NovelToon NovelToon

ADINDA Dan ARJUNA

Papa ku sakit

Pagi ini Sabtu jam 9 pagi, aku masih sibuk dengan pekerjaan rumah, Papa ku sakit, Mama ku meninggalkan kami saat aku berusia 7 tahun, dan sampai hari ini, aku tidak pernah berjumpa lagi dengan nya. Entahlah apa yang membuat Mama pergi dari rumah. Tapi yah sudah lah, aku bahagia hidup berdua dengan Papa ku, Papa ku yang Baik, perhatian dan aku sangat menyayangi Papa ku.

" Din...." Panggil Papa ku, suara itu terdengar karna kamar yang tidak tertutup

" Iya Pah, Dinda datang" Jawab ku dan segera ku selesai pekerjaan dapur ku dengan cepat.

" Ada Apa Pah?" Tanya ku dengan lembut

" Ambil Handpone Papa, Din, Papa perlu menghubungi seseorang" ucap Papa ku, dan aku langsung mengambil handphone dari meja dan segera ke berikan pada Papa.

15 menit Papa ku menghubungi teman nya, dan sepertinya orang itu adalah teman nya, karna samar samar aku dengar Papa tertawa kecil.

" Din, Nanti sore Jam 3, Papa ada tamu, tolong siapin Makanan Din, Minta Bibi Rapihkan rumah" Ucap Papa ku dengan terus memegang dada nya.

" Iya Pah...Dinda pasti kerjain, Dada nya masih sakit Pah?" tanya ku dan duduk di lantai, dekat tempat tidur, dimana Papaku berbaring.

" Umur mu berapa Din?" Tanya Papa

" November ini 17 tahun Pah" jawab ku dan Papa ku tersenyum.

" Dah besar anak nya Papa, Mau kado apa dari Papa?" Tanya Papa ku

" Sekarang Masih bulan Januari Pah, Kado 17 tahun nanti Dinda pengen Papa Sehat, Terus temenin Dinda, dan Dinda bakal terus temenin Papa!"

Papa mengusap rambut ku,

" Jangan pernah berjanji atau terbuai dengan Janji Din, Karna Hidup itu berubah" jawab Papa ku dan aku diam, Papa terus mengusap rambut ku, dan harus aku akui, aku kecewa, Papa seakan tidak percaya, bila aku akan selalu berada di samping nya.

Tepat Jam 3 sore, Seorang Laki laki datang, Aku berpikir pasti ini lah tamu Papa ku, aku segera membuka pintu dan mempersilahkan nya untuk Masuk, aku berjalan menuju kamar Papa dan memberitahukan tamu yang sudah di tunggu nya, sudah ada di ruang tamu.

" Suruh Masuk ke Kamar Papa saja, Din! Papa tidak kuat untuk bangun dan berjalan" Ucap Papa ku.

" Papa menunggu di kamar, silahkan masuk ke kamar papa Saja, Pak" Ucap ku pada tamu itu

" Kamu Dinda?" Tanya nya pada ku

" Iya Pak, Saya Dinda" Jawab ku cukup singkat

" Sudah besar" Ucap nya pelan, tapi masih bisa aku dengar suara nya, dan aku tersenyum kecut pada nya. untung saja dia tidak melihat wajah ku, karna sungguh tidak sopan dengan kelakuan ku saat ini.

Tamu tersebut masuk dan bersalaman dengan Papa ku, sepertinya mereka cukup akrab, karna ku lihat wajah Papa begitu bahagia dengan tamunya itu.

Aku menyiapkan minuman dan camilan yang sudah aku siapkan dari siang tadi, hanya Es Jeruk dan goreng pisang, sementara untuk Papa, aku menyiapkan jeruk hangat kesukaan nya, meninggalkan Papa ku dan tamu nya, sementara aku duduk di ruang keluarga, lengkap dengan buku buku pelajaran ku. Aku dengar Papa memanggil nama ku, aku berdiri dan mendekati kamar papa.

" Duduk sini Din" Perintah Papa ku, aku menurut dan ku ambil kursi lipat, untuk bisa duduk di dekat Papa

" Kamu Ingat ga, ini siapa?" Tanya Papa menunjuk pada teman nya

" Dinda ga tau Pah" Jawab ku jujur, dan Papa ku tersenyum

" Dia Arjuna, Din. Mahasiswa Papa dulu" Ucap Papa ku, sementara laki laki yang bernama Arjuna hanya tersenyum, bukan pada ku, Tapi pada Papa ku.

" Kalo begitu saya pulang dulu pak, Malam ini saya kembali, sesuai petunjuk bapak" Ucap Laki laki itu, Papa ku tersenyum lagi, lama mereka berpelukan dan Laki laki itu pergi tanpa menoleh pada ku.

