NovelToon NovelToon

STUCK WITH MY-EX

Hari yang (tidak) Indah

6 TAHUN KEMUDIAN…..

Sosok bermata bulat itu membuka matanya, langit langit yang sama yang selalu dia lihat setiap paginya. Cantika, gadis Ibu kota yang berumur 22 tahun, dia bekerja di salah satu perusahaan swasta di bidang piano. Tugasnya adalah membuat desain piano mengikuti perkembangan zaman dan juga minat para pembeli.

Umurnya mungkin masih muda untuk bekerja, tapi Cantika melewati kelas hingga dia lulus kuliah pada usia 20 tahun. Tinggal seorang diri di apartemen yang dekat dengan tempatnya bekerja; hanya perlu dua menit berjalan.

Bukan apartemen mewah, hanya studio room dengan balkon yang sempit dan lift yang terkadang mati. 

Dalam keluarganya, dia hanya memiliki Nenek dan Ayahnya. Mamanya meninggal 6 tahun yang lalu, dan disusul oleh sang Kakek 2 tahun setelahnya. Neneknya masih tinggal di rumah yang lama, ditemani oleh Papahnya yang kini bekerja sebagai konsultan hukum. 

Jika ingin ke sana, Cantika harus menempuh 20 menit menggunakan bus. 

TOK. TOK. TOK.

Suara ketukan membuat Cantika memutar bola matanya malas, dia segera membuka pintu. “Selamat pagi, Cantika. Sarapan untukmu.”

“Sudah aku bilang jangan membuatkan sarapan untukku, bukankah hari ini kau ada acara di kampus?”

Sosok itu masuk ke dalam apartemen Cantika, berkeliaran di bagian dapur.

“Apa yang kau cari?” tanya Cantika. “Tunggu, kau memberiku sarapan dengan imbalan?”

“Gula, sebenarnya aku membutuhkan itu. Ah dapat, aku pinjam ya.”

“Ganti dua kali lebih banyak,” ucap Cantika yang dibalas anggukan oleh sosok itu. “Galuh, kau mendengarku atau tidak?”

“Aku mendengarmu,” jawab pria yang sedang memindahkan gula dari toples pada plastic yang dia buat. 

Sosok yang menemani Cantika dari SMA, sampai kuliah. Saat ini Galuh sedang melanjutkan studi S2 nya, sembari dirinya juga bekerja di salah satu Yayasan amal yang tidak jauh dari sini. Galuh juga tetangga Cantika di Gedung apartemen ini, hanya saja dia tinggal di ujung koridor, dengan apartemen yang memiliki dua kamar di dalamnya.

“Terima kasih untuk gulanya, Sayang.”

“Ck, menyebalkan,” gumam Cantika saat pria itu melewatinya. 

“Jangan lupa makan sarapanmu, dan berterima kasihlah pada pahlawanmu ini.”

BRAK! Cantika lebih suka menutup pintu daripada membalas gombalan Galuh, terdengar suara tawa dari pria itu. 

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

“Astagaaaaa,” ucap Cantika memejamkan matanya saat baru selesai memperesentasikan model piano yang dia buat.

“Kenapa?” tanya Dinda(26 tahun); teman satu pekerjaannya. “Kau kenapa? heh, Cantika.”

“Mereka tidak suka apa yang aku buat, Mbak. Masa dibilang ketinggalan zaman, padahal kan ini yang sedang digandrungi anak muda sekarang. Warna ini.”

“Daripada dirimu mengeluh, lebih baik membuat desain yang mereka inginkan bukan?”

“Tapi itu kuno, milik mereka jelek.”

Dinda memutar bola matanya malas. “Kau tau perusahaan kita diambang kebangkrutan bukan? jadi kita harus membuat apa yang mereka inginkan, terlepas itu masuk dalam zaman atau tidak. Paham?”

Tidak ada yang bisa Cantika lakukan, dia kembali menggelar kertas kertas itu di atas meja. Memilah memilih desain yang dia buat sebelumnya. “Setidaknya itu harus cantik seperti namaku, bukan kuno.”

“Kau berangkat sendiri? tidak bersama Galuh?”

