-" Papa Dira menggantungkan kan omonganya dan langsung di lanjutkan oleh pria itu.
"Panggil ayah saja, nak Dira! Jangan panggil om. Kelak kamu juga akan jadi anak ayah, kan." Ucap pria itu ramah. Dira tidak menjawab karena masih sibuk dengan pikirannya sendiri, meskipun ada sedikit rasa lega karena bukan orang ini lah yang akan menikah dengannya.
"Sayang, kamu kenapa? dari tadi kok bengong terus? kamu sakit?" Serentetan pertanyaan yang muncul dari Papa Dira.
Seketika Dira tersadar dengan lamunanya dan bertanya dengan Papanya, "Kenapa, Pa?"
"Kamu sakit, nak?" Tanya Papa Dira yang mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.
"Nggak kok, Pa. Dira sehat kok." Jawab Dira menampilkan senyumnya.
Dira langsung mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan orang yang mungkin tak lama lagi akan menjadi mertuanya itu.
...***...
Tiba di apartemennya, Dira langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Selesai mandi Dira bergegas menuju ranjang dan memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur Dira sempat tertawa sendiri mengingat betapa bodohnya dia yang berpikir bahwa pria paruh baya yang sedang berada di kantor papanya tadi adalah calon suaminya. Dan ternyata salah melainkan adalah calon mertuanya. "Bege" Ucap Dira pada dirinya sendiri sambil tersenyum. Dan tak lama Dira pun terlelap dalam tidurnya.
...***...
Jika tadi Dira yang bertemu dengan calon mertuanya maka sekarang giliran Axell yang akan dipertemukan dengan calon mertuanya.
Axell sedang berjalan menghampiri meja dimana ada dua pria paruh baya yang sedang menunggu kedatangannya di restoran dimana mereka berada sekarang.
Tadi Axell mendapat telpon dari ayahnya dan menyuruhnya untuk datang ke restoran untuk bertemu dengan seseorang. Dan kini tibalah Axell.
"Sore, yah, dan... Om?" Sapa Axell sopan sembari mencium punggung tangan keduanya. "... Udah lama ya nunggu Axell?" Tanya Axell setelah menyalami keduanya.
"Nggak, nak. Kami juga baru saja sampai." Ucap pria paruh baya yang bukan Ayah Axell.
"Gimana Pras, menurutmu? Cocok kan anakku kalau disandingkan dengan putrimu tadi?" Tanya Ayah Axell. Seketika Axell mengangkat sebelah alisnya. Axell kembali teringat akan perkataan ayahnya beberapa hari yang lalu, bahwa Ayah Axell telah menjodohkannya dengan putri rekan bisnis sekaligus sahabat ayahnya itu.
Axell memejamkan matanya sejenak sambil menghembuskan nafasnya pelan. Axell hampir saja lupa bahwa siapa ayahnya, bahwa apa yang ayahnya katakan maka itu yang akan terjadi. Ayah Marvellyo adalah orang yang berpendirian tetap dan jarang bahkan sama sekali tidak pernah mengubah keputusannya.
"Bagaimana nak Axell, apa orang tuamu sudah memberi tahu kamu kalau kami telah menjodohkanmu dengan anak om?" Tanya papa Pras yang tak lain adalah papa dari Dira.
Belum sempat Axell menjawab, papa Dira pun kembali berkata, "Kalau nak Axell keberatan maka om tidak memaksa. Karena bagaimana pun juga kalian nantinya yang akan menjalani. Bukan begitu Marvell?" Tanya papa Dira kepada calon besannya itu.
"Tentu saja Axell tidak akan menolak..." Ucap Ayah Marvellyo yakin. "...Axell pasti setuju, iya kan Axell?" Sambung Ayah Marvellyo bertanya pada putra semata wayangnya itu.
Axell menghembuskan nafasnya pelan dan menjawab "Iya, Yah, Axell setuju." Jawab Axell pasrah, karena mau sekeras apapun Axell menolak jawabannya pasti akan sia-sia saja. Axell kenal betul siapa Ayahnya.
Kalau biasanya yang namanya perjodohan pasti akan mempertemukan dua insan yang akan dijodohkan, lain halnya dengan Axell dan Dira.
Mereka berdua tahu kalau mereka telah dijodohkan dengan kedua orang tua mereka. Hanya saja dengan siapa mereka dijodohkan itulah yang sedang mereka pikirkan.
Sepulang dari pertemuan itu Axell langsung menuju apartemennya untuk beristirahat. Sebelum tidur Axell sempatkan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu.
...***...
Disekolah, Dira yang sedang mengikuti pelajaran pun sedang tidak fokus. Dira terlihat tidak bersemangat mengikuti pelajaran dan hal itu pun tidak luput dari pandangan guru yang mengajar dikelas pagi ini.