" Din..." Panggil Papa lagi pada ku, aku sedang merapikan gelas tamu tadi

" Iya Pah!" Jawab ku.

" Duduk sini sayang, duduk dekat Papa" pinta Papa ku.

" ada Apa Pah, Dada nya masih sakit? Mau Dinda panggil dokter Adi?" Tanya ku dengan suara lembut

" Papa boleh minta tolong?"

" Papa Mau apa? ga usah bilang minta tolong Pah, Dinda pasti kerjain tugas dari papa!" Jawab ku, dan papa ku meraih tangan ku, papa menepuk punggung tangan ku, diantara kedua tangan nya.

" Mama kamu pergi" Ucap nya

" Dinda tau, dan Dinda lupa kalo Dinda punya Mama" jawab ku.

" Papa sakit" Ucap nya lagi

" Papa Pasti sembuh, dokter Adi merawat papa dengan baik" jawab ku dengan senyum.

" Kita tidak ada saudara" Ucap Papa ku datar

" Dinda Tau Pah, tapi Dinda punya Papa yang luar biasa" Jawab ku

" Papa mau kamu nikah dengan Arjuna, Din" Ucap Papa ku, dan aku sungguh kaget luar biasa.

" Dinda Masih sekolah Pah, kelas 3 SMA, Lulus aja belum, Dinda pengen kuliah, dan Dinda pengen kerja dulu, Dinda mau bahagiain Papa dulu" Ucap ku

" Papa minta tolong Din, Papa pengen lihat Anak Papa menikah, dan pasti nya Papa akan bahagia" Ucap Papa ku, ku tatap wajah Papa ku, begitu memelas dan aku mencari tau dari matanya, apa yang sedang Papa pikiran.

" ARJUNA bersedia menikah kamu malam ini, Dia laki laki yang baik, dan Papa percaya padanya" Ucap Papa ku, entah apa ini, yang pasti air mata ini menetes, aku tidak tau apa yang yang harus lakukan.

" Papa minta tolong ya Din" ucap nya lagi, Papa menyimpan tangan ku di dada nya, ku rasakan denyut jantung Papa yang bergerak pelan,

" Papa kenapa?" Tanya ku

" Papa ga mau kamu sendiri, Din" jawab Papa ku dan ku peluk Papa ku

" Dinda ga sendirian Pah, Ada Papah, Ada Bi Hesti yang tinggal di rumah ini" Jawab ku.

Papa mengusap kepala ku.

" Tolong kabulkan permintaan Papa, Din. Papa mohon" Ucap Papa ku dan aku semakin menangis,

" Papa kenapa sih?" Tanya ku dengan gemas dan terus menangis di pelukan Papa ku.

" Kamu ga mau ya Din?" Tanya papa ku

" Kamu ga sayang Papa?"

Oh My God, gila.... sungguh gila, mendengar kata kata Papa ku itu, mana mungkin aku tidak sayang pada Papa, Papa adalah Papa, Ibu, Sahabat dan semua nya bagi ku.

" Ga mau Yah Din?" Tanya Papa dengan suara yang saat ini sedikit berat. dengan segala rasa sayangku pada Papa aku menjawab nya.

" Dinda Mau Pah, Tapi Papa gak boleh Sakit lagi" Ucap ku dengan sedikit menunjukkan wajah ku pada Papa, menunjukkan keseriusan ku untuk memenuhi permintaan papa.

" Terima kasih sayang, Papa bahagia sekali, Panggil Bi Hesti kemari, dan tunggulah di luar saat papa bicara dengan Bi Hesti.

Terlalu Cepat

Jarum Jam begitu cepat bergerak nya, sore ini terasa sangat singkat, cepat dan jarum jam langsung berputar ke Jam 7 malam. 4 orang laki laki datang termasuk Arjuna, Dokter Adi, ( Sahabat Papa ku, yang juga merupakan dokter pribadi keluarga kami), dan 2 orang lagi, aku tidak mengenal nya , Papa yang masih berbaring di tempat tidur dikamar nya, meminta 4 tamu nya untuk masuk ke dalam kamarnya. Aku di minta Papa untuk menunggu di luar kamar, hanya Bi Hesti yang ikut masuk ke dalam kamar Papa.

Setelah 20 menit mereka berbicara berlima, Bi Hesti keluar dari kamar, wajah nya sudah merah, terlihat matanya Basah,

" Di panggil Papa Neng geulis" ucap Bi Hesti, Bi Hesti menuntun langkah ku, aku dan Bu Hesti duduk di Sisi kanan papa.

