"Rasya, ada masalah dengan perusahaan yang ada di Jepang, malam ini juga papa meminta kamu pergi untuk memeriksanya" perintah Baskoro pada putra sulungnya.
Rasya Baskoro adalah putra sulung sekaligus anak laki laki satu satunya Baskoro, seorang pengusaha sukses yang memiliki banyak cabang di dunia. Diusianya yang sudah menginjak tiga puluh tahun, Rasya belum juga memiliki kekasih, membuat orangtuanya cemas dan berusaha menjodohkan nya dengan beberapa anak koleganya, namun selalu saja Rasya menolak.
Rasya selalu bersikap dingin, tak banyak bicara, bahkan dia sengaja menutup diri, hingga banyak yang tidak mengenalinya sebagai anak pengusaha sukses.
"Baik Pa" jawab Rasya.
Rasya meminta Reno menyiapkan jet pribadi untuknya malam ini juga.
Setengah jam kemudian Rasya dan Reno sudah berangkat ke Jepang.
...****************...
Pagi pagi sekali mereka sampai di kantor dan langsung melakukan pemeriksaan. Membuat para staf dan manager disana menjadi panik.
"Semuanya berbaris rapi, bos pemilik perusahaan sudah tiba, kita harus mengadakan penyambutan." perintah pak Hartama selalu wakil direktur pelaksana.
Semua tampak berbaris rapi. Rasya berjalan masuk diiringi oleh Reno. Dengan jas hitam dan kaca mata hitamnya menambah ketampanan Rasya . Rasya terus berjalan dengan wajah datar melewati barisan karyawan yang menyambutnya. Banyak karyawan yang berbisik melihat ketampanan bos mereka.
Setelah acara penyambutan selesai semua kembali ke ruangan masing masing, dan kembali bekerja seperti semula.
Rasya segera mencari akar permasalahan yang terjadi di perusahaannya dan sudah memeriksa semua data serta meninjau langsung ke lapangan.
Akhirnya dia menemukan beberapa permasalahan. "Tampaknya kita akan lama disini, Ren." ucap Rasya sambil memijit pangkal hidungnya. Rasa lelah menghinggapi tubuhnya atas aktivitas mereka seharian ini.
"Anda ingin tinggal di apartemen? atau di hotel"?" tanya Reno.
"Cari hotel terdekat, aku tidak ingin membuang waktu jika kita tinggal di apartemen dan terkena macet."
"Baik bos" jawab Reno.
Ini bukan Jakarta bos yang terkenal macet, ini Jepang. batin Reno.
Reno segera memesan hotel untuk mereka menginap. Dua buah kamar suite room untuk mereka berdua .Selesai dari kantor, Rasya mengajak Reno minum di bar yang letaknya dilantai atas hotel. Kali ini penampilannya berbeda, Rasya hanya mengenakan kemeja lengan panjang yang dilipat hingga ke siku dan celana bahan.
...****************...
Ditempat lain, Akila yang baru selesai syuting bersiap pergi mencari kesenangan dan ketenangan bersama teman temannya.
Namanya Akila, dia adalah putri dari pasangan Radit Ferdiansyah dan Alya (Suami Pengganti) Dia berusia dua puluh satu tahun. Akila seorang model berparas cantik, anggun tapi lugu dan polos.
Untuk menutup rapat jati dirinya yang sebenarnya Akila menggunakan nama Liliana. Hingga teman temannya tak mengenalnya sebagai putri Radit, mereka hanya tahu dia adalan Liliana seorang model.
Hidup di dunia hiburan membuatnya larut dalam pergaulan bebas, semua dia jalani hanya karena takut disebut kurang pergaulan. Karena selama ini dia merasa dikekang oleh keluarganya khususnya sang kakak yang menempatkan anak buahnya disekitar dirinya.
Kenakalannya membuat orangtuanya murka, kesalahan terbesarnya adalah saat dia nekat kabur dari rumah dihari pernikahannya, Tanpa memikirkan bagaimana perasaan orangtuanya.
Padahal akad Nikah akan segera digelar. Dia nekad lari karena tak ingin menikah dengan orang yang tak dia cintai. (Mau tau kisahnya baca di paksa nikah)
Dirinya yang seorang model tak mau menikah diusia muda, apalagi dengan tegas Al mengatakan jika dia memiliki kekasih, dan mereka sepakat kabur. Akila tak mau hidup dengan orang yang tak dia cintai. Hal ini membuat orangtuanya murka dan memblokir semua fasilitas untuknya.