"Dira." panggil Bu Retno. Tidak ada jawaban dari Dira membuat Bu Retno mengulangi panggilannya pada Dira.
"Andira!" Ulang Bu Retno dan masih tidak ada jawaban. Akhirnya Bu Retno kembali memanggil dengan nada yang sedikit keras.
"Andira Gracelia!" Seketika Dira menoleh dan menjawab,
"Iya, Bu, Ibu panggil saya?" Jawab Dira.
"Ibu coba perhatikan dari tadi, kamu seperti tidak bersemangat..." Ucap Bu Retno menggantungkan kalimatnya. "...Apa ada yang sedang kamu pikirkan, Dira?" Tanya Bu Retno melanjutkan kalimatnya.
"Nggak Bu, Dira hanya sedikit pusing." Jawab Dira yang memang merasa sedikit pusing pagi ini.
Bu Retno pun mendekat kearah Dira dan menempelkan punggung tangannya pada dahi Dira, dan benar saja Bu Retno merasa sedikit hangat pada dahi gadis itu.
"Kamu sakit? Kamu agak demam!" Ucap Bu Retno.
"Saya nggak apa-apa, Bu." Jawab Dira karena merasa hanya pusing dan itu bukanlah hal yang perlu dicemaskan.
"Sebaiknya kamu ke UKS Dira! kamu istirahat dulu. Nanti kalau kamu sudah mendingan kamu boleh ikut pelajaran berikutnya!" Titah Bu Retno.
"Iya, Dir, Lo agak pucat. Lo sakit ya? mau gue temenin?" Ucap Melody menimpali apa yang di ucapkan Bu Retno. Melihat raut kekhawatiran dari Melody membuat Dira tersenyum tipis sambil menggeleng kan kepalanya pelan.
"Gue gak apa-apa, Mel." Jawab Dira lemas.
Tak menerima bantahan, Bu Retno meminta Melody untuk mengantarkan Dira ke UKS. "Melody, tolong kamu antarkan Dira ke UKS, dan pastikan Dira beristirahat di sana!" perintah Bu Retno pada Melody yang sekarang duduk sebangku dengan Dira.
"Baik, Bu." Jawab Melody yang bersiap mengantar Dira menuju ke UKS.
"Ayo, Dir, Lo perlu istirahat." Ucap Melody menarik pelan tangan Dira. Dira yang pasrah ditarik oleh Melody itu pun bangkit meninggalkan kelasnya menuju ke UKS.
Di koridor sekolah langkah Dira kian pelan karena merasa kepalanya yang begitu berat.
"Kalo sakit kok Lo maksain masuk sih, Dir? Emang dari kemarin gue perhatiin wajah Lo pucet..." Ucap Melody khawatir. "...Emangnya bonyok Lo nggak nglarang Lo masuk gitu, ngeliat keadaan Lo aja kayak gini?" Ucap Melody. Hening, Tak ada jawaban dari Dira. Pandangan Dira perlahan memburan dan,
Bruk...
Tubuh Dira hampir saja ambruk ke lantai kalau saja Axell yang kebetulan berjalan didepan Dira dan Melody tidak sigap menangkap tubuh lemah Dira.
"DIRA!" Pekik Melody panik akan keadaan Dira yang tiba-tiba pingsan itu.
Axell tanpa ba-bi-bu yang berhasil menangkap tubuh Dira yang hampir jatuh kelantai itu, langsung mengendong tubuh Dira dan langsung berlari menuju ke UKS. Diletakkannya perlahan tubuh Dira di atas brangkar UKS.
Dengan sigap, Axell langsung mencari kotak P3K dan mencari minyak angin untuk dioleskan ya pada hidung dan kepala Dira.
Axell juga mengoleskan minyak angin itu pada telapak tangan dan kaki Dira. Digosok-gosokkannya kedua telapak tangan Dira berharap Dira segera sadar dari pingsannya.
Melody yang juga sama berada di UKS pun meperhatikan apa yang ketua OSIS dingin itu lakukan kepada temannya.
'Fiks, bener nih dugaan gue.' Batin Melody yang mengira apa yang ada dipikirannya adalah benar. Melody memang akhir-akhir ini sering memperhatikan Axell yang diam-diam selalu memperhatikan temannya itu.
Merasa diperhatikan Axell menoleh dan mendapati Melody tengah memperhatikannya.
"Lo bisa bantu gue, gak?" tanya Axell pada Melody.
"Apa, kak?" Tanya Melody pada Axell.
"Lo tekan-tekan telapak kaki Dira!" Tanpa menjawab dengan sigap Melody melakukan apa yang Axell perintahkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!