Setelah melalui pendidikan kedokterannya selama 4 tahun, Dara pun berhasil lulus dengan meraih predikat cumlaude. tentu saja membuat kedua orang tuanya bangga, begitu pun Ayza sebagai kakak Dara pun ikut merasa bangga.
"Dek, Rencana kamu setelah ini apa?" tanya Ayza yang kini sedang menginap di rumah ayah Arsenio karena suaminya Albian tengah melakukan perjalanan bisnis di Jepang.
"Hemm... yah Dara mau Koas kak" jawabnya santai.
"Dimana?" tanya Ayza semangat.
"kebetulan Dara dapat di rumah sakit yang bang Al baru beli itu"
"Ohh....yasudah nanti gampang dong orang rumah sakit sendiri ini" ujar Ayza
" Eh...gak mau, jangan bikin semuanya gampang, Dara gak suka kalau gak ada tantangan nya kak. pokoknya jangan sampai ada yang tau kalau rumah sakit itu milik bang Albian ya kak. please..." mohon Dara.
"Tapi nantinya rumah sakit itu juga akan menjadi milik kamu Dara kan mas Albian juga niatnya hadiah untuk kamu" ungkap Ayza.
"Pokoknya sebelum Dara pantas memegang rumah sakit itu, tidak boleh ada yang tau titik." pinta Dara
"Iya iya....eh kamu kan masih libur tuh, bantuin kakak dong di boutique" pinta Ayza
"Hemm... pegawai udah banyak masih saja kurang kak?"
"Iya Dar, Amel lagi hamil jadi kakak juga batasin kerjaan dia agar dia tidak kelelahan, Arin juga sudah menjadi desainer andalan kakak jadi dia suka kakak tugasin diluar untuk ketemu klien kakak Dar"
Tanpa rasa curiga, Dara pun mengiyakan permintaan kakak kesayangannya itu.
"Oh gitu, yasudah besok Dara kesana"
"Oke deh makasih adikku yang cantik" ujar Ayza dengan semangat lalu keluar dari kamar Dara.
Keesokan harinya....
Di pagi yang cerah ini, nampaklah seorang gadis muda baru saja turun dari taxi online.
"Huft....kangen juga main ke boutique kak Ayza, sudah lama aku gak kesini" gumamnya
Gadis itu pun mulai melangkah masuk kedalam boutique. ketika sudah didalam pelanggan cukup ramai, ia terus berjalan menuju lift khusus petinggi boutique. saat ia hendak menekan tombol lift tiba-tiba seseorang menghampirinya.
"Maaf mbak, lift ini khusus petinggi boutique ini, jika mbak ingin kelantai 2 bisa menggunakan lift yang ada disana" ujar seorang pegawai disana.
Wajar saja mereka tidak tau jika orang itu adalah adik dari pemilik boutique, karena staf bagian lantai 1 di isi oleh pegawai baru sedangkan pegawai lama Ayza di tempatkan di lantai 3 dan 4. mereka kini sudah menambah gedung itu yang tadinya hanya memiliki 3 lantai kini ditambah hingga 6 lantai. bahkan gedung itu pun sudah lama beralih menjadi milik Ayza.
"Tapi lift disana hanya sampai lantai 4 mbak" ujarnya
"Iya mbak, memang koleksi kami hanya sampai lantai 4 mbak"
"Tapi saya mau kelantai 6" ujarnya lagi.
"Tidak bisa mbak, itu lantai pemilik boutique kami. tidak sembarang orang bisa kesana mbak" ujarnya lagi sudah dengan nada bete-nya.
"Ck..." ia pun langsung mencari ponselnya di dalam tas namun saat ingin menelpon Ayza, Amel pun langsung memegang pundaknya.
"Dara" panggil Amel.
"Kak Amel" Dara pun langsung memeluk Amel, membuat pegawai yang melarangnya naik lift tadi melongo.
"Wah...bu dokter akhirnya ada waktu juga ya main ke boutique lagi" goda Amel
"Hehe...jangan panggil begitu ah kak. iya nih kak lama aku gak main kesini, maklumlah kak orang sibuk haha..." balas Dara
"hahhaa...Dasar...kenapa gak langsung naik keatas sih Dar?" tanya Amel
"Tuh dilarang" jawab Dara melirik pegawai yang sudah menunduk takut kala melihat keakraban Dara dan Amel.
"M...ma...maaf mbak Amel saya tidak tau jika Nona ini kenalan mbak" ungkap pegawai itu
"Bukan hanya kenalan tapi dia ini adik kandung Ayza pemilik boutique ini. jadi ingat baik-baik, setelah ini saya tidak mau lagi terjadi hal seperti ini" ujar Amel
"Ba...baik mbak saya akan mengingatnya"
Usai perdebatan tadi, mereka berdua pun bergegas naik kelantai atas dan menuju ruangan Ayza.
"Mau ada pemotretan ya kak?" tanya Dara ketika mereka baru keluar dari lift.
"Iya Dar, biasalah untuk bulan depan" jawab Amel
"Dek, udah datang? Nih ganti baju" pinta Ayza tiba-tiba.
"Hah? ngapain Dara ganti baju? emang baju Dara jelek ya kak?" tanya Dara sambil memperhatikan pakaiannya dari atas ke bawah.
"Sudah ganti aja dulu dek, kakak mau minta tolong ke kamu. buruan" pinta Ayza kembali dan langsung menarik Dara masuk ke fitting room.
Dengan terpaksa Dara pun masuk dan mengganti pakaiannya.
"Kak ini koleksi baru butik kakak ya?" tanya Dara dengan polosnya
"Iya, gimana oke gak?"
"Oke banget kak, Dara suka deh, boleh ya buat Dara aja hehe" pintanya sambil terus memperhatikan dress berwarna Navi yang dipakainya saat ini.
"Ohhh sangat boleh dong dek" ujar Ayza dengan senyum penuh arti.
"Mencurigakan sekali senyuman itu" batin Dara
"Bang ini modelnya, foto yang keren ya" ujar Ayza sambil mengajak Dara menuju set.
"Siap bos" jawab sang fotografer yang memang bekerja di boutique Ayza
"Kak, maksudnya aku yang jadi model kakak?" tanya Dara sudah mulai cemas.
"Iya lah dek, katanya mau dressnya" jawab Ayza sambil tersenyum.
"Iiss...kalau begitu biar Dara bayar aja deh kak, sama adek sendiri aja perhitungan" kesal Dara dan hendak masuk lagi ke fitting room
"Eh, yah Dara bantuin kakak dong, kali ini aja ya pleasee...model kakak yang biasanya itu sedang sakit"
"Yasudah tunggu saja dia sembuh kak, lagian kan ini untuk edisi bulan depan"
"Gak bisa Dar, karena kakak juga harus mulai melakukan persiapan untuk fashion week jadi gak akan sempat lagi kalo gak hari ini" bujuk Ayza
"Katanya kamu mau bantuin kakak" sambung Ayza memasang wajah sedihnya
"Huftttt....oke...kali ini aja ya, besok besok gak mau lagi Dara jadi model kakak" akhirnya Dara pun megiyakan permintaan sang kakaknya kembali.
"Oke siap dek. ayo mulai" ajak Ayza dengan penuh semangat.
Setelah selesai pemotretan, Dara pun langsung mengganti dress yang ia pakai.
"Hah... cuma gaya depan kamera doang bisa selelah ini ya kak" keluh Dara yang kini sudah berbaring di sofa ruangan Ayza.
"Yah begitulah Dar, terkadang kita melihat artis-artis didepan kamera terlihat enak dan kita menganggap pekerjaan mereka sangat mudah dan hanya mengandalkan tampang. tapi nyatanya berhadapan dengan kamera itu bukanlah hal yang mudah"
"Iya kak benar sekali, apalagi menumbuhkan mood agar hasilnya maksimal itu susah sekali, aku saja harus take beberapa kali" ujar Dara
Usai pembicaraan mereka Dara pun berpamitan untuk pulang. Dara berjalan dengan seperti kebiasaan lamanya yaitu berjalan santai dengan melipat tangan di depan dada.
"Siapa gadis itu mbak? cantik sekali ya" tanya ibu-ibu yang perhatiannya teralihkan karena Dara melewati mereka.
Hari pertama koas...
Di pagi yang cerah ini, Dara sudah bersiap untuk memulai aktivitas barunya yaitu koas di Aind Hospital. Meskipun Aind Hospital merupakan rumah sakit baru namun fasilitas dan peralatannya lengkap sehingga banyak pasien yang lebih memilih rumah sakit ini, alasan lainnya karena pelayanannya sangat bagus.
Setibanya Dara di rumah sakit, ia segera bergabung dengan rekannya yang lain untuk visit keruang pasien.
"Andara" panggil profesor Alfan
"Iya prof"
"Pasien barusan saya serahkan kepada kamu. laporkan setiap perkembangan yang di alami pasien" titah prof. Alfan
"Baik prof"
Usai pemeriksaan beberapa pasien tadi, kini Dara pun di sibukkan dengan laporan yang harus segera ia selesaikan.
"Huft....enaknya yang tinggal menulis laporan" sindir Caca, sahabat Dara sedari zaman kuliah.
"Eh ca, dari tadi?" tanya Dara yang memang tidak menyadari kedatangan Caca.
"Baru kok, lu fokus bener Dar bikin laporannya"
"Iya dong ca, agar tidak ada yang terlewat" jawab Dara yang masih fokus pada komputernya.
"Dar, lu jadi ambil spesialis neurologi?" tanya Caca
"Jadi Ca, ini gue sambil lanjut" ungkap Dara.
"Whatt??? serius? kok bisa? kita kan lagi koas Dar" tanya Caca tak percaya.
"Bisa dong, harusnya sih gak bisa Ca tapi Alhamdulillah setelah gue yakinin akhirnya gue bisa deh" jawab Dara sambil tersenyum
"Gilaaa banget otak lu gak ngebul tuh Dar? benar-benar iri gue sama kecerdasan yang lo miliki Dar" ungkap Caca
"Alhamdulillah, elo juga bisa Ca sebenarnya tapi lo nya aja yang gak percaya sama kemampuan diri sendiri" ujar Dara yang memang tau persis Caca ini sebenarnya juga cerdas namun tidak punya kepercayaan diri.
"hemm... Gue jalani satu-satu aja Dar, lo kan tau sendiri keadaan gue gimana" ujar Caca sendu.
"Ca...." belum selesai Dara berbicara, tiba-tiba handphone-nya berdering.
📞 tringg....triiinggg
~ Assalamualaikum bu dokter..." suara khas saudaranya, siapa lagi kalau bukan Elisya alias Syasya.
"Walaikumsalam Sya, apa kabarnya? kapan sih lo balik ke indo?" tanya Dara.
~ Kenapa? kangen lo sama gue? hahaa
"Ck....percaya diri banget lo Sya.
~ Haaha.... Nanti jemput gue di bandara jam 8 malam ya saudariku tersayang.
"Ada oleh-oleh gue gak? kalau gak ada gue gak mau jemput"
~ Tenang aja nyonya Andara sudah nona siapkan.
"hahaha... oke nanti gue jemput"
~ Thank you Dar, oh ya ajak Arin juga ya Dar gue rindu banget sama kalian berdua.
"Nanti kalau Arin bisa ya Sya, soalnya kata kak Ay boutique lagi sibuk banget.
~ Nanti gue minta izin dari kak Ay aja lah pokoknya gue mau kalian berdua yang jemput gue. titik.
"Hemm.... egoisnya masih gak hilang ternyata" batin Dara.
Usai mengiyakan permintaan Syasya tadi, mereka pun mengakhiri panggilan teleponnya.
"Siapa Dar?" tanya Caca yang masih duduk didekat Dara.
"Saudari gue Ca, dia baru pulang dari Belanda dan minta gue untuk jemput dia" jawab Dara
"ohh... yaudah salam ya dari gue" entah mengapa Caca selalu ingin mengenal orang-orang yang berada didekat Dara, ia tidak ingin Dara berdekatan dengan orang-orang yang tidak benar. karena Dara sering membantunya jadi Caca sangat ingin melindungi Dara. baginya Dara adalah malaikat tak bersayap untuknya dan keluarganya.
"Haha iya siap bos"
Saat sedang asyik melanjutkan membuat laporannya, tiba-tiba dokter Anton datang dengan membawa beberap bingkisan dan meletakkannya di meja Dara.
"Fokus boleh tapi jangan sampai telat makan dong" ujar dokter Anton.
"Dokter Anton perhatian banget sih sama Dara, jangan-jangan mereka ada something" bisik seseorang yang memang selalu iri dengki dengan Dara. ia selalu tidak suka dengan apapun yang Dara lakukan, jangankan melalukan apapun bahkan saat Dara hanya diam saja pun tetap dialah yang menjadi pusat perhatian itu yang membuat wanita ini tidak menyukai keberadaan Dara.
"Terimakasih dok, tapi saya harap dokter jangan melakukan hal ini lagi, saya tidak ingin banyak gosip di rumah sakit ini" ungkap Dara sambil merapikan berkas yang berantakan di mejanya.
"Tunggu dokter Dara, mengapa anda tidak pernah mau menerima kehadiran saya? apa kurangnya saya dok?" tanya dokter Anton dengan nada sedikit tinggi.
Karena melihat kondisi disekitar mereka sudah tidak kondusif, Dara pun setengah berbisik meminta dokter Anton menemuinya di tempat lain yang tidak banyak orang.
"Dokter Anton, maaf jika sikap saya selama ini tidak mengenakan anda. saya melakukannya agar dokter tidak berharap banyak kepada saya" ujar Dara ketika mereka sudah keluar dari ruangan.
"Saya mencintai kamu Dokter Dara, saya selalu ingin didekat dokter Dara" ungkapnya seraya menatap Dara
"Maaf dokter Anton, saya tidak bisa menjalin hubungan dengan anda. semoga anda dapat menemukan gadis lain yang lebih baik dari saya" ujar Dara dan setelah itu ia pun pergi meninggalkan dokter Anton yang masih berdiri dengan wajah sendunya.
"Sok kecakepan" sinis Susi saat berpapasan dengan Dara.
Dara mendengarnya namun ia malas sekali meladeni Susi apalagi ini masih di rumah sakit tempatnya bekerja.
"Tuh orang ngupingin gue mulu sih? benci apa ngefans?" batin Dara seraya terus berjalan menuju ruangannya.
Gadis yang cantik....
Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 wib. Dara yang memang sudah menyelesaikan pekerjaannya itu pun mulai bersiap untuk menjemput Syasya di bnadara bersama Arin.
"Dara" panggil Caca
"Iya ca ada apa?" tanya Dara sedikit terburu-buru.
"Hemm... gapapa Dar, lo hati-hati ya pulangnya" pesan Caca
"Oh, insyaallah Ca, makasih ya. yasudah kalau begitu gue duluan ya Ca. assalamualaikum" pamit Dara
"Walaikumsalam" jawab Caca.
Setelah beberapa menit di perjalanan, kini Dara pun telah tiba di terminal 3 internasional bandara Soekarno-Hatta.
"Dara" panggil seorang wanita.
"Eh rin, katanya udah duluan" ujar Dara
"Hehe iya tadi aku ketoilet dulu Dar"
"Oh, yaudah ayo kita kesana rin, takutnya Syasya sudah tiba dan mencari kita" ajak Dara dan mereka pun berjalan kearah pintu kedatangan.
"Kok ramai banget sih rin" tanya Dara yang melihat kerumunan di pintu kedatangan. banyak anak ABG, dengan membawa spanduk foto seorang pria yang entah siapa. karena Dara memang tidak pernah mengikuti berita infotainment.
"Wah Dar sepertinya Syasya satu pesawat dengan aktor ganteng Erland Dar. duh beruntung nya Syasya" ujar Arin dengan mata berbinar.
"Oh akan ada aktor, pantas saja ramai. eh rin gue ke toilet sebentar ya, lo lihatin kalau Syasya keluar langsung panggil aja terus tungguin gue di sana ya rin. gue malas kesini lagi kalau kerumunan ini masih berlanjut" ujar Dara dan setelah mendapat jawaban dari Arin ia pun berlalu meninggalkan Arin.
Bugh....
"Awww....ck...kalau jalan tuh lihat kedepan jangan lihat sana sini. pecicilan banget sih tu mata" kesal Dara.
Pria yang menabrak itu pun hanya melihat Dara dari balik kaca mata hitamnya dan berlalu begitu saja tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya.
"Benar-benar ya tuh orang" gumam Dara dengan kesalnya.
"Gadis yang cantik" gumam sang pria yang telah berjalan menjauh dari Dara.
Disisi lain, Arin dan Syasya tengah menunggu Dara di sebuah kedai coffee yang ada di dalam bandara.
"Kok Dara lama banget ya Sya ke toiletnya?" tanya Arin yang sedikit cemas.
"Hemm...mungkin dia ketiduran rin hehe" jawab Syasya asal.
"Kamu nih Sya sembarangan aja"
"Huh" tiba-tiba Dara langsung duduk di dekat Arin dan Syasya.
"Saudariku tersayang..." Ujar Syasya sambil memeluk Dara erat.
"Iss apaan sih Sya, malu kali dilihatin orang"
"Emang lo gak merindukan gue sama sekali Dar?" ucap Syasya pura-pura sedih.
Tanpa menjawab pertanyaan Syasya, Dara pun langsung berjalan keluar dari kedai coffee lalu diikuti oleh Arin dan juga Syasya. sepanjang jalan suasana hening tercipta, Syasya yang biasanya cerewet pun hanya diam saja begitu pun dengan Arin yang tak berani mengatakan apapun.
Setibanya di parkiran, Dara pun meminta tolong pada Arin untuk membawa mobilnya lalu Dara langsung duduk di bangku belakang. awalnya Syasya hendak membuka pintu depan namun Dara langsung memintanya duduk di belakang saja menemaninya.
Setelah Syasya masuk, Dara pun langsung memeluknya dan meminta maaf atas sikapnya tadi didalam. lalu Syasya pun membalas pelukan Dara dan dia sangat mengerti bagaimana sifat sahabatnya itu, Dara akan selalu bersikap cuek di luar namun jika sudah berada di dekat orang-orang terdekatnya ia akan berubah 180 derajat.
"Kalian berdua ini tidak ada yang berubah satu pun" ujar Arin sembari menggelengkan kepalanya.
"Lo juga keles" sahut Dara dan Syasya bersamaan lalu mereka pun tertawa bersama.
Kemudian Arin langsung melajukan mobilnya dan meninggalkan bandara.
"Jadi lo sekarang lagi koas Dar? dan Arin sudah jadi desainer di tempatnya kak Ayza?" tanya Syasya
"Iya Sya, Alhamdulillah" jawab Arin dan Dara menjawab pertanyaan Syasya dengan menganggukkan kepalanya.
"Lo jadinya pegang anak perusahaan Fesnd Corp yang mana Sya?" tanya Dara.
"Gue megang perusahaan yang di bandung dan jogja Dar"
"Yaahh kita pisah lagi dong Sya" sedih Arin sambil tetap fokua menyetir.
"Hemm...yah gimana lagi rin, toh kita juga sama-sama sibuk. tapi gue janji akan sering-sering kemari untuk hangout bareng kalian tapi kalian juga harus luangin waktu kalian. oke"
"Aku sih bisa aja Sya, tapi bu dokter itu gak tau deh" sindir Arin kepada Dara.
"Hehe...gue....lo kan tau Sya gue sambil ambil spesialis jadi kadang gue harus kekampus dulu Sya"
"Hemm...hebat banget lo belum kelar koas udah bisa masuk spesialis"
"Bisa aja kalau gue mampu"
"Cih, sombong" lalu mereka kembali tertawa
"Sya lo nginep di mansion dulu aja ya, besok baru gue anterin ke mansion papa Fernand dan Arin juga ya nginep dulu aja. sudah malam soalnya, gue dan Arin juga lelah" ajak Dara.
"Boleh boleh boleh" jawab Syasya dan Arin.
Tak berapa lama, mereka pun tiba di mansion ayah Arsenio. mereka segera masuk kedalam dan membersihkan diri lalu bersiap untuk istirahat. tidak ada lagi percakapan diantara mereka karena mereka semua memang sudah sangat lelah dan langsung tertidur hingga berkelana di alam mimpi.
Di lain tempat, ada seorang pria yang masih terjaga. menatap keindahan malam dari balik jendela apartemen nya.
"Lan, ini majalah fashion terbaru dari FaiMe boutique" ujar Vio manajer Erland Kalandra Agler, seorang aktor terkenal.
"Thanks, lo boleh pulang sekarang bang"
Erland Kalandra Agler adalah seorang aktor berusia 27 tahun, yang kini tengah di sukai banyak orang terutama para gadis ABG yang tergila-gila dengan ketampanan yang di miliki oleh Erland. banyak juga rekan aktris yang menginginkan seorang Erland untuk menjadi pasangan mereka, namun sayang Erland selalu mengacuhkan mereka semua. bukan tanpa alasan Erland seperti itu, dulu ia pernah sangat mencintai seseorang namun di kecewakan. ditambah banyak wanita zaman sekarang yang tidak tulus dan hanya melihat tampang dan materi membuatnya semakin enggan untuk menerima wanita manapun.
"Loh wanita ini, bukannya wanita yang tadi gue tabrak" ujar Erland melihat model yang ada di majalah fashion itu.
Erland memang sangat menyukai desain dari FaiMe boutique (Sedikit informasi, FaiMe boutique adalah boutique milik Ayza yang awalnya bernama Ayza boutique namun dengan kehadiran Mezifa, Ayza pun mengganti nama boutique-nya menjadi FaiMe Boutique atau singkatan dari nama anak-anaknya yaitu Fairel dan Mezifa). menurut Erland desain di FaiMe boutique sangat menarik dan cocok dengan style-nya.
"Jadi wanita ini seorang model? sungguh dia sangat cantik di foto ini" gumam Erland sembari sedikit tersenyum.
Erland lalu menyobek majalah yang terdapat foto Dara tersebut dan menyimpannya dilaci samping tempat tidurnya. entah apa yang Erland fikirkan hingga ia dengan sigap menyimpan foto Dara itu, suatu hal langka yang sangat tidak pernah Erland lakukan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!