Akila tak menyerah dia semakin fokus pada dunia glamour yang ditawarkan oleh rekan rekannya sesama model. Merasa bisa mencari uang sendiri, dan mendapatkan kebebasan Akila menikmati kehidupannya yang sekarang.
Dan disinilah Akila berada, di bar bersama teman temannya.
Suara musik yang memekakkan telinga menyambut kedatangan Rasya dan Reno. Ratusan manusia meliuk-liuk dibawah pengaruh musik yang menghentak sangat keras. Bau minuman beralkohol kental menyengat di Indra penciuman.
Rasya dan Reno memilih duduk dan menatap hingar-bingar orang yang mabuk menikmati surga dunia. Beberapa orang gadis berpakaian seksi mendatangi mereka namun dengan cepat Reno menyuruhnya pergi.
"Liliana turun yuk!" ajak Dery temennya sesama model.
"Nggak ah, males aku capek" jawab Liliana.
"Kamu nggak minum?" tanya Selin.
"Maaf, kamu kan tahu aku nggak bisa minum, lagipula besok pagi aku ada pemotretan." jawabnya
"Terus kita ngapain? nggak seru ih..."
"Gimana kalau kita main truth or dare." usul Manda
"Hukumannya apa?" tanya Lagi liliana
"Aku mau yang sedikit menantang!" ucap Selin.
"Hem... gimana kalau yang kalah terus nggak mau jujur hukumannya nyium cowok" ucap Nindy
"Nggak seru udah biasa" ucap Manda, ya dia biasa dengan pergaulan bebas bahkan dia sudah melepas keperawanan nya saat masih SMA.
"Seru donk, jika yang dicium cowok yang ada disana" tunjuk Nindy dengan dagunya menunjuk kearah Rasya. Sejak tadi dia memperhatikan dua cowok ganteng yang duduk di seberang mereka.
"Gue baru lihat cowok itu pertama kali datang kesini, dia ganteng bukan. Pengennya gue yang dapat hukuman, biar gue yang nyium tuh cowok siapa tau dia mau gue ajak ngamar" ucapnya lagi. langsung dapat sorakan dari teman temannya yang lain.
Lili hanya meringis, dia memang pernah berpacaran tapi dia tak pernah berciuman, kakaknya begitu ketat menjaganya, hingga dia merasa kesal dan menjadi pemberontak. Haikal selalu menyuruh bodyguard untuk mengikutinya, mana mungkin dia berani macam macam. Hingga akhirnya pacarnya bosan dan meninggalkannya. Apalagi setelah tahu semua fasilitasnya di cabut oleh orangtuanya. Padahal Lili rela kabur hanya demi cinta.
"Gimana lili, seru bukan?" tanya Nindy.
"Siapa takut" ucapnya tak mau kalah.
Tenang Lili, kamu nggak mungkin yang menang.
Permainan dimulai, dan sayangnya botol mengarah kepada Lili, sial kenapa aku yang kena!
"Pilih truth atau dare!" tanya Manda
"ehm...jujur" jawab Lili ragu.
"Sebenarnya sejak dulu gue penasaran banget, usia berapa kamu lepas keperawanan?" tanya Manda
Lili terkejut mendengar pertanyaan Manda, wajahnya pucat sekaligus bingung, bingung harus menjawab apa, nggak mungkin dia jujur, walau
selama ini dia ikut dengan gaya mereka karena dia tak mau jadi bahan Bulian karena masih virgin hingga sekarang, mana ada anak gaul yang nggak ONS.
Semua mata menatap intens padanya menunggu jawaban, begitu juga dengan Dery, dia begitu penasaran apalagi diam dia dia menyukai Lili, namun Lili begitu tertutup dan sulit didekati.
Apa kata mereka jika aku bilang aku masih perawan, ucapnya dalam hati.
"Kok diam sih, jangan bilang kamu belum pernah.." Nindy tak melanjutkan ucapannya hanya membuat kode dengan kedua tangannya dan menaik turunkan alisnya.
Tak mau rahasianya terbongkar dan dijauhi oleh teman temannya, Lili memilih menerima tantangan.
"ya pernah lah, tapi itu rahasia perusahaan, Oke, aku pilih dare" ucapnya berdiri.