" Siap Ya Din?" Tanya Papa ku dengan suara nya bergetar

" Siap Apa Pah?" Tanya ku sedikit heran

" Saya akan menikahi mu sekarang" Ucap Arjuna dengan menatap Wajah ku

" Hhhaaahhh sekarang?" tanya ku tidak percaya

" Iya sekarang Din" Ucap Papa ku, dan aku menarik nafas ku dengan berat, pernikahan apa ini, aku saat ini hanya menggunakan celana joger ku, kaos berlengan panjang dan Hanya beralaskan sendal tipis saja.

" Dinn" Panggil Papa, menghentikan lamunanku tentang pernikahan impian yang aku khayal kan.

" Iya Pah " Jawab ku dengan lembut

" Sekarang Yah" Pinta Papa ku, dan aku menggagukkan kepala ku. Dokter Adi, atau yang biasa aku Panggil Om Adi, tersenyum pada ku.

Papa ku memaksakan tubuh nya untuk bisa duduk walau masih di atas tempat tidur nya, tentu nya Arjuna membantunya untuk itu, aku masih diam, Bi Hesti sudah memeluk bahu ku.

" Siap Yah Pak Edi?" tanya Seorang Laki laki pada Papa ku, Papa terlihat Tersenyum pada ku. cepat cepat aku tundukan kepalaku, aku tidak ingin Papa ku sedih, melihat mata ku yang Sebetulnya aku kecewa, aku sedih.

" Saya nikahkan Anak Saya, Adinda Handayani Pratiwi binti Edi Rahadian Dengan Mas kawin uang sebesar satu juta di bayar tunai" Ucap Papa ku

" Saya terima nikah dan kawin nya Adinda Handayani Pratiwi Binti Edi Rahadian dengan Mas Kawin uang satu juta rupiah, di bayar Tunai" Ucap Arjuna dengan sangat jelas dan suara yang bulat sempurna.

" Saksi Sah?" Tanya seorang laki laki yang duduk di antara Papa dan Arjuna

" Sah!" Jawab 2 orang itu kompak

" Alhamdulillah" Ucap Semua orang, dan air menetes deras, Papa memanggil aku, aku menghampiri nya, dan 3 orang ini merubah posisi duduk mereka, memberikan ruang untuk ku dan Papa

" Papa sudah menikahkan kamu, Din, Papa Bahagia, dan Maaf ini tidak seperti harapan mu" Ucap Papaku dengan memeluk aku, aku tidak menjawab apapun, aku hanya ingin memeluk Papa, aku hanya ingin bersama Papa, tidak ada yang lain.

Pelukan yang sangat erat, lama dan aku merasakan pelukan papa ku tidak seerat tadi. tangan Papa ku jatuh dan aku menjerit

" Bi....Papa" teriak ku panik

" Pak..." Ucap Arjuna

" Di...Edi" Ucap Om Adi, Om Adi langsung memegang punggung Papa ku, lalu membaringkan nya kembali, Om Adi meminta aku untuk bergeser dan saat ini, Om Adi memeriksa Kondisi Papa ku. Bi Hesti semakin memeluk bahu ku.

" Sudah Tidak Ada " Ucap Om Adi datar

" Innalilahi " Ucap semua orang di kamar Papa, dan aku menjerit seketika. tubuh ku seakan tidak bertulang dan dengan tenang yang aku miliki saat ini aku memeluk papa ku

" Jangan tinggalin Dinda Pah, Dinda ga Mau" ucap ku dengan menangis dan terus menangis

" Sabar Din, Ini Sudah Jalan nya" Ucap Om Adi dengan tangannya yang menepuk bahu ku. Aku terus menangis dan akhirnya aku berada atas tempat tidur Papa, lalu aku terbangun karna suara banyak orang.

" Papa mu, akan dimakamkan malam ini Juga, sesuai dengan keinginan nya" Ucap Laki laki yang bernama Arjuna.

" Gak...Dinda, Ga Mau Papa meninggal, Dinda mau Papa" Ucap ku dan segera aku berjalan ke luar kamar Papa, sudah banyak orang, Papa ku yang tadi pagi masih aku suapi makannya, yang tadi siang masih berbicara lembut dengan ku, saat ini tubuhnya sudah tergeletak di atas karpet tebal, tubuh nya sudah di balut kain Kafan putih hanya terlihat wajah nya yang tersenyum, Senyum.....Papa terlihat bahagia, sementara aku? Aku akan tinggal sendiri, tanpa Papa, Dan tangisan ku pecah, tubuh ku yang lemah di Bantu oleh Sari, Sari dan beberapa sahabat ku sudah ada di sini, entah dari kapan mereka datang.

" Bokap gw, Sar" Ucap ku

" Sabar, Din....Yuk kita ke bokap loe, loe masih boleh liat, tapi air mata loe ga boleh jatoh, nanti bokap loe sedih, liat loe sedih gini"

Aku memeluk papa, ku cium wajahnya, " Dinda sendiri Pah, kenapa Papa tinggalin Dinda" Ucap ku.

" Ganti Baju Din, kita mau makamkan Papa mu " Ucap Om Adi, dan rasa nya ini terlalu cepat untuk ku. Om Adi meraih tangan ku, lalu memeluk aku.

" Ada Om Adi, Din. Ada Arjuna sekarang, kamu ga sendirian" Ucap Om Adi pelan.

Aku di bantu bi Hesti untuk ke kamar, mengganti pakaian ku, dan suara sirene mobil jenazah terdengar keras dan membuat hati ini kecil, kecil sekali. Banyak orang orang datang menghampiri ku, mereka adalah teman papa ku dan beberapa dari mereka memeluk aku, memberikan dukungan nya untuk ku, dan seakan semua tidak berarti untuk ku saat ini.

Keranda Papa sudah masuk ke dalam Mobil Jenazah, Arjuna menghampiri ku " Masuk ke mobil ku"

" Aku bisa bawa mobil sendiri" Jawab ku singkat

" Adinda Handayani Pratiwi...Masuk ke mobil Saya" Ucapnya Arjuna dengan tegas nya, wajah nya yang terhalang kacamata hitamnya, membuat aku sedikit susah melihat matanya, mencari maksud dari kata kata nya itu.

Tangan ku di tarik oleh nya, lalu dia membukakan pintu mobilnya dan mendorong aku kecil agar masuk dan duduk di dalam mobil nya. aku hanya diam, apalagi saat dia sudah duduk di samping ku, dan mulai mengikuti mobil mobil di depan kami. Bergerak dari rumah menuju tempat pemakaman umum di daerah Bogor yang hanya butuh 15 menit.

Malam, Dengan langit yang cerah, tapi tidak hati ku, Lampu Lampu Sorot di Pasang dengan jumlah yang banyak, Saat aku berjalan mengikuti langkah Kaki para pengantar Jenazah Papa, Air mata ini terus turun. Dan semakin dekat masuk ke dalam area pemakaman, semakin banyak orang yang sudah menunggu. Bunga bunga ucapan turut berdukacita berjejer di sini.

Dengan mata ku, aku melihat Jenazah Papa mulai di kebumikan, para petugas penggali kubur, bekerja dengan cepat, aku duduk bersama Arjuna, Om Adi dan Juga Bi Hesti. Doa doa di bacakan dan air mataku terus mengalir.

Proses pemakaman yang cepat,

" Sudah selesai Din" Ucap Om Adi dan aku diam.

aku harus bangun dari duduk ku, menerima tamu tamu yang terus mengucap belasungkawa nya pada ku, mereka lalu berpamitan dan aku duduk di sebelah tanah merah dengan bunga bunga yang sudah menutup tanah awalnya.

" Sudah Malam Din, ayo Pulang" ajak Arjuna pada ku, aku masih menangis di dekat pusara Papa ku.

" Aku Mau disini" Jawab ku tanpa menoleh

" Udah makin malem neng geulis, Hayu ah pulang" Ucap Bi Hesti, Bi Hesti mengangkat tubuh ku, hingga aku berdiri

" Papa sendiri Bi, Dinda mau temenin Papa" Ucap ku.

" Papa neng Dinda udah tenang, udah bahagia, ayo pulang geulis" ucap Bi Hesti

Dan akhirnya aku terbangun di kamar ku, Jam 3 pagi dengan Kondisi masih menggunakan pakaian yang tadi aku pakai saat mengantar kan Papa ke tempat peristirahatan nya Terakhir.

" Kamu ngapain di sini?" Tanya ku pada Arjuna yang duduk di kursi meja belajar ku.

" kamu lihat saya lagi apa?" Tanya nya balik pada ku.

" Ini kamar ku" Jawab ku

" Aku tau, dan aku disini tunggu kamu yang tadi pingsan lagi" Jawab Arjuna.

" kamu Mau makan?" tanya nya mendekati ku, aku bangun dari tempat tidur ku, aku takut, dia laki laki, dan pintu kamar tertutup.

" Gak...aku ga lapar!" Jawab ku dengan cepat.

" Mau Minum?" tanya nya

" Ini rumah ku, aku bisa ambil sendiri" Jawab ku cepat, meninggalkan kamar dan memeriksa kamar Papa ku, yang saat ini sudah tidak berpenghuni, air mataku jatuh lagi. aku harus sadar, aku harus ingat, Papa ku sudah meninggal dan aku sudah sebatang kara.

Aku menangis bagaimana aku tanpa Papa, bagaimana hari esok dan tiba tiba tubuhku di peluk oleh Arjuna.

" Jangan menangis, Pak Edi sudah tiada, Ada saya yang sekarang sudah menjadi Suami mu" Ucap nya pelan, dan aku semakin menangis.

" Aku belum mau menikah, aku masih sekolah" Ucap ku

" Tapi saya sudah menikahi kamu, kamu istri saya, dan saya suami kamu" Ucap nya dengan mengusap rambut ku.

*******

Minggu Pagi Jam 8, Bi Hesti sudah menyiapkan sarapan untuk ku, Laki laki yang bernama Arjuna sudah duduk di meja makan terlebih dahulu, aku tersenyum kecut, bagaimana mungkin Laki laki asing, serasa pemilik rumah di rumah yang bukan miliknya.

" Ayo sarapan Den Juna, Den Juna belum makan dari sore kemarin" Ucap Bi Hesti

" Terima kasih Bi" Jawab Juna

" Ayo Makan Din " Ucap Arjuna pada ku

" No, thanks " Jawab Ku, dan Arjuna hanya tersenyum pada ku, senyum yang sebenarnya melihatkan wajah nya yang tampan. Dan aku tersenyum kecut lagi, bisa bisa nya Arjuna Makan tanpa pemilik rumah nya Makan, sungguh enak jadi Arjuna.

Aku hanya melihatnya makan, aku duduk di Sofa dan Melamun kan nasib ku lagi.

" Ada Temen nya Neng Dinda Di luar" Bi Hesti mencolek bahu ku.

" Ehhh iya Bi, Siapa yah Bi?" Tanya ku

" Lupa Bibi nama nya" Jawab Bi Hesti dengan mengusap rambut ku, dan aku tersenyum, aku berdiri dan menuju ke depan rumah.

" Dinnnn"

" Gilang " Ucap Ku, dan akhirnya kami berpelukan.

" Maafin gw Din, gw baru tau Bokap meninggal, malem gw beneran ga tau, kenapa Loe telphone gw?" Ucap Gilang dengan memeluk aku Erat.

" Gw ga pegang Handphone Lang, Gw juga ga tau harus ngapain, gw sedih dan I'm alone " Jawab ku pada Gilang, Gilang adalah pacar ku, satu tahun ini berpacaran, Papa juga sudah berkali kali bertemu Gilang,

" You not alone, I'm With you" Jawab Gilang, laki laki ini mencium Kening ku" Terasa nyaman dan aku sangat nyaman di peluk oleh pacar ku. dan Suara Batuk Kecil dari dalam ruang makan membuat aku melepaskan pelukan Gilang.

" Ada siapa Din?" Tanya Gilang, Gilang tau, aku hanya tinggal dengan Papa dan Bi Hesti, aku diam dan berpikir untuk jawaban ku

" Siapa Din?" Tanya Gilang

" Saudara Papa " Jawab ku lemas

Pulang

" Siapa Din?" Tanya Arjuna pada ku, Arjuna semakin mendekati ku, aku dan Gilang yang masih berdiri di depan Pintu.

" Pagi, Om!" Ucap Gilang sopan

" Saya, Gilang! Saya Pacarnya Dinda, dan saya turut berbelasungkawa Om" Ucap Gilang dengan mengulurkan tangannya.

" Saya Juna, Terima Kasih Sudah datang" Ucap Arjuna dengan membalas uluran tangan nya Gilang, aku diam.

" Ayo duduk " Ajak Arjuna pada Gilang, Gilang memegang tangan ku, sementara Arjuna menatap ku dengan tatapan yang tajam, aku.... seolah tidak peduli dengan tatapan nya itu, tangan kami masih berpegangan, lalu kami duduk di kursi tamu

" Masih sekolah?" tanya Arjuna pada Gilang, Wajah nya Arjuna terlihat serius saat bicara itu.

" Masih Om, saya satu kelas dengan Dinda" Jawab Gilang

" Hemmmhh " ucap Arjuna dengan menganggukkan kepalanya.

" Sering main ke rumah ini?" Tanya Arjuna lagi

" Please deh, stop nanya banyak banyak Om" Ucap ku pada Arjuna, aku tidak ingin pacar ku ini merasa di interogasi, dan Arjuna tertawa kecil.

" Saya sering Main ke sini Om" Jawab Gilang, dengan terus memegang tangan ku.

" Yah sudah, tapi lebih baik di kurangi intensitas bertemu nya, kalian sudah kelas 3 kan, Ujian Nasional sebentar lagi, lebih baik kalian konsen dengan sekolah kalian" Ucap Arjuna dan aku tersenyum sinis pada Arjuna, dia berani beraninya bicara itu pada ku, dia tidak tau, aku dan Gilang adalah pasangan yang saling mencintai dan menjadi famous couple di sekolah, Aku yang cantik, pintar dan Gilang yang tampan dan jadi ketua team inti Basket di sekolah ku, bisa bisa nya dia melarang aku untuk mengurangi intensitas bertemu aku dan Gilang.

Gilang Tersenyum dan menepuk punggung tangan ku. rasanya tidak enak sekali melihat Gilang Tersenyum seperti itu pada ku.

" Ya Udah, gw balik dulu ya Din, Nanti malem Jadi kan?" Tanya Gilang.

" Gw ga ikut deh, Lang! gw masih cape, gw pengen ke Makam Papa abis ini" Ucap ku dengan menunjukkan wajah ku pada Gilang.

" Mau gw anter?" tanya Gilang

" Tidak perlu, saya yang akan mengantarkan Dinda" ucap Arjuna dengan cepat.

" Oohhhh Ok, Yah Udah, saya pulang Om " Jawab Gilang

" Gw balik dulu yah Din, kabarin gw Ok, Beib" Ucap Gilang dan aku tersenyum.

Aku mengantar Gilang hingga ke mobilnya.

" Jangan sedih ya Din, loe jelek tau....kalo sedih gitu" Ucap Gilang dan berhasil membuat aku tertawa.

" Jahat " Ucap ku

" Becanda Sayang, Gw balik yah!" ucap Gilang, Gilang mencium keningku dan aku memeluk nya dengan erat.

" Maaf Yah Lang, gw ga ikut nanti malem, trus sorry,, Om gw ngomong yang aneh aneh " ucap ku

" Ok, never mind" ucap Gilang, Gilang mengusap punggung ku, lalu masuk ke dalam mobil nya. aku berdiri sampai dengan mobil itu pergi dan hilang dari pandangan ku.

" Gak usah diliatin terus, dia sudah pergi, Ayo saya antar kamu ke Makam Papa" Suara Arjuna tiba tiba terdengar dekat di telinga ku.

" Aku bisa sendiri, Om Ga pulang? udah kan sarapan nya?" Tanya ku sarkas pada nya

" Saya tidak akan pergi, sebelum mengantar kamu ke makam Pak Edi pagi ini, saya tunggu 10 menit" Jawab nya dengan ketus

" Waaawww...berani sekali menyuruh nyuruh saya!" Ucap ku, mengikuti gaya bahasanya yang Saya Kamu, bukan aku kamu atau loe gw.

" Tentu saja, karna saya suami kamu, kamu adalah tanggung jawab saya" Jawab nya tidak kalah sarkas. Aku tertawa dan memukul lengan nya.

" Tanggung Jawab, emang saya Hamil?"

" Saya bisa bikin kamu hamil" jawab nya dengan tersenyum dan aku mencibirnya.

" In your dreams " ucap ku

" 10 menit mu akan habis dengan segera, Jangan memancing saya dengan percakapan yang tidak bermutu" Ucap nya.

" Ok, Saya bersiap, antar saya ke makam Papa, setelah itu silahkan pulang" Jawab ku dengan meninggalkan nya sendirian.

Hanya dengan mengambil Pashmina aku sudah siap dengan dandanan ku, aku ingin cepat dia pergi dari rumah ini, sangat tidak nyaman bersama laki laki asing di rumah ini.

" saya siap"

" Hemh " Ucap nya, Arjuna masuk ke dalam mobil terlebih dahulu, lalu duduk di belakang kemudi mobil

" Gak bukain saya pintu?" Tanya ku

" Punya tangan kan?" jawab nya, dan aku tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil, duduk di belakang nya.

" Saya bukan sopir mu, pindah ke depan" Ucap nya

" Gak Mau" Jawab ku datar

" Adinda, saya Minta kamu pindah ke depan, atau..."

" Atau apa?" Tanya ku

" Atau saya tidak akan pernah menghidupkan mesin mobil ini" Jawab nya dengan tubuh yang berbalik ke arah ku.

" Om, ribet deh, kalo ga mau Anter, saya bisa pergi sendirian" Jawab ku dengan kesal.

" Adinda Handayani Pratiwi, Saya harus ingat kan kamu, Pertama, Saya bukan Sopir kamu, dan kedua saya bukan Om Kamu, Jadi sekarang juga pindah duduk di samping saya" Ucap nya

" Kalo saya tetep Gak Mau?"

" Saya akan memaksa" Jawab nya, Arjuna keluar dari mobil, membuka pintu mobil di samping ku, dan mengangkat tubuhku secara tiba tiba

" Lepasiiiinnn " Ucap ku, Arjuna tidak mengindahkan ucapan ku, dia terus mengangkat tubuh ku dan berjalan memutari mobil.

" Harus seperti ini?" Tanya nya setelah aku duduk dengan selamat di samping kursi kemudi. dan aku diam, aku tidak suka caranya seperti nya itu. memaksa dan memaksa kan kehendak nya.

Sepanjang perjalanan kami diam, aku lebih banyak menghindari wajahnya yang sesekali melirik pada ku, sampai akhirnya kami tiba di pemakaman, aku berjalan terlebih dahulu, aku ingin Papa ku, aku ingin Papa kembali bersama ku.

Aku menangis di Makam Papa

" Kenapa Papa tinggalin Dinda, Pah?"

" kenapa Papa gak ajak Dinda pergi!"

" kalo Papa pergi ninggalin Dinda, kenapa Papa harus nikahin Dinda dulu dengan laki laki Asing, yang Dinda sendiri aja gak kenal Pah"

" Kalo emang Papa mau liat Dinda nikah, kenapa ga nikahin Dinda dengan Gilang, Pah?"

" Papa kan tau, Gilang itu pacar Dinda, Dinda sayang Ama Gilang, Gilang juga sayang Ama Dinda Pah" Ucap ku bertubi tubi, dengan air mata yang terus mengalir deras.

" Sudah Selesai ?"

" Belum!"

" 10 menit lagi" Ucap nya dengan mengusap papan yang bertuliskan Nama Papa ku. aku lihat Arjuna meneteskan air matanya walau tidak banyak, aku bisa lihat mata nya itu basah.

" Selesai!" Ucap nya dengan menarik tangan ku sampai akhirnya aku berdiri, Arjuna terus memegang tangan ku.

" kami Pulang Pah, Istirahat lah dengan tenang, saya akan menjaga Dinda semampu saya" Ucap Arjuna, lalu tangan itu menarik pelan tangan ku, Arjuna berjalan dan aku juga ikut berjalan di samping nya.

Arjuna membukakan pintu mobil untuk ku.

" Say what?" Tanya nya pada ku ketika Arjuna sudah duduk di samping ku.

" Thanks Om"

" Saya bukan Om, Mu! jangan panggil saya dengan sebutan Om" Ucap nya, Arjuna mulai menghidupkan mesin mobilnya

" Kenapa Diam?" tanya Arjuna

" Hak Saya?" jawab ku sambil tersenyum kecut.

" Din, Saya paham, kamu dalam kondisi tidak baik, tapi saran saya, sedikit berdamai lah dengan keadaan" Ucap nya dengan suara yang tiba tiba lembut. Dan aku diam.

" Kamu belum sarapan, ini sudah hampir makan siang, kamu mau makan apa? tanya Arjuna

" Gak Laper" jawab ku

" Nanti kamu sakit, Din. Saya harus kembali Sore ini" Ucap Arjuna

" Om, ......kalo mau pulang...pulang aja, ga usah mikirin Saya, saya bisa jaga diri saya sendiri" Ucap ku.

" Om...om...om lagi, Kamu pikir saya Om Om? Saya bukan Om Kamu, Saya Arjuna Wirahadikusuma, Saya 27 tahun"

" Terserah Om aja, saya ga peduli!" jawab ku dengan santai, aku mulai memainkan Handpone ku, memeriksa Chat chat ku dan melupakan Arjuna untuk beberapa saat.

" Turun!" Ucap nya mengangetkan ku.

" Mau kemana?" Tanya ku dengan tangan yang masih sibuk dengan Handphone ku

" Makan, kamu harus Makan!" jawab nya.

" Gak bukain saya pintu?" Tanya ku.

dan Arjuna menarik nafasnya dengan berat, aku sedikit tertawa bisa membuatnya kesal. Arjuna membukakan pintu mobil untuk ku, lalu menarik tangan ku, ah... pegangan tangan lagi.

" Bisa lepas tangan saya?" Tanya ku ketika kami masuk ke dalam cafe

" Gak Bisa!"

" why not?"

" Karna kamu tadi bilang terserah, jadi Sekarang terserah saya!" jawab nya dengan tersenyum penuh kemenangan.

" Lepas Om, Ini Cafe temen saya, temen temen saya biasa nongkrong disini!" ucap ku

" Bagus dong, Jadi sekalian kita bisa umumkan pernikahan kita kemarin" ucap nya sambil tersenyum pada ku.

" Jangan gila" ucap ku dengan berusaha melepaskan tangan nya.

" Gak akan lepas, percaya deh Din" ucap nya pelan, langkah kami semakin masuk ke dalam Cafe, dan Benar Saja... Teriakan kencang memanggil Nama ku.

" Dinddddaaaaaa"

Aku menarik nafas ku berat, Indri yang melihat kedatangan ku, berjalan cepat ke Arah ku.

" Teman mu" Tanya Arjuna

" Sahabatku" Jawab ku

" Gw pikir loe ga akan Dateng, tapi kan acaranya Malem Din!" Ucap Indri dengan memeluk bahu ku.

" Eh...loe ama siapa Din, gak kenalin Ama Gw!" Ucap Indri Panjang pada ku dan Arjuna

" Boleehhh...boleh banget Ndri" Ucap ku senang. aku melepaskan Tangan ku.

Dan mulai mengenalkan mereka berdua.

" Om, Ini Indri Sahabat Saya, Dia artis di sekolah saya, Cantik binggiittt" ucap ku sambil tersenyum

" Ah loe apa sih!" Ucap Indri malu malu dan aku tertawa kecil.

" Indri....ini Om Juna, Loe jabatan tangan dong" pinta ku

dan Mereka pun berjabatan tangan.

" Om Juna mau duduk di smoking area ?" Tanya Indri

" Gak usah lebay Ndri...biasa aja" Keluh ku, melihat Indri yang begitu terpesona pada Arjuna

" Smoking area Please" Jawab Arjuna

Indri menarik tangan ku, berjalan ke spot smoking area dan memilih satu meja bundar dengan view ke Kolam ikan.

" Silahkan Om!" Ucap Indri dengan Manis

" Terima kasih!" Jawab Arjuna

" Gilaaa baku banget " ucap ku sambil mengacak acak rambut Indri, Indri tertawa. dan kami duduk bertiga.

Kami memesan makanan dan minuman pada seorang waiter yang di panggil Indri, sang anak Owner cafe ini.

" Nanti Malam, Mau ada acara apa Ind,?" Tanya Arjuna

" Biasalah Om, anak anak muda, nanti malem ada home band tuh, biasanya anak anak abis basket atau maen skateboard, mampir ke sini" jawab Indri

" Om....aku ga panggil Om, deh. Mas Aja Boleh, sayang ah, Masih muda gini" Ucap Indri dan aku tersenyum sinis lagi pada Arjuna.

" Boleh Ind, saya tidak ada masalah" Jawab Arjuna

" Yessss " Ucap Indri, Indri mencolek dagu ku, sementara aku merebahkan kepala ku pada bahu Indri.

" Jangan Sedih Din.... life is go on" Ucap Indri, Indri mengusap rambut ku, dan air mataku jatuh lagi.

" Terlalu cepet Ndri...gw ga sanggup" keluh ku

" Ada gw Din, ada gilang,...ada Anak anak" Ucap Indri, lama aku diam, memikirkan semua nya, lalu

" Tapi Gw Ndri...." Ucap ku, teringat satu hal soal Arjuna.

" Ayo makan dulu Din,....." Arjuna meng cut pembicaraan ku dengan Indri, bersamaan dengan datangnya waiters yang membawa makanan kami.

" Mau saya Suapi?" Tanya Arjuna, Arjuna melihat aku yang tidak tertarik makanan dan ketika mendengar itu, aku segera mengangkat kepala ku yang sedang bersandar di Bahu Indri.

" Saya Bisa sendiri!" Jawab ku.

Makam dalam Diam, bukan gw banget, dan selesai setelah menghabiskan setengah porsi steak tenderloin.

" Mas Juna ada ig ga?" Tanya Indri dan aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Indri, Indri adalah Gadis cantik, primadona nya Sekolah nya, tapi tidak sepintar aku, Jadi aku dan Indri adalah Top Ten nya cewek cewek sekolah, yang selalu di gila gilai kaum Adam. Jadi meminta pertemanan di ig adalah hal yang tidak Indri lakukan, kecuali....Pada Arjuna.

" Ada...mana Handphone mu!" Tanya Arjuna dengan gayanya yang Cool, Indri memberikan Handphone nya pada Arjuna, dan selesai

" Thanks yah Mas Juna" Ucap Indri dan Arjuna Tersenyum.

" Ayo Pulang Din " ajak Arjuna pada kami

" Nanti aja kali Mas, aku masih pengen ngobrol Ama Mas Juna dan Dinda"

" Datanglah ke rumah, saya tidak melarang, dan Dinda pasti senang, ada teman wanitanya yang menemani nya hari ini" Ucap Arjuna,

" Saya mau disini saja, Gilang mungkin akan datang sebentar lagi"

" kamu Yakin?" Tanya Arjuna dengan sorot matanya yang lagi lagi tajam pada ku.

" Saya Yakin!" Jawab ku

" Ok " Jawab Arjuna,

" Saya pulang ya Ind" ucap Arjuna pada Indri dengan tidak melihat aku lagi.

" Iya Mas, Ati ati " Jawab Indri

Arjuna pergi begitu saja, aku melihat Arjuna mendatangi meja kasir dan membayar bill makan kami, pergi dan aku tidak peduli.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!