“Dia ada kuliah, jadi tidak bisa mengantarkanku.”

“Sayang sekali, pantas saja aku tidak melihat Dylan dan Milea pagi ini.”

“Berhenti menggodaku, Mbak.”

Dinda malah tertawa, bangku mereka yang berdekatan membuat dengan mudah berbicara. Meskipun memiliki sekat, tidak menjadi penghalang untuk mengobrol seperti biasanya.

Sampai sosok pimpinan keluar dari ruangannya dan berdehem. Cantika dan Dinda langsung menghentikan pembicaraan mereka. “Dia mau kemana?” tanya Cantika bingung. “Dia naik ke lantai atas. Apa terjadi sesuatu?”

Meskipun perusahaan kecil, tapi seluruh Gedung yang berlantai tiga ini adalah milik mereka. Lantai pertama adalah resepsionis, lobi dan kantin. Lantai dua untuk para pekerja yang terbagi dari beberapa team. Dan lantai tiga adalah ruang rapat, dan juga pimpinan perusahaan mereka; Tuan Herry. Si pria gendut berkepala plontos.

“Semua pimpinan team naik ke atas, sepertinya ada sesuatu yang darurat.”

Cantika menelan salivanya kasar, dia ikut khawatir. “Apa mereka akan memecat kita? Bukankah kemarin sudah ada pembersihan karyawan?”

“Tetap positive thinking,” ucap Dinda, dia melirik jam tangannya. “Ini sudah waktunya makan siang, ayo ke bawah.”

Mencoba mengalihkan pikiran yang negative, Cantika turun ke lantai bawah. Namun yang dia dapati adalah menu makanan yang semakin sedikit, aneh dan juga tanpa daging. “Aku merasa kita benar benar bangkrut.”

“Maka dari itu, kau harus membuat model yang mereka inginkan. Cepat kerjakan di sini.”

Takut perusahaan bangkrut, pada akhirnya Cantika menurunkan ego dan membuat desain yang mereka inginkan; meskipun tidak sesuai dengan gaya zaman sekarang.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Kembali ke lantai dua, mereka kembali sibuk bekerja meskipun bingung kenapa para pimpinan team tidak kunjung turun lagi. 

“Team keuangan bilang kalau boss mereka sudah naik dua jam sebelum boss kita,” ucap Dinda yang mana membuat Cantika kembali menelan salivanya kasar.

“Jangan ganggu aku, Mbak. Aku akan menyelesaikan desain ini dengan cepat.”

Perempuan yang lebih dewasa itu memicingkan matanya. “Cantika, kau berkeringat. Pergilah ke toilet lebih dulu.”

Awalnya Cantika tetap pada pendiriannya, sampai akhirnya dia sadar kalau kegelisahan ini harus dia buang. Cantika pergi ke toilet, membasuh wajahnya di sana dan menatap diri sendiri dalam cermin. “Aku lumayan cantik bukan? pantas saja Galuh lebih sering memujiku.”

Tersenyum sendiri, Cantika menyempatkan diri untuk menelpon Galuh dan memastikan pria itu baik baik saja di kampus. “Aku paham kau sudah 2 tahun tidak menginjak kampus, tapi kau masih muda. Ayolah, aku yakin yang kuliah S2 itu tidak semuanya muda. Jangan menganggap dirimu ketinggalan zaman.”

“Aku tau akan lebih tenang jika kau menelponku, Cantikku.”

“Berhenti bermain main dan dengarkan aku!” teriak Cantika kesal.

Kemudian di susul oleh kalimat kalimat petuah untuk Galuh. Butuh lima menit sampai akhirnya Cantika mengakhiri panggilan dan melangkah keluar dari kamar mandi. Dia kembali ke bagian team-nya. Dan yang dilihatnya, orang orang di kantornya tengah berbisik bisik.

“Mbak, apa yang terjadi dengan orang orang? Kenapa mereka terlihat sibuk bergossip?”