Langkahnya gemetar dan gugup berjalan kearah meja Rasya. Dia sempat menoleh kebelakang tampak Nindy memberikan semangat padanya.
Tenang Lili hanya sebuah ciuman, bukan apa apa, bathinnya.
Lili terus melangkah hingga dia berdiri di samping Rasya, tangannya memukul pelan pundak Rasya dan pria itu menoleh, dia memicingkan matanya melihat gadis di hadapannya. Tiba tiba cup" dia mencium bibir Rasya singkat. Hanya beberapa detik, Lili melepaskan bibirnya.
Mata Rasya membulat sempurna begitu juga dengan Reno. Dia begitu terkejut dengan gadis dihadapannya yang tiba tiba menciumnya tanpa basa basi. Gadis itu terlalu berani menyentuh dirinya, Apa dia tidak tahu siapa pria yang dia hadapi. Hanya sekejap kemudian Lili berjalan menjauh, namun baru beberapa langkah tangannya sudah ditarik kuat hingga tubuhnya bertabrakan dengan tubuh Rasya. Aroma maskulin tercium jelas di indra penciumannya, sesaat Lili merasa nyaman dan melayang. detik berikutnya dia tersadar dan segera berontak.
"Apa yang kau lakukan gadis kecil" suara bariton itu terdengar dingin dan penuh tekanan.
Lili mendongak, sejenak keduanya saling pandang, netra mereka terkunci. Rasya dapat melihat dengan jelas wajah gadis manis dihadapannya, alis tebal, hidung mancung dan bibirnya yang tipis terlihat sangat menggoda. Manik mata hitam dan bulat seolah menghipnotisnya untuk menyelaminya lebih dalam lagi.
"Lepskan aku" ucap Lili
Rasya tersadar, senyum mengejek jelas terlihat diwajahnya.
"Kau harus bertanggung jawab nona," bisik Rasya pelan.
Melihat bibir mungil lili sekilas, rasanya dia ingin kembali menyesapnya. Entahlah padahal Rasya bukan tipe pria yang mudah tergoda dengan seorang wanita, apalagi yang baru saja dia kenal.
"Maaf tuan, anda salah paham, aku bukan wanita seperti itu, aku hanya menjalankan hukuman" ucap Lili sambil berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Rasya.
"Oh ya, lalu tadi apa, jika bukan kau menggodaku" bisik Rasya di telinga lili. hembusan hangat nafas Rasya menyapu telinganya membawa desiran aneh ditubuhnya.
Tubuh Lili bergetar namun sekuat tenaga dia menyembunyikannya agar Rasya tak mengetahui nya.
"Maaf tuan, aku hanya diperintahkan teman temanku disana, sekarang lepaskan aku" kali ini Lili terlihat memohon.
Rasya bukannya melepaskan , justru dia semakin menarik tubuh Lili merapat padanya dan tangannya memeluk pinggang Lili erat.
"Aku akan menunjukkan bagaimana ciuman yang sebenarnya"
"Cup"
Rasya mendaratkan bibirnya ke bibir Lili dan tanpa menunggu balasan dia ********** dengan kasar bahkan Rasya menggigit bibirnya agar Lioi membuka mulut dan dia leluasa mengeksplore mulut Akila.
"ehmp...ehmmp..." Lili terus berontak.
Rasya melepaskannya setelah dia kehabisan oksigen. Keduanya berlomba menghirup udara sebanyak banyak nya untuk memenuhi rongga dadanya yang kosong akibat ciuman panas mereka tadi.
Plaaak.. Lili menampar Rasya. Matanya berkaca kaca, Lili menangis dia merasa dilecehkan dengan langkah cepat dia kembali ke meja teman temannya mengambil tas dan segera pergi. Dia tak menghiraukan panggilan Manda dan Nindy.
Manda dan Nindy hanya saling pandang,"kau tak mengejarnya?" tanya Manda
"Tidak" jawab Nindy.
Nindy menyesap minuman didepannya, "Turun yuk!" ucapnya kearah Dery.
Lili berlari hingga keluar untuk mencegat taksi dan segera masuk, Lili tak lagi dapat membendung airmatanya. Dia menangis sedih, tangannya terus mengusap bibirnya untuk menghilangkan bekas ciuman Rasya yang masih jelas terasa dibibirnya.
Selamat datang di cerita mamie, jangan lupa berikan dukungan dengan like vote dan poin seiklasnya.
Semoga suka dan selamat membaca.
