***
Gue Aisyah Zalesa, selama ini selalu mengambil tindakan dengan matang agar tidak mengalami suatu hal yang di sebut penyesalan. Tapi sekarang. Gue ngerasa ini adalah penyesalan terbesar gue. Gue gak tau apakah gue bisa bangkit lagi atau nggak?!
---
"kata orang cinta dan kebencian itu hanya berbeda tipis. hanya ada garis benang tipis. Dan saat ini aku baru menyadarinya " ~ Aisyah Zalesa.
Dulu karna kesalahan ku sendiri, membuat orang yang ku cintai pergi meninggalkan ku, dengan Kata kebencian yang tertinggal dari mulutnya.
Penyesalan adalah hal yang selalu datang di akhir. Untuk itulah, aku selalu memikirkan segala tindakan ku. Sangat tidak di sangka, aku melakukan kesalahan yang sangat fatal. Jika sudah begitu, yang bisa aku lakukan hanyalah mencoba bangkit dari rasa penyesalan itu.
"Penyesalan adalah hal yang paling ku takutkan, dan itu terjadi karena aku yang bodoh."
Enam tahun kemudian, entah memang takdir keberuntungan? atau karma kesialan? aku bertemu lagi dengan Ikhsan.
Aisyah Zalesa, seorang dokter umum, yah baru menjabat sekitar dua tahun ini.
"jangan salah kan aku. kau, yang memaksa aku bersikap begitu kasar padamu" ~ Ikhsan Arsindath
Ikhsan Arsindath sudah menjadi pengusaha terkenal. Di London sejak tiga tahun terakhir.
***
Hai hai, bagi kalian sangat di anjurkan loh membaca cerita 'Cinta yang Rumit" lebih dulu yah
Silahkan lanjut baca, jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah.
NOTE : SEQUEL DARI Novel CINTA YANG RUMIT.
Soalnya di. komen episode2 selanjutnya kemarin aku lihat banyak banget komen Masalahnya apa? nah masalah nya ada di Novel Cinta Yang Rumit
***
"Dokter, ini pasien kita dia baru saja mengalami kecelakaan ringan." ujar suster itu melaporkannya pada dokter wanita yang duduk anggun membelakangi suster itu. Ia pun membalikkan kursinya menatap susternya.
"Oh begitu? Akan aku periksa." sahut Dokter muda itu. Dia lah Aisyah Zalesa. Sudah menjadi dokter Spesialis bedah sejak usianya 26 tahun. Salah satu pencapaian yang luar biasa. Bahkan usianya saat ini baru 28 tahun.
Aisyah bangkit kembali setelah keterpurukannya pada Ikhsan. Rasa bersalah yang selama ini menghantuinya perlahan sirna.
Kini Aisyah berjalan ke ruangan pasien itu. Dengan cekatan Aisyah membersihkan luka di kaki dan sikut pria itu.
"Suster, awasi yah. Ingat sering cek selang infus nya." saran Aisyah yang langsung melenggang pergi.
"Iya dokter."
Seperti waktu SMA dulu, Aisyah terkenal akan perawakan yang lembut dan hangat miliknya. Bahkan banyak sekali pasien yang ingin di rawat olehnya.
Karna tak ada jadwal lagi Aisyah memilih untuk kembali ke rumah nya. Mobil hitam xxx itu selalu setia menemani kemanapun Aisyah pergi.
***
"Assalamualaikum, ma?" panggil Aisyah saat tak mendapati mamanya yang biasa duduk di teras saat sore hari tak ada. Tak di gubris, Aisyah berjalan masuk.
Brakk!!
Terlihat sebuah dokumen bersampulkan hijau telah terlempar di depannya. Dan bahkan yang melemparnya adalah Ayahnya sendiri.
"Ada apa pa? " tanya Aisyah memungut kembali Dokumen itu.
"Sial! Syah gimana ini?! Papah di tuduh korupsi uang perusahaan papah Ikhsan sebesar 15 M!" kata papanya dengan begitu emosi.
"Sabar pah, sabar... Pasti ada jalan kok." sambar mama Aisyah mencoba menenangkan pria paruh baya ini. Dirinya masih Syok atas tuduhan korupsi dana yang tak pernah ia lakukan. Jangankan 15 M bahkan seribu rupiah saja pak Rizal ini tak tertarik korupsi.
"Om Heri papa nya Ikhsan udah tau pa?"
"Belum, ini yang tunjukin suratnya itu GM nya pak Heri. Dia bilang kalau papa gak bisa balikin maka papa akan di penjara seumur hidup."
"Ya Allah.. Gimana nih pa, 15 M bukan jumlah yang sedikit. Gimana cara gantinya?"
"Itu lah yang buat papa bingung Syah! Papa berani sumpah papa gak pernah korupsi! "
"Papa coba jelasin aja ke Om Heri dulu."
"Enggak mungkin nak, semua bukti itu akurat. Bahkan jika papa tidak ingat dengan jelas, mungkin papa juga akan percaya sama dokumen bukti itu!!"
"Ya udah pa, papa tenang aja Aisyah pasti bakal cari cara. Aisyah janji gak bakal biarin papa di penjara." ucap Aisyah setengah berlari ke kamarnya, ia mengecek seluruh tabungannya. Yang jika di total hanya akan mendapat 2 M. Lalu 13 M nya bagaimana??
"Apa harus jelasih ke Om Heri lebih dulu? Tapi ntar om Heri malah mikir yang nggak - nggak. Gimana nih, Aku juga gak bisa biarin papa di penjara." gumamnya.
Aisyah menuruni tangganya dengan sangat terburu - buru, sampai mamanya, Nizar harus memperingatkan Aisyah untuk hati - hati.
"Aisyah cuma punya uang 2 M pa," adu Aisyah dengan wajah lemas.
"Masih belum cukup nak, kalaupun rumah dan mobil di jual ini cuma sampai 4 M aja, di tambah tabungan papa 3 M. Masih belum cukup Syah, percuma."
Beban fitnah 15 M ini sangat berat bagi mereka. Padahal jika bukan karna fitnahan ini mereka pasti sudah duduk tenang dan bahagia.
Dengan mata berkaca, Aisyah keluar dari rumahnya. Menaiki mobil hitam miliknya. Sepanjang jalan ia selalu memikirkan bagaimana caranya mendapat uang 6 M lagi dalam waktu singkat.
Belum puas Aisyah memikirkan masalahnya, Telponnya sudah berdering. Itu dari rumah sakit, ada pasien yang harus di operasi secara mendadak.
Sesulit apapun yang Aisyah rasakan saat ini. Ia tetap tidak bisa mengabaikan pasiennya. Karna itu memang tugas seorang dokter.
Dua jam telah berlalu, operasi Aisyah sukses. Pasiennya selamat. Ia menghela napas lega, karna berhasil menyelamatkan satu orang lagi, tentu saja itu semua karna takdir Tuhan.
Ia duduk di kursi kehormatannya, nyut nyutan rasa dahinya. Di pijitnya sesekali guna menghilangkan rasa sakitnya.
Saat hening seperti ini, ia mengingat Ikhsan. Sudah bertahun-tahun lamanya, namun Aisyah masih ingat dengan jelas siapa Ikhsan itu. Kenangan mereka semasa SMA tersimpan hangat di kepala Aisyah.
Di edarkan pandangannya ke seluruh ruangan berdominasi putih itu. Pandangannya jatuh pada jam dinding yang tengah menunjukkan pukul 8 malam. Kembali di raihnya ponselnya yang ternyata sudah mati karna kehabisan baterai.
mamah dan papah pasti khawatir
Ia membuka pintu ruangan nya. Itu adalah rumah sakit, bahkan sampai subuh juga akan banyak orang yang lalu lalang. setengah berlari ia menuju ke parkiran mobil sebelum hari semakin larut.
Tidak sampai satu jam, Aisyah telah sampai di rumahnya. Ia kembali dengan wajah lesu karna tak mendapat 6 M lagi.
"Ahhh, Aisyah udah pulang. Ada yang nungguin kamu nak." sahut mama Aisyah membuka pintu. Tepat saat beberapa menit yang lalu Aisyah menekan bel pintu dan meneriaki orang rumahnya beberapa kali.
"Nyari aku ma? Siapa?" tanya Aisyah yang masih bingung.
Mamanya hanya diam dengan senyuman sumringah. Membuat Aisyah semakin heran. Sudah entah langkah keberapa, Aisyah menatap punggung satu dari dua orang pria bersetalan jas mewah yang duduk membelakangi nya. Tapi Aisyah ingat dengan jelas punggung siapa itu, punggung orang yang dulu selalu bersamanya. Yah dia adalah Ikhsan Arsindath.
"Ikhsan!! " teriak Aisyah setengah berlari menghampiri Ikhsan.
Ikhsan hanya diam, ia menatap tersenyum pada Aisyah. Membangunkan rasa yang telah lama tertidur di dalam diri Aisyah. Menampilkan wajah merona Aisyah yang sudah enam tahun tak pernah berwarna lagi.
"Kamu kapan balik? Kok gak ngomong?! Trus Kamu ngapain kesini?!" tanya Aisyah beruntun.
"Kalau kamu nanya nya gitu, Ikhsan mana bisa jawab." sahut mamanya.
Papah dan mamanya Aisyah sudah sangat mengenal jelas Ikhsan, baik dari sikap, latar belakang dan hal lain nya. Itu karna yang sejak dulu Ikhsan sering main kerumah Aisyah dan antar jemput sekolah. Layaknya kang ojek sewaan.
***
***
Papa dan mamanya Aisyah sudah sangat mengenal jelas Ikhsan, baik dari sikap, latar belakang dan hal lainnya. Itu karna sejak dulu Ikhsan sering main kerumah Aisyah dan antar jemput sekolah. Layaknya kang ojek sewaan.
"Om, Tante, soal tawaran yang Aku bilang tadi. Biar aku sendiri aja yang sampaikan pada Aisyah secara pribadi." Pinta Ikhsan.
"Oh yah udah silahkan, ke ruang baca aja disana. Om dan tante kasih kalian waktu." sahut Pak Rizal yang menuntun istrinya pergi.
Ikhsan hanya diam dan menuju ke ruang baca, diikuti oleh Aisyah yang langsung mengerti hanya dengan tatapan yang Ikhsan berikan.
Hawa ini? Ikhsan berubah ... Ikhsan bukan lagi Ikhsan yang sama enam tahun yang lalu.
Batin Aisyah menelan salivanya payah.
"Ikhsan?! Kamu kemana aja, kok baru balik? Udah berapa tahun loh lamanya." seru Aisyah, yang masih setia menatap punggung Ikhsan.
"Oh kenapa? Kangen?" sahut Ikhsan yang tanpa menoleh.
"Ikhsan, udah sebelas tahun aku mau bilang ini ke kamu. Aku minta maaf, waktu itu aku yang salah, aku yang kejam, aku yang egois karna maksa kamu buat jadian sama Syifa. Tapi, disitu aku juga sadar San, Aku sayang ke kamu. Perjuangan kamu selama ini udah naklukin hati aku!" Aisyah dengan susah payah mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan ini.
"Haha maaf! Kamu kira Aku bakal maafin kamu gitu aja! Setelah semua yang kamu lakukan ke aku?! Haha! Lucu sekali!"
Aisyah terkesiap seketika, dia tidak menyangka akan mendapat respon seperti ini dari Ikhsan.
"Oke, aku tau aku salah San. Tapi aku yang sekarang beneran suka sama kamu! Aku sayang sama kamu! " Aisyah percaya, bahwa Ikhsan yang di kenalnya sejak SMA itu masih sama.
"Oh baru sekarang? Baru saat Papa kamu ketahuan korupsi, baru saat itu pula kamu bilang cinta ke aku. Sebenarnya kamu ini perempuan harga berapa?"
Aisyah diam tak bergeming. Ia menggigit bibir bawahnya menahan ruakan emosinya. Dia sadar bahwa dulu dia juga begitu kejam. Tapi, apa yang Ikhsan lakukan hari ini belum seberapa dari rasa sakit yang Ikhsan rasakan dulu karna Aisyah. Aisyah menganggap segala perilaku Ikhsan kali ini karna memang kesalahan dirinya sendiri. Ia tak ingin menyalahkan Ikhsan. Aisyah dapat melihatnya, semakin besar kebencian yang terlihat, semakin besar pula cinta yang terpendam.
"Kenapa diam? Karna benar kan? Hah kamu memang murahan~" seru Ikhsan lagi.
Aisyah masih diam membatu.
"Ikhsan, terserah kamu mau anggap aku apa. Aku cuma mau bilang aku cinta ke kamu. Dan aku baru sadar saat kamu pergi ninggalin aku!" kilah Aisyah. Yah saat ini hanya mencoba menjelaskan faktanya lah yang bisa Aisyah jelaskan. Soal percaya atau tidak biar Ikhsan yang memutuskannya.
"Semakin sering kamu bilang cinta, semakin Aku lebih menganggap kamu murahan, dan aku semakin jijik."
Aisyah masih diam, hanya terus mengepalkan tangan dan menggigit bibir bawahnya sendiri yang dapat ia lakukan guna menahan emosinya. Kali ini, Aisyah masih mampu mentolelir sikap Ikhsan.
"Kamu cinta ke Aku?! Hah ... Kedengaran seperti akhir yang membahagiakan. Namun, itu hanya ilusi belaka. Kamu cinta ke aku saat Papa kamu ketahuan korupsi. Ini kebetulan begitukah?"
Aisyah hanya diam, dirinya sadar semakin ia mencoba menjelaskan semakin banyak argumen gila yang Ikhsan lontarkan.
"Diam? Baiklah aku langsung ke intinya saja. Papa kamu terbukti korupsi uang perusahaan papa aku senilai 15 M, bukan jumlah yang banyak untuk orang seperti ku. Namun itu jumlah yang luar biasa untuk orang seperti kamu."
Tingkat kesabaran Aisyah memang luar biasa. Ia masih mampu menahan emosi saat dirinya tengah di olok - olok oleh Ikhsan.
"Aku lanjutkan, jika aku membantu papa kamu begitu saja itu adalah hal yang tidak adil untuk ku, kan? Maka dari itu, aku mau kamu menikah dengan ku sebagai gantinya. Bukan hanya membayar sejumlah uang itu, aku juga akan memberikan kembali nama baik papa kamu. Bagaimana?? "
"Menikah dengan mu?" Aisyah mengernyit heran.
"Jangan salah paham. Kamu menikah dengan ku dan sesuai aturan ku. Kamu baca berkas ini." ucap Ikhsan melemparkan sebuah dokumen di hadapan Aisyah.
Aisyah membukanya. Di dalam sana hanya bertuliskan dua peraturan bahwa :
1. Aisyah Zalesa tidak boleh menggugat cerai Ikhsan Arsindath. Kecuali Ikhsan sendiri yang menginginkankan nya.
2. Aisyah Zalesa akan selalu menuruti semua perkataan Ikhsan Arsindath. Baik permintaan yang masuk akal maupun permintaan yang tidak masuk akal.
Apabila ada yang melanggar perjanjian pernikahan ini maka, pihak yang melanggar akan membayar denda sebesar Rp 30 M .
"Gila?! Kamu Gila Ikhsan? Kenapa aku harus tanda tangani surat aneh ini!" keluh Aisyah, saat ini sikap toleran nya telah berakhir.
"Ya~ sudahlah, lagipula aku tidak memaksa. Aku bukan kamu yang tipe orang suka memaksa. Aku memberi kamu pilihan. Kalau ingin menikah papa kamu bebas. Tidak ingin menikah juga tak masalah, Papa kamu mendekam di penjara selamanya."
"Kamu...! "
Bagaimana mungkin Ikshan sekejam ini?! Aku tau aku kejam, dan aku tau aku salah. Tapi haruskah dia bertindak berlebihan seperti ini!!
"Pernikahan ini bukan paksaan, diri kamu sendirilah yang menentukan." ujar Ikhsan melenggang pergi. Belum sempat Ikhsan keluar dari pintu, langkahnya sudah terhenti dengan Aisyah di hadapannya.
"Aku setuju. Setuju menikah dengan mu, dengan berbagai macam syarat gila yang kamu ajukan." Jawab Aisyah. entahlah apa dia yakin atau tidak pada keputusannya,
"Oh? Anak yang sangat berbakti. Semua Ayah harus beruntung memiliki putri seperti mu. Tanda tangani ini." Ikhsan memberikan dokumen itu.
Dengan terpaksa Aisyah menanda tangani surat perjanjian gila itu.
ini demi papa ... Papa udah berkorban banyak. Aisyah, kau harus sadar diri. Dan juga demi menebus rasa bersalah ku. Yah, ini memang salah ku yang begitu kejam, dan inilah karma ku. Lagipula, tak ada pengorbanan putri yang setara dengan pengorbanan Ayah nya. Aku tak pernah menyesal karna ini adalah keputusan ku! Aku tak kan menyesal untuk yang kedua kalinya!
Batinnya yang dengan cepat sudah menanda tangani surat itu. Terlihat senyuman puas di wajah Ikhsan.
"Besok pagi kamu bersiap, Aku akan jemput kamu jam 8 kita langsung ke Kantor Urusan Agama. Pernikahan kali ini tidak perlu pesta mewah. Kamu sendiri yang pikirkan alasannya untuk kamu jawab pada orang tua mu. kita hanya menandatangani surat. karna aku sangat sibuk! " peringat Ikhsan yang melenggang pergi begitu saja.
Aisyah Zalesa, hari-hari balas demdam ku akan di mulai, dan penderitaan mu yang akan menjadi sumber kebahagiaan ku. Tangisan mu yang akan menjadi alasan aku tertawa keras.
Batin Ikhsan dengan senyum menyeringai yang membuat orang melihatnya bergidik ngeri.
Ikhsan yang dulu sangat berbanding terbalik dengan Ikhsan yang sekarang. Ikhsan dulu begitu hangat, tapi siapa pria ini? Dia berubah 180 derajat.
Batin Aisyah tertunduk lemas. Kini harapannya sirna seketika. Kali ini dia menyadari satu hal. Rasa sakit yang Andra sebabkan tak seberapa dengan satu kata cacian hinaan dari Ikhsan.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!