“Astaga! Kau lama sekali di kamar mandi. Sini!” Dinda menarik tangan Cantika untuk duduk di bangkunya lagi. Menormalkan nafasnya sebelum berkata, “Perusahaan ini akan diakusisi oleh Fernandez Inc. Kita jadi bagian dari mereka sekarang. Asyik, kita punya tunjangan nantinya.”

Fernandez Inc.

Fernandez Inc.

Fernandez Inc.

Kata kata itu terus berputar di dalam otaknya.

🌹🌹🌹🌹🌹

Mantan

Cantika pulang ke apartemen dengan wajah murung, jangan lupakan kalimat yang sebelumnya dia dapatkan dari atasannya, “Kau harus menyelesaikan ini secepat mungkin, lakukan sesuai yang diinginkan oleh mereka.”

Karena sulit untuk Cantika mendesain suatu piano tanpa sesuai keinginannya, dia benar benar lesu karenanya.

TAK.

“Aw!” teriak Cantika saat seseorang tiba tiba memukul puncak kepalanya, dia menoleh dan mendapati Galuh yang melakukannya. “Kenapa kau tidak kunjung tumbuh, Cantika?”

“Tinggiku 158, ini cukup ideal oke?!”

“Gula, ganti untukmu. Nanti aku akan membuat steak, kau mau?”

Keduanya berjalan beriringan di koridor, menuju apartemen masing masing. Langkah keduanya memelan, mengingat percakapan yang dilakukan keduanya terasa nyaman. “Aku sedang tidak ingin makan steak.”

“Lalu kau mau apa? Aku akan membuatkannya.”

“Berhenti memasakan sesuatu untukku, sudah hampir satu tahun aku tinggal di apartemen, tapi tidak bisa memasak.”

“Baguslah, jadi bahan bahan di lemari makanmu menjadi milikku.”

Cantika melirik Galuh kesal, menahan amarahnya dengan meredamnya. “Aku akan belajar memasak, tidak usah memberiku makan malam.”

“Padahal aku akan membuat steak daging dapi merah.”

“Oh, kalau begitu aku tidak akan menolak,” jawab Cantika tidak berbohong. Siapa yang tidak ingin daging sapi premium? Ditambah Galuh yang memasak, semuanya pasti akan terasa enak.

Dari tingkah Cantika saat ini, Galuh bisa melihat kalau perempuan itu sedang dalam keadaan mood buruk. “Kau baik baik saja? apa sesuatu terjadi di kantormu?”

“Hanya harus mendesain ulang.”

“Hei, jangan patah semangat begitu. Kau pasti bisa melakukannya, perlu aku buatkan popcorn manis untukmu bergadang malam ini?” pertanyaan itu sekaligus topik percakapan terakhir mereka.

Karena Cantika menghentikan langkahnya, dia hendak masuk ke dalam apartemennya yang sudah ada di hadaapannya. “Baiklah kalau kau memaksa. Maaf aku tidak bisa menanyakan bagaimana harimu. Aku benar benar malas.”

Mengusak rambut Cantika gemas, Galuh benar benar ingin mencubit pipi Cantika. Namun dia sadar kalau Cantika lebih galak. “Yasudah sana masuk. Dan merebahkan diri, buat dirimu nyaman.”

“Jangan lupa berikan steaknya,” pesan Cantika sebelum dirinya masuk ke dalam apartemen.

Sementara Galuh tertawa, dia melanjutkan langkahnya menuju unit apartemennya yang ada di ujung koridor.  Memberi ruang pada perempuan yang kini sedang memejamkan mata, dengan pikiran yang berkeliaran.

Fernandez Inc, dia takut jika sosok yang akan datang ke Gedung perusahaannya besok adalah Ares.

“Tidak mungkin, Ares adalah pewaris kekayaan Fernandez Inc, tidak mungkin dia datang ke kantor kecil milikku,” ucap Cantika sambil menenggelamkan wajahnya di bantal. Demi Tuhan, Cantika benar benar membenci pria itu. 

Ares yang dulu dia puja, kini hilang dengan kesan yang buruk. Pria yang menyakiti hatinya, mematahkan harapannya dan membuat hari harinya gelap saat itu.

“Hiks…. Aku membencinya, aku ingin makan otaknya… hiks… supaya tau apa yang dia pikirkan saat itu.”

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

“Aku sudah membuatkan steak, pusdding dan popcorn semalam. Dan kau masih terlihat lesu pagi ini?” tanya Galuh yang sudah menunggu di depan pintu.

Cantika hanya berdecak sebagai balasan, dia sibuk memakai sepatunya.

“Kau sudah menyelesaikan desainnya bukan?”

“Sudah, jangan khawatir. Aku hanya sedang malas.”

“Kenapa? apa ada yang membuatmu tidak nyaman di kantior?”

“Atasanku.”

“Owh, bukankah itu sudah biasa?” tanya Galuh yang membuat Cantika memilih untuk meninggalkan pria itu di belakangnya.

Galuh tertawa, dia segera menyusul Cantika supaya berjalan bersama. “Jangan marah, aku kan akan mengantarmu.”

“Demi Tuhan, Galuh. Hanya perlu beberapa menit untuk sampai di sana.”

“Akan aku belikan kue lapis.”

Karena Cantika memang lemah terhadap makanan. Jadi dia menerima ajakan Galuh. Dia menumpang di jok belakang motor vespa itu. Beruntungnya kantor Cantika dan kampus Galuh memiliki arah yang sama. Hanya butuh waktu singkat, akhirnya Cantika mendapatkan kue lapis yang dibeli dari toko di samping kantornya.

“Terima kasih.”

“Cerialah, langit cerah hari ini, seperti wajahmu.”

“Cheesy, Galuh,” ucap Cantika meninggalkan pria yang menatap kepergiannya dengan senyuman.

Bergegas naik ke lantai dua, dimana Dinda sudah berada di sana lebih awal. “Kau harus ke ruangan boss, dia menunggu hasilnya,” ucap rekan kerjanya sebelum Cantika duduk.

Menyimpan kue lapis di meja sebelum melangkah dengan map di tangan; menuju ruangan boss divisinya. Ini bahkan baru jam tujuh, Cantika terheran heran kenapa semua orang sudah ada di sini? Biasanya mereka baru sampai di jam 8; tepat akhir waktu.

“Pak, ini desain yang anda inginkan.”

Sosok pria itu menerimanya. “Nah, ini yang saya inginkan sejak lama. Bagus ini, apalagi nanti pimpinan utama akan ke sini untuk melihat.”

“Pimpinan utama?”

“Orang dari Fernandez Inc.”

“Apa dia akan menetap di sini, Pak?”

“Tentu saja aka nada seseorang yang menetap di sini. Menggantikan boss besar di lantai atas.”

“Lantas boss besar pergi ke mana?” tanya Cantika penasaran.

“Beliau pensiun. Nah, karena kebetulan kita sedang berbicara, tolong pergi ke lantai tiga dan bereskan ruangan itu.”

Cantika terkejut. “Kenapa saya, Pak?”

“Anda yang bertanggung jawab atas desain desain ini, susun di sana berdasarkan tanggal. Yang di atas paling baru, supaya orang orang dari Fernandez Inc bisa melihat kerja keras kita,” ucapnya dengan nada suara medhok.

“Saya suruh OB saja ya.”

“Heh!”

“Baik, Pak. Akan saya laksanakan.”

🌹🌹🌹🌹🌹

Pada akhirnya, Cantika selalu menjadi korban. Dia membereskan ruangan itu supaya tertata dengan rapi. Apalagi semenit sebelumnya dia mendapatkan telpon dengan isi, “Saya pimpinan anda, dan karena anda hebat dalam Menyusun barang, tolong bereskan tempat itu agar menjadi lebih estetik. Mereka akan sampai dalam lima menit.”

Alhasil, Cantika harus menggeser beberapa benda supaya terlihat lebih cantik seperti Namanya.

“Akhirnya selesai juga,” ucap Cantika berniat keluar dari ruangan yang sangat luas itu. Namun saat dirinya membuka pintu, ada gerombolan pria berjas menuju ke arahnya. Mereka hanya terpisah jarak beberapa meter.

“Astaga.” Cantika buru buru menutup kembali pintu ruangan. Dia mencari tempat untuk bersembunyi.

Di bawah meja! Itu adalah tempat yang sempurna untuk tubuh kecilnya.

Tidak lama kemudian, orang orang itu masuk. Dan Cantika mulai mendengar percakapan seperrti,

“Ini adalah desain yang sudah lama kami buat, kami memiliki pabrik sendiri. namun hanya memproduksi di waktu tertentu. Memang jarang orang yang minat dengan piano, tapi kami memiliki kualitas terbaik.”

“Bisnis kalian tertinggal.”

“Saat ini kami sedang mencoba untuk memasarkan alat music lain dengan tampilan yang lebih modern, tapi tanpa menghilangkan sejarahnya.”

“Bagaimana menurut anda, Tuan Ares?”

Dan saat itulah Cantika membulatkan matanya, dia melihat dari pantulan nakas marmer di depannya. Orang orang di belakang sana…. Ada satu yang mencolok. Sosok yang lebih muda, dengan rambut yang pirang, tampan dan tubuhnya yang berotot; terlihat lebih dewasa dari sebelumnya.

“Tuan Ares?”

“Bisa tinggalkan aku sebentar di sini? Aku ingin memeriksa beberapa dokumen,” ucapnya dengan wajah yang datar, dingin dan juga sorot mata yang tajam.

Astaga, kemana sosok itu hilang? Cantika bertanya tanya.

“Kami akan memberi anda ruang, Tuan,” ucap salah satu dari mereka kemudian keluar dari ruangan itu.

Meninggalkan sosok Ares yang masih berdiri menatap keluar jendela, wajahnya benar benar terlihat dingin. Seperti pangeran es yang tidak bisa tersenyum. Cantika terjebak di sana, dengan bayang bayang masa lalunya. dia memejamkan mata menahan tangisan, mengingat kejadian di masa lalu yang menegerikan.

Pyuuuuutttttttttt……

“Ahhhhhhh….. menahan buang angin dari tadi membuatku mual,” ucap sosok itu yang membuat Cantika kembali membuka mata.

Dilihatnya kembali dari pantulan nakas, pria itu sedang mengibaskan tangannya di belakang pantatt; mengusir bau di sekitarnya. “Astaga, aku makan apa ya tadi?”

Bahkan, Cantika mulai menutup hidungnya Ketika mulai mencium bau busuk akibat kentut mantan pacarnya itu. 

“Mau mpup,” lanjutnya lagi kemudian melangkah mencari kamar mandi di ruangan itu.

Pyuuuttttttttttt.....

Ares kembali kentut saat berjalan melewati Cantika.

🌹🌹🌹🌹🌹

Yang terindah, yang ditemukan

Cantika bergegas keluar dari tempat persembunyiannya, dia menatap pintu kayu; toilet, tempat dimana Ares berada di dalam sana. Ingin sekali Cantika menendang pintu itu, bisa bisanya dia diberikan hadiah pertemuan berupa kentut. Bau busuk! Rasanya Cantika ingin muntah saat ini juga. 

Bergegas keluar sebelum Ares selesai buang air besar. Ini benar benar bencana, Cantika menjadi bawahan mantannya. Satu satunya yang menjadi permintaannya pada Tuhan adalah agar Ares tidak memegang kendali atas perusahaan ini, bukan dia yang duduk di lantai tiga sebagai boss. Karena jika itu dia, maka akan menjadi bencana untuk Cantika.

Bahkan untuk saat ini dia harus bersembunyi, menunggu Ares keluar dari Gedung perusahaan ini.

“Mbak Dinda?”

“Heh! Dari mana saja kau?! Apa kau tau bagaimana aku mengkhawatirkanmu, Cantika?”

“Maaf, Mbak, tadi aku diperintahkan untuk membersihkan lantai tiga.”

Saat itulah raut wajah Dinda berubah menjadi girang. “Apa kau tau? Yang datang ke sini adalah pewaris Fernandez Inc. dia baru berusia 24 tahun, masih sangat muda dan tampan!” dinda memekik Bahagia.

Tidak ada alasan untuk Cantika senang, dia segera bergegas untuk mengambil tasnya tanpa mendengarkan Dinda. 

“Kau mau kemana?” tanya Dinda bingung. “Ini belum jam istirahat.”

“Aku merasa tidak enak badan, tolong beritahu pimpinan team kalau aku pulang lebih dulu,” ucap Cantika hendak masuk ke dalam lift. Namun sialnya, dia melihat gerombolan dari Fernandez Inc yang ada di bagian team pemasaran; tepat di sebelah lift. Dan dari lift khusus eksekutif, Ares keluar.

“Tuhanku,” ucapnya segera berbalik dan berlindung di bangkunya sendiri.

“Kau ini kenapa?” tanya Dinda yang bingung dengan keributan yang dilakukan oleh Cantika. “Hei, mereka datang ke sini. Bersikaplah professional, ayo pura pura sedang bekerja.”

Namun, yang ingin Cantika lakukan saat ini hanyalah diam dengan kepala menunduk. Berharap sekat di mejanya menyembunyikan tubuhnya yang kecil. Kenapa Ares cepat sekali buang air besar? Biasanya dia membutuhkan waktu berjam jam.

“Cantika, duduk dengan benar,” bisik Dinda lagi.

Tapi Cantika tidak mempedulikan sama sekali. Dia hanya bisa mendengar bagaimana pimpinan team-nya menjelaskan bagian desain pada orang orang yang lebih kaya itu.

“Bagaimana menurut anda tuan, Ares?”

“Tempat ini sedikit kuno, ruangan untuk seorang pendesain alat music tidak menunjang sama sekali. Harus ada perbaikan di sini, dengan interior yang lebih klasik,” ucap sosok yang sangat Cantika kenal.

Suaranya lebih berat, lebih dalam juga lebih berwibawa.

Persetan dengan itu, Ares baru saja kentut di dekatnya tadi.

“Hahaha, kami juga berharap hal tersebut. Tapi kami sedang dalam krisis keuangan akhir akhir ini.”

“Perusahaan ini milik Fernandez Inc sekarang,” ucap Ares yang berjalan ke arah jendela.

‘Tuhan tolong aku,’ ucap Cantika membatin, berharap Ares tidak datang ke arahnya.

“Terutama toilet, tempat itu harus nyaman, bersih dan juga tidak berbau.”

Ah, akhirnya Cantika tau kenapa sosok itu buang air besar lebih cepat dari biasanya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah orang orang itu pergi dari Gedung perusahaan Cantika, perempuan yang memiliki bulu mata lentik itu baru bisa bernaafas lega. Pada akhirnya dia benar benar lega, dan menerima ajakan Dinda untuk makan siang di kantin.

“Sekarang sudah tidak sakit kepala lagi bukan?”

“Tidak apa apa, sungguh. Sekarang sudah lebih baik, Mbak,” ucap Cantika pada rekan kerjanya yang mengkhawatirkan.

Cantika tidak ingin absen, itu sangat mempengaruhi pada gaji. Mengingat mereka digaji per-jam. Semoga saja setelah diambil alih oleh Fernandez Inc, semuanya akan berubah menjadi lebih baik. Termasuk pendapatan.

Sambil menerima makanan dari pegawai cafetaria, Cantika mengajak Dinda berbicara. “Benar ya, Mbak? Kalau yang akan menjadi boss kita itu bukan Pak Ares?” 

“Tentu saja bukan, dia tidak akan mau memimpin perusahaan kecil, apalagi hasil akusisi. Dia itu direktur utama di perusahaan pusat, Cantika,” jawab Dinda untuk yang kesekian kalinya. “Lagipula dia tidak suka disebut Pak, dia lebih suka dipanggil Tuan.”

Cantika mendengus lagi, pria itu memiliki banyak keinginan.

“Katanya, dia merasa menjadi seorang Ayah kalau dipanggil Bapak oleh bawahannya.”

“Dari mana Mbak tau semua itu? Apa Mbak mencari tau?”

“Begitu aku melihat wajahnya, aku langsung mencari tau tentangnya. Beruntung aku menemukan mantan club penggemarnya saat dia di SMA dulu. Astaga, dia sangat tampan.”

Cantika memutar bola matanya malas, dulu dia juga seperti itu. Menyukai Ares dengan sangat tulus, mencintainya bahkan tanpa meminta balasan. Karena Cantika tau, kalau Ares membalasnya, sakit hati akan dia rasakan pada akhirnya. Dan itu benar benar terjadi, Cantika merasakan sesak yang sampai saat ini sering membuatnya menangis.

“Aku dengar seminggu ini aka nada renovasi besar besaran di Gedung ini, jadi kita diliburkan.”

“Jangan mengharapkan diliburkan, aku yakin kita tetap bekerja, tapi dari rumah.”

Keduanya memilih tempat duduk yang ada di dekat jendela, dengan posisi Cantika membelakangi pintu masuk ke cafetaria. “Mbak, jangan menyukai seseorang terlalu dalam, nanti sakit hati.”

“Oh ayolah, aku tau diri. Dia seorang boss, aku tidak menyukainya sebagai seorang pria.”

Andai saja dulu Cantika tetap tau diri dan tidak menerima Ares sebagai kekasihnya. 

“Kenapa melamun? Tersenyumlah, lihat siapa yang datang.”

Cantika menoleh, mendapati seorang satpam yang datang ke arahnya dengan senyuman dan juga kantong kertas di tangannya.

“Titipan dari Ojol, Pak?” Tanya Dinda.

“Iya, Bu. Dari Tuan Galuh, untuk Ibu Cantika.”

“Terima kasih,” ucap Cantika dengan senyumannya yang tulus.

Membuka isinya, terdapat makanan manis dimulai dari cupcake, pudding dan juga mini tart. Masing masing dua. “Aku yakin untuk Mbak satu.”

“Dia sangat pengertian astaga, cepatlah resmikan hubungan kalian.”

“Kami hanya teman, dan tetangga, jangan berharap lebih,” ucap Cantika menyuapkan makanan di cafetaria. “Rasanya aneh, aku ingin meminta tambahan kari.”

Cantika melangkah meninggalkan Dinda yang membulatkan mata melihat sosok tampan itu kembali ke Gedung perusahaan. 

Di sisi lain, Ares kembali karena dia meninggalkan sesuatu di lantai tigga sebelumnya. Sebuah benda jatuh dari saku celananya saat dia buang air besar tadi. Beruntungnya dia menemukan bend aitu dan langsung kembali turun, diikuti oleh ajudan dan juga bodyguard pribadinya.

“Lantai satu sangat ramai,” ucap Ares.

“Ini jam istirahat, cafetaria ramai di jam ini.”

“Oh, aku penasaran,” ucap Ares melangkah menuju cafetaria untuk melihat bagaimana ramainya tempat itu. 

Berada di ambang pintu, keberadaan Ares tidak diketahui oleh orang orang yang lapar itu. Sementara mata sip ria tampan melihat sekeliling, bagaimana pegawainya sedang makan siang di cafetaria yang terbilang buruk juga. Sampai matanya menatap sosok yang tidak asing, Ares terbatuk batuk di tempatnya. 

Yang mana membuat beberapa orang menoleh, kecuali Cantika.

Ares buru buru keluar dari ruangan itu.

“Anda baik baik saja, Tuan?” bodyguardnya mengejar.

Ares tidak mempedulikan, dia masuk ke kamar mandi. BRAK! Dan menutup pintunya.

Di dalam sana, Ares memegang dadanya yang berdetak kencang. “Si mantan,” ucapnya dengan mata yang berbinar.

Buru buru Ares menelpon sekretaris pribadinya. “Hallo, Tuan Muda?”

“Aku sendiri yang akan mengambil alih posisi CEO di perusahaan music ini,” ucapnya dengan senyuman yang lebar.

Dan jangan lupakan hatinya yang terus bersorak, “Si mantannnn….., Andai aku bisa, ingin aku memelukmu lagi, di hati ini hanya engkau mantan terindah yang selalu kurindukan. -Kahitna; mantan terindah.”

🌹🌹🌹🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!