Rasya terdiam beberapa saat, tanpa bicara dia keluar diikuti oleh Reno.
Rasya terdiam dan terus berjalan menuju kamarnya. Masuk dan mengunci pintunya.
Rasya mengganti bajunya dengan piyama tidur dan coba merebahkan tubuhnya di ranjang. Namun bayangan wajah Lili yang berkaca kaca saat dicium dan tamparan keras di pipinya tak juga mau hilang. Semakin dia berusaha melupakannya semakin jelas bayangan itu muncul bahkan menari nari diatas kepalanya.
Seumur hidupnya Rasya tak pernah mendapat perlakuan seperti itu dari seorang gadis, biasanya para gadis lah yang terus mengejarnya dengan tatapan mendamba dan rela melakukan apapun demi dekat dengannya. Bahkan dia lah yang sering berbuat kasar, tapi ini berbeda.
Bukankah dia yang lebih dulu menciumku, tapi kenapa malah dia yang marah?
Tanpa sadar tangannya perlahan mengusap pipinya, walau sudah tak terasa sakit, namun sakit di dalam hatinya menimbulkan dendam dan hasrat ingin membalasnya.
Marah dan kesal, menguasai hatinya hingga timbullah dendam untuk membalas perlakuan Lili.
Siapa gadis kecil itu, berani sekali dia menampar pipiku, apa dia tidak kenal siapa aku? aku pastikan dia akan mendapati balasan yang setimpal dariku jika aku bertemu dengannya kembali. Aku akan membuatnya bertekuk lutut padaku, dan setelah itu.."
Rasya tersenyum sendiri memikirkan ide gila dikepalanya.
Rasya mengambil ponselnya dan menghubungi Reno. Tak menunggu lama, Reno langsung mengangkat panggilan nya.
"Malam Pak"
"Ren, aku mau cari tahu siapa gadis kecil yang berani menampar ku tadi, aku mau data lengkapnya besok pagi" ucap Rasya dengan suara tegas.
Tut...Tut....belum sempat Reno menjawab, Rasya sudah memutuskan panggilan.
"Baik " ucapnya pelan.
Reno hanya bisa menghembuskan nafas kasar, itulah bosnya yang selalu sesukanya. Dia kira ada hal penting yang harus dikerjakan malam ini mengingat ini sudah tengah malam.
Huh, aku kira ada masalah apa, ternyata masalah perempuan kecil tadi.
Reno segera menghubungi beberapa anak buahnya untuk mencari tahu siapa Lili.
Kemudian dia pun berbaring dan tidur. Reno tidak lagi memusingkan bosnya, tubuhnya lelah setelah seharian ini mendampingi Rasya berkeliling dan minta untuk istirahat.
Rasya meletakkan ponselnya dan kembali berbaring. Tak lama kemudian dia pun tertidur.
Pagi ini Rasya dan Reno kembali melanjutkan pekerjaan mereka, hingga menjelang sore hari.
"Bagaimana hasil penyelidikan mu? mana data yang aku inginkan?" tanya Rasya
Rasya baru teringat data tentang gadis kecil kemarin, biasanya tanpa ditanya kembali Reno sudah langsung menyerahkannya kepadanya.
"Maaf Pak, anak buah saya belum menemukan data apapun kecuali namanya. Dan saya rasa itu hanyalah nama samarannya sebagai model. Semua informasi lengkap tentangnya tertutup rapat, saya rasa ada yang sengaja menutupi identitasnya."
"Mana mungkin? kau saja yang bodoh. Siapa gadis itu hingga dirinya harus dirahasiakan seperti itu?"
"Maaf Pak, tapi benar tak satupun data tentangnya ditemukan, hanya sebuah informasi jika dia seorang model yang berasal dari Indonesia , Namanya Liliana tinggal sendiri di sebuah apartemen kecil, dan baru saja putus dari kekasihnya."
"Siapa kekasihnya dan cari tahu mengapa mereka putus?"
"Baik" jawab Reno.
Reno kembali mencari tahu siapa kekasih Lili dan kali ini dia menemukan apa yang diinginkan oleh bosnya.
"ini data yang anda inginkan, Pak" Reno menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat berisi data tentang kekasih Akila.
Setelah membacanya sejenak, Rasya tersenyum kecil. Dia bukanlah putri orang kaya, dan kekasihnya meninggalkannya karena dia sudah tidak lagi memiliki apapun. Kasihan, ternyata dia hanya di manfaatkan oleh pria brengsek itu. memanfaatkannya saat karirnya gemilang, dan ditinggalkan karena tak memiliki apapun. Bagus, aku bisa memanfaatkan ini untuk menaklukkan nya.
Rasya menyimpan map coklat ditangannya ke dalam laci.
"Sebisa mungkin ajukan kerjasama dengannya dan buat senatural mungkin, aku ingin memberikan hukuman yang tak bisa dia lupakan seumur hidupnya, hingga dia menyesal telah berani menampar wajahku."
"Baik" jawab Reno.
Mereka melanjutkannya pekerjaan nya, Reno meminta sekretaris pak Hartama mengupayakan kerjasama dengan Liliana, sebagai model untuk produk mereka.
...****************...
Pekerjaan yang cukup padat, membuat mereka harus berada di Jepang lama, molor dari waktu yang di prediksikan.
"Ren, tanggal berapa ini?" tanya Rasya sambil memijit pangkal hidungnya, mengurangi rasa pusing dan lelah dikepalanya.
"Tanggal 29 tuan," jawab Reno.
"Lusa mama ulang tahun kan?" tanya Rasya dengan tatapan tak bersahabat kearah Reno. Anggukan kecil Reno menunjukkan jika itu benar.
Mama akan berulangtahun tapi aku bahkan belum membelikan kado apapun untuk mama. ......huh,hampir saja aku lupa!"
"Antarkan aku ke butik, aku ingin membeli hadiah untuk mama." perintah Rasya dan langsung saja Reno mengemudikan mobilnya menuju butik tanpa banyak bicara.
Rasya telah memilih sebuah gaun yang cantik untuk mamanya, dia berkeliling dan melihat sebuah tas tangan kecil yang cantik dan unik.
Tas itu cocok untuk mama, bathinnya.
Rasya berjalan kearah etalase bersamaan dengan seorang pelayan toko yang mengambil tas tersebut.
"Maaf, saya menginginkan tas itu?" ucap Rasya.
"Maaf tuan, tapi tas ini sudah dibeli oleh nona yang berada disana. Anda bisa memilih yang lain."
"Tapi aku ingin yang itu, berapapun akan aku bayar."
"Maaf, tapi nona itu.." jawab pelayan takut.
Menunggu lama membuat Lili memilih menjemput tasnya, dia berjalan menuju etalase, "Mbak, kok lama seka..." ucapannya terhenti dan matanya terbuka lebar serta mulut yang menganga melihat pria mesum itu ada disana.
Rasya tak kalah terkejut, gadis kecil itu kini berdiri di hadapannya dengan gaun seksi tanpa lengan dan rambut dibiarkan tergerai. Jujur didalam hatinya, gadis itu terlihat cantik.
"Mana tas ku!" ucap Lili ketus dan mengambilnya dari tangan si pelayan.
"Nona tunggu," panggil Rasya
Lili berhenti sejenak, tak bertanya dan tak berbalik menghadap Rasya.
"Aku menginginkan tas itu, berapapun yang kau minta aku akan membayarnya" ucap Rasya
Cih, sombong sekali. Dasar orang kaya, selalu saja menggunakan uang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Akan tak akan memberikannya,ini adalah tas limited edition yang sudah lama kuinginkan, dan aku harus menabung selama dua bulan, bahkan aku harus menghemat pengeluaran ku untuk mengumpulkan uangnya.
"Maaf tuan, tapi saya sudah membelinya lebih dulu dan saya tak mau menjualnya."
Setelah bicara lili terus berjalan menuju kasir dan membayar.
Rasya merasa tersinggung, lagi lagi gadis ini membuatnya emosi. Rasya memotong langkah Lili dan memberikan kartu kreditnya, pelayan langsung melakukan proses pembayaran.
Lili tak mau menyerah bahkan dia tersenyum kecil saat tahu Rasya membayar tasnya "Terima kasih," setelah itu dia berjalan cepat.
Biar saja dia yang membayar, aku tetap tidak akan memberikannya.
Pelayan menatap bingung, dia juga terkejut, "maaf saya pikir bapak ini pacar mbak yang tadi, yang mau bayarin tasnya." jawab pelayan ketakutan.
Sial, lagi-lagi dia membuatku kesal.
Tiba tiba Rasya menarik Lili yang sedang berjalan hingga tubuh gadis itu bertabrakan dengan tubuhnya. Lagi Lili merasakan debaran yang aneh didadanya berada di posisi intim seperti itu. Hanya beberapa detik kemudian Akila berontak.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku" ucap lili berontak.
"Ikut denganku" ucap Rasya dan terus menyeret Lili yang berjalan terseok Seok.
"Jangan coba teriak, atau aku akan membungkam bibirmu dengan bibirku, paham."
Seperti sebuah mantra yang cukup ampuh, Lili langsung bungkam, dan mengikuti langkah Rasya yang membawanya keluar dari butik tersebut. Hingga mereka berhenti di parkiran.
"Sini tasnya?" ucap Rasya mengulurkan tangannya.
Lili menatap dengan jengah, "help tuan mesum, ini tas ku, aku tidak akan memberikannya padamu " jawab Akila tegas
"Aku sudah membayarnya. Dan apa tadi kau bilang, tuan mesum? sadar aku tidak seperti itu, aku bukan pria mesum seperti yang kau pikirkan dasar gadis penggoda " balas Rasya
"Cepat berikan?"
"Tidak! berikan nomor rekening mu akan akan mengembalikan uangmu."
"Aku tidak butuh uang, aku butuh tas itu!" ucap Rasya yang masih mencekal tangan lili kuat, nampaknya kesabarannya benar benar diuji menghadapi gadis kecil didepannya ini.
"Tidak!" ucap lilimenantang
"Aku akan kasih dua kali lipat," Akila menggeleng,
"Baiklah aku bayar 700 juta, aku rasa itu sudah cukup pantas, kau bisa menggunakan nya untuk membeli tiga buah tas lain yang kau inginkan."
"Sebenarnya aku juga tidak begitu menyukainya tetapi aku lebih tidak rela jika tas ini kau berikan kepada kekasihmu, dan tuan mesum yang sombong, simpan saja uangmu untuk kekasih kekasih mu, aku tak butuh"
Dug....
aww.....Rasya mengaduh kesakitan, dengan tak terduga Akila menginjakkan heelsnya ke kaki Rasya dengan sejuta tenaga. Tentunya saja cekalannya langsung terlepas, Akila tak menyia nyiakan kesempatan, dia segera berlari meninggalkan Rasya yang masih mengaduh menahan sakit.
Setelah jauh Akila berbalik dan menjulurkan lidahnya, Rasya semakin geram dibuatnya.
Dari jauh Reno hanya bisa menahan senyum, bisa bisanya tuannya bertengkar hanya demi sebuah tas, bahkan didalam masih banyak lagi tas yang jauh lebih cantik dan bagus.
".Reno" panggil Rasya
Reno segera berlari, "ya pak"
"Ayo kita pulang"
"Baik pak," jawab Reno, setengah berlari mengambil mobil sambil menenteng belanjaan bosnya dan masuk kedalam mobil. Rasya masuk dan mereka kembali ke hotel.
"Siapkan tiket untuk besok pagi, kita akan pulang besok, aku harus menghadiri ulang tahun mama, jika tidak, mama pasti akan marah." ucapnya
"Baik pak, apa anda ingin membeli tas di tempat yang lain?" tanya Reno
"Tidak, mood ku menjadi buruk setelah bertemu gadis bar bar itu, aku akan kembali ke hotel dan kau pilihkan satu tas yang bagus untuk mama. Setelah itu kembali ke perusahaan, bawa semua berkas yang harus aku tanda tangani, aku tunggu di kamar."
"Baik pak" jawab Reno.
Dia terus melajukan mobilnya mengantar Rasya kembali ke kamar hotel.
Setelah Reno pergi dan Rasya masuk ke dalam kamar, dia merebahkan dirinya di kasur. Kakinya masih terasa sedikit sakit, untung saja sepatunya masih bisa menahan heels yang tak langsung mengenai jarinya, jika tidak, bisa dipastikan dia akan kesulitan berjalan.
"Gadis sialan, setiap bertemu dengannya aku selalu mendapatkan kesialan, tunggu saja aku akan membalas mu nanti, kau hanya belum tahu siapa aku."
senyum devil muncul di sudut bibirnya.
Sementara Lili tersenyum senang menenteng tas barunya sambil berkaca, "tas yang cantik cocok untukku yang cantik. Lumayan aku dapat tas gratis, ini belum seberapa dibandingkan dengan kekurang ajarannya yang berani menciumku." ucapnya pelan.
Lili memang sangat hobi berbelanja barang mewah, tak mau mendapat bullying dari teman temannya, dia akhirnya ikut dan larut dengan dunia gemerlap mereka.
Untungnya ajaran agama yang diajarkan Alya, masih melekat dirinya, walau dia bergaul bebas, bukan berarti dia kebablasan. Lili hanya butuh pengakuan, dan ketenaran.
Mengingat sang mama, airmatanya menetes, jujur dia sangat merindukan keluarganya apalagi mama yang sangat mencintainya.
Mama... Kila rindu ma, Akila kangen mama, papa, kak Haikal,
Maafkan Akila ma, jika waktu bisa diulang, Akila nggak akan pergi, Akila akan jujur sama mama, Akila butuh mama, Akila kesepian ma.
Kak ikal, maafin Akila ya, Akila tahu Akila salah, Akila sayang kakak, Akila pengen peluk kakak dan minta maaf, kakak benar dia jahat, dia cuma manfaatin Akila, akila salah kak,.... Akila kesepian disini, Akila rindu kalian semua.
Lili segera menghapus airmatanya, dia kembali menguatkan hati, Lili sudah berjanji dia akan kembali setelah dirinya sukses, dan meminta maaf kepada mama dan papanya.
Dert.....deerrttt....
bunyi ponsel membuyarkan lamunannya.
Tertulis mana sang manager disana. Lili langsung mengangkatnya.
"Ya halo"
"Lili gawat, pihak endorse memutuskan kerjasama denganmu secara sepihak. Dan mereka memutuskan kontrak kerja sama." ucapnya
Lili sungguh terkejut, baru saja dia merasa senang mendapatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan Fashion ternama dan baru dua bulan.
"Jangan bercanda mbak? apa alasan mereka memutuskan kontrak denganku?" tanya Lili
"Entahlah, mereka tak menjelaskannya yang pasti mereka sudah memutuskan kontrak , ada satu lagi perusahaan sepatu Emily juga memutuskan kerjasama, aku rasa ada seseorang dibalik semua ini. Dan aku yakin dia bukan orang sembarangan." ucap Giska sang manager.
Airmata Lili jatuh dengan deras, bagaimana tidak, baru saja karirnya membaik pasca putus dengan Dito, kini dia dihadapan kan dengan kenyataan pahit kembali.
"Lili, kau masih disana?" panggil Giska
"Ya mbak"
"Maaf, aku sudah berusaha sebisaku meyakinkan mereka tapi mereka tetap Keukeh dengan pendiriannya, bahkan mereka tak meminta DP yang sudah mereka transfer untukmu, padahal ada yang sudah membayar setengah dari jumlah kontrak yang di janjikan." ucap Giska
"Makasih mbak,"
Lili mematikan ponselnya dan bersedih, airmatanya turun dengan begitu deras bahkan dia sampai terisak.
Derrrt, derrtt ......
Lili menyeka air matanya dan menatap ponselnya yang berbunyi. Perlahan dia mengangkat nya setelah dering yang ketiga.
"Lili, kau dimana? apa kau sudah tahu kabar terbaru?" ucap Nindy heboh
"A..aku sudah tahu, mbak Giska baru saja menelpon ku." ucapnya sedih
'Kamu dimana, aku akan kesana sekarang."
"aku di apartemen."
"Tunggu aku, jangan kemana mana dan jangan berbuat yang aneh aneh."
Nindy langsung mematikan ponselnya dan menaiki motor bebeknya ke alamat Lili.
Nindy adalah teman baiknya diantara semua teman modelnya. Nindy yang ada disamping Lili saat saat dia terpuruk karena diputuskan oleh Dito. Sedihnya lagi, Dito dengan tegas mengatakan alasannya dia meninggalkan Lili karena Lili sudah miskin dan dibuang oleh keluarganya.
Lili sempat terpuruk dan ingin mengakhiri hidupnya, untung Nindy selalu menemaninya dan mengingatkannya, hingga dia bisa melewati semua masa kelam itu dengan baik dan bangkit lagi menjadi model.
Setelah itu Lili meminta bantuan seseorang untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya dia tak mau jika ada lagi pria yang mendekatinya karena uangnya, karena dia putri pengusaha kaya raya, pemilik XYZ corporation.
Bel berbunyi, Lili bangkit dan membuka pintu. Nindy langsung masuk dan memeluk sahabatnya.
"Aku tidak apa apa Nin, masih banyak perusahaan lain yang bisa bekerjasama denganku."
Lili melepaskan pelukannya dan menutup pintu. Mereka berdua berjalan menuju sofa.
"Sepertinya aku akan meninggalkan apartemen ini, apalagi aku tak punya uang untuk meneruskan cicilannya. Dan aku putuskan aku akan pulang ke rumah. Aku akan meminta maaf kepada kedua orang tuaku, aku akan mengaku salah dan siap menerima hukumannya."
"Kau menyerah begitu saja! Aku tak percaya kau bisa selemah ini."
"Aku lelah Nin, dan jujur aku sangat merindukan mama, papa dan kak Haikal. Aku bersalah, aku menyebabkan dia menikah dengan gadis yang sama sekali tidak dia kenal padahal aku tahu dia sangat mencintai kekasihnya. Aku rindu rumah."
"Apa kau yakin tak ingin menyelidiki ini semua"
"Apa maksud mu!"
"Aku tahu kamu kuat, tapi ini tidak adil, mereka memutuskan secara sepihak. Aku rasa ada seseorang yang sengaja ingin menjatuhkan mu, tapi jika Dito aku rasa tidak mungkin" ucap Nindy sambil terus berpikir. Dia seolah bicara pada dirinya sendiri.
"Apa mungkin pria yang mencium mu waktu itu, bisa jadi dia ingin balas dendam karena kau menamparnya." ucap Nindy lagi.
Mata Lili tiba tiba membulat, bukan hanya menampar bahkan dia juga bertengkar hanya karena sebuah tas. Tapi akan mungkin dia yang melakukannya?
"Hei mengapa kau jadi melamun?" ucap Nindy
"Apa yang aku ucapkan benar? aku rasa kita tak bisa menuduh Dito, terbukti sudah enam bulan kalian putus dia sama sekali tak mengusik mu.'
Seolah tak mendengarkan ocehan Nindy, Lili kembali menerawang, mengingat pertemuannya dengan pria mesum yang dia sendiri tidak tahu siapa namanya.
"Aku kemaren bertemu dengan cowok mesum itu lagi dan aku..."
"Hah! kau bertemu dengannya, lalu apa dia lakukan padamu? dia tidak menyakitimu kan?" tanya Nindy heboh tangannya membolak balik badan lili untuk memeriksa.
Lili menggeleng, "aku bertemu dengannya disebuah butik, dia ingin membeli sebuah tas yang sudah aku pesan sebelumnya. Kami bertengkar, dia membayarnya tapi aku yang mengambil tasnya."
"Apa?"
Nindy menggeleng keras, "Tak bisa ku percaya!"
"Jadi kalian bertengkar lagi?"
Lili mengangguk, "Setelah dia membayarnya aku membawa tasnya kabur, dia mengejar ku tapi aku berhasil lari dengan menginjakkan heels ku ke sepatunya."
Mata Nindy membulat sempurna, dia tak percaya Lili bisa sebar bar itu. Nindy kembali menggelengkan kepalanya.
"Aku akan menemuinya" ucap Lili
"Tapi kita nggak punya bukti jika dia yang melakukannya. Bisa bisa masalahnya nggak selesai, malah muncul masalah baru."
"Aku tetap akan menemuinya, aku tahu dia tinggal di hotel tersebut. Malam ini aku akan menemuinya kembali di bar jika tidak ada aku akan mencarinya ke kamarnya."
"Jangan gila, jika ke kamarnya, bisa bisa dia memperkosamu"
"Aku tidak takut, aku akan membuatnya menyesal telah berani menggangu hidupku, aku benci dia!"
"Jangan gegabah, aku tahu kau sedang kesal, tapi berpikir jernih itu penting. Sebelum kau menyesal."
"Terima kasih Nindy, kau sudah repot datang kesini dan menghiburku."
"Tapi apa kau yakin mau menemuinya, apa kau ingin aku temani."
"Apa kau tidak sibuk?"
"Aku bisa menemanimu"
"Baiklah aku tunggu di depan hotel, jam tujuh dan kita akan menemuinya bersama. Terima kasih." Lili memeluk sahabatnya.
Bantu mamie dengan vote dan like biar mamie makin semangat nulisnya. Jangan lupa berikan komentar, dan bagikan bunga dan poin lainnya. Terima